Beruntunglah kita yang hidup di era komputer dan internet, segala informasi hampir semuanya dapat dicari di internet atau diproses di komputer. Dengan komputer menelusuri dokumen yang dahulu mustahil bisa dilakukan dalam hitungan hari, bisa dilakukan. Bahkan lebih cepat.
Untuk Qur’an, ada Qur’an elektronik yang bagus dan saya suka karena kemudahannya yaitu Zekr dan yang penting adalah software ini gratis. Anda dapat mengunduhnya di http://zekr.org .
Banyak hal baru yang akan bisa anda peroleh dengan menggunakan Qur’an elektronik ini.
Temuan Bermasalah
Salah satu temuan yang menarik yang saya bagikan adalah: coba anda lakukan pencarian terhadap frase “melihat api” di terjemahan Qur’an.
Ada tiga hasil yang akan keluar. Ketiganya bercerita tentang kisah Musa yang melihat api dan berdialog langsung dengan Allah. Kisah ini juga diceritakan di Injil dengan detil yang berbeda.
Yang menarik dari cerita itu di Qur’an adalah, satu cerita yang sama diceritakan dalam tiga lokasi dengan detil yang berbeda.
Untuk lebih jelasnya ketiga cerita itu saya jajarkan dibawah, saya hanya tampilkan dialog yang terjadi antara Allah dan Musa. Detil lengkap penceritaan dapat anda lihat sendiri di Qur’an.
An-Naml ayat 7 dst. | Al-Qasas ayat 29 dst. | Taa-haa ayat 10 dst. |
---|---|---|
“Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.”Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan lemparkanlah tongkatmu” | “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam, dan lemparkanlah tongkatmu” | “Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa”.“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? “”Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya”.”Lemparkanlah ia, hai Musa!” |
Detil Yang Mengundang Tanya
Apa yang dapat dilihat dari tiga penceritaan Qur’an diatas:
- Ketiga cerita mengisahkan peristiwa yang sama.
- Dialog yang terjadi berbeda di ketiga cerita tersebut walau mengisahkan peristiwa yang sama.
- Pada dialog 1 & 2, Allah memerintahkah Musa melemparkan tongkat setelah Allah memperkenalkan diri.
- Pada dialog 3, Allah memerintahkan Musa melepas terompahnya sebelum memperkenalkan diri. Setelahnya Allah bertanya tentang apa yang dipegang Musa, sesudah Musa menjelaskan bahwa itu adalah tongkat, Allah baru memerintahkan untuk melemparkannya.
Kesimpulannya apa?
Detil peristiwa dalam Qur’an tidaklah penting kesesuaiannya dengan peristiwa yang nyata, terbukti dengan tiga versi dialog untuk peristiwa yang sama dalam Qur’an. Bila semua detil Qur’an akurat, tentu hanya ada satu versi dialog ini, karena peristiwanya adalah satu
Kesimpulan ini berlawanan dengan anggapan umum yang dipahami oleh kaum Muslim yaitu Semua peristiwa yang diceritakan dalam Qur’an adalah nyata terjadi sampai ke detil-detilnya.
Atau… anda punya kesimpulan lain?
saya sebagai Islam abangan secara pribadi mengakui kerancuan itu. Tapi karena saya terlahir dari lingkungan keluarga dan masyarakat Islam, menjadikan Islam mendarah daging ditubuh saya. Dan saya akan tetap Islam walaupun secara rahasia punya konsep sendiri dalam otak saya. Saya pikir tidak hanya di Qur'an saja, mungkin semua kitab agama lain pun banyak kerancuan. Mungkin bagus kalau berbagai penganut agama berpikir secara obyektif mengakui kerancuannya masing-masing walaupun dalam hati sehingga antar penganut tidak saling…… dan manusia memandang manusia sebagai sesama manusia.
Begitu pendapat dari yang naif ini.
@Edi Susanto: pada akhirnya iman adalah sesuatu yang paling personal. Kita semua punya konsep pribadi mengenainya.
Mengenai problem di kitab suci, dibandingkan kitab lainnya Qur'an tergolong paling sedikit mengandung kontroversi. Hal ini sedikit banyak karena Qur'an merupakan kitab dengan sumber tunggal yaitu Nabi Muhammad, sedangkan kitab suci lain merupakan kompilasi tulisan dari berbagai sumber dan masa.
Apakah yang penulis maksud : ada perbedaan = ada pertentangan di Al Qur’an?
kalau cerita yang berbeda saya pribadi setuju, tetapi bahkan dr contoh diatas tidak ada pertentangan, karena bila di analogikan:
Cerita 1: A , E
Cerita 2: A
Cerita 3: A, B, C, D, E
Apakah masing-masing cerita berbeda, IYA, bertentangan, TIDAK. Mohon artikel penulis diatas lebih diarahkan kemana?
Bila mengenai perbedaan, saya kira tidak perlu dibahas lagi.
@Endars: Saya bicara perbedaan bukan pertentangan.
Tulisan saya bercerita tentang:
# Ada satu momen terjadi
# Qur’an menceritakan dalam 3 lokasi surat
# Qur’an menceritakan sampai ke detil percakapan
— problemnya —
# 3 detil tersebut berbeda
# pasti ada yg tidak sesuai dgn realitas, karena momennya satu berarti detilnya pasti hanya satu.
— kesimpulannya —-
a. Hanya salah satu detil percakapan tersebut akurat (yg mana?), dua lainnya tidak akurat.
b. Qur’an mementingkan inti cerita, akurasi detil tidak penting. Dalam penceritaan, detil disesuaikan irama syair gaya sastra Qur’an.
c. bisa jadi Qur’an hanya menggunakan kisah tersebut sebagai sarana penyampai pesan moral. Mengenai kisah itu nyata atau hanya dongeng, itu tidak penting.
Terima kasih untuk komentarnya.
assalamualaikum wr.wb..
izinkan saya ikut berkomentar di forum yang menurut saya menrik untuk di ikuti dan untguk menambah wawasan selkuas-luasnya.
saya sudah membaca dan menyimak artikel beserta komentar-komentarnya.
dari inti topik pembicaraan artikel di atas, Bapak judhi menanyakan kesimpulan artikel tersebut.
yang jawabannya sudah di komentar terhadap Bapak Endars. adapun soal mana yang akurat ataw tidak dari detil percakapan antara nabi Musa dengan Alloh swt< saya pikir itu mungkin jangan terlalu dipertanyakan… karena tidak ada orang pun yang menjadi saksi hidupnya..
soal kebenaran hakiki hanya milik Alloh sang maha sempurna. karena kalo ada persoalan yang tidak bisa dijawab dengan jawaban yang pasti akibatnya bisa menimbulkan keragu-raguan, yang dampak lebih parah bisa menimbulkan hal-hal negatif baik untuk persoal maupun untuk global.
Sekian komentar dari saya, semoga ada hikmahnya…
semoga semua makhluk ciptaan Alloh swt sllu dalam petunjuk dan limpahan kasih sayang-Nya…
aammminn….
wassalam wr.wb
@Supriadi: terima kasih, untuk tambahannya.
Qur’an memang dituliskan dengan gaya bahasa yang mirip prosa dan puisi yang mementingkan rasa dan penghayatan, jadi kalau kita membacanya sebagaimana kitab undang-undang atau buku sejarah modern yang mementingkan akurasi, maka kita bisa kehilangan pesan penting dari Qur’an.
assalaamu’alaikum
anda adalah seorang pencari kebenaran, sy yaqin akan hal itu. tetapi mslhnya adalah, ketika qt mencari cari kebenaran akan suatu berita, qt harus mempunyai “alat” untuk menemukan kebenaran berita itu,, analoginya : anda di beri tahu bahwa garam itu rasanya asin,, bagaimana mungkin anda tahu akan kebenaran bahwa garam itu asin jika tidak ada garam didepan anda yg bisa anda cicipi,,kaki yang anda pakai untuk melangkah mengambil garam,,mata anda untuk melihat bahwa itu garam,,tangan yg anda pakai untuk menjumput garam,,lidah yg anda pakai untuk merasa,,semua itu adalah alat,, bahwa dalam hal ini anda mencari kebenaran tentang “cerita” dalam 3 ayat dalam 3 surat berbeda pada Qur,an yg menurut anda ada perbedaan,,maka anda harus punya alat untuk mengetahui perbedaan(atw mgkin persamaan?) yg anda mksud,,,,Qur’an diturunkan dlm bhs arab, alat yg wajib anda punya adalah bhs arab,,anda harus kuasai dulu bhs arab scr menyeluruh(sblum tanya sama saya dimana hrs belajar bhs arab,,boleh anda keliling kota tmpat tgal anda,,mgkin di kota anda ada pesantren?),,setelah itu baru anda boleh berkesimpulan bahwa ada beberapa(ataw banyak???) ayat dalam Qur’an yg tidak sesuai antara satu dan lainnya,,,semoga saran saya berguna,,
@Atmo: pendapat anda mirip pendapat Afriza. Silakan membaca ulang jawaban saya sebelumnya.
Terima kasih komentarnya
posting yang bagus….sangat detail lagi jika diutarakan dengan lengkap tidak hanya sepotong2….lanjutkan
@Bombenk: terima kasih menganggap bagus tulisan saya. Untuk detail, mungkin ada yang lain yang bisa menyumbang?
Alahamdulilah diforum ini aku bisa belajar dan menilai suatu perdebatan dalam mempersoalkan Al Qur’an, yang ternyata sangat menarik.
Semua perdebatan itu didasarkan pada Qur’an yang sama terbitan Mesir tahun 1924.
Bagaimana kalau kita bicara/berdebat tentang Qur’an saat nabi Muhammad masih hidup, dan selanjutnya saat terkumpul dan diberikan kepada putrinya Umar, dan ternyata katanya beda juga dengan yang diedit oleh Usthman yang katanya berbeda dengan yang ada di tante Hafsa. Sayangnya yang lain disuruh dibakar.
Nah dari cerita itu, aku jadi bingung, kita berdiskusi sesuatu yang tidak boleh didiskusikan, dan dilain pihak ingin dipakai rasio. Pastilah tidak nyambung karena kita tidak memakai “bilangan i’ hehhheeee
yang lain memakai keyakinan bahwa Al Qur’an ada disurga dengan terbuat dari lempengan emas. Itulah yang diberikan pada nabi sepotong sepotong.
Jadi gimana yahhh huhhuuuuuu
Wassalam
H. Bebey
@H. Bebey: dari diskusi yang ada paling tidak kita dapat wawasan bahwa kitab suci atau ajaran agama hanyalah sarana untuk menjadikan kita sebagai rahmatin-lil-alamin sebagai tujuan hidup kita.
Kita tak boleh terpaku pada yg tersurat dan melupakan yg tersirat.
Secara bahasa jadal berasal dari kata جَدَلَ-يَجْدُلُ – جُدُوْلًا yang artinya صَلُبَ وَ قَوِيَ atau dalam arti lain الحَبًّ : قَوِيَ فِى سنبله[8]
……
[komentar asli sepanjang lebih 3x panjang tulisan saya, saya potong untuk memudahkan pembaca yang lain]
@AbdulSomad: mohon maaf saya memotong komentar anda. Panjangnya 3x panjang tulisan saya, dengan kutipan-kutipan yang tidak terlalu fokus pada pokok bahasan tulisan ini.
Silakan berkomentar lagi dengan poin-poin yang jelas dan mudah dimengerti.
Terima kasih untuk berkomentar di sini.
an naml:7..artinya bukan itu
Thaha: 10..artinya bukan itu
al qashash:29..artinya juga bukan itu
katanya sdh download softwarenya…kok masih salah.
salah pa ngawur copy paste punyanya orang lain..??
@arifkusmift: benar bunyi ayat yg disebut bukan itu, akan tetapi rangkaian ceritanya bermula di an-Naml 7 , Thaha 10, dan al-Qashash 29.
Saya ambil hanya bagian yang mengisahkan momen yang sama, kalimat-2 pembuka dan keterangan yang tidak terkait langsung saya skip. Ini semata-mata untuk ringkasnya tulisan.
Kalau ada Qur’an atau software Qur’an bisa dilihat sendiri lengkapnya.
saya tertarik juga untuk ikut berdiskusi.
Terus terang,bagi saya yang ngga begitu paham agama,saya cukup percaya dan mengimani isi Alqur’an.kalo menurut saya,kesimpulan 3 ayat tadi sama saja intinya.jadi,kalo saya ngga akan mempermasalahkan masalah detail seperti itu,karena toh intinya sama.
@Zhiigo: memang tidak ada problem di inti cerita, tidak akan mempengaruhi cerita secara umum.
Masalahnya di detil, ada 1 peristiwa yg dijabarkan dgn 3 detil yg sbb:
1 – Allah berkata A ke Musa, sebelum suruh lempar tongkat
2 – Allah berkata B ke Musa, sebelum suruh lempar tongkat
3 – Allah berkata C ke Musa, sebelum suruh lempar tongkat
kalau sesuai realitas perkataan Allah tentunya hanya 1 macam, yang benar terjadi mana dari A, B atau C?
Terima kasih untuk ikut komen.
Alhamdulillah,
mujur ada web perbincangan semacam ini.
td br saja sya mau menjawab pertanyaan seseorang yg mempersoal ayat yg sama dgn ayat persoalan anda. sekarang saya jadi faham selumat2nya, insyaallah.
moga Iman saya ini bertambah kuatnya. terima kasih Judhianto.
@Nursadiq: terima kasih kembali.
Alasannya kenapa kata-kata dalam 3 ayat itu berbeda-beda tapi maksudnya sama, karena di situ menceritakan Allah sedang berbicara langsung dengan Musa, sedang “ucapan/perkataan” Allah (menurut keyakinan muslim) berbeda dengan ucapan makhluk yg misalnya bisa direkam, disuarakan dan sebagainya. Intinya ucapan dari dzat sang khalik berbeda dengan makhluk. Jangan bayangkan kalam Allah seperti suara SBY sedang berpidato. Hehe
@Bram: kalau dihadapan hakim bila saksi bercerita satu kejadian dgn 3 detil beda bisa dituduh bohong. Tapi karena menurut anda Allah sang khalik berbeda dgn mahluk, maka itu tidak disebut bohong.
Hmm… Saya tidak setuju, tapi okelah kalau itu pendapat anda.
Dan satu lagi soal sulaiman berbicara dengan semut. Dalam ranah mukjizat memang tidak bisa dilogika. Hewannya yg diberi kemampuan oleh Tuhan untuk bisa berbicara dengan sulaiman, begitu sebaliknya, sulaiman bisa berbicara dengan semut yg sudah diberi kemampuan oleh Tuhan. Hal ini cuma dalam ranah mukjizat. Karena tidak bisa dilogika/bertentangan dengan hukum alam (pada umumnya) makanya disebut mukjizat
@Bram: anda kompak dengan saya saat mengatakan kalau semut bisa bicara tidak bisa diterima logika.
Tapi kita berbeda untuk memberi istilah fenomena itu.
Anda sebut: Mukjizat.
Saya sebut: Dongeng.
Terima kasih untuk komentarnya.
Maksud sy, ucapan/perkataan Tuhan itu berbeda dgn ucapan/perkataan manusia. Ucapan/perkataan manusia ada suaranya, lafal/huruf dll seperti yg kita dengar/lihat. Sedang perkataan Tuhan konon “pada dasarnya” tidak bisa dilafalkan, tapi bisa dimengerti bagi yg dikehendakiNya. Maka, bisa jadi Tuhan memang benar2 mengucapkan apa yg ada dalam 3 ayat yg berbeda-beda itu dengan berbeda2 dlm satu waktu dan satu ucapan (karena Tuhan maha kuasa dan tidak terbatasi ruang dan waktu)
@Bram: kan perkataan Allah diucapkan kepada manusia (Musa)?
Apa Musa saat itu secara pararel mendengar 3 ucapan berbeda (seperti paduan suara dari Allah) ?
Atau itu terjadi dalam 3 dunia pararel yg berbeda (semacam di film scifi) ?
Aneh, tapi silakan saja kalau itu yang anda percaya. Kan tak ada yang tak mungkin bagi Allah?
Kalau saya sih sederhana saja: gak usah memaksa Qur’an jadi buku sejarah, apa salahnya Allah bercerita dengan gaya dongeng? Dia kan Maha Kuasa, apa hak kita membatasinya?
Maaf, untuk ukuran orang sekaliber anda patutnya sudah cukup paham akan tauhid (sifat2 Tuhan) jika basic anda seorang muslim, tp saya lihat dari komentar2 dan beberapa artikel yg anda posting banyak yg konyol di mata saya sbg muslim. Saya sudah berusaha menjelaskan ttg “kalamUllah” tetapi anda sepertinya gagal menangkap penjelasan saya sesuai yg saya maksud, hehe.
Setelah tadi saya membaca artikel anda ttg Nuh juga aneh, karena di quran, adzab hanya utk umat Nuh (bukan seluruh dunia), artinya itu cuma banjir lokal, dan di quran jg tidak menyebutkan semua spesies di dunia ikut di bawa (diyakini cuma binatang ternak). Yg anda tulis terlihat referensinya merujuk pada bible yg menganggap itu banjir global.
@Bram: saya hanya merespon pernyataan dalam komentar anda.
Mengenai ternyata bahwa pernyataan anda dalam 3 komentar terdahulu itu adalah penjelasan anda tentang “KalamUllah”, ya mohon maaf, itu tidak cukup meyakinkan bagi saya.
Banjir Nuh cuma banjir lokal? ya silakan…., kan tidak ada paksaan untuk setuju dan tidak setuju dengan saya.
Ok. Saya jelaskan lagi, KalamUllah/perkataan Allah itu pada dasarnya tidak memerlukan lafadz/huruf/abjad/kata layaknya ucapan manusia. Misal seperi transfer data infra merah/bleutooth dari hp ke hp atau pc ke hp. Jadi satu ucapan/transferan bisa mengucapkan kandungan arti yg banyak… Makanya Nabi Musa dijuluki KalimUllah (nabi yg bicara langsung dgn Allah)
@Bram: yang dibahas di artikel ini kan yang tertulis dan terbaca dengan bahasa manusia (Qur’an)?.
Anda salah komentar bila yang ingin anda komentari adalah perkataan yang tidak butuh huruf/kata/ucapan semacam komunikasi bluetooth, inframerah atau telepati…
KalamUllah yg diberikan ke Musa kalau ditranskip/ditekskan ya isinya yg di Alquran itu. Anda juga bisa mentransfer 3 ayat itu bersamaan dari PC ke HP dlm satu waktu dan tempat dengan kecanggihan teknologi skrg, misalnya, apalagi Tuhan yg menciptakan Musa, tentu tahu cara mentransfer kalamNya, misalnya.
Intinya, yg perlu anda ketahui adalah kepercayaan muslim tentang bagaimana ciri/sifat KalamUllah. Bahwa kalamUllah pada dasarnya tidak ada lafalnya/huruf/abjad. Soal anda percaya kalamUllah itu ada/tidak dan quran itu benar/salah itu soal lain, yg penting anda tahu dan faham dulu bagaimana ciri/sifat kalamUllah menurut muslim yg alim (berilmu)
@Bram: saya coba simpulkan pendapat anda dengan poin-poin berikut:
* Allah memberikan KalamUllah kepada Musa
* KalamUllah itu tidak dapat dideskripsikan dalam huruf/teks/ucapan
* Al-Qur’an mencatat peristiwa itu dalam 3 lokasi berbeda
* Karena KalamUllah tidak terdiskripsikan, maka wajar bila ada 3 deskripsi yang beda dalam Al-Qur’an. Yang tidak terdiskripsikan dalam huruf/teks/ucapan pasti tidak bisa tepat benar kalau terpaksa dituliskan sebagai huruf/teks/ucapan dalam Al-Qur’an
Alhamdulillah, akhirnya walau dengan cara berputar-putar anda sependapat dengan salah satu kesimpulan yang saya tulis di bagian akhir tulisan saya:
Hehe.. Maksud saya bukan begitu, tapi hampir nyambung lah..
Detilnya kejadian Tuhan berbicara dengan Musa ya seperti yang ada dalam quran dalam tiga ayat itu lengkapnya. Jadi tiga ayat itu benar-benar menyatakan/mendeskripsikan/mentranskipkan dari KalamUllah itu. Misalnya teksnya: Saya Allah Tuhan semesta alam. Saya Allah yg esa. Saya Allah yg kuasa. Ketiga teks saling melengkapi dalam surat yg berbeda utk mendiskripsikan KalamUllah yg diterima Musa. Perlu digaris bawahi, yg bisa begini cuma KalamUllah. Kalau ada cerita pembicaraan manusia dgn manusia dalam quran kok berbeda2 (padahal ucapan manusia ada lafalnya/huruf/abjad), itu jelas masalah, yaitu alquran salah dari segi teks/pencatatan atau memang autentiknya sebagai kitab wahyu dipertanyakan, menurut saya. Kejadian detailnya dalam quran adalah penting (dengan alasan2 tertentu)
@Bram: hehehe… saya lebih senang mencari persamaan daripada perbedaan yang ada.
Hehe.. Btw sepertinya saya sudah follow akun twitter anda lho pak. Hehe
Oya, saya mau komen komentar di atas (bukan dari anda) ttg ilmu tafsir dimana ayat yg satu bisa menggugurkan ayat yg satunya, hal itu benar tapi cuma dalam ranah implementasi hukum, bukan soal cerita maupun tauhid. Karena syasriah/hukum dari Tuhan setiap waktu bisa berubah-ubah menyesuaikan perkembangan peradaban manusia, sedangkan tauhid harus tetap dan sama dari Adam sampai Muhammad. Cerita juga demikian (harus sama) karena tuhan gak mungkin/mustahil mencla-mencle. Hehe
@Bram: terima kasih untuk follownya.
Jika harus ada yang abadi tentunya hanya Allah. Selain Allah tidak ada yang abadi, semuanya terikat ruang dan waktu.
Peradaban manusia, hukum, agama dan bahkan gambaran manusia tentang Allah (misalnya Tauhid) bukanlah Allah itu sendiri, jadi pasti terikat ruang dan waktu. Tidak abadi dan bisa berubah. Abadi itu hanya untuk Allah.
Ok. Dengan membantah komentar saya, saya anggap anda kurang memahami Tauhid (sesuai keyakinan muslim). Karena apa yg saya katakan sama dengan yg anda katakan barusan sebenarnya, hehe..
Hasil penelitian saya (meski tdk menggunakan metode ilmiah): 90% muslim sangat tidak memahami tauhid, 9% agak faham, 0,9% cukup faham, dan 0,1% faham.
Saya berharap anda lebih mendalami tauhid islam, mendalami bukan mengimani, soal anda mengimani atau tidak itu tidak penting. Harapan saya agar ada tulisan2 yg jauh lebih kritis dari ini dan yg telah anda tulis.
Saya tunggu artikel berikutnya. Salam
@Bram: terima kasih untuk penilaiannya pada saya.
Saya sendiri belum sampai kepada maqom untuk berani menilai seseorang, apalah saya ini yang belum sampai pada tahap kebenaran sehingga berani menilai orang lain. Saya cuma pencari kebenaran..
Maaf, saya tidak pakai bahasa tawadzuk ataupun pencitraan dlm mencari kebenaran di sini, karena bukan pilgub DKI yg semua ingin cari kemenangan.
Saya tidak menilai kesalehan maupun akhlak seseorang, tapi tingkat pengetahuan ilmu tertentu, yaitu ilmu tauhid. Misal: ketika saya bilang “asas legalitas” seseorang tidak paham hingga saya perlu menerangkan dgn susah payah, dengan jujur saya anggap orang itu tidak faham hukum positif, meski secara umum keilmuan orang itu bisa saja jauh di atas saya. Makanya di atas saya bilang “untuk ukuran orang sekaliber anda…”
Begitu juga ketika membahas “Perkataan Tuhan” yg di sini dlm ranah islam karena yg dikaji al quran, yaitu disebut “KalamUllah” yg mempunyai ciri dan sifat tertentu sesuai ilmu tauhid.
Kita lihat semua komentar orang2 di atas, apakah ada yang nyambung?
Silahkan nilai sendiri, hehe
@Bram: okelah, memang ada yang untuk menilai butuh bantuan orang lain yang tentunya berterima kasih pada anda, walau ada yang cukup dewasa untuk bisa menilai tanpa bantuan orang lain.
Terima kasih.
jadi, al qur’an itu ditulis ulang dong ya… sama dengan bible, dan injil juga ?
@Ale: rasanya tidak ada hubungannya dengan ditulis ulang atau tidak.
Sebagian kisah-kisah tersebut memang pernah dituliskan di Perjanjian Lama, Perjanjian Baru dan kemudian di Al-Qur`an,