
Beruntunglah kita yang hidup di era komputer dan internet, segala informasi hampir semuanya dapat dicari di internet atau diproses di komputer. Dengan komputer menelusuri dokumen yang dahulu mustahil bisa dilakukan dalam hitungan hari, bisa dilakukan. Bahkan lebih cepat.
Untuk Qur’an, ada Qur’an elektronik yang bagus dan saya suka karena kemudahannya yaitu Zekr dan yang penting adalah software ini gratis. Anda dapat mengunduhnya di http://zekr.org .
Banyak hal baru yang akan bisa anda peroleh dengan menggunakan Qur’an elektronik ini.
Temuan Bermasalah
Salah satu temuan yang menarik yang saya bagikan adalah: coba anda lakukan pencarian terhadap frase “melihat api” di terjemahan Qur’an.
Ada tiga hasil yang akan keluar. Ketiganya bercerita tentang kisah Musa yang melihat api dan berdialog langsung dengan Allah. Kisah ini juga diceritakan di Injil dengan detil yang berbeda.
Yang menarik dari cerita itu di Qur’an adalah, satu cerita yang sama diceritakan dalam tiga lokasi dengan detil yang berbeda.
Untuk lebih jelasnya ketiga cerita itu saya jajarkan dibawah, saya hanya tampilkan dialog yang terjadi antara Allah dan Musa. Detil lengkap penceritaan dapat anda lihat sendiri di Qur’an.
An-Naml ayat 7 dst. | Al-Qasas ayat 29 dst. | Taa-haa ayat 10 dst. |
---|---|---|
“Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.”Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan lemparkanlah tongkatmu” | “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam, dan lemparkanlah tongkatmu” | “Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa”.“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? “”Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya”.”Lemparkanlah ia, hai Musa!” |
Detil Yang Mengundang Tanya
Apa yang dapat dilihat dari tiga penceritaan Qur’an diatas:
- Ketiga cerita mengisahkan peristiwa yang sama.
- Dialog yang terjadi berbeda di ketiga cerita tersebut walau mengisahkan peristiwa yang sama.
- Pada dialog 1 & 2, Allah memerintahkah Musa melemparkan tongkat setelah Allah memperkenalkan diri.
- Pada dialog 3, Allah memerintahkan Musa melepas terompahnya sebelum memperkenalkan diri. Setelahnya Allah bertanya tentang apa yang dipegang Musa, sesudah Musa menjelaskan bahwa itu adalah tongkat, Allah baru memerintahkan untuk melemparkannya.
Kesimpulannya apa?
Detil peristiwa dalam Qur’an tidaklah penting kesesuaiannya dengan peristiwa yang nyata, terbukti dengan tiga versi dialog untuk peristiwa yang sama dalam Qur’an. Bila semua detil Qur’an akurat, tentu hanya ada satu versi dialog ini, karena peristiwanya adalah satu
Kesimpulan ini berlawanan dengan anggapan umum yang dipahami oleh kaum Muslim yaitu Semua peristiwa yang diceritakan dalam Qur’an adalah nyata terjadi sampai ke detil-detilnya.
Atau… anda punya kesimpulan lain?
Kalo begitu ternyata sebagian ayat-ayat al-quran diambil dari Bible, perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, bukan Muhammad memperoleh langsung dari Tuhan
@Geloaku: dalam tradisi agama-agama rumpun Ibrahim, suatu wahyu mempunyai kesinambungan dengan wahyu sebelumnya. Kisah yang ada dalam wahyu sebelumnya disajikan ulang dengan racikan dan penekanan-penekanan baru.
Sebagai contoh alkitab yang dipakai pemeluk kristen terdiri dari Perjanjian Lama yang merupakan peninggalan Yahudi dan Perjanjian Baru yang berasal dari era Yesus. Kisah yang ada di Perjanjian Lama dikutip di perjanjian baru untuk menguatkan pesan-pesan baru di Perjanjian Baru. Karena berupa cuplikan, kisah itu tidak lengkap, kalau mau lengkapnya ya baca di Perjanjian Lama.
Hal yang sama terjadi juga di al-Qur’an. Kisan di Qur’an hanya berupa potongan-potongan yang jauh dari lengkap untuk menyampaikan pesan-pesan baru. Di Perjanjian Baru dan Qur’an, anda tidak akan melihat kisah Nabi-2 terdahulu secara utuh dari awal sampai akhir seperti di Perjanjian Lama. Untuk mencari kisah lengkap para nabi, umat Islam biasanya merujuk ke kisah-kisah israiliyat yang dituturkan para sahabat, yang notabene sumber-sumbernya ya berasal dari sumber Yahudi dan Kristen yaitu Perjanjian Lama dan Baru.
Bila memakai cara penyusunan Alkitab umat Kristen, seharusnya mushaf al-Qur’an sangat tebal dan terdiri dari tiga bagian yaitu: Perjanjian Lama (Yahudi), Perjanjian Baru (Kristen) dan Al-Qur’an.
Terima kasih.
saya heran kenapa Pak Judianto baru tau akan hal ini. jarang ngaji ya pak? 🙂
ayat2 beginian banyak sekali di al-Qur’an, kisah yg secara detail diceritakan berbeda, namun esensinya sama.
perlu dipahami, Qur’an bukan semata2 kumpulan kisah, bukan pula semata2 kumpulan pengetahuan. jangan heran kalo di Qur’an kisah2 terdahulu tidak diceritakan dengan lengkap dan urut, karena memang Qur’an bukan kumpulan dongeng.
Qur’an adalah kitab suci dimana manusia yg berakal bisa mengambil faedah berupa petunjuk hidup.
apakah Anda yakin bahwa kisah percakapan Allah dengan Musa AS dilakukan dalam bahasa Arab?
Anda berniat menghakimi Allah karena gaya cerita yang berbeda2? 🙂
@Aziz: saya heran kenapa anda masih bertanya tentang hal ini. Gak baca komentar-komentar sebelumnya ya?
Anda berniat menghakimi sebelum memahami? Silakan baca komentar terdahulu sebelum berkomentar.
Terima kasih.
bung Judhi..
ketiga ayat tersebut berbeda detailnya tapi ingat bahwa ketiganya tidak berlawanan makna.
ingat dalam Al-Quran tidak ada kisah yang bertentangan satu sama lain.
penggalan ayat di atas lebih mengarah pada perbedaan detail.
dan satu lagi yang perlu bbung judhi catat, pertanyaan dalam kepala bung judhi “mengapa Alloh membuat 3 versi detail cerita yang berbeda?”
saran saya bacalah “Matematika Alam Semesta dan kodetifikasi bilangan prima dalam al-quran” bung Judhi akan lebih memahami alasan nya..ok ?
jangan dibalas komentar saya jika bung judhi belum pernah membaca “Matematika Alam Semesta dan kodetifikasi bilangan prima dalam al-quran”
@Ikhwanasli: saran saya: baca dulu komentar sebelumnya sebelum memberi saran.
Saya tidak pernah mengatakan ada perbedaan esensi di ketiga penceritaan tersebut, yang beda adalah detilnya.
Ini seperti seorang yang 3 kali melaporkan bahwa si A memakai topi, akan tetapi dilaporan pertama topinya merah, laporan kedua topinya biru dan terakhir hijau.
Jika berpegang pada esensi, ketiganya sama, yaitu melaporkan si A pakai topi.
Masalahnya pelapor ini pikun atau buta warna? kok laporan warnanya ngaco. OK!
Quran itu adalah “petunjuk”. Ibarat petunjuk rambu lalu lintas, sama-sama bertanda dilarang belok kanan tetapi antara rambu yg satu dengan yg lainnya berbeda detail gambarnya. Yang satu tanda panahnya runcing, yang kedua warna hitamnya melebar dan yg ketiga ukurannya berbeda. Apapun bentuknya sebuah petunjuk, yg perlu kita mengerti adalah “hal yg ditunjuk” dan bukan alat penunjuknya. Akan sangat melenceng dari maksud pencipta petunjuk apabila kita harus berpegang kuat2 dengan pendapat bahwa buku petunjuk tsb adalah benar hingga sedetail-detailnya…
@Slenthem Marem: terima kasih, anda menguatkan kesimpulan bahwa cerita di Qur’an tidak selalu sesuai dengan realitas.
hehehe..
lucunya,
apabila sesorang membandingkan antara “percakapan” yang ada di Komik dengan Al Qur’an.. maka mereka akan menuntut sama agar Al Qur’an pun memiliki konteks dan Format yang sama dengan Komik.. bahkan jika boleh, mereka pun ingin agar Al Qur’an punya cerita ber-Gambar, agar otak mereka tidak perlu lagi bekerja keras menerjemahkan makna tersirat dan tersurat dalam Al Qur’an..
bagi beberapa orang yang kebanyakan membaca Komik, alur kisah yang diceritakan dalam sebuah Komik mutlak harus sama dengan isi kepala mereka, sehingga mereka bukan lagi bertindak sebagai “pembaca” tetapi sudah menjadi “pengarang” Komik.. okelah karena Komik memang Fiksi buatan manusia.
dan ini lah yang ingin diterapkan dalam Al Qur’an.. sehingga mereka ingin berkata: mengapa nama “Yesus” di dalam Bible berubah menjadi “Isa” dll??
Apakah Allah benar-benar berfirman menyebut nama nabi “Isa” kepada kaum Yahudi yang berbahasa Hebrew/Ibrani dan Aram? – atau “Isa” dalam Al Qur’an adalah panggilan seorang Nabi Allah dari bangsa Israei yang disebut dalam Firman Allah ber-“Bahasa Arab” ??
Memang, memotong-motong ayat dan menjadikannya sebagai referensi perbandingan antar ayat adalah hal mudah, tetapi yang sulit adalah menemukan rantai kisah yang ingin disampaikan dalam AL Qur’an.
dan dari Ayat yang berisikan percakapan yang ada dalam AL Qur’an.. konteksnya bukanlah pada percakapan itu sendiri, tetapi NILAI AQIDAH yang ingin disampaikan dalam percakapan tersebut.
di Dunia nyata, suatu percakapan yang berlangsung 2 jam secara REALTIME, bisa saja di fokuskan pada sebuah “kalimat implisit” sebagai sebuah Inti Percakan yang benar-benar mengandung sebuah Nilai.. karena tidak perlu sebuah berita ikut menuliskan kalimat “Ha Ha He He” (dari mulut sebuah Narasumber) .-walau kalimat tersebut benar benar nyata.
– Dan itu dalam konteks Berita dan Fiksi…. bukan dalam konteks tafsir WAHYUH ALLAH.
koq bisa”WAHYU ALLAH” tidak sama dengan isi kepala saya??
ya yang salah bukan Wahyunya..tapi kepala yang menerimanya.. 🙂
@Adi: terima kasih untuk ikut berkomentar.
Saya tertarik dengan pernyataan terakhir anda:
koq bisa”WAHYU ALLAH” tidak sama dengan isi kepala saya??
–> ya yang salah bukan Wahyunya..tapi kepala yang menerimanya..
Kalau pernyataannya:
koq bisa ”WAHYU ALLAH” di satu ayat di Qur’an tidak sama dengan ”WAHYU ALLAH” di dua ayat lainnya dalam Qur’an??
yang disalahkan siapa?
WAHYU ALLAH? atau “Kutipan Teks Percakapan dalam Wahyu Allah?
ya jelas tidak harus sama…
sama dalam hal apa? ajarannya.. nilainya.. atau hanya kutipan dialognya? yang tadi yang pakai “hahahehe” dan ayat lainnya hanya kalimat lugas yang mewakili segala percakapannya sejak awal hingga akhir?
Definisi SAMA-TIDAK SAMA-SAMA PERSIS-NYONTEK pada Wahyu Allah, jelas tidak bisa dihakimi dan dianalogikan dengan parameter seperti Kaset Rekaman pada suatu Dialog.
..karena Al Qur’an adalah wahyu Tuhan, dan bukan BIOGRAFI subyek manusia di dalamnya,.. maka definisi “Kesamaan” Kisah bukan ditentukan dari TEKS KUTIPAN PERCAKAPANNYA…
Suatu percakapan di DUNIA NYATA pun yang dikutip, pun tidak harus sama persisss… Perbincangan anda hari ini DIREKAM.. untuk keesokan hari anda diminta mengulangi lagi “perkataan anda sendiri ” belum tentu sama “PERSIS” dengan hasil REKAMAN KEMAREN- walau yang berbicara dari mulut anda sendiri..
apalagi jika yang ingin disampaikan hanya “INTI” dari percakapannya tanpa “HahaHehe” tadi..
well.. dari sini, kita menggunakan parameter “kesamaan Teks” yang ada dalam kepala kita untuk menilai Keabsahan suatu Wahyu dari Allah.. yang diulang-ulang.
Tidak ada Kontradiksi cerita dalam Kisah Musa, hanya ada perbedaan kutipan kalimat wahyu yang ingin disampaikan untuk mewakili semua “Teks Percakapan” secara Utuh- dan bagi saya, cuma yang empunya “Mulut” yang berhak mengatakan itu (BENAR-TIDAKNYA) suatu kalimat memang yang berasal dari Mulutnya sendiri…
LUCU kan kalau ucapan yang keluar dari mulut kita (dan kita yakin memang menyampaikannya), disanggah dan didikte oleh mereka yang justru tidak pernah mendengar “ucapan Aslinya” ???
@Adi: saya sarankan anda membaca dengan teliti (dan tentunya dengan kepala dingin) tulisan saya dan komentar yang lainnya.
Bila anda membaca semua tulisan dan komentar, maka poin yang ada adalah:
* Tidak ada kontradiksi dalam makna kisah Musa dalam 3 posisi ayat dalam Qur’an, beda di detil
* 3 ayat tersebut menampilkan detil pembicaraan yang berbeda dalam satu momen peristiwa
* Dari komentar anda:
apa bedanya dengan kesimpulan dalam tulisan saya:
Hihihi..
ya ya ya saya mengerti.. saya ketawa, karena statemen ini: —“bila semua detil Al Qur’an akurat, tentu hanya ada satu versi dialog ini, karena peristiwanya adalah satu.”
BETUL !
tapi darimana anda tahu DETIL APA SAJA yang terdapat dalam “DIALOG” antara Allah dan Musa- SEBENARNYA ?
bukankah dialog tersebut adalah “KUTIPAN” dari semua Detail dialog antara Allah dan Musa (yang mungkin bila dituliskan semua terdapat HahaHehe tadi?)
anda tahu arti “KUTIPAN” percakapan???
seseorang yang diwawancarai selama 30 menit oleh wartawan, lalu hanya diambil “1 baris kalimat” yang dianggap mewakili keseluruhan Inti Dialog, menurut saya Sah-Sah saja… apalagi jika anda tidak tahu “BARIS MANA” dalam dialog yang dijadikan KUTIPAN” dalam ayat tersebut ????
Sebagai contoh: dalam 1 paragraf percakapan, tidak salah anda mengambil KUTIPAN pada kalimat yang ada di AWAL PARAGRAPH-TENGAH- atau AKHIR PARAGRAPH…. karena memang semuanya BENAR !!
kecuali antar kalimat tersebut – SALING BERLAWANAN (KONTRADIKSI)
jadi apa yang disampaikan sebagai Kutipan percapan Allah-Musa tersebut, adalah saling melengkapi sebagai rangkaian Dialog yang UTUH.
Bagi saya, tidak susah mencernanya… kecuali bila memang kita (tanpa sadar) telah memposisikan diri kita sebagai “PENGARANG” wahyu tersebut.
jadi, boleh donk saya tertawa sekali lagi 🙂
@Adi: jadi sepertinya kita sepakat bahwa kita tidak bisa berharap apa yang diceritakan dalam Qur’an adalah seperti rekaman video atau tape recorder yang sama persis dengan kejadian yang terjadi.
Itu seperti saat kita mendongeng cerita kancil kepada anak kita. Jika diulang lagi esok harinya, tentu kalimat si kancil tidak akan sama persis dengan yang kita ceritakan hari sebelumnya.
Sdr. Judhianto.. siapapun anda, anda sdh terlalu jauh/sesat bermain – main dengan logika yang anda anggap benar menurut anda, tanpa anda sadari anda telah dipengaruhi iblis laknatullah. Semoga Allah mengampuni ammiin…
@Gulman saja: setiap orang boleh berpendapat, dan tak ada paksaan untuk setuju dengan pendapat orang.
Kalau tidak setuju, kalahkan pendapat itu dengan argumen yang lebih baik.
Bila tak mampu berargumen ya abaikan saja, gak usah sebut orang lain sesat.
Terima kasih.
Saya senang dengan pandangan pak judi (bukan berarti sepaham) saya menghormati tulisan2 yang lain. Setidaknya menambah wawasan. Jadi ingat almarhum ayah saya yang 10 kali qatam, bahkan mengartikam dalam bahasa jawa dan indonesia (kebetulan bpk saya juga ada darah arabnya setidaknya faham). Pada akhirnya beliau cuma berpesan. Le quran itu tidak bisa diartikan dalam bhs manapun nanti palah menjadi sebuah kesalahan yg selama ini diyakini umat muslim. Tapi hanya bisa didengar dan dirasakan alunannya kalau dalam bahasa jawa tembang atau sastra jiwa susah untuk diterjemahkan tapi diraskan saja alunannya nanti palah mengena dan tepat sasrannya.
Qur’an dapat dilihat lewat 2 jalan, yaitu jalan logis dan jalan emosi.
Jalan logis berarti Qur’an adalah bacaan yang dibaca karena berisi kumpulan aturan, cerita, nasehat. Untuk bisa dimengerti, mau tidak mau Qur’an harus diterjemahkan dalam kerangka pikiran dan bahasa yang bisa dimengerti, yaitu kerangka pikiran manusia masa kini dan bahasa sehari-hari pembacanya.
Jalan emosi berarti Qur’an adalah bacaan yang sakral, dibaca karena berpahala, dibaca karena berirama seperti puisi. Di jalan ini tidak diperlukan pengertian tentang isinya, tentang bahasanya. Menerjemahkan bahasanya hanya akan merusak rasa khusyuk yang dihasilkannya. Persis seperti lagu romantis yang seringkali kita senang bukan karena tahu artinya, melainkan iramanya yang menghanyutkan.
Dua jalan ini saling melengkapi, tapi di masa kini atau masa depan, jalan logis Qur’an yang menampilkan cara pandang masyarakat Arab 1500 tahun yang lalu, semakin tidak relevan bagi kehidupan sehari-hari.
Akhirnya hanya jalan emosi yang akan membuat Qur’an tetap relevan sampai kapanpun.
kesimpulan saya ttg cerita diatas adalah
walaupun cerita nya berbeda-beda tapi dia tak bertentangan dengan ayat yg lain
dan itu harus digaris bawahi
jadi surat at-thahaa 10 itu sendiri adalah penekanan penjelasan ALLAH,
karena yg seharusnya anda urutkan adalah:
surat at-thaha
an-naml
lalu al-qhasas
sbgmn yg diurut dlm Al-quran
kalau cara membaca anda seperti ini sangat berbeda, sebab ALLAH pada awalnya menjelaskan secara rinci bagaimana ALLAH pada saat itu berkata-kata kepada nabi Musa tentang misinya sebagai nabi sampai kpd perintah melempar tongkat
lalu dilanjutkan dgn an-naml dan qhasas yg menjelaskan ttg inti dari misi tanpa ada penjelasan apapun sampai kpd perintah melempar tongkat
tidak ada yg dipermasalhkan bukan ……?
@Salomon: anda tidak membaca komentar sebelumnya.
Bila anda membaca semua tulisan dan komentar, maka poin yang ada adalah:
* Tidak ada kontradiksi dalam makna kisah Musa dalam 3 posisi ayat dalam Qur’an, beda di detil
* 3 ayat tersebut menampilkan detil pembicaraan yang berbeda dalam satu momen peristiwa
Kesimpulan tulisan saya jelas:
Segala ayat itu tidak melulu harus mendetail tanpa mengubah isinya,
dan memang kita temukan detail cerita yg berbeda, dan ini lumrah
tp saya ingin meralat permislan yg anda buat
seperti orang yg melihat topi, berbeda warna
permisalan yg anda buat tidak harus nya seperti itu dalam membandingkan versi ayat tsb
carilah permisalan yg sepadan agar pembaca mengerti.
@Salomon: anda bilang detail cerita yg berbeda itu lumrah –> kan sudah cocok dgn kesimpulan saya bahwa detil cerita Qur’an tidak selalu menggambarkan kenyataan, karena kenyataan itu satu.
Anda punya permisalan lain? Silakan…
Kenapa ketiga ayat itu dilihat sebagai cerita yang berbeda? Saya melihatnya yang satu lebih detil ketimbang yang lain, dan tidak ada yang aneh dengan itu. Analoginya seperti kita mengutip suatu kutipan, kan bisa begini, “lorem ipsum… sil amet”
Begitu pula jika kita menceritakan peristiwa yang sama di waktu yang berlainan, mungkin di cerita yang pertama kita cerita detil A, B, C, D; berikutnya kita hanya cerita A, B, dan D, dan mungkin kita tambahkan E.
Yang saya lihat dair pemaparan ayat di atas adalah Allah memperkenalkan diri-Nya dan menyuruh Musa melemparkan tongkatnya. Perbedaan detil yang Anda maksudkan itu nampaknya hanya sebatas ‘anak kalimat’, yang sebenarnya bahkan tidak mengubah kronologis kejadian.
@Harun_Bey: cerita memang sama tapi detilnya beda.
Kalau anda merancang pertunjukan untuk adegan ini dan berusaha seakurat mungkin dengan dialognya, maka menggabungkan ketiga dialog tersebut dalam momen yang sama adalah aneh.
Saya tidak paham kenapa Anda menggunakan pengandaian ‘merancang pertunjukan’.
Juga, kenapa Anda gunakan ‘anggapan umum’ dan mempelakukannya seolah-olah dia adalah kaidah tafsir yang tak boleh dilanggar? Saya sendiri tak paham kaidah tafsir Al-Quran, tapi akan lebih fair kalau anda berikan referensi atas ‘anggapan umum’ itu.
@Harun_Bey: yang saya maksud adalah pertunjukan drama, misalkan dalam acara sekolah. Kalau kurang sreg ya bisa pakai rekonstruksi di kantor polisi.
Ketiga potongan percakapan dalam 3 posisi Qur’an itu kutipan langsung pembicaraan, jadi bukan memakai penuturan pihak ketiga. Jika menurut anda itu saling melengkapi, tentunya ketiganya bisa langsung dijajarkan begitu saja, tanpa melalui tafsiran. Dan itulah problemnya, ketiganya tidak sama.
Baru tau ada yang kayak ginian udah lama lagi tahun 2013, bikin kesimpulan dari quran dari sumber dari aplikasi udah g jelas ngeyel lagi diberitau. Niat saudara apa sebenarnya? Menyalahkan terjemahan quran kah? Ya kl salah tinggal protes aj ke sumber yang terjemahin tapi masalahnya sumbernya g jelas, lain kali kl mau ngutip terjemahan ayat quran dari sumber jelas misal nih dari departemen agama jadi kl mau nyalahin terjemahannya kan enak bro. Salam lucu 2020
@Wisnu Wardana: ruang komentar ini adalah sarana berdiskusi dua arah, bukan sarana memberitahu apalagi ceramah searah. Tidak ada yang dianggap lebih pandai dibanding yang lain, silakan sampaikan pendapat masing-masing dan pertahankan pendapat anda dengan argumen yang jelas.
Saya bertukar pandangan dengan komentator-komentator yang ada, silakan ikut berkomentar. Tapi kalau memang anda tidak mampu berkomentar, silakan tunjukkan komentar mana yang paling anda setujui, bukan langsung mengatakan “ngeyel lagi diberitau” — kan sudah ada 246 komentar (mana yang anda maksud pemberitahuan itu?).
Ayo! kalau sekedar memilih komentar yang sesuai, sepertinya anda sudah cukup cerdas kok …
Oh ya mengenai terjemahan, kalau anda cuma percaya terjemahan dari Departemen Agama, saya berikan linknya — kurang lebih sama kok isinya
An-Naml –> https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/27
Al-Qasas –> https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/28
Taahaa –> https://quran.kemenag.go.id/index.php/sura/20
pak judhi.. setelah saya membaca semua artikel anda,maaf kalau saya jadi su’udzhan (buruk sangka) dengan anda, sebab anda dalam berpandangan lebih mengedepankan su’udzan. saya tidak tahu apa agama anda,atau anda belum menentukan agama apa yang pas untuk anda atau anda tidak memilih salah satu agama yang ada di dunia, sehingga anda ingin “bersenang-senang” dengan mereka yang telah beragama atau jangan-jangan anda sudah punya agama namun agama anda adalah agama yang sudah sulit ditemukan pemeluknya zaman sekarang sekarang.
anda terlalu mengandalkan akal seperti mu’tazilah atau bahkan anda lebih parah lagi, anda menganggap semua agama sama, sampai-sampai anda menyepelekan sang pembawa risalah agama (seorang rasul) itu sendiri, terlebih lg nampak seperti jelas anda meragukan isi kitab suci yang seharusnya dipegang teguh oleh pemeluk agama.
terlihat sekali pada artikel-artikel anda, kedangkalan pemahaman bahkan sampai kedangkalan ilmu tentang pembahasan-pembahasan yang ada, anda berargumen mengikuti nafsu akal hingga anda kurang tahu asbabun nuzulnya.
sebelum anda mengomentari tanggapan anda mengenai agama-agama baiknya anda lampirkan juga sumber-sumber yang menjadi rujukan dari ulama sebelumnya, jangan anda tafsirkan ayat-ayat kitab suci dengan nalar anda yang dangkal. karena bahasa sang pencipta sangat jauh dalamnya dibandingkan dengan pemahaman anda yang hanya melihat permukaannya saja.
@Bisman: tulisan saya memakai alur sederhana:
Kalau ada yang tidak setuju dengan kesimpulan saya, cukup lakukan hal sederhana ini:
Saya rasa anda cukup cerdas untuk bisa menunjukkan kesalahan saya dengan cara di atas, bukan argumen ad hominem seperti yang anda tunjukkan.
Ayo! cemungudd kakk… 🙂
Setuju dengan Mas Judhianto. Jika ada hal yang menurut Anda salah dan perlu diluruskan, lakukanlah dengan ilmu yang Anda miliki. Tak usah menyerang penulisnya. Fokuslah pada apa yang ditulis.
@Bisman, Jujur saya akan sangat senang bila dituduh “Seperti kaum Mu’tazilah yg mengandalkan akal” . Saya sendiri membaca sejarah Mu’tazilah dari banyak sumber, bukan dari satu atau sumber-sumber yg telah mengalami distorsi. Argumen seperti “kedangkalan berpikir”, ” Tidak tahu ilmu agama” atau ” Bahasa Quran tinggi perlu pemahaman yg tinggi”, menurut saya terlalu absurd. Menurut saya ,dan pengaruh immanuel Kant yg kuat di saya, kedewasaan bukan diukur dari usia. Tapi begaimana memutuskan sesuatu dan memecahkan masalah dengan mandiri. Dengan menggunakan karunia akal dan fakta-fakta ilmiah yg teruji secara empiris.
Akal, yg selalu dinistakan para ulama zuhud anti Mu’tazilah, adalah alat yg berguna untuk kedewasaan umat manusia. Dengan akal kita jadi spesies beradab dan berbudaya. Kita tidak lagi tergantung “kata Ulama”. Saya sendiri sering muak dengan dialog2 yg ada di TV ketika sahur. Jutaan kali pertanyaan yg sama diajukan umat pada ulama:
“Apa kentut membatalkan puasa?”
“Apakah berenang bisa mengurangi pahala puasa?”
“Bagamana kalau lupa bayar puasa sebelum Ramadhan?”
“Kalau bepergian, tidak jauh, tapi sudah sakit, bolehka berbuka?”
Salahkah umat? tidak! semua karena para ulama mendidik umatnya untuk bertanya dan selalu bertanya untuk ha-hal sepele (kalau engga nanti ga laku di panggil di Tivi). Umat tidak dididik untuk menggunakan akal mereka dan membaca sendiri buku-buku Fiqih. Sering kali klo ada org yg mau belajar Fiqih dan mencoba membuat tafsir. Yang ada adalah kecaman seperti yg anda utarakan “Kamu belum punya ilmunya”.
Hal yg berbeda di sains, klo ada yg buat kesimpulan tapi belum tepat. Saya akan mengatakan “coba habiskan textbook ini dulu”, “Unduh jurnal ini dan buat rangkuman, baru kita diskusi”. Karena itu di sains tidak ada pengkultusan seperti halnya kultus pada “ulama-ulama besar”
Salam
Prasdianto
@Prasdianto: terima kasih komentarnya.
Banyak orang yang asbun ketika mengatakan Mu’tazilah berbahaya, Syiah sesat, Pluralisme itu racun atau Marxisme itu musuh.
Kenapa asbun? karena mereka hanya mem-beo ucapan para ustad atau siapapun yang mengatakannya tanpa pernah tahu sendiri apa yang mereka takutkan itu.
Saya sendiri tak terlalu perduli dengan label-label itu.
Kebenaran bisa datang dari mana saja – bahkan dari orang yang anti Tuhan, sebagaimana dengan kejahatan bisa datang dari mana saja – bahkan dari orang yang meneriakkan nama Tuhan.
Bagi saya, pilihan pikiran dan tindakan adalah wilayah privat setiap orang. Setiap orang berhak memilih pikiran dan tindakan mereka sendiri, tentunya dengan segala konsekwensinya.
Sungguh menyedihkan kalau hanya untuk berpikir dan bertindak, seseorang menyerahkan dirinya untuk dipilihkan yang cocok oleh orang lain.
Jika akhirat adalah pengadilan untuk setiap pikiran dan tindakan kita didunia, maka apa yang diharapkan para pembeo ini?
Jika surga adalah hadiah untuk yang memilih pikiran dan tindakan benar, apa hak para pembeo ini untuk mengklaimnya? toh mereka tidak memilih, mereka dipilihkan.
Mereka para pembeo ini adalah anjing yang patuh pada majikan yang memerintahkan ini-itu.
Jika ada prestasi, hadiah pasti diberikan pada majikannya, si anjing mungkin dapat bagian remah-remah saja.
Bisa jadi justru Allah akan menghukum para pembeo ini.
Bukankah ketika mereka diberi perlengkapan akal agar berpikir, mereka menyia-nyiakannya?
Ketika bisa menjadi manusia yang berpikir, kenapa mereka memilih jadi beo atau anjing suruhan.
Ketika diutus jadi khalifah di atas bumi, kok milih jadi budak di atas bumi?
coba jangan stengah 2 mas judhi, bisa gak liat surat an naml dari ayat 1 sampai habis, begitu pula dua surah (al-qasas dan taa-haa)berikutnya,..sehingga saya tau inti cerita di surah tersebut apa?
@Jin Ifrit: silakan anda menuliskan di sini dimana tulisan saya yang anda anggap salah.
Kalau isi lengkap surat yang anda sarankan, silakan baca sendiri.
Bukankah saya sudah menuliskan dengan jelas pendapat saya? Mana pendapat anda?
Menelisik setiap artikel-artikel Anda,,,,saya mendapatkan kesimpulan tentang diri Anda,,,Siapa Anda,,,wawasan Anda,,,misi yang Anda sampaikan…dan kalau tidak terlalu naif untuk mendakwa,,, maka ada skenario terselubung di balik artikel Anda…(Maaf, )
sungguh kasihan bagi mereka yang hanya terima mentah-mentah setiap artikel yang Anda sampaikan…permainan kalimat-kalimat sangat halus hampir tak terlihat bahwa Anda sebenarnya mengecoh..
Wahai Muslimin wal Muslimat,,,berhati-hatilah terhadap web ini.
@Cahaya: saya setuju untuk kasihan untuk yang menerima mentah-mentah setiap artikel saya, lha wong saya tidak bebas salah.
Tentunya saya juga lebih kasihan untuk yang menerima mentah-mentah dongeng atau pernyataan ngawur para ustad yang dengan mudah dapat kita cek ulang lewat informasi dari internet.
Yang lebih kasihan dan menggelikan adalah yang mau saja ditakut-takuti oleh orang yang sama sekali tidak bisa menjelaskan kenapa kita harus takut. 😀
Saya justru mau ketawa dan kasihan pada yang paranoid dan mengajak orang lain untuk paranoid. Pathetic! 🙂
=========
An-Naml 7
=========
Thaa Siin (Surat) ini adalah ayat-ayat Al Quran, dan (ayat-ayat) Kitab yang menjelaskan,[1]
untuk menjadi petunjuk dan berita gembira untuk orang-orang yang beriman, [2]
(yaitu) orang-orang yang mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat dan mereka yakin akan adanya negeri akhirat. [3]
Sesungguhnya orang-orang yang tidak beriman kepada negeri akhirat, Kami jadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, maka mereka bergelimang (dalam kesesatan). [4]
Mereka itulah orang-orang yang mendapat (di dunia) azab yang buruk dan mereka di akhirat adalah orang-orang yang paling merugi.[5]
Dan sesungguhnya kamu benar-benar diberi Al Quran dari sisi (Allah) Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. [6]
===============================================================
(Ingatlah) ketika Musa berkata kepada keluarganya: “Sesungguhnya aku melihat api. Aku kelak akan membawa kepadamu khabar daripadanya, atau aku membawa kepadamu suluh api supaya kamu dapat berdiang”.[7]
===============================================================
Maka tatkala dia tiba di (tempat) api itu, diserulah dia: “Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.[8]
(Allah berfirman): “Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. [9]
dan lemparkanlah tongkatmu”. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seperti dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. “Hai Musa, janganlah kamu takut. Sesungguhnya orang yang dijadikan rasul, tidak takut di hadapan-Ku. [10]
tetapi orang yang berlaku zalim, kemudian ditukarnya kezalimannya dengan kebaikan (Allah akan mengampuninya); maka seaungguhnya Aku Maha Pangampun lagi Maha Penyayang. [11]
Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan ke luar putih (bersinar) bukan karena penyakit. (Kedua mukjizat ini) termasuk sembilan buah mukjizat (yang akan dikemukakan) kepada Fir´aun dan kaumnya. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik”.[12]
Maka tatkala mukjizat-mukjizat Kami yang jelas itu sampai kepada mereka, berkatalah mereka: “Ini adalah sihir yang nyata”.[13]
Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan.[14]
http://quran-terjemah.org/
============
Al-Qasas 29
============
Dan tatkala ia menghadap kejurusan negeri Mad-yan ia berdoa (lagi): “Mudah-mudahan Tuhanku memimpinku ke jalan yang benar”.[22]
Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: “Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: “Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya”.[23]
Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku”.[24]
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan, ia berkata: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberikan balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami”. Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu´aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu´aib berkata: “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu”.[25]
Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.[26]
Berkatalah dia (Syu´aib): “Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua anakku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberati kamu. Dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang-orang yang baik”.[27]
Dia (Musa) berkata: “Itulah (perjanjian) antara aku dan kamu. Mana saja dari kedua waktu yang ditentukan itu aku sempurnakan, maka tidak ada tuntutan tambahan atas diriku (lagi). Dan Allah adalah saksi atas apa yang kita ucapkan”.[28]
===============================================================
Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan dan dia berangkat dengan keluarganya, dilihatnyalah api di lereng gunung ia berkata kepada keluarganya: “Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan”.[29]
===============================================================
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah yang sebelah kanan(nya) pada tempat yang diberkahi, dari sebatang pohon kayu, yaitu: “Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam. [30]
dan lemparkanlah tongkatmu. Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. (Kemudian Musa diseru): “Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman.[ 31]
Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir´aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”.[32]
Musa berkata: “Ya Tuhanku sesungguhnya aku, telah membunuh seorang manusia dari golongan mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku.[33]
Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu”.
Dan saudaraku Harun dia lebih fasih lidahnya daripadaku, maka utuslah dia bersamaku sebagai pembantuku untuk membenarkan (perkataan)ku; sesungguhnya aku khawatir mereka akan mendustakanku”.[34]
Allah berfirman: “Kami akan membantumu dengan saudaramu, dan Kami berikan kepadamu berdua kekuasaan yang besar, maka mereka tidak dapat mencapaimu; (berangkatlah kamu berdua) dengan membawa mukjizat Kami, kamu berdua dan orang yang mengikuti kamulah yang akan menang.[35]
http://quran-terjemah.org
==============
Thahaa – 10
==============
Kami tidak menurunkan Al Quran ini kepadamu agar kamu menjadi susah; [2]
tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah), [3]
yaitu diturunkan dari Allah yang menciptakan bumi dan langit yang tinggi. [4]
(Yaitu) Tuhan Yang Maha Pemurah. Yang bersemayam di atas ´Arsy. [5]
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. [6]
Dan jika kamu mengeraskan ucapanmu, maka sesungguhnya Dia mengetahui rahasia dan yang lebih tersembunyi. [7]
Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang baik), [8]
Apakah telah sampai kepadamu kisah Musa? [9]
===============================================================
Ketika ia melihat api, lalu berkatalah ia kepada keluarganya: “Tinggallah kamu (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa sedikit daripadanya kepadamu atau aku akan mendapat petunjuk di tempat api itu”. [10]
===============================================================
Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: “Hai Musa. [11]
Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. [12]
Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). [13]
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. [14]
Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. [15]
Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa”. [16]
Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? [17]
Berkata Musa: “Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya”. [18]
Allah berfirman: “Lemparkanlah ia, hai Musa!” [19]
Lalu dilemparkannyalah tongkat itu, maka tiba-tiba ia menjadi seekor ular yang merayap dengan cepat. [20]
http://quran.ittelkom.ac.id
=======================
Setelah saya membaca, menganalisis bagian yang Bung Judhi ambil ‘hanya’ ayatnya saja tanpa merunut dari awal peristiwa itu terjadi. Tidak ada hal yang saling bertentangan, bahkan ianya bersifat penambahan objek dari latar belakang peristiwa itu. Perlu diingat bahwa Nabi Musa bukan sebagai pembicara langsung melainkan dia sebagai orang yang dibicarakan dalam suasana yang berbeda. Sependapat dengan komentator : Kurniawan, Muslim Biasa, dan Adi Alkapita no
Dalam sanggahan ini, saya tidak mengklarifikasi isi Al-quran yang Bung Judhi tuliskan (Silakan Bung Judhi baca kisah Nabi Musa di atas) karena tidak ada yang mesti diklarifikasikan. Itu sudah sesuai menurut kisah, kejadiannya dan objek latar belakang cerita. Semua hanya bersifat penambahan objek yang dilain peristiwa tidak disebutkan sehingga dari segi maknanya pun tidak akan merubah arti yang dikandung dalam surah-surah Al-quran yang menjadi topik pembahasan ini.
Sampai di artikel ini saya Cuma bertanya dalam hati :
1. Apakah memang benar yang menulis artikel ini seorang Muslim/Islam…?
2. Jika Bung Judhi seorang Islam, mungkinkah Bung ingin merongrong kebenaran Al-quran yang jelas-jelas oleh Allah, Dia yang menjaga-Nya (Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hijr. 9)
3. Bung Judhi terlalu pintar dan berotak cerdas sehingga kecerdasan Bung Judhi HANYA untuk mencari-cari KELEMAHAN Al-quran. (“Kami turunkan Al-Quran kepadamu dengan membawa kebenaran, untuk membenarkan dan mengoreksi kitab yang sebelumnya. “ (QS 5:48) dan penjelasan isi Al-quran “Kami menurunkan Al-Quran kepadamu untuk menjelaskan segala sesuatu.” (QS 16:89)
Dan apakah pemikiran Bung Judhi masih ingin “mendewakan” Teknologi yg justru diciptakan oleh manusia dengan segala keterbatasannya…?? dan mampukah teknologi yang Bung Judhi dewakan keberadaannya untuk menganulir firman Allah dalam ayat ini :
(15:22. Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali bukanlah kamu yang menyimpannya.)
Surah Al-Anbiya [21] ayat 33: ”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”
Surah Ar-Ra’d: 2 ” Allahlah yang memperjalankan Matahari dan Bulan. Semuanya berlari (dalam orbit) yang telah ditentukan.”
Surah Ar-Rahman (55):19-20) “Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing.”
Surah Ya Sin [36] ayat 38: ”Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”
Adakah ILMU DAN TEKNOLOGI serta LOGIKA kebanggaan Bung Judhi untuk “mendongengkan” kejadian dalam firman Allah SWT tersebut ke masa kini…??
4. Bung Judhi meng-claim isi/ kandungan Al-quran yang tidak sesuai antara peristiwa satu dengan peristiwa yang lain dalam uraian artikel ini…dan ternyata Bung Judhi berpihak atas penemuan Bung Judhi tersebut, begitu juga tentang Nabi Nuh, Sulaiman……. Lalu MASIHKAH BUNG JUDHI MEMPERCAYAI KITAB SUCI AL-QURAN…??? (Tolong Jawaban logis)
5. Biasanya yang sering mencari-cari suatu kelemahan dengan dasar yang lemah adalah para debater KRISTIAN
6. Dengan membaca seluruh isi artikel NONTONDUNIA ini, saya jadi paham dan mengerti arah dan tujuan Bung Judhi…HALUS tapi TAJAM, LEMBUT tapi MENUSUK. Konsep dan tujuan utama BUNG JUDHI dalam penulisan artikel ini adalah “GHAWZUL FIKR” ( Perang pemikiran merupakan sebuah bentuk perang modern yang dijiadikan sebagai metode terbaru untuk melemahkan Islam dari dalam)
Siapakah dibalik “GHAWZUL FIKR” ini…? Mengapa…?
Bung Judhi sendirilah yang tahu jawabannya…! dan dari sekian banyak orang Indonesia ISLAM ,,, ternyata banyak pula orang-orang yang setipe, seprofesi dengan bung Judhi.
7. Maaf jika tersinggung….dan tidak perlu untuk tersinggung…!!
@Cahaya: terima kasih, akhirnya anda punya “komentar” tentang tulisan saya dan bukan sekedar berprasangka dan menuduh saya (walau masih sih.. – tak apa – saya harus bersyukur atas kemajuan ini).
Mohon maaf saya tidak menampilkan satu komentar anda sebelum ini karena anda masih sibuk dengan segala macam hal yang tidak berkaitan dengan artikel saya. Ruang komentar ini terbatas – jadi saya menghargai komentar yang to-the-point.
Saya akan jelaskan lagi artikel saya dengan bahasa yang saya permudah:
“Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam” | “Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana dan lemparkanlah tongkatmu” | dan seterusnya …
“Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam dan lemparkanlah tongkatmu.” | Maka tatkala (tongkat itu menjadi ular dan) Musa melihatnya bergerak-gerak seolah-olah dia seekor ular yang gesit, larilah ia berbalik ke belakang tanpa menoleh. | (Kemudian Musa diseru): “Hai Musa datanglah kepada-Ku dan janganlah kamu takut. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang aman. Masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia keluar putih tidak bercacat bukan karena penyakit, dan dekapkanlah kedua tanganmu (ke dada)mu bila ketakutan, maka yang demikian itu adalah dua mukjizat dari Tuhanmu (yang akan kamu hadapkan kepada Fir´aun dan pembesar-pembesarnya). Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang fasik”. | dan seterusnya …
“Hai Musa.Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). [13]
Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa”. | dan seterusnya …
Oh ya, saya tidak menanggapi poin 1 sampai 7 pernyataan anda. Itu tidak relevan dengan tulisan saya.
Keep focus bung! tetap semangat!
Terima kasih…
Jk dlm sirah yg bermakna mu’tasabiyat spt 3 sirah diatas tidak ada pertentangannya,, lalu yg admin masalahkan dimananya ??
@Amin: yang mengatakan ada pertentangannya ya siapa? silakan baca dulu dengan seksama.
Ini seperti Cecep menceritakan dalam tiga kesempatan berbeda, bahwa Budi pada saat lebaran kemarin berkata:
1. “A nakal, bodoh dan bebal”
2. “A bebal, nakal dan bodoh”
3. “A bebal, bodoh, nakal lagi”
Ketiganya sama dan tak bertentangan, tapi soalnya adalah yang benar-benar dikatakan oleh Budi saat lebaran itu yang mana?
Cecepnya pikun atau ngarang-ngarang?
Ini seperti yang dituliskan Qur’an, peristiwanya satu kok detilnya ditulis berbeda di 3 lokasi di Qur’an. Ada yang pikun? ada yang salah tulis? atau apa?
Saya sebelum membaca artikel mas yudi saya sudah punya pandangan yang hampir mirip dengan mas yudi tetang agama dan atribut2nya. Saya sering dengar ustad2 menjual obat batin dengan penafsirannya sendiri2 dan cara2 masing2 untuk menarik pembeli. Kenapa saya tidak tertarik mempelajari agama, karena staknan alias tidak berkembang. Dibuai dengan cerita gombal yang tidak ada buktinya sama sekali. Kalau kita belajar sejarah masuknya islam, islam bisa berkembang di indonesia pada saat wali2 sebekumnya tidak laku karena dengan cara kekerasan zaman majapahit maupun sebelumnya. Menilik laki dari keilmuwan, sangat tidak rasional dengan janji2nya tentang surga dan neraka (lemah rohannya). Lebih banyak belajar mengkambing hitamkan allah dari pada berpikir rasional dan sehat. Coba saja setiap ada masalah kita diajarkan dengan penyelesaian yanh bodoh tuhan sedang memberi cobaan pada kita tanpa pernah belajar dengan detail “kenapa begini”. Hadist ini memberi pelajaran buat saya. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ” QS 13:11. Saya tidak usah panjang lebar, jelasnya susah senang yang menentukan diri kita. Tuhan tidak pernah ngurusintakdir kita. Mau percaya atau tidak itu urusan masing2 yang penting kita saling mengormati dan menghargai pendapat setiap orang tanpa harus mengakimi. Kalau kita tidak pernah berpikir, hanya menjadi corong maka niscaya kita akan selalu menjadi orang bodoh dan selalu di bodohi pemuka2 agama yang hanya pinter berceita tanpa pernah bisa membuktikannya.
Tambahan bahwa pemuka agama dan kitab2 agama adalah hasil dari imajinasi manusia atau hasil karya manusia adalah kalau kita mau belajar dari runtutan sejarah jangan hanya membaca dari kitab suci saja bisa jadi kita katak dalam tempurung. Dinosaurus tercipta duluan sebelum manusia ada. Lalu alam berevolusi dan muncul manusia kera primitif yg terus berevolusi seiring berjalannya waktu memperbaiki tampilan dlm sgala hal hingga bisa berpikir dan menciptakan agama dan teknologi sampai dengan sekarang. Bahkan kita sekarang juga sedang mengalami proses evolusi tanpa kita sadari. Makanya kalau surat dalam quran itu berbeda wajar lawong hasil karya manusia.
pengamatan yg bagus pak. sepertinya kita sejalan. semoga umat manusia tetap damai
@TitanicGhost: terima kasih
Gus Miek (almarhum) dalam Suluk Jalan Terabang disebutkan berkata (kurang lebih)…huruf hijaiyah itu ada banyak, ada ba’, ada jim ada dhot, begitu juga dengan seseorang, ada orang yang ilmunya sampai ba’, ada ilmunya sampai jim, ada juga yang sampai dhot. Seseorang yang ilmu seperti itu tidak nyambung kalau diomongin ilmunya ta’, ilmunya hamzah dan ilmunya ya’.
sumber iman ada dalam hati….kita tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang tertutup hatinya.
@Haryoto: iya. Trus apa pendapat anda?
Mas yudi,,, dlm surat mustasabiyat 3 surat diatas hal yg biasa,, masalahnya dimana ??
@Amin: jadi Qur’an memang biasa gak akurat? ya ini saya setuju…
Ada yg ngutip artikel ini di forum debat agama di fb. Berikut tanggapan zalah zeorang member:
Al-Qur’an sering mengulang satu kisah yang sama dan terpisah dalam berbagai surat dengan memuat informasi dengan penekanan yang berbeda, tergantung thema dari surat tersebut. Kadang satu informasi dimuat sedangkan yang lainnya tidak disebutkan, demikian sebaliknya. Kalau melihat keutuhan kisah tersebut bisa diambil semuanya dan digabungkan :
1. Musa mendekati tempat yang dia lihat ada api disana.
2. Allah memperkenalkan diri-Nya.
3. Musa disuruh memuka terompah karena berada ditempat suci.
4. Allah menginformasikan bahwa Dia telah memilih Musa.
5. Allah bertanya apa yang ada ditangan Musa, lalu Musa menjawab itu adalah tongkatnya.
6. Allah menyuruh Musa melemparkan tongkat tersebut.
7. Tongkat menjadi ular.
8. Musa ketakutan dan lari menjauh.
9. Allah memanggil Musa dan menyatakan supaya dia jangan takut.
10. Allah menyuruh Musa untuk memegang tongkat yang sudah menjadi ular tersebut.
11. Allah mengembalikan ular menjadi bentuk semula, yaitu tongkat.
12. Allah memberikan keputusannya kepada Musa bahwa dia telah memilih Musa menjadi Nabi.
@Utthank Abe: untuk, tiga lokasi Qur’an yang menceritakan momen tersebut, saya coba ringkas lebih lanjut dialog yang terjadi:
Kalau hanya melihat inti apa yang terjadi, memang bisa disusun seperti urutan 1 sampai 12, akan tetapi mengingat [A], [B] dan [C] adalah laporan detil dialog, maka tak satupun dialog yang boleh diubah (karena asumsi bahwa Qur’an sudah akurat). Untuk lebih akuratnya, silakan gunakan kalimat aslinya dalam bahasa Arab. Paling tidak ada dua momen sama yang diceritakan di 3 surat tersebut, momen tersebut adalah:
Cara yang beda juga bisa digunakan. Tulis saja semua detil dialog dari ketiga surat tersebut dalam potongan kertas untuk tiap kalimatnya, jangan ada yang dibuang atau diubah. Kemudian silakan susun ulang dalam satu urutan peristiwa, apakah bisa tersusun dialog yang wajar?
mas Judh,
mari gunakan logika ………..
1. logikanya cukup sederhana kq itu mas , 3 “nukilan” ayat tersebut tidak berada pada lokasi yg sama atau peristiwa / waktu yang sama dan ada yang melatar belakangi ,cuman perintahnya yang sama melmepar tongkat, 3 lokasi :
a. Berada dekat api dan sekitarnya
b. Perintah lempar tongkat di istana fir aun
c. Di bukit Thuwa
coba di cek lagi……
2. kedua masalah redaksi dan dialog, bahasa qur’an sifatnya universal,dan logikanya apakah dialog pencipta dengan makhluk sama dengan dialog makhluk dan makhluk….dialog manusia dengan jin..atau dialog manusia dengan dirinya sendiri….
Tinggal dari masing2 pribadi/kacamata pribadi mau memaknai alqur’an dari mana? mau di jadiin apa?
dan prinsip2 pengambilan hikmah/penafsiran dan pemaknaan qur’an lebih detail ada di bagian pelajaran khusus seperti nahwu,shorof,mantiq dan lain sebagainya.
3. ketiga buat referensi aja , bahasa qur’an ada yang tersurat, tersirat dan tersuruf
@Secondface: saya komentari komentar anda:
Mas Judhianto
Sepertinya anda lebih tahu bagaimana seharusnya kisah Musa itu disampaikan daripada Alqur’an.. Ini benar-benar luar biasa sekali..
Anda perlu tahu, bahwa Alqur’an disampaikan untuk semua manusia dari semua golongan..
Tuhan maha tahu bahwa cara berpikir manusia satu sama lain tidak sama..
Anda cara berfikirnya sempit, sedang dan luas…
Karena cara berfikir manusia ini tidak sama, maka Tuhan menyampaikan pesan-Nya juga tidak sama…
Jika anda kebetulan orang yang berpikiran sempit, maka bacalah kisah Musa secara singkat saja..
Jika anda kebetulan cara berfikirnya agak luas, maka renungkan kisah Musa diayat yanglain..
Dan jika anda benar-benar berfikiran sangat luas, mengenal tempat suci dan agama, maka renungkan kisah Musa di ayat lainnya lagi…
Beginilah cara Alqur’an mendidik manusia….
@Syamsul Arifin: pendapat anda tentang saya tidak penting, artikel ini tentang tidak akuratnya detil dalam kisah di Al-Qur’an.
Silakan tunjukkan bahwa anda memahami tulisan orang lain, dan berkomentar pada topik masalahnya – bukan mengomentari penulisnya.
🙂
Quote:”….. Mana yang benar-benar diucapkan Allah?”
Tanggapan saya:
Apa yang menghalangi Allah SWT utk membuat 3 redaksi itu semua benar-benar diucapkan-Nya? Apa yang menghalangi Allah SWT utk membuat 3 redaksi yang berbeda? Kalau mau dibuat 30, 300, 3000, atau berapapun Allah Mahakuasa. Tak ada halangan bagi-Nya.
Kalau Allah SWT menghendaki kejadian itu berulang 30, 300, 3000, atau berapapun, apa yang menghalangi Allah SWT dari hal demikian? Dengan tiap kejadian dialognya berbeda-beda sekalipun. Dengan logika sederhana saja, seorang sutradara bisa mengulang-ulang suatu adegan film hingga berkali-kali. Sangat mungkin para pemain mengucapkan dialog yang berbeda dari satu waktu ke waktu lainnya.
Lebih dari itu, dan ini yang terpenting, mencoba memahami bagaimana sifat/wujud/perkataan Allah SWT untuk selalu sejalan dengan logika manusia, maka alangkah kecilnya Allah SWT. Subhaanallah, Allah Maha Sempurna. Allahu Akbar, Allah Maha Besar. Bagaimana mungkin sifat/wujud/perkataan Allah SWT harus sesuai (baca: tunduk) pada logika manusia?? Padahal manusia di hadapan Nya tidak ada apa-apanya?? Di mana kebesaran, keagungan dan kesempurnaan-Nya??? Alangkah aneh kalau tuhan yang tak bisa lebih besar dari jelajah akal manusia.
@Adkhan Sholeh: oke deh, jadi menurut anda, 3 dialog berbeda itu semua semacam script adegan imajiner? jadi bisa tak terbatas versinya, karena cuma memang imajiner? bukan fakta? oke sip … 😀
Script? Itu kan level manusia. Apakah Allah masih perlu script? Bicara yang lain saja. Wujud manusia butuh tempat, butuh ruang. Masak zat Allah juga butuh ruang? Allah kan tidak memerlukan sesuatu. Kalau Allah butuh sesuatu, sama dong dengan makhluk. Padahal Allah SWT itu Alkhaliq, Sang Pencipta.
Singkatnya, bagi Allah – wa huwa ‘alaa kulli syain qodiir – tidak ada yang tidak mungkin baginya. Mau pakai skenario yang sesuai akal manusia maupun tidak. Manusia terlalu lemah utk menjangkaunya.
@Adkhan Sholeh: lho saya gak bicarakan keperluan Allah kok, saya hanya tunjukkan fakta bahwa untuk satu peristiwa, Qur’an mencatatkan detilnya dalam 3 versi yang berbeda.
Jika ditambahkan masukan anda maka ada beberapa penjelasan berikut:
Kisah Nabi Musa harus diedit lagi dengan informasi baru bahwa Nabi Musa pernah 3 kali melihat api dan berdialog dengan Allah – bukan cuma sekali
Allah mau buat redaksi 3, 100 atau bahkan sejuta tak ada halangan bagi Allah, mengenai manusia yang gagal paham kenapa peristiwa yang satu kisahnya ada berbagai versi, itu bukan urusan Allah. Kita saja yang goblok, kok menyangka Allah itu sosok yang masuk akal dan bisa dimengerti manusia kisah-kisahnya. Kalau Allah sudah ngomong, ya di-iyain saja, perkara gak masuk akal atau konyol, mau pakai skenario yang sesuai akal manusia maupun tidak. Manusia terlalu lemah utk menjangkaunya.
Jk membaca dan memahami alquran hanya krn dengki mk Allah tutup mata, hati dan telinganya shg tdk ada yg bemanfaat apa yg dibacanya dlm Alqur’an ttpi jk membaca dan memahami Alqur’an krn ingin mencari hidayah mk Akan Allah bk mata, hati dan telinganya dan orang yg memeluk islam krn hidayah adalah orang yg berilmu dan smakin memahami Alquran smakn ia mencintainya.krn Islam adalah satu-satunya agama yg paling sempurna dlm pandangan Allah smoga makar anda menjadikan hidayah anda dari Allah krn jk anda membacanya tanpa rasa dengki Insha Allah…Allah akan memberi hidayah untuk anda dan bertaubatlah kpd Allah slama anda masih dpt menikmati hidup anda dan jangan sampai anda menyesal dikemudian hari krn Allah sangat Maha pemaaf kpd hambanya yg mau bertaubat
@Hamba Allah: tulisan saya berbicara tentang teks yang ada di Qur’an, anda bisa buka Qur’an anda sendiri untuk mengeceknya.
Kok anda membicarakan kedengkian?
Aduh isinya kok cuma ancaman, sepicik itukah allah yang anda sembah dan kenal (kenalnya kapan dan dimana), bila allah maha segalanya, kita mau berbut apa saja allah pasti memaklumi dong, atau hanya manusia sendiri yang hobynya mereka2 tentang allah dan quran. Serta membuat ancaman2annya sendiri untuk dirinya sendiri. Kalau masalah quran beda wajar aja mas, yang buat manusia juga. Apalagi di saat itu pelum ada komputer. Jadi ketelitian serta akurasi menyusunnya masih kurang.
Assalamualaikum.
Mas Yudhi, aku mendownload topik ini, mohon dikomentari dong, trimsss
Konspirasi Arab Terhadap Islam
Terjemahan
The Arab Cospiracies Against Islam
by Aidid Safar
http://www.aididsafar.com
Halaman 2 dari 294
Bangsa Arab itu sangat setia pada kekafiran dan kemunafikannya. Mereka tidak tahu tentang larangan-larangan yang ditetapkan oleh Allah terhadap Rasul-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qur’an Surat 9 Ayat 97)
Bangsa Arab yang ada di sekelilingmu adalah orang-orang munafik dan
mereka berasal dari kota berpenghuni. Mereka sangat memuja sifat
munafiknya (Qur’an Surat 9 Ayat 101)
Kami telah memberikan kepada setiap nabi musuh-musuh yang berupa
syaitan dalam bentuk manusia dan jin yang menciptakan dan
membacakan kata-kata indah untuk menipu manusia. Bila Tuhanmu
menghendaki, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya. Kamu harus menjauhinya dan ciptaan-ciptaan mereka.
(Qur’an Surat 6 Ayat 112)
@H. Bebey: saya kesulitan mencari buku yang anda maksud di web itu, tapi dengan bantuan Google akhirnya ketemu juga.
Yang saya tangkap dari tulisan tersebut adalah penulis adalah muslim yang kecewa dengan kondisi pemeluk agama Islam saat ini. Dia merasa tak seharusnya agama yang bersumber pada Tuhan menjadi sumber perpecahan, kebencian pada yang lain serta menggerakkan terror seperti yang ada saat ini. Ia merasa ada yang salah dengan agama ini.
Penulis menuding kesalahan ada bangsa Arab dalam menafsirkan Al-Qur’an. Agama Islam dalam bentuknya seperti ini adalah buatan (konspirasi) bangsa Arab terhadap firman suci Al-Qur’an, sehingga menjadi alat pengkultusan bangsa Arab dan ritual yang tak memiliki dasar dalam Al-Qur’an. Islam buatan bangsa Arab berubah menjadi penyembahan berhala dalam bentuk baru yaitu pemujaan cara hidup yang disebut Agama Islam.
Bagaimana seharusnya?
Penulis menafsirkan Islam yang sesungguhnya adalah komitmen mengabdi kepada Tuhan bukan melalui standar kaku cara hidup dan ritual yang disebut agama Islam, melainkan berbuat baik sesuai dengan tafsir terbaik yang dimiliki tiap orang.
Penulis mendasarkan pandangannya berdasarkan tafsirnya terhadap Al-Qur’an. Dengan Al-Qur’an penulis menolak untuk mengikuti agama (ritual) Islam. Bagi penulis agama adalah buatan manusia yang tak perlu disakralkan, sedangkan Al-Qur’an diyakininya adalah dari Allah – tak ada satupun yang salah dari Al-Qur’an.
Bagi saya ini adalah salah satu cermin kekecewaan pemeluk Islam terhadap agamanya. Ia menolak Islam dalam bentuknya yang sekarang dan mendefinisikan ulang Islam dalam bentuk agama yang lain, yaitu percaya kepada kebenaran Al-Qur’an dan ingin menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi namun dengan memberi kebebasan tiap individu untuk mewujudkannya dalam kehidupan mereka masing-masing.
Penulis mengkritisi dan menolak Islam sebagai agama dan menyalahkan bangsa Arab, namun menjaga diri (tak berani?) untuk tak mengkritisi Al-Qur’an sebagai sumber defacto agama Islam itu, apalagi menanyakan tentang konsep Tuhan itu sendiri.
Bagi saya, walaupun nanggung, tapi bisa memberi wawasan yang baru bagi yang terbiasa memahami agama secara dogmatis.
Oh ya, akhirnya tulisan yang anda maksud ada di sini: http://www.aididsafar.com/pdf/Terjemahan%20Arab%20Conspiracies%20Against%20Islam.pdf
Mas judi, maksih. Referensinya bagus banget untuk dibaca. Menyejukkan dan mencerahkan menurut oendapat saya.
Mas Yudhi, terimakasih atas jawabannya, pada prinsipnya saya setuju pada yang dia kemukakan, itulah yang selalu saya pikirkan, apalagi akhir thn 2013 aku mendapatkan pengalaman dari medinah, mekah, dan yerusalem berjiarah ke petilasan Daud as, Solomom as, Yacub as, Isa as, Musa as, Ibrahim as, mejidil aqso dll
Menurut pandangan mas judi tentang tulisan tersebut bagaimana?
@Bima: secara umum saya tidak setuju dengan pandangan dan metodologi penulis.
Penulis memisahkan Islam dalam dua hal yaitu Al-Qur’an dan agama (tuntunan hidup dan ritual) yang dikatakan sebagai hasil konspirasi bangsa Arab. Untuk memperkuat pendapatnya ia melakukan cocokologi yang tidak umum terhadap ayat-ayat Qur’an.
Salah satunya adalah tafsirannya tentang shalat yang menurutnya Qur’an tidak bicara tentang ritual shalat seperti yang selama ini kita ketahui, melainkan berbicara tentang penegakan komitmen. Pada akhirnya penulis menolak ritual shalat, karena menurutnya Qur’an dan Nabi Muhammad tidak mengajarkannya. Ini aneh karena bertumpuk catatan sejarah menunjukkan Nabi Muhammad melaksanakan shalat, memimpin shalat dan mewajibkannya kepada para pengikutnya. Penulis mengabaikan sama sekali catatan sejarah, peranan Nabi Muhammad, praktek kehidupan muslimin dunia dan hanya berpegang pada tafsirannya sendiri yang bahkan selama ini tidak dikenal oleh pemikir Islam lainnya.
Dengan metodologi tafsir yang serampangan, saya tidak tertarik untuk membaca keseluruhan buku tersebut.
Buku tersebut hanya mengukuhkan pandangan bahwa memang ajaran Islam saat ini sedang bermasalah dengan kehidupan modern, dan penulis memberikan solusi dengan meninggalkan ajaran Islam (dan anehnya dengan landasan Qur’an).
Ya udah..
Jaman rasul dulu dulu kan belum canggih, dan sekarang sudah canggih.
Kalo menurut anda masih kurang pas atau tidak sesuai pola pikir orang sekarang, ya bikin kitab sendiri aja.
Beres to…..
@Kucing Karung: jadi anda sepakat bahwa memang ada masalah di detil cerita di kitab suci. Oke ..
Itu cuman pendapat mas judhi saja.
@KucingKarung: lha iya tentu pendapat saya.
Memangnya apa nilai seseorang jika tak berani punya pendapat sendiri? Oh ya, apakah anda punya pendapat? atau hanya sampai level penonton yang sibuk mengomentari yang punya pendapat?
Kalo pendapat,,,, ya seperti yang diatas. kalo ada yang menurut kita gak bener, tinggal benerin sendiri, asal bermanfaat.
Kalo SIBUK mengomentari yang punya pendapat. gak juga. Karena ini bukan sebuah kesibukan bagi saya. Huehehehe 22x.
@KucingKarung: oke, jadi anda punya pendapat “ya seperti di atas”, saya akan perjelas.
komentar anda sebelumnya:
Jadi yang belum canggih di jaman dulu itu apa atau siapa?
Qur’an yang isinya belum canggih? Rasul yang gak canggih hingga salah menyampaikan? atau justru Allah yang gak canggih hingga firmannya gak konsisten?
–> tolong diperjelas mana yang anda anggap belum canggih.
Solusinya menurut saran anda bikin kitab sendiri, pasti beres. Maksudnya apa bikin Qur’an edisi revisi, atau bikin kitab suci lain? Terus maksudnya beres itu gimana? bukankah saat kitabnya sama hanya ditafsirkan berbeda oleh Syiah, Ahmadiyah atau JIL; PKS, MUI dan FPI sudah histeris hingga sebagian menghalalkan darah orang? apalagi bikin kitab suci baru atau buat revisinya?
–> tolong diperjelas maksud saran anda untuk bikin kitab sendiri
–> tolong diperjelas maksud anda dengan “beres to..”
Gak sibuk mengomentari yang punya pendapat? iya.. iya deh..
🙂
Masalah pokok nya dimana mas yudi,,, atau yg seharusnya menurut anda ??
@Amin: lah kan saya sudah simpulkan di tulisan saya:
🙂
Itu ayat d sampaikan jibril kpd nabi di 3 waktu yg berbeda dg sebab sebab yg berbedaa..dialog itu antara Musa dg jibril ( penyampai wahyu Allah ) pastinya panjang…tp yg disampaikn kpd nabi intisarinya tergantung kebutuhan ny…dua surah menekankn kpd mukjizatny.. Satu surah mnjelaskn mukjizat dan tauhid …
@Rully Yawan: jadi menurut anda dialog aslinya lebih panjang, dan yang dituliskan di Qur’an bisa beda2 tergantung kebutuhan. Oke.
Jadi, benar dong tidak akurat.
🙂
Lebih bijaksana ketika ada permasalah atau keraguan tidak hanya mempertanyakan di dunia maya saja.
Tapi akan lebih berwawasan luas ketika di dunia nyata. Mungkin bisa di adakan forum terbuka bersama ahlinya. Bukan bararti saya menuduh yang berkomentar disni tidak ahli, tapi banyak ahli ilmu baik agama Islam atau bukan agama Islam di luar sana yg belum tersentuh oleh pemikiran anda.
Kalau hanya di dunia maya dan tidak ada sentuhan dari ahli di dunia nyata, saya kira hnya akan / timbul perasangka yg tidak semestinya dan karena tidak semua orang tahu semua permasalahan yg telah anda tuliskan, baik dari kristen atau agama lain.
@Tamia Timie: sekarang ini jaman kebebasan berpendapat, tiap orang boleh suarakan pendapatnya seaneh apapun. Ahli atau tak ahli gak masalah, tinggal ambil yang menurut anda terbaik dan abaikan yang sampah.
Takut prasangka tak semestinya? tak semestinya menurut siapa? kan tiap orang berhak punya pandangan sendiri?
Di situs ini, saya menyajikan opini saya, jika anda atau siapapun tidak setuju atau punya opini yang beda, ya silakan ditunjukkan saja, biarkan setiap orang secara dewasa menilai berbagai macam opini dan memilih mana yang perlu diterima dan mana yang tidak.
Kan tidak ada paksaan harus setuju dengan saya ..
🙂
Saya juga tidak mempermasalahkan ahli atau tidak ahli yg berkomentar dan sudah saya sebutkan di atas, tapi ketika permasalahan menjadi panjang lebar dan belum ketemu titik yg pas atau pasti, maka akan timbul kegelisahan pada seseorang dan bisa juga merambah di sekitarnya. Benar anda mengatakan ” tiap orang berhak punya pandangan sendiri”. Tapi tidak semua orang bisa menyaring dengan semua apa yg telah anda tulis.
Dan ketika ada seseorang yg tidak bisa menyaring dengan benar apa yg anda tulis, maka keraguanpun akan muncul di benaknya dalam keyakinan dan ini menjadi masalah besar buat dia meskipun menurut anda bukan masalah besar. Karena kembali lagi setiap orang punya pemikiran masing masing dan juga lingkungan yg tidak sama.
Akan lebih bijak ketika anda mengajak para ahli dan mungkin kalau bisa di video kan agar semua orang tahu titik temunya dan akan menambah ilmu dan wawasan untuk semua lapisan masyarakat dari semua permasalahan yg ada, baik sains ataupun dalam permasalahan semua agama.
@Tamia Timie: anda takut timbul kegelisahan pada pembacanya? bagi saya bagus.
Langkah awal untuk membuat seseorang untuk berpikir adalah kegelisahan. Dengan gelisah saya berharap pembaca tulisan saya akan berusaha mencari lebih banyak informasi dan fakta, merenungkan kembali agamanya.
Bagi saya seharusnya agama menjadi pilihan sadar – bukan lagi hanya faktor kebetulan (kebetulan lahir dalam agama tertentu, kebetulan gak tahu apa-apa tentang agama lain)
Tahukah anda bahwa banyak kekerasan, teror dengan alasan agama sebabnya cuma satu: wawasan mereka sempit dan otak mereka gak dipakai!
Oh ya, anda sarankan mengajak para ahli, kalau boleh tahu siapa yang cocok dan anda sarankan?
Saya sudah merenungkan Agama saya dan saya akan membawanya selamanya.
Saya setuju dengan perkataan anda ” Bagi saya…..dst”. Dan juga bagi saya pribadi.
“Tahukah anda…dst” Dan saya juga sudah tahu.
Saya memang menyarankan mengajak para ahli, tapi saya tidak bisa menyarankan / tidak bisa memberikan nama para ahli, karena saya hanya orang pedesaan yang bergelut dengan sawah. Dan saya kira anda lebih tahu siapa yg mungkin cocok buat anda. Paling tidak pemikirannya seimbang dengan anda.
Atau mungkin semuanya tidak cocok dengan anda ? Entahlah..mungkin hanya anda yg tahu siapa saja mereka.
sangat setuju mas Judhianto, bahkan saya malah meminta anak-anak saya yang beranjak remaja untuk menggelisahkan dirinya, mencari dan menguji apapun yang membuatnya gelisah. sampai mereka mendapatkan konklusi.
🙂
Agama pun lahir dari kegelisahan manusia
Gelisah Mempertanyakan segala sesuatu yg berada di luar nalarnya
“Siapa yg menciptakan alam semesta beserta isinya?”
Kalau mau simpelnya
Agama punya jawaban nya “TUHAN” beserta detail penciptaan di dalam kitab
Agama punya “bius” tersendiri bagi para fanatiknya
Kita sudah pintar2 dan dewasa mbak, tau mana yg baik dan buruk
Bila menurut pembaca hal tulisan2 disini buruk
Yah tinggalkan saja
“Gitu aja kok repot”
Samina wa ato’na
sudah tidak berlaku lagi di zaman edan ini
Para ahli?
Ahli yg mana?
Ahli yg selalu teriak Atas nama Tuhan tapi kelakuan barbar?
beda di bilang kafir
Kafir yg halal darahnya 🙂
Agama lahir bukan dari kegelisahan manusia, agama lahir karena kerusakan manusia itu sendiri.
Agama bukan alat pembius, tapi manusialah yg kadang menjadikan agama sebagai alat pembius agar mereka tidak sadar atas apa yg benar benar di ajarkan Agama tersebut.
Bukan masalah mana yg baik dan mana yg buruk dalam sebuah tulisan, tapi apa yg dimaksud dari tulisan tersebut.
Sami’na wa ato’na ( mendengar dan patuh) tidak berlaku di zaman ini ??? Apa gak salah tuh. Mendengar dan patuh pada siapa dulu…..pada orang tua, guru, saudara, pemerintah atau penjahat ?
Tidak semua para ahli seperti apa yg anda sebutkan, karena semua punya pemikiran yg tidak sama.
lalu apa gunanya agama kalau anda bilang agama lahir dari kerusakan manusia itu sendiri? apakah artinya agama muncul dari pemikiran manusia yang rusak?
@aninomoud13, tidak hanya agama yang bisa jadi bius. Semua yang dicintai akan membuat pencintanta terbiud. Lihat para lover yang begitu terbius dengan idolanya.
Tamia timie : berbicara dengan yang ahli! Saya kira gak ada deh yang ahli dalam hal agama, agama gak butuh keahlian deh. Hanya Butuh penghayatan dari masing2 pribadi tuk menjalankannya entah dengan cara apa saja. Kalau diskusi atau debat kusir masalah agama gak bakalan ketemu deh. Lawong semua hanya prasangka semata. Yang hafal hadist hanya jago omdong lawong gak ada bukti. Para ustad membuat karangan yang indah2 biar tetap laris walaupun banyak ndobose. Palah2 kalau beda palah di kafir2kan dan ngetrendnya masyarakat indonesia langsung teriak PKI.walah repot buanget. Mudah banget mengkaliam penistaan agama wkwkww
Nonong batuke@ Tidak ada yg ahli dalam agama ???? Agama gak butuh ke ahlian ????
Bayi mungil saja yg keluar dari rahim seorang ibu butuh ahli untuk mendidiknya sebelum dia benar2 melihat melalui mata, pikiran dan hati. Siapa dia ? yg pasti si ibu sendiri yg sangat mengetahui karakter anaknya. Dan anak butuh keahlian seorang ibu untuk merawatnya.
Anda hanya melihat dari mata tapi belum sepenuhnya melihat dari hati.
Tamia : seorang ibu membesarkan anak dengan seorang agamawan disamakan! sangat berbeda banget. Ibu besarkan anak itu sudah sebuah tuntunan naluri, gak usah diajarkanpun dia akan membesakan dan melindungi anak2nya. Sedangkan agama kalau gak dicekoki dengan ancaman dan iming2 surga gak ada yang mau. Ahli agama itumseperti apa sih. Yang hafal al’quran! Yang rajin solat! Atau bahkan bakustad yang suka bagi2 gula kepada ibu2 pengajian. Membuat cerita2 tambahan yg indah2 tapi ndobos.
Nek diskusi karo sing disebut ahline malah batuk kita tambah nonong yo mas…
Wis apik nang dunia maya wae diskusine…di dunia nyata nanti malah begitu beda pendapat dgn mereka terus ada yg lempar meja kursi….
Silahkan ahlinya nimbrung didunia maya ini ya mas, adu referensi…malah lebih produktif…
Pring reketep gunung gamping ambrol…atiku mantep mas Judhi jempol…terus nulis mas…!
Mandra wage@ Diskusi di dunia maya seperti sebuah keluarga yg menjenguk keluarganya di penjara.
Melempar meja kursi ?? Anda terlalu berlebihan.
Saya tidak berlebihan tentang lempar kursi, saya kira banyak contoh acara diskusi di dunia nyata di obrak abrik oleh mereka yang tidak sepaham …. gak susah kok cari contohnya…terutama diskusi tentang agama….sangat sensitif.Hanya saja didunia maya di situs situs yg saya baca sering orang kebablasan menggunakan kata kata yg tidak senonoh.
Irshad Manji si Lesbi yg menulis buku : Beriman Tanpa Rasa Takut, pernah batal bicara disuatu tempat justru karena ” Takut”.
Kalau semua orang mematuhi “Adab Orang Berbeda Pendapat” seperti yang dikatakan Voltaire (1694 – 1778 ) sbb : “Saya tidak menyetujui pandapat anda, tapi saya akan membela hak anda untuk mengatakannya.”
Namun ditambahkan lagi ,prinsip kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain…..hak asasi seseorang dibatasi oleh hak asasi orang lain.
Yang perlu didefinisikan dengan baik adalah yg dimaksudkan dgn “kebebasan ” dan ” hak asasi ” itu sendiri.
Kalau adab diatas dipatuhi, mau diskusi di dunia maya atau didunia nyata…tidak jadi masalah…hanya sebuah pilihan saja , enakan yang mana.Di dunia nyata ada pengaruh emosi, cara dan kemampuan artikulasi, body language, bicara gagap, dan lain lain.Kalau didunia maya bisa sambil tiduran, sambil baca referensi ditemani kopi atau teh hangat….saya gak paham dengan apa yg dimaksud dengan seperti mengunjungi kerabat di penjara ?
Saya pribadi berharap forum di “nontondunia” ini bisa menjadi ajang yang bermanfaat bagi kita semua baik mereka yang tidak sepaham maupun buat yang sepaham dgn pendapat orang satu dengan yg lain.
Mari kita ber lomba lomba dalam kebaikan….Memayu Ayuning Bawana…how to make this world fit to live in….Perbedaan Pendapat Adalah Rahmat….Beda Pendapatan Adalah Beda Rezeki…he…he..he..Bravo Mas Judhi…Bravo semuanya.
Anda berkata “melempar meja kursi” itulah yg berlebihan. Apakah benar mereka yg silang pendapat benar2 “melempar meja kursi” ? Atau itu hanya kiasan semata ?
Tidak banyak contoh di dunia nyata ketika berdiskusi masalah agama “melempar meja kursi” ketika berbeda pendapat..apalagi di indonesia. Saya pingin satu contoh saja ketika berdiskusinya para pakar agama di indonesia “melempar meja kursi”.
Saya setuju dengan anda yg mengatakan ” Kalau adab di patuhi…..di temani kopi atau teh hangat”. Itulah pilihan dan tidak semua orang nyaman / puas ketika berdiskusi di dunia maya saja dan begitu pula sebaliknya.
Maksud mengunjungi kerabat / keluarga di penjara : Ketika kita berdiskusi hanya di dunia maya dan “masalah” diskusi tersebut tidak pernah di diskusikan di dunia nyata maka hanya orang2 yg bisa mengakses internet sajalah atau situs tersebut yg tahu.
Bagi yg yg tidak bisa mengakses maka tidak akan tahu atau mereka tahu tapi tipical orang yg malas membaca dan tidak akan perduli meskipun hanya melihat sekilas judulnya ataupun tahu mengakses internet cuma hanya untuk FB, Twiter dll.
Apalagi para orangtua yg selalu sibuk dengan pekerjaannya.
Maksud saya adalah banyak yg tidak tahu daripada yg tahu.
@Tamia Timie: sepertinya anda melupakan realitas nyata di Indonesia.
Banyak yang naik pitam pada orang yang mengkritik keyakinannya, lebih dari kepada para orang yang melakukan hal jahat (misalkan malak atau korupsi)
Untuk contoh nyata, anda bisa melihat forum debat yang dulu ada di beberapa TV, manakala topiknya menyangkut agama dan dihadiri oleh ormas seperti FPI, FUI, MUI; anda melihat bahwa masa pendukungnya dengan beringasnya mencaci lawan diskusinya dan tak berusaha untuk memahami opini lawannya.
Anda juga bisa cari di google dengan keyword “FPI bubarkan diskusi” maka ada belasan acara diskusi, bedah buku atau forum agama yang dibubarkan paksa oleh FPI atau gerombolan preman agama lainnya. Salah satu contohnya sudah ditunjukkan oleh Mandra Wage, yaitu diskusi yang mengundang Irshad Manji di Yogya yang dibubarkan paksa oleh FPI. Tokoh lokal seperti Ulil Abshar Abdala dan Jalaludin Rahmat, misalnya sudah akrab dengan pembubaran acara yang hendak mereka ikuti, hanya karena desakan para preman agama.
Disisi lain, otoritas di Indonesia juga mudah ketakutan dan tunduk pada kelompok preman-2 agama ini. Anda bisa baca berbagai acara diskusi keagamaan yang sudah diberi ijin jauh hari sebelumnya, tiba-tiba dibatalkan oleh polisi atau kampus gegara para preman berjubah mengancamnya.
Dengan perilaku agresiv dan membahayakan ini, tidak salah banyak orang yang emoh berdiskusi tatap muka tentang masalah agama, manakala mereka memiliki pandangan yang tidak sesuai dengan pandangan mainstream. Jika apes dan ketemu dengan orang fanatik, ada resiko yang tak bisa diramalkan. Lebih banyak ruginya.
Saya sendiri hanya menyalurkan hobi berbagi berbagai pikiran saya, dan memperkaya diri dengan masukan dari berbagai komentar.
Jika ada yang tertarik, ya syukur. Jika ada yang marah-marah ya syukur juga, karena secara fisik saya ada di jarak yang aman.
🙂
Pak judhianto@ Saya tidak melupakan realitas nyata itulah kenapa akal dan pemikiran saya bertambah. Masalahnya adalah yang saya tanyakan di atas cukup jelas mengenai”melempar meja kursi”.Makanya saya tanyakan kepada pak mandra@ apakah yg di maksud perkataannya di atas “melempar meja kursi” itu benar2 “melempar meja kursi” atau hanya kiasan ?
Dan anda yg mewakili jawaban dari pak mandra@ memberi contoh, realitasnya memang tidak ”melempar meja kursi”. Berarti….itu hanya kiasan yg di katakan pak mandra@ Dan contoh yg anda sebutkan tadi memang benar adanya oleh ormas ormas yg agresif.
Sebenarnya saya mengatakan diskusi di “Forum” tidak harus forum terbuka ,bisa juga dengan forum tertutup antara anda, teman2 anda mungkin dan para ahlinya.
Untuk langkah awal penyebaran bisa dengan lampiran lampiran dari jawaban dan pertanyaan oleh anda dan para ahli. Dan kalau anda masih kawatir akan hal itu, anda bisa mnge postnya di website anda sendiri dengan sumber yg nyata dan terpercaya dari diskusi tersebut.
Kecuali anda tetap masih kawatir atau mungkin ada rasa ketakutan seperti irshad manji, saya tidak bisa berkata apa2 lagi dan saya menyadari akan hal itu dan itu wajar.
Dan kalau boleh saya ngasih saran pak judhianto@. Ketika kita misalnya ingin memperbaiki motor atau mobil yg menurut kita rusak berat, kita harus tahu dulu alat alat apa saja untuk kebutuhan memperbaikinya dan tahu cara menggunakannya. Tidak akan bisa atau akan ngawur ketika kita memperbaiki motor atau mobil tanpa alat alat yg tidak lengkap atau kita tidak tahu cara menggunakannya. Mobil atau motor tidak akan sempurna perbaikannya, malah tenaga kita yg akan terkuras percuma.
Pak judhianto@ Saya tidak melupakan realitas nyata itulah kenapa akal saya bertambah. Masalahnya adalah yang saya tanyakan di atas cukup jelas mengenai”melempar meja kursi”.Makanya saya tanyakan kepada pak mandra@ apakah yg di maksud perkataannya di atas “melempar meja kursi” itu benar2 “melempar meja kursi” atau hanya kiasan ?
Dan anda yg mewakili jawaban dari pak mandra@ memberi contoh, realitasnya memang tidak ”melempar meja kursi”. Berarti….itu hanya kiasan yg di katakan pak mandra@ Dan contoh yg anda sebutkan tadi memang benar adanya oleh ormas ormas yg agresif.
Sebenarnya saya mengatakan diskusi di “Forum” tidak harus forum terbuka ,bisa juga dengan forum tertutup antara anda, teman2 anda mungkin dan para ahlinya.
Untuk langkah awal penyebaran bisa dengan lampiran lampiran dari jawaban dan pertanyaan oleh anda dan para ahli. Dan kalau anda masih kawatir akan hal itu, anda bisa mnge postnya di website anda sendiri dengan sumber yg nyata dan terpercaya dari diskusi tersebut.
Kecuali anda tetap masih kawatir atau mungkin ada rasa ketakutan seperti irshad manji, saya tidak bisa berkata apa2 lagi dan saya menyadari akan hal itu dan itu wajar.
Dan kalau boleh saya ngasih saran pak judhianto@. Ketika kita misalnya ingin memperbaiki motor atau mobil yg menurut kita rusak berat, kita harus tahu dulu alat alat apa saja untuk kebutuhan memperbaikinya dan tahu cara menggunakannya. Tidak akan bisa atau akan ngawur ketika kita memperbaiki motor atau mobil tanpa alat alat yg tidak lengkap atau kita tidak tahu cara menggunakannya. Mobil atau motor tidak akan sempurna perbaikannya, malah tenaga kita yg akan terkuras percuma.
soal lempar barang dlm diskusi saya ada video nya jika kamu inginkan bukti nya
Kok gitu mas. Anak2 eks PKI yang jadi korban kekejaman Soeharto aja lagi mau ketemuan aja dah diobrak barik sama yang namanya sok memiliki bahkan ahli agama. Walah loyo iki. Bukan kekepentingannya aja mereka memerah kok
Pak nonong@ Maaf anda kayaknya kurang cermat membaca tulisan saya di atas. Saya ulangi untuk forum tertutup “Dan kalau anda masih kawatir akan hal itu, anda bisa mnge postnya di website anda sendiri dengan sumber yg nyata dan terpercaya dari diskusi tersebut”.
“Kecuali anda tetap masih kawatir atau mungkin ada rasa ketakutan seperti irshad manji, saya tidak bisa berkata apa2 lagi dan saya menyadari akan hal itu dan itu wajar”.
Untuk balasan dari perkataan anda yg mengatakan ” seorang ibu membesarkan anak dengan seorang agamawan di samakan” ada di bawah. Silahkan di tanggapi kalau anda berkenan. Saya salah menaruh reply kayaknya dan di atas juga ada dua tulisan saya..Hmmm.
Pak nonong@ Maaf anda kurang cermat membaca tulisan saya di atas. Saya ulangi untuk forum tertutup :
“ Dan kalau anda masih kawatir akan hal itu, anda bisa menge postnya di website anda sendiri dengan sumber yg nyata dan terpercaya dari diskusi tersebut”.
“Kecuali anda tetap masih kawatir atau mungkin ada rasa ketakutan seperti irshad manji, saya tidak bisa berkata apa2 lagi dan saya menyadari akan hal itu dan itu wajar”.
Pak nonong@ balasan tentang perkataan anda yg mengatakan “seorang ibu membesarkan anak dengan seorang agamawan disamakan!” ada di bawah. Saya salah menaruh reply, silahkan di tanggapi kalau anda berkenan.
Pak nonong@ Maaf anda tidak mencerna perkataan anda sendiri yg mengatakan “Tidak ada yg ahli dalam agama” dan “Agama tidak butuh keahlian”. Coba garis bawahi perkataan anda sendiri dengan saya yg mencontohkan seorang ibu dan anaknya.
Dan coba anda renungkan,,,,Katakanlah misalnya orangtua mempunyai seorang anak kecil yg beragama islam dan yg pasti si anak belum mengetahui cara mengaji, tata cara sholat dan lain2nya apakah dia tidak membutuhkan seorang ahli dalam agama ? Dan apakah dia tidak butuh keahlian untuk mengajarinya atau mendidiknya dalam agama ? Tolong di jawab, butuh apa tidak ?
Dan yg pasti tidak usah di ajarkan juga naluri seorang ibu atau orangtua yg ber agama ingin anaknya mengetahui atau mengenal tentang agama yg di anutnya dan itu harus butuh seorang ahli dalam bidangnya. Betul apa tidak pak nonong@ ?
Atau jangan2 menurut anda si anak tidak usah di ajari oleh seorang ahlipun dia akan bisa dan mengerti dan hanya butuh penghayatan dari masing2 pribadi ? Apa mungkin begitu maksud anda ? Atau mungkin yg di maksud perkataan anda di atas adalah andalah yg tidak butuh seorangpun ahli agama ?
Ancaman dan iming iming dalam Kitab (Agama) adalah lumrah dan wajib adanya.
Di dunia ini baik agama atau bukan,negara, perusahaan, kantor , dan lain2nya bahkan di dalam keluarga sendiripun ada peraturan dengan ancaman atau iming2. Dan anda mestinya tahu akan hal itu. Dan juga semua mempunyai tujuan yg tidak sama dan tergantung dari niat indvidu itu sendiri.
Dan pak nonong@ Tidak ada seorangpun di dunia ini ketika dia ingin naik ke atas sebuah bangunan tidak melalui tangga ( alat bantu naik ). Dan tangga itu bermacam macam bentuknya. Apakah anda setuju pak nonong@ ?
Jadi susah mau ikut komen lagi
udah nulis banyak2. tapi gak bisa masuk.
jadi bosen.
busyett jadi pengen belajar ini sama kang judhi…biar di gempur namun tembok pertahanannya tetap kokoh. sallut…dengan kesabaran dan ketelatenan kang judhi dimana menerangkan secara terperinci.
@Ro’uf: terima kasih..
numpang koment. dari artikel yang saya baca di sini saya pikir mas judhi ini sangat berharap/mendambakan segala hal/pertanyaan akan dapat di jawab/buktikan sejelas-jelasnya, dan bisa ada jawaban yang mantab/selesai. untuk saat ini barangkali sains bisa menolong. mudah-mudahan sebelum tutup usia mas judhi sudah menemukannya. amin (untuk saat ini saya belum bisa beri koment untuk tulisannya) mohon maaf sebelumnya.
Ini propaganda anda…sangat jelas maksud anda
@Yoesoef Olla: iya deh… 🙂
jawabnya Mudah banget ….gak berbelit belit kalo paham benar apa itu AL QUR’AN …
kalau sang penulis ini Islam.. saya sangat saluttt …
@,aix. Saya kok gak salut dengan penulis seumpama dia itu muslim, bahkan. Cara dia mengkritisi doktrin sangat kasar tidak punys etika. Tapi kalau dia muslim. Kalau dia non muslim, I see the way he thinks.
Kitab tertulis yang penuh Rahasia …. hehehehehehehe
Pada waktu Allah SWT berfirman kepada Nabi Musa, waktu itu kira2 memakai bahasa apa ýa? Ada yg bisa beri info ke saya?
@Delaneira98: Musa turunan Yahudi dan dibesarkan di lingkungan raja Mesir. Jadi kalau gak bahasa Mesir, ya bahasa Ibrani yang dpakai Tuhan.
Dia tidak memaksi bshasa apapun karena bahasa Alloh tidak berwujud huruf dan suara.
Sepertinya bagus untuk dikikuti dan di simak, sayang baru menemukan website ini….Salam kenal kang Judhianto…
@Ki Ageng: salam kenal juga
Agama adalah produksi manusia yg menginkan kekuasaan nya tetap kokoh… dengan menakuti manusia dg sangsi disertai ilusi surga….Sang Pencipta sdh selesai tugasnya…
@zakaria, itu mah tuduhan oranh atheis. Kenyataannys banysk orsng yang sudah nyaman kemudian menyelami agams dan meninggalksn kenyamanannya. Dan tidak tertarik lagi dengan nyamsn cara terdahulu. Hebatkan agama? Contoh Budha dulunya pangeran setelah jadi Budha malah gak suka kehidupan istana. Hidup yang penting NYAMAN.