Beruntunglah kita yang hidup di era komputer dan internet, segala informasi hampir semuanya dapat dicari di internet atau diproses di komputer. Dengan komputer menelusuri dokumen yang dahulu mustahil bisa dilakukan dalam hitungan hari, bisa dilakukan. Bahkan lebih cepat.
Untuk Qur’an, ada Qur’an elektronik yang bagus dan saya suka karena kemudahannya yaitu Zekr dan yang penting adalah software ini gratis. Anda dapat mengunduhnya di http://zekr.org .
Banyak hal baru yang akan bisa anda peroleh dengan menggunakan Qur’an elektronik ini.
Temuan Bermasalah
Salah satu temuan yang menarik yang saya bagikan adalah: coba anda lakukan pencarian terhadap frase “melihat api” di terjemahan Qur’an.
Ada tiga hasil yang akan keluar. Ketiganya bercerita tentang kisah Musa yang melihat api dan berdialog langsung dengan Allah. Kisah ini juga diceritakan di Injil dengan detil yang berbeda.
Yang menarik dari cerita itu di Qur’an adalah, satu cerita yang sama diceritakan dalam tiga lokasi dengan detil yang berbeda.
Untuk lebih jelasnya ketiga cerita itu saya jajarkan dibawah, saya hanya tampilkan dialog yang terjadi antara Allah dan Musa. Detil lengkap penceritaan dapat anda lihat sendiri di Qur’an.
An-Naml ayat 7 dst. | Al-Qasas ayat 29 dst. | Taa-haa ayat 10 dst. |
---|---|---|
“Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.”Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan lemparkanlah tongkatmu” | “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam, dan lemparkanlah tongkatmu” | “Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa”.“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? “”Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya”.”Lemparkanlah ia, hai Musa!” |
Detil Yang Mengundang Tanya
Apa yang dapat dilihat dari tiga penceritaan Qur’an diatas:
- Ketiga cerita mengisahkan peristiwa yang sama.
- Dialog yang terjadi berbeda di ketiga cerita tersebut walau mengisahkan peristiwa yang sama.
- Pada dialog 1 & 2, Allah memerintahkah Musa melemparkan tongkat setelah Allah memperkenalkan diri.
- Pada dialog 3, Allah memerintahkan Musa melepas terompahnya sebelum memperkenalkan diri. Setelahnya Allah bertanya tentang apa yang dipegang Musa, sesudah Musa menjelaskan bahwa itu adalah tongkat, Allah baru memerintahkan untuk melemparkannya.
Kesimpulannya apa?
Detil peristiwa dalam Qur’an tidaklah penting kesesuaiannya dengan peristiwa yang nyata, terbukti dengan tiga versi dialog untuk peristiwa yang sama dalam Qur’an. Bila semua detil Qur’an akurat, tentu hanya ada satu versi dialog ini, karena peristiwanya adalah satu
Kesimpulan ini berlawanan dengan anggapan umum yang dipahami oleh kaum Muslim yaitu Semua peristiwa yang diceritakan dalam Qur’an adalah nyata terjadi sampai ke detil-detilnya.
Atau… anda punya kesimpulan lain?
Nabi sebelum Ibrahim seperti Nuh itu yg nulis siapa pakai bahasa apa juga ?
jika pakai bahasa Ibrani berArti Quran bisa tahu ada kisah nabi-nabi Yahudi ? yg mana yg harus di percaya kisah nya maksud nya karena beda kisahnya antara Yahudi ?
kalau di Tanakh kitab milik yahudi kelihatan lebih rinci dan bisa di baca di terjemahan nya yg kita kenal di ALkitab ??
@Ahauw Ahauwho: agama Kristen dan Islam itu menggunakan kisah-kisah Yahudi sebagai sumbernya. Karena itu model penceritaan di Qur’an berbeda dengan penceritaan di Torah. Tidak pernah ada cerita utuh di Qur’an, melainkan potongan-potongan yang diambil dan dikisahkan lagi dengan penekanan yang beda.
Idealnya Taurat (Perjanjian Lama) + Injil (Perjanjian Baru) + Qur’an itu dijilid bersama. Babon kisahnya ada di Taurat, sedangkan tafsir dan tambahan-tambahannya ada di Injil dan Qur’an — ketiga agama itu sebangun.
Setuju…maka orang Islam yg ingin memahami agamanya secara sempurna, dia mesti membaca kitab suci agama Kristen, sebagaimana yang dibaca oleh umat sebelumnya (taurat, zabur, dan injil)
Siapa yg bilang Taurat itu sama dengan Perjanjian Lama ? Kalau Taurat disebut bagian dari Perjanjian Lama itu betul.
Satu lagi koreksi untuk anda, Taurat Yahudi sama persis dengan Taurat Kristen bahkan sama dengan Taurat Samaria…
Saya sarankan cari di Youtube dengan kata kunci satu kitab 3 agama oleh Bambang Noorsena
@Roby: tulisan ini dalam konteks pandangan Islam/Qur’an tentang konten Qur’an. Jadi saya menggunakan kacamata Islam tentang kitab-kitab yang lain, apakah Taurat itu Yahudi sama dengan Taurat Kristen atau Taurat Samaria itu detil yang gak penting, sebagaimana apakah yang dimaksud Kristen itu Katolik atau Protestan.
Balik ke konteks, Anda punya pendapat tentang perbedaan kisah ini dalam Qur’an?
Saya kira gini Mas Judi yaa dimana mana yaa yang namanya karya plagiat itu ada setelah naskah yang diplagiasi….juga klo bicara budaya/tata cara kan ga mungkin gereja orthodoks yang abad satu masehi sudah sholat dibilang meniru islam yang baru muncul abad 7 masehi
@Roby: benar, bagaimanapun semua agama adalah produk budaya yang lahir dari proses adopsi dan modifikasi dari keyakinan sebelumnya dan tidak mengungkapkannya dengan terang.
Sebagaimana agama Yahudi & Kristen mengadopsi dongeng Gilgamesh untuk kisah Nuh, konsep surga, neraka dan setan dari Zoroaster.
Sy kira kalau ada 3 hal yang saling bertentangan (kita fokus soal kronologi yaa), maka lemungkinannya bukan 3 lagi tapi justru hanya dua yaitu salah satu diantaranya benar atau malah tiga tiganya salah.
Itulah pentingnya agama/kitab duci harus siap dikritik (textual criticism), perlunya mencari keselaran dengan sejarah dan arkeologi serta perlunya dukungam sumber primer.
Sejarah dan arkeologi sampai saat ini belum bisa menentukan masa Abraham/Ibrahim itu menggunakan bahasa apa karena bahasa Ibrani yang paling kuno sekalipun muncul setelah periode Abraham/Ibrahim
@Roby: sejarah dan arkeologi adalah berbasiskan kejadian nyata tentu tidak selalu sama dengan kisah agama yang mencampur adukkan mitologi dan sedikit fakta.
Memang ada perbedaan kelengkapan bercerita antara 3 (tiga) ayat tersebut. Namun maknanya sama.
Dan perkataan tidak perlu diulang, tidak perlu sama. Cukup saja diketahui maksud, dan peristiwa apa yg sedang diceritakan.
Hal sama juga terjadi pada cerita cerita dalam Injil.
Perbedaan ini, tidak bisa dijadikan patokan konsisten atau inkonsisten dari pembuat pernyataan.
Sama halnya dalam beberapa cerita dalam Perjanjian lama di Alkitab, selain perjanjian baru yang tadi.
Jadi janganlah menuduh yang tidak tidak pada penulis, atau pemberi komen. Diambil saja positifnya, paling tidak ada kesempatan kita berpikir, dan berdiskusi.
Ulama-ulama sudah menghimbau umatnya untuk mencari ilmu tetapi banyak umat yang tidak menurut. Mereks lebih suka mencari info lain karena menganggap agama gak( belum) penting. Detil itu penting makanys dalam Islam adakitab fikih. Tanps detil sesuatu itu tak bermakna.
@Abumirzafadlulloh: bukankah fiqh itu membahas hukum?
Tapi okelah, bagaimana pendapat fiqh tentang masalah akurasi kisah di atas? Sumbernya mana?
Silakan…
@ jud, maaf komen saya tentang fikih untuk komentator yang menyalahkan ulama. Setahu saya dalam Islam akal diberi tempat dan pemeluk muslim tidak dilarang untuk berijtihad selagi terpenuhi sarat. Tentang beda redaksi untuk satu kejadian Nabi Musa saya setuju dengan komentar karena ayat itu berbeda konteks turunnya jadi penyampaiannya tidak harus sama. Saran saya untul pembahasan tentang perbedaan redsksi seperti itu, anda bisa mencari pada kitab yang membahas metode cara tafsir kitab.
@Abumirzafadllulloh: bisakah anda mengutarakan pendapat dengan jelas dan fokus?
ada 225 komentar untuk tulisan ini, mohon tunjukkan anda setuju dengan komentar siapa dan yang mengatakan apa?
Ini ruang diskusi, tunjukkan anda memahami topik diskusi dan apa yang anda tuliskan. Yang anda maksud kitab yang membahas metode cara tafsir kitab itu kitab apa? apakah anda sudah membacanya? lalu apa isi kitab itu yang membahas masalah ayat-ayat yang saya angkat tersebut?
Kalau sekedar memberi saran gak jelas, ya semua juga bisa. Misalkan kenapa anda tidak belajar untuk cerdas agar bisa memahami suatu diskusi?
Kembali ke topik.
Tulisan saya membicarakan Qur’an yang menceritakan dialog Allah pada Musa saat Musa melihat api.
Ini beda dengan bila kita menceritakan cara membuat donat. Untuk membuat donat kita bisa menggunakan redaksi macam-macam yang penting langkah-langkah penting membuat donat tersampaikan.
Menceritakan ulang dialog itu seperti laporan pandangan mata siaran televisi. Dialog yang disampaikan harus akurat sesuai dengan kejadian yang sesungguhnya. Jika ada tiga dialog yang berbeda untuk satu kejadian yang sama, tentu kesimpulannya:
@Judhianto apakah sebelum anda tulis ini, memang benar anda sudah tahu makna ‘dan’ / و dalam bahasa Arab!? kata ‘dan’ dalam bahasa Arab لا يقتضي الترتيب …………………… adapun perbedaan percakapan, mirip juga karna rata2 dengan ‘dan’ , juga memang dalam mengisahkan sebuah kisah ada metode al-basth, ada al-ikhtishaar, dan al-laff wa an-Nasyr…
sehingga adanya perbedaan letak perkenalan dan
Kalau anda bertanya: “mana referensinya?” itu sebenarnya tanda bahwa anda benar2 tidak tahu ilmu agama islam yang sebenarnya, istilah2 diatas rata hampir ada di semua buku2 bahasa tingkat pertengahan: Nahwu dan Balaghoh…
“Apa rahasia/alasan adanya perbedaan redaksi seperti itu?”, pertama-tama menuut hemat saya, harusnya inilah yang anda cari Bos-ku… (2) kedua meringkas dan pemaparan panjang/lengkap itu adalah hal yang semua orang berakal maklumi akan perlunya, (3) penyebutan yang lebih penting terlebih dahulu berdasarkan posisi diceritakannya kisah itu di surat itu, dengan melihat ayat2 sebelum dan setelahnya… dll (ane tulis ini cuman pakai ingatan ane dari hasil belajar agama non formal selama kurang lebih sembilan tahun)
Takutlah kamu kepada Allah تعالى , sungguh Allah tidaklah pelupa :
((وما كان ربك نسيا))
“… dan tuhanmu sama sekali tidaklah pelupa” QS Maryam : 64
dan ia pula telah berfirman:
((يوم يبعثهم الله جميعا فينبئهم بما عملوا أحصاه الله ونسوه))
” (hari kiamat adalah) hari dimana Allah akan membangkitkan mereka semuanya, lalu Allah akan mengingatkan mereka akan apa yang mereka telah LAKUKAN. Allah benar-benar detail mengetahuinya/mengingatnya, dalam keadaan mereka sudah melupakannya …” QS al Mujadilah : 6
Rasulullah صلى الله عليه وسلم bersabda :
إن العبد ليتكم بالكلمة ما يتبين فيها يزل بها في النار أبعد مما بين المشرق والمغرب
“sungguh (sebagian) hamba benar-benar berucap dengan sebuah ucapan yang dia tidak memastikan kebenarannya, berakibat dia tergelincir, jatuh kedalam neraka sejauh timur dan barat” HR al-Bukhari dan Muslim, dari Sahabat Abu Hurairah رضي الله عنه
dan seorang penyair berkata:
وما من كاتب إلا سيفنى …. ويبقى الدهر ما كتبت يداه
فلا تكتب بكفك غير شيء …. يسرك في القيامة أن تراه
” dan tidak ada satupun penulis kecuali dia akan wafat …. dalam keadaan tulisannya akan terus ada sepanjang masa
maka jangan kamu tulis dengan tanganmu kecuali sesuatu ….. yang akan membahagiakanmu kelak di hari kiamat saat kamu melihatnya”
SETIAP JIWA AKAN DIDATANGI SAKRATUL MAUT, DAN SETIAP DARI KITA AKAN DITANYA AKAN AMAL PERBUATANNYA
@Aqil Abul Fida: silakan baca ayat-ayat yang saya rujuk:
[XXXX] :فَلَمَّا جَاءَهَا نُودِيَ
Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia: [XXXX]
[YYYY] : فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ مِن شَاطِئِ الْوَادِ الْأَيْمَنِ فِي الْبُقْعَةِ الْمُبَارَكَةِ مِنَ الشَّجَرَةِ أَن
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu: [YYYY]
[ZZZZ] : فَلَمَّا أَتَاهَا نُودِيَ
Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: [ZZZZ]
Perhatikan, narasi saat Musa akan diseru memang berbeda-beda, karena berupa penceritaan tidak langsung, namun yang diceritakan setelahnya adalah kutipan kalimat langsung dari Allah pada Musa, yaitu [XXXX] pada An-Naml 8, [YYYY] pada Al-Qasas 29 dan [ZZZZ] pada Taa-haa 10.
Untuk mengisahkan ulang satu peristiwa, narasinya bisa berbeda-beda tergantung fokus penceritanya, namun begitu ia mengutip apa yang dikatakan tokoh ceritanya, maka harus sama dengan yang sebenarnya diucapkan sang tokoh.
Problemnya [XXXX], [YYYY] dan [ZZZZ] tidak sama. Jadi, yang benar Allah ngomong bagaimana?, yang menceritakan pikun? (ups.. yang bercerita Allah sendiri)
Oh ya, anda mengutip-ngutip sakaratul maut dan sebagainya itu maksudnya apa? menakut-nakuti?
jadi menurut anda, agama itu hanya bisa diterima dengan menakut-nakuti? ya jangan kaget akan jadi guyonan orang yang berpikir bebas.
ane heran dan kaget sama ente, ane yakin kalau ente udah menyadari kesalahan ente bahwa menyalahkan alquran karna ketidak-samaan urutan pengenalan dan perintah melempar itu SALAH BESAR… tapi dengan congkaknya ente berusaha tdk menghiraukan itu lalu menitik beratkan pada hal yang lain…
Sungguh kasihannya dirimu yang sudah terlanjur MENELANJANGI DIRI SENDIRI, SEAKAN BERKATA: “HEY! LIHAT KEMARI! SAYA ADALAH ORANG BODOH KUADRAT: GAK TAHU BAHASA ARAB, MAKANYA ANE PAHAMI SUSUNAN BAHASA ARAB DENGAN BAHASA INDONESIA…
ini salah satu pelajaran akan bahayanya belajar otodidak, memahami alquran dari terjemahan.
Satu kata untuk anda: memutar balikkan pengakuan dengan kata-kata
ente kan udah tahu kalau penuqilan ulang itu bisa diubah-ubah tergantung penekenan yang diinginkan, lalu ente setelah itu ingkari lagi, dengan berkata: “lalu mana yang diucapkan oleh Allah?”
emang alquran itu ente yang netapin aturannya: “kalau nyebutin ungkapan, harus sama disemua tempat” gitu!? lah alquran itu adalah ucapan/cerita dari Allah تعالى ….
penggambarannya:
suatu hari ente pernah berkata kepada seorang anak, ente menasehatinya dalam 100 paragraf yang cukup panjang. Nasehat ente itu sangat berharga dan bernilai sekali, karna itu ente sering sekali menyebut2 dan mengisahkannya.
Di satu kesempatan ente ringkas pada beberapa paragraf saja karna ingin menekankan paragraf pertama. Di kesempatan lain ente menceritakan semuanya, tapi hanya dalam satu pragraf dengan seratus kalimat atau kata, di tempat yang lain juga berbeda…
Apakah anda terima jika ada yang menghujat kamu karna disetiap kesempatan ceirta kamu berbeda, Ha!?
Anda pakai akal atau gak!!?
Apa lagi memang ayat alquran sebagiannya Allah katakan متشابهات (memiliki keSERUPAAN),
semoga Allah menjaga kaum muslimin dari orang-orang seperti anda…
@Aqil Abul Fida: sebenarnya saya mengharapkan anda merespon argumen saya dengan argumen juga, bukan dengan penilaian terhadap saya, nasehat macam-macam atau dongeng gak jelas itu.
Jadi saya menyimpulkan (dan mungkin pembaca lainnya) bahwa anda tak mampu menanggapi logika argumen saya yang jelas dengan logika pula.
Tentang siapakah yang pakai akal dengan argumennya, biarlah pembaca lainnya yang menilai. 🙂
oh iya, lagian alquran itu hanya menekankan pada hal2 yang paling bermanfa’at.
Memang apa manfa’at nya ente tahu yang ini sebenarnya yang diucapkan oleh Allah!?
Dan lagi, ane sih gak peduli sama ente, mau ente mampus dan mati dalam keadaan ingkar kepada Alquran dengan lebih mengangkat akal diri sendiri
padahal sejatinya akal-akalan, jangankan pahal alquran, bahasa arab saja NOL BESAR…
cuman tadinya ane kasihan lihat kaum muslimin yang dibuat bingung sama manula ingusan kayak kamu, udah bodoh tertawa/berguyon pula!
#maaf kata-katanya rada kasar, karna ente begitu lancang dan kasar pula
ingat mati pak, ente udah tua, jangan makin menjadi-jadi… ntar lagi bau tanah..
ane masih muda walhamdulillah, masih 22 tahun hhe
@Aqil Abu Fida: kalau anda tahu sedemikian bermanfaatnya pesan Al Qur’an dalam konteks ayat yang saya kutip, tentunya ruang komentar ini merupakan kesempatan besar bagi anda untuk menyampaikan koreksi terhadap tulisan saya kepada pembaca yang lain.
Bukankah Anda kasihan melihat kaum muslim yang dibuat bingung oleh tulisan saya? Silakan…
Saya justru khawatir kalau anda cuma bisa menanggapi argumen saya dengan kata-kata kasar, menakut-nakuti, dan klaim kesempurnaan yang tidak anda buktikan — anda cuma memperkuat stereotip tentang orang religius sebagai pribadi tukang ngamuk yang tak mampu menggunakan akalnya.
emang mau di ulang berapa kali:
(1) kata dan/wa و dalam bahasa Arab tidak harus berurutan. Misalnya Zaid pergi ke pasar dan Amr pergi kesekolah, atau Zaid dan Amr pergi ke sekolah, alam bahasa Arab mungkin saja yang lebih dahulu pergi adalah Zaid.
(2) penuqilan sesuatu itu ada dua: Lafal dan makna, dan itu berlaku apakah pada penukilan ucapan ataupun selainnya.. Dan ini sangat jelas di contoh yang ane sebutkan…
hayoo, ente gak bisa mengelak lagi tuh seharusnya… biar ane tebak, palingan ente mutar2 lagi dengan berbagai bumbu kata2 biar orang2 tertipu, kan!?
ane berkata2 kasar karna ente itu lembut tapi menikam agama islam + ane kan udah jelasin dari awal, tapi ente malah pura2 gak nyadar akan adanya penjelasan ane tentang perbedaan urutan antara Perkenalan dan Perintah melempar tongkat.
Jangankan ngaku salah, ngisyaratis saja gak, malah berusaha memalingkan k pembicaan lain..
تكفي اللبيب إشارة مرموزة …. وسواه يدعى بالنداء العالي
وسواهما بالزجر من قبل العصا …. ثم العصا هي رابع الأحوال
“orang cerdas itu cukup dikasih isyarat dia akan paham …. dan selainnya perlu diteriaki
dan selain keduanya harus dihardik sebelum dipukul …. dan cambukan itu untuk orang dengan keadaan keempat”
ane udh tulis argumen2 malah mencoba nakuti2 ane, habis akal kah!? upgrade dulu sana jadi otak yang lebih ingkar kepada alquran
@Aqil Abul Fida: ini bukan konteks urutan kata dalam kalimat atau makna keseluruhan kalimat.
Ketiga lokasi cerita dalam Qur’an itu memiliki makna yang sama dan tidak ada masalah dengan urutan katanya.
Yang jadi masalah itu adalah akurasi laporan kalimat Allah pada Musa.
Makna ceritanya sama, masalahnya yang benar Allah ngomong apa pada Musa?
Ini seperti kalau Budi mengatakan bahwa Agus kemarin berkata: “Susi cantik dan seksi” , lalu mengulangi lagi di kesempatan lain bahwa Agus ngomong: “Susi seksi dan cantik”
Makna perkataan Agus sama, urutan dan/wa tidak jadi masalah. Yang jadi masalah itu, yang benar-benar dikatakan Agus yang mana?
Semoga paham ya 😀
emang bukti apa yang ente mau!? gue kasih juga buku2 sastranya lah ente buta huruf alian gak bisa baca kitab…
ini gue kasih: (1) at-tuhfah as-saniyyah hal 206 cetakan Dar al-Aiman, Shan’a, (2) dan (3) Qathrun Nada + Syarh Qathrun Nada hal 337, cet al-Maktabah al-‘Ashriyyah, Beirut, (4) dan (5) mutammimah al ajurrumiyyah + al-kawakib ad-durriyyah hal 539, cet Dar al Kutub al ‘Ilmiyyah, Beirut..
itu secuil dari referensi tercetak tentang sastra Arab…
ini ane sebutin biar lebih jelas, walau sebenarnya udah terlalu umum untuk orang yg belajar bhs Arab walau baru tingkat menengah… itu bukti sastrsa, kan ane udah juga jelasin dari sisi akal, kalau perbedaan pembahasaan itu adalah hal yang wajar.
ane tanggapai pernytaan ente bahwa ane kasar, sebenarnya yg kurang ajar sejak kurang lebih 2013 (sejak post ini) atau bahkan sebelumnya: Allah pelupa/tidak terpercaya/pengarang fiksi…
ente bisanya bilang kasar hanya saat ente tersudutkan, iya!?
@Aqil Abul Fida: lah anda sudah baca buku apa saja atau anda sudah sekolah apa saja itu gak penting.
Tunjukkan saja argumen anda yang meyakinkan tanpa perlu emosional dan menyerang lawan diskusi anda.
Dengan mengancam atau menyerang lawan diskusi anda, anda gak terlihat lebih pintar kok 🙂
satu lagi dari kata-kata ente wahai orang tua yang lupa diri: “… anda gak terlihat lebih pintar kok”
ooh brrti ente hanya ingin terlihat lebih pintar yah!? hha kasihan sekali kamu, karna gak diakui jadi buat2 tulisan kayak gini biar dapat pengakuan… gak ada modal…
dan ane gak mau kok terlihat pintar, tpi aslinya bodoh… itu kamu aja kali
@Aqil Abul Fida: semakin anda marah-marah dan menyerang lawan diskusi anda, anda semakin terlihat tak mampu menyampaikan argumen dengan jernih.
Marah-marah tak membuat anda lebih benar kok 🙂
oh ada yah tanggapan untuk salah satu argumen ane, tentang berbedanya teks yang diucapin Allah k Nabi Musa… tapi intinya ente mutar lagi dan = gak membantah contoh ane
yah MUTAR lagi dia, udah dikasih contoh tentang ente yang pernah memberikan nasehat dengan sepuluh paragraph… malas ah, bdoh d pelihara,,,
dan sangat lucu rasanya ketika ente memberikan contoh “Susi cantik dan sexi” dan “Susi sexi dan cantik”, karna : (1) emang apa faedah yg lebih jika yang diucapkannya adalah yg pertama atau yg kedua, (2) ada apa ini dengan ‘sexi’!? hha terobsesi yah dengan yang sexi2, makanya nentang agama islam soalnya di islam dilarang tuh jadikan pandangan liar ke yg sexi2
sori yah ane sibuk, males ladenin orang yang gak bermodal kayak kamu
@Aqil Abul Fida: terima kasih untuk menyumbang komentar di situs saya.
Mohon maaf jika bagi anda untuk berkomentar di situs ini ternyata membutuhkan modal lebih dari saya yang harus menyiapkan server, membeli domain, mendisain tampilan, serta tentunya pikiran dan waktu untuk mengisi situs ini dengan tulisan dan tanggapan atas komentar anda 😀
laah udah dikasih tahu, ente punya telinga gak!? eeh iya yah, ente bukan cuma buta hati, tapi buta mata juga, iya kah? kenapa argumen ane cuma dibalas dgn hujatan membabi buta + usaha menyudutkan kalau ane su`ul adab?
buat lo : BURUK RUPA CERMIN DIBELAH
kalau memang kalah ngaku aja, sombong amat sih! malau kalah sama anak muda, iya!?
emang dilarang emosional!? Ente manusia apa benda mati? Marah itu hal yang wajar pada manusia, selama tidak menjadikan dia keluar batas yah gak apa2… ente kayak anak TK saja, gak bisa marah sedikit ntar nangis… jangan2 emang makhluk hidup, tapi hati ente yang kayak benda mati
aneh rasanya, nte dari komen ane yg pertama rasanya cuma satu kali nte balas membantah, yang lainnya cuma tangkisan gak bermodal…
Catatan: ane sebutin apa yang pernah ane pelajari biar ilmiyah tahu! gak ABAL-ABAL atau pembagi faedah agama DADAKAN.
Juga ane marah2 begini selain ente melecehkan islam, juga ente kagak jawab2 argumen ane lalu gak mengaku juga
@Aqil Abul Fida: tenang bro, jangan sewot. Ruang komentar ini adalah ajang diskusi terbuka. Anda meyakinkan saya dengan argumen anda, saya juga meyakinkan anda dengan argumen saya.
Kalau saya tak bisa meyakinkan anda ataupun anda tak bisa meyakinkan saya, ya gak papa, berarti kita memang belum menemukan kesamaan pendapat, gak usah marah-marah atau merasa dilecehkan.
Oke 🙂
Saya baru membaca tulisan anda di penghujung tahun 2018 ini.opini anda disini ttg isi kitab suci Alqur’an..tapi senelumnya boleh saya tahu bapak sendiri menganut agama apa?atau anda seorang atheis??
@Nanda: sudah baca Islam Anti Nalar? Benarkah? , di ujung akhir tulisan ada paragraf
Sepertinya anda tipikal banget sebagai orang beriman (yang menolak berpikir).
Saya Islam, dan menunggu komentar tentang tulisan saya, bukan tentang saya. 🙂
Kalo alquran detail, apa gunanya Allah menciptakan itu otak jaran!
Purgatory77: jadi kalau menurut anda Al-Qur’an gak detail, detil percakapan Allah di tiga tempat tersebut bukan bagian dari Qur’an? Kan itu detil?