Tanpa dia, tak akan ada agama Kristen. Ia adalah satu diantara beberapa Nabi terpenting dalam Islam.
Bagi orang Kristen dan Islam, kiamat tak akan terjadi sebelum dia akan kembali kelak di bumi ini.
Dia bukan tokoh dongeng, dia tokoh nyata yang tercatat dalam sejarah.
Bagaimanakah gambaran Yesus dalam sejarah dan kitab suci?
Sejarah Yang Buram
Bangsa Yang Butuh Pahlawan
Yesus lahir di masa suram bangsa Yahudi.
Bangsa yang dulu berjaya di bawah Raja Solomon yang agung dan bijaksana, bangsa yang dipilih Tuhan untuk melahirkan para nabi, ternyata saat itu menjadi bangsa lemah dan dihina oleh penjajahan kaum kafir Romawi.
Beberapa kali perjuangan untuk merebut kembali kehormatan bangsa dan mengusir penjajah dilakukan, akan tetapi ternyata kekuatan militer penjajah terlalu kuat untuk dihancurkan. Romawi dengan mudah menumpas para pejuang kemerdekaan.
Bangsa Yahudi butuh pahlawan yang bisa mengembalikan kehormatan bangsa mereka, yang bisa mengusir penjajah, yang bisa menunjukkan keunggulan mereka sebagai bangsa pilihan.
Pengusir Setan Yang Datang
Yesus lahir di tengah harapan tersebut, tapi ia bukan tipe pahlawan perang seperti Daud yang perkasa.
Yesus tidak datang memakai baju zirah, pedang berkilat, dan sepasukan pemberani dibelakangnya. Ia datang memakai baju sederhana, tanpa senjata dan hanya diikuti sekelompok kecil pengikut setianya.
Ketika kaum kafir Romawi bercokol di negaranya, Yesus tidak datang untuk mengusir mereka. Yesus berkeliling dari desa ke desa, didatangi orang-orang yang sakit dan ia menyembuhkan mereka dengan doa-doa dan mengusir setan yang merasuki mereka.
Ketika kaum kafir Romawi merebut negaranya, Yesus tidak datang untuk merebut balik dari mereka. Yesus berkeliling untuk menjanjikan kerajaan Allah kelak di Surga.
Bersamaan dengan pengusiran setan dan janji kerajaan Allah, Yesus mengajarkan ajaran moral tentang kasih sayang, pengorbanan dan menolak kepalsuan religius yang merebak di antara pemuka Yahudi saat itu.
Yang Dipanggil Dengan Nama Ibunya
Bangsa Yahudi adalah masyarakat patriarki. Setiap anak dipanggil dengan nama ayahnya dibelakangnya, tapi Yesus tidak. Ia dipanggil sebagai Yesus anak Maria (ibunya), bukan Yesus anak Yusuf (suami ibunya).
Ada apa?
Dalam beberapa dokumen Yahudi dan Romawi dari era tersebut, Yesus disebutkan merupakan anak Maria dengan seorang prajurit Romawi bernama Panthera. Mungkin karena ayahnya merupakan antek bangsa kafir maka nama ayahnya tidak dipakai, atau bisa jadi ia merupakan anak hubungan diluar perkawinan antara Maria dan Panthera.
Informasi ini dapat kita lihat dari buku Dinasti Yesus karya James D. Tabor atau buku Memandang Wajah Yesus karya Ioanes Rakhmat.
Akhir Yesus Yang Tragis
Yesus rupanya menjadi populer diantara kelompok miskin dan tersingkirkan di negara yang sakit akibat penjajahan tersebut. Ia tidak populer diantara kelompok penguasa atau pemuka agama Yahudi.
Popularitasnya menjadi ancaman bagi kemapanan penjajah Romawi dan beberapa pemuka Yahudi. Melalui persekongkolan beberapa pemuka Yahudi dan penguasa Romawi, Yesus ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.
Dia dieksekusi setelah melalui proses yang menghinakan. Ia diarak dengan penghinaan prajurit Romawi, disiksa, diberi mahkota duri dan akhirnya disalibkan bersama beberapa penjahat dihadapan khalayak ramai yang sedang merayakan Paskah.
Ia tak berhasil membebaskan bangsanya dari penjajah Romawi, dan bahkan tak bisa menyelamatkan dirinya sendiri dari kekejaman tentara Romawi. Ia gagal dan kalah.
Kitab Suci Yang Membuat Berkilau
Ajaran Yesus tidak mati bersama dengan terbunuhnya Yesus. Para muridnya melanjutkan penyebaran ajarannya secara rahasia.
Pada abad pertama Masehi, ketika para murid perdana Yesus sudah tidak ada yang hidup, ajarannya sudah menyebar tidak hanya di tempat kelahirannya saja, akan tetapi sampai juga di kota Roma, ibukota penjajah Romawi.
Untuk keperluan dakwah, mulai sekitar tahun 70M, beberapa penulis Kristen awal mulai menuliskan beberapa dokumen yang kelak akan menjadi bagian dari Kitab Perjanjian Baru.
Dengan semangat mengajarkan ajaran Yesus, dan menguatkan keyakinan pengikutnya menghadapi agama pagan Romawi, maka para penulis awal Kristen berusaha memberikan citra yang positif dan membela Yesus dalam tulisan mereka.
Dokumen-dokumen (yang juga disebut Injil) tersebut banyak sekali, otoritas Kristen belakangan hanya mengakui beberapa dan memasukkannya sebagai bagian dari Kitab Perjanjian Baru.
Beberapa hal menarik dari Injil-injil tersebut adalah:
Memoles Kelahiran Yesus
Kisah Yesus yang dipanggil dengan nama ibunya sangat mengganggu kredibilitasnya sebagai pembawa ajaran moral di masyarakat patriarki, maka penjelasan tentang hal tersebut adalah penting.
Dalam berbagai mitologi tentang pahlawan besar, kehebatan mereka sering dianggap karena mereka bukanlah anak manusia biasa, mereka adalah anak dewa.
Dalam mitos Aleksander Agung (356-323 SM), pada malam pengantin orang tuanya, Raja Filip II (ayahnya) melihat Olympias (ibunya) tidur dililit ular. Sang ibu sendiri bermimpi ada guntur menggelegar masuk tubuhnya. Kisah ini diartikan bahwa Dewa Zeus sendiri yang membuahi Olympias yang kelak lahir sebagai Aleksander Agung.
Dalam mitos yang lebih tua tentang kelahiran Zarathrusta (660 – 538 SM), Dewa Ahura Mazda menitiskan roh abadi kedalam rahim seorang perawan suci. Kelahiran dari perawan suci ini telah diramalkan jauh hari sebelumnya, dan sang anak akan menghancurkan agama kaum Majus. Pada hari kelahirannya, raja Majus mengutus tiga orang untuk mencarinya untuk dibunuh.
Mitos di atas mungkin memberi inspirasi untuk penulisan ulang kelahiran Yesus serta membuat Yesus dan ibunya terhormat dihadapan masyarakat yang kagum dengan mitos-mitos tersebut.
Hasilnya adalah cerita panjang tentang Maria sebagai perawan suci yang seumur hidupnya mengabdikan hidupnya untuk Tuhan, dan sebagai ganjarannya Allah dengan kuasanya membuat ia mengandung Yesus yang kelak menjadi pemimpin manusia. Kelahiran Yesus juga dituliskan telah diramalkan oleh berbagai macam ramalan.
Dalam Injil Matius, dikabarkan beberapa orang-orang Majus dari timur yang sedang mencari raja Yahudi yang akan lahir untuk menyembahnya. Raja Herodes yang merasa terancam akan ramalan ini meminta orang-orang Majus tersebut untuk menunjukkan tempat lahir raja Yahudi tersebut. Ia hendak membunuhnya. Tapi orang-orang Majus tidak mau menunjukkannya dan membuat marah sang raja.
Untuk mencegah ramalan tersebut menjadi nyata, Raja Herodes kemudian memerintahkan pembunuhan semua anak laki-laki di Betlehem yang berumur dibawah 2 tahun. Kisah pembunuhan masal di era Herodus tentunya menimbulkan duka yang dalam di komunitas Yahudi, akan tetapi kisah ini ternyata hanya ditemukan di Injil dan tidak dapat ditemukan dalam catatan sejarah Yahudi dan Romawi di periode yang sama, sehingga diragukan kebenarannya.
Dalam Al-Qur’an, kisah kesucian Maria dan proses kehamilannya yang ajaib masuk sebagai salah satu kisah penting di dalamnya.
Masa Kanak-Kanak Yesus
Yesus dikenal setelah ia mulai berdakwah, masa kecilnya tidak diketahui. Periode yang tidak diketahui ini, kemudian melahirkan beberapa versi Injil yang mencoba menjelaskannya.
Salah satunya adalah Injil Thomas, dalam dokumen ini, Yesus diceritakan sebagai anak yang memiliki mukjizat sejak dari kecil. Berbagai macam kesaktian yang digambarkan dalam Injil ini bahkan terkesan berlebihan yang justru membuatnya menjadi anak yang ditakuti dan tak dimengerti karena kesaktiannya. Injil ini tidak diakui oleh otoritas Kristen, mungkin karena sifatnya yang terlalu berlebihan menggambarkan kesaktian Yesus kanak-kanak.
Walau tidak diakui kebenarannya, salah satu kisah dalam Injil Thomas ini, lolos masuk dalam Al-Qur’an di surat Ali-Imran 49. Kisah yang dimaksud adalah saat Yesus kecil bermain-main membuat burung-burungan dari tanah liat dan kemudian secara ajaib menghidupkannya.
Dokumen lainnya yang dikumpulkan Nicholas Notovich, mengisahkan Yesus pergi berguru ke Tibet sebelum berdakwah di Palestina. Kisah ini juga tidak diakui kebenarannya oleh otoritas Kristen.
Penyaliban Yesus
Ini adalah akhir yang tragis dari seorang pembawa ajaran. Bagaimana tidak, ia dipermalukan dihadapan khalayak ramai di saat perayaan Paskah, sementara tak seorangpun pengikut setianya mau berjihad membelanya sampai mati. Jauh dari gambaran loyalitas pengikut Gandhi yang bergandeng tangan menyongsong senapan mesin tentara Inggris.
Kisah penyaliban Yesus, paling tidak ditulis ulang dalam dua kelompok pendapat.
- Kelompok pertama: menerima fakta Yesus mati disalib, akan tetapi menyodorkan argumen bahwa itu bukan terjadi karena kelemahan Yesus. Yesus digambarkan sukarela mengorbankan diri dengan tidak melakukan perlawanan, rela menderita disalib untuk menebus dosa seluruh umat manusia.Pendapat ini menjadi dogma inti Kristen masa kini dan ada dalam Injil-injil utama.
- Kelompok kedua: tidak menerima fakta bahwa Yesus mati disalib. Sebagai gantinya pendapat ini menyatakan bahwa yang disalib adalah orang lain. Yesus sebagai utusan Allah pasti tidak dibiarkan oleh Allah yang Maha Kuasa untuk dipermalukan sedemikian rupa.Pendapat ini ada dalam Injil yang ditemukan di Nag Hammadi Mesir dan diperkirakan berasal dari abad 3 M serta dokumen lainnya dari wilayah Edessa, Syiria. Dalam dokumen ini diceritakan saat penyaliban berlangsung, Yesus asli menyaksikannya dari atas pohon sambil menertawakan penyaliban itu. Ada beberapa perbedaan detil dalam dokumen-dokumen tersebut, akan tetapi inti ceritanya adalah, Yesus tidak mati disalib, ia tidak muncul lagi berdakwah karena Allah telah mengangkatnya dari dunia ini.
Pendapat dari kelompok kedua inilah yang kemudian masuk kedalam kisah Nabi Isa di Al-Qur’an dan membedakannya dengan dogma kelompok Kristen.
Salahkah Kitab Suci?
Tentu tidak, fungsi utama kitab suci adalah menyampaikan ajaran moral, bukan buku pelajaran sejarah.
Salahkah sejarah?
Kata fundamentalis: tentu sejarah yang salah! itu hasil konspirasi ateis, Yahudi atau bahkan Dajjal untuk mengajak manusia ke neraka.
Referensi:
- Ioanes Rakhmat, Memandang Wajah Yesus (Pustaka Surya Daun, 2012)
- Joesoef Sou’yb, Agama-Agama Besar Di Dunia (Pustaka Al-Husna, 1983)
Saya seorang “fundamentalis” jadi saya tidak percaya dengan sejarah versi ‘sejarawan’ di atas hehe…
@Adif: mantap!…, memang tidak semua orang harus satu pendapat.
Terima kasih komentarnya.
Terima kasih atas pencerahannya.Ada satu alasan mengapa para ahli sejarah dalam hal ini peneliti ‘enggan’ ngutak ngutik yg berhubungan dengan agama.Padahal agama2 itu bisa dibilang historisnya baru kemarin (sekitar 6-8rb tahun yg lalu).Bandingkan dengan keberadaan dinasaurus yg jutaan tahun yg lalu,bisa di ceritakan sedetil-detinya mulai dari habitat,kebiasaan sampai berapa umur waktu dia meninggal bisa diketahui.Sebenarnya ‘MUDAH’ merunut kisah2 agama mulai dari nabi Adam sampai nabi Muhammad.Tetapi.walaupun di sodorkan berbagai fakta dan data valid,mereka tetap tidak akan mengakui.mending cuma itu,tidak..! mereka selalu mengiringinya dengan cibiran dan cacian.persis kaya penutup artikel di atas KONSPIRASI ATHEIS..! DAJJAL….!KAFIIIR….!thx..
@Edy: memang bagi banyak orang, agama menjadi wilayah ‘Untouchable’ yang harus dilindungi dengan segala ongkos.
Terima kasih.
@ Edy: yang namanya fakta dan data valid menurut sains atau disiplin ilmu lainnya itu relatif. Hari ini yang disebut valid A besok bisa Z lusa bisa jadi M. Pengetahuan yang diperoleh lewat panca indera dan nalar bisa menipu sebagaimana mata atau pendengaran kita sering tertipu dan keliru.
Paradigma yang mendikotomikan ilmu pengetahuan dengan keyakinan itu sendiri relatif baru berkembang belakangan dalam sejarah (sekitar abad ke-17 M). Masyarakat2 pra-modern khususnya di luar Dunia Barat tidak memisahkan antara ranah pengetahuan empiris-rasional dengan ranah keyakinan spiritual, keduanya saling mengisi dan menguatkan satu sama lain. Konflik agama dengan ilmu pengetahuan (baca: sains) adalah pengalaman spesifik Barat yang belum tentu dialami peradaban2 lainnya namun konflik inilah yang melatarbelakangi lahirnya paradigma sains modern.
Seiring meluasnya kolonialisme Barat paradigma sains modern ala Barat yang dikotomis-dualistis (agama vis a vis sains, ilmu vis a vis iman, kebenaran obyektif vis a vis kebenaran subyektif, dsb)menyebar ke seluruh penjuru dunia dan sebagaimana lazimnya orang terjajah bangsa2 terjajah pun mengekor tuannya dan ikut2an mengadopsi paradigma itu. Secara langsung ataupun tidak, ada relasi kuasa di balik penyebaran sains modern dan paradigmanya kepada bangsa2 non-Barat.
Paradigma sains modern itu sendiri sekarang sudah banyak digugat,tidak sedikit para ilmuwan dan filosof yang merumuskan paradigma baru yang mengintegrasikan sains dengan agama. Jadi tidak harus menjadi seorang yang skeptis atau mengingkari kebenaran faktual ayat2 suci untuk bisa berpikir rasional dan obyektif dan tidak semua orang beragama itu picik, irasional, atau gemar memvonis.
Makasih atas pencerahannya.Saya setuju dgn anda,bahwa kebenaran hari ini belum berarti kebenaran esok atau lusa.Cuma yg saya lihat selama ini,kebenaran yg diyakini oleh kebanyakan orang dgn background agama,sering kebenaran yg tidak bisa di ganggu gugat alias kebenaran mati,ini berbeda dgn trah kebenaran dlm sains yg memang murni relatif.Ia akan gugur dgn sendirinya jika ada kebenaran baru yg muncul.Agama yg diharapkan menjadi pembawa kedamaian,malah kadang berubah fungsi menjadi teror yg meruntuhkan sendi2 kemanusiaan,hanya karena perbedaan dalam melihat kebenaran diantara agama yg ada atau bahkan diantara komunitas mereka sendiri.Lha…,yg saya lihat disini diantara mereka sendiri ‘biasanya’ mereka suka memvonis pihak lain.Saya sendiri suka perbedaan,karna perbedaan itu indah…! Salam kenal Adif.thx
@ Edy: Ya saya akui memang begitu kenyataannya, menurut saya ini karena sikap keberagamaan yang masih kekanak2an. Sebagai sebuah fase dalam perjalanan pengalaman keberagamaan itu wajar2 saja, tapi akan menjadi masalah manakala sikap kekanak2an itu terus dipelihara. Di sinilah perlunya pendidikan yang terus menerus untuk mendewasakan umat beragama.
Untuk mendewasakan umat beragama maka itu adalah tugas dari umat beragama itu sendiri. Di sini diperlukan peran dari kaum intelektual religius dan para pemuka agama yang tercerahkan. Jika peran ini dilakukan kaum intelektual sekuler yang cenderung sudah bersikap apriori terhadap agama maka bukannya menyelesaikan masalah malah bakal menambah masalah baru. Jadi biarkan peran ini dijalankan saja oleh ahlinya.
Salam kenal juga bung Edy!
Assalamualaikum
Hehheehheee, mas ini pintar luar biasa, inti cerita ini adalah bahwa apa yang tercantum saat ini hanya sebatas dari karangan para pengagumnya Yesus, dimanipulasi agar terlihat hebat. Ujung-ujungnya banyak pengikutinya dikemudian hari.
Weleh weleh tentunya cerita ini analog dengan apa yang terjadi di sirah nabi Muhammad, banyak bumbu yang ditambahkan. Itulah sebabnya banyak anggautanya menganggap luar biasa, dengan kata lain di Tuhankan, diharapkan banyak pengikutnya, ujung-ujung yaa duit lahhh.
Fakta nya, hehheeehheee baca sendili di internet, misalnya mas Qimni dari universitas al Azhar.
Wassalam
H. Bebey
@H. Bebey: memang kita harus kritis untuk membaca kisah-kisah masa lalu, akan tetapi tidak semua penambahan-2 kisah masa lalu itu karena alasan yang tidak baik misalnya faktor ekonomi.
Banyak orang yang karena kekagumannya terhadap tokoh masa lalu tergoda untuk melebih-lebihkan cerita tentangnya.
Besarnya pelebih-lebihan tersebut dapat dilihat dari kisah Bukhari yang menyeleksi lebih dari 1 juta catatan perkataan & perbuatan Nabi (hadis) dan hanya 7 ribuan yang dapat diverifikasikan jalur penyampaiannya. Sisanya (93%) palsu dan harus ditolak.
Terima kasih.
Mas Yudhi, memang sejarah itu suka berubah jika ada fakta baru. Itulah orang suka mencari kebenaran sejarah, diantaranya mengais dari data yang telah diakui, yang sebelumnya tabu untuk dibahas. Seperti, saat di Mekah, pengikut beliau tidak lebih dari jari tangan, katanya diajari solat dan sebagainya. Kalau kita bahas mengenai solat itu, caranya bagaimana yahh, kan surat fahtihah belum ada, karena surat itu merupakan inti al Qur’an, tentunya kesimpulannya itu didapat setelah semua wahyu diselesaikan.
Boleh-kan mas Yudhi, kita membahas itu, dan banyak lagi-lahh……. Apakah Buchori juga melakukan, sehingga catatan 93 % itu dianggap tidak sahih. Pasti prosesnya sangat memusingkan, wonggg dikerjakan 200 tahun setelah nabi meninggal, mau naya sama siapa, paling-paling pada rumput yang bergoyang, kasian kasian Untunglah aku punya Sang Guru Mursyid, hehehhheeee
@H. Babey: kalau pakai bahasa birokrat: masukan ditampung dulu…
Mengenai kesimpulan kan gak mesti dibelakang, bisa jadi itu semacam konsep yg dibuat dulu, baru detilnya dijabarkan belakangan.
Oh ya, saya salah, kalau Bukhari menyeleksi 7 ribu sahih dari 1 juta hadis –> berarti 0,7% sahih, yang gak sahih 99,3%
Begini ini baru ngaji beneran, dapat ilmu yang selama ini tak pernah terkuak. Mengkaji llmu agama, seharusnya tidak perlu ada yang disembunyikan, sperti contoh almarhum Gus Dur menyampaikan bahwa Quran kitab paling porno, pernyataan ini tidak perlu ditanggapi dengan marah-marah, karena didalam quran ada ayat yang mengatur cara perempuan menyusui anaknya. Seperti banyaknya hadis palsu, ini bisa jadi karena Cak Buchori terlalu capek menyeleksi 1 juta kisah nabi. ingat pada masa itu belum ada komputer, inipun disusun 200 tahun stelah nabi meninggal, bagaimana kira2 validitas hadis-hadis yang ada saat ini.?
@Geloaku: kita hidup di era dimana lebih banyak metode yg bisa digunakan untuk menilai suatu kisah.
Menggunakan metode tsb akan bisa membantu menilai secara jernih inti pesan-pesan agama.
Terima kasih
kalau ada mesin waktu untuk sekedar melihat sejarah, kita ga akan perlu mendebatkan hal hal ini….
seandainya…..
@ikent: sayangnya belum ada mesin waktu, jadi kita pakai yang ada saja yaitu fakta dan akal sehat untuk menilai kisah masa lalu.
Saat ini banyak sekali referensi yang bisa didapat lewat internet yang tidak mungkin didapatkan pada masa lalu, tentang penyangkalan terhadap keberadaan para Nabi maupun Kitab Suci. Dan tentu saja ada buku-buku tentang itu dan tidak akan pernah masuk ke negara kita. Menurutku kita tidak harus menutup mata terhadap semua itu dan harus meyakini walaupun itu berasal dari penelitian ilmiah. Seperti waktu dulu dalam pelajaran biologi SMA ada pelajaran tentang evolusi, kita menganggapnya itu sebagai karya ilmiah titik. Mungkin bisa dibilang “memahami dan belum meyakini”, sebab saya juga bukan ahli tentang hal itu. Yang sering mengganggu pikiran saya adalah, ada banyak teori ilmiah yang muncul dan bertentangan dengan apa yang dituliskan dengan kitab suci. Sementara itu kitab suci adalah sesuatu yang mutlak kebenarannya (berdasar kitab kitab suci itu sendiri). Walaupun ada banyak usaha pembenaran agama berdasarkan sains. Ada sebuah video menarik, orang ini menjabarkan dari buku “homeric epics and the gospel of mark” http://youtu.be/4jOzCMy9e5E. Dan saya berpikir itu juga logis. Tetapi jika saya harus mulai berpikir bahwa kisah kisah dalam kitab suci adalah sebuah pesan moral yang harus ditafsirkan, dibagian mana harus saya tafsirkan dan bagian mana yang tidak boleh ditafsirkan. Kalau Ibn Rusyd menyatakan “Semua orang lain wajib membaca Al-Quran secara harafiah, tetapi kaum faylasuf mampu mengupayakan penafsiran simbolis”. Yang jadi masalah, apa kriteria faylasuf, siapa yang berhak menggolongkan orang ini faylasuf atau bukan? Atau jangan-jangan itu adalah sebuah pembenaran yang buta terhadap logika? Bukankah tragedi galileo galilei adalah kesalahan berdasarkan penafsiran kitab suci? Kenapa Tuhan menciptakan akal jika itu akan menolak eksistensinya? Mungkin di neraka kelak isinya adalah para ilmuwan yang dianggap telah menentang Tuhannya yang telah memberinya akal untuk berpikir dan berkarnya untuk kebaikan umat manusia. Dan jika Tuhan memang eksis, He must be love drama….
@Qurious: Kitab Suci pada masa lalu mungkin sebagai sumber kebenaran satu-satunya. Pada saat ini, ia hanya satu di antara banyak sumber untuk membentuk perilaku dan dasar tindakan manusia.
Mungkin kita bisa menganalogikan kisah kitab suci dengan cerita yang pernah dikisahkan oleh ibu kita di masa kecil dulu. Apakah setelah kita tahu bahwa kancil tidak bisa bicara seperti dalam dongeng kancil, kita akan menganggap ibu kita pembohong? atau semua petuahnya omong kosong? tentu tidak…
Cinta dan hormat kita kepada Ibu kita tak akan terpengaruh oleh fakta itu, hanya sekarang kita sadar bahwa kancil hanyalah sarana yang dipakai Ibu dan disesuaikan dengan pemahaman kita saat kita masih kecil dulu. Bahkan kita mungkin akan bacakan terus cerita kancil itu kepada anak-anak kita sebelum mereka tidur, itu masih cara yang efektif untuk menyampaikan pesan dan mempererat hubungan kasih kita dengan anak kita.
Di bagian mana yang boleh ditafsirkan dan dimana yang tidak? saya pikir tidak ada yang bisa memberikan batasan ini selain diri kita sendiri. Silakan anda pilih batasnya dan jangan paksa orang lain untuk memahami kitab suci sesuai dengan pilihan anda.
Terima kasih.
Hihi… sayangnya Yesus bukan Nabi Isa a.s.
http://debu-semesta.blogspot.com/2011/06/nabi-isa-alaihis-salam-yesus-jebakan.html
Alhamdulillah….
berarti ada perawan maryam yang lain…ya
Om, headernya feminin sekali…
@Samaranji: Yesus bukan Nabi Isa?
Yesus yang merupakan figur yang terekam dalam sejarah, kalau bukan dia, lalu siapa Nabi Isa? semacam pahlawan Hercules yang hidup dalam dunia khayal?
Terima kasih komentarnya.
Nabi Isa a.s ya seorang Nabi… dalam perjalanan sejarah wajar dong jika kisahnya didramatisir oleh para agamawan Yahudi en politikus Yunani-Romawi menjadi Yesus (plesetan dari Zeus kaleee) 😀
Yaaaa… anggap aja kaya kisahnya Guru Budha yang mengajak monotheis tapi terdistorsi menjadi ajaran nihilisme… tong kosong tapi isi gitulaah http://debu-semesta.blogspot.com/2012/05/kosong.html
Ajaran Sri Krishna dari Acintya terdistorsi jadi brahman – bhagavan – paramatma…
Hmmmmm… emang Sejarah kalo didramatisir jadi kayak dongeng Naruto
@Samaranji: tengkyu komennya
saya jadi ingat sebuah sabda Illahi begini,”…janganlah memberikan emas berlian kepada anjing dan babi karena hanya akan di injak-injak dan dikotori lantas ditinggalkan pergi..”.
oleh karena itulah saya tetap menyimpan sejajar dan berderet beberapa kitab suci yg ada di dunia ini apapun latar belakang saya, bukan menyimpan satu dan membuang yg lain..
semoga tercerahkan…
Awal dari persimpangan antara umat islam dan kristen. Yang dikemudian hari sejak diturunkannya nabi Muhammad S.A.W menambah besar jarak simpangan antara keduanya.
@Yanileviathan Ahmad: terima kasih
Saya seorang katolik, tapi saya juga tidak peduli mana yg benar dan mana yg salah. Yg penting adalah apa yang diajarkan Yesus kepada kita, Yaitu Cinta Kasih
@Lomo: benar, yang penting manfaatnya bagi seluruh manusia.
Terima kasih.
Marilah kita merenung sejenak dengan hati putih dan hati yg adem tanpa sekat paham dan agama kita…
Misalnya saja kita belum pernah melihat gajah, maka untuk mempresentasikan seekor gajah dg baik, kita minimal mesti merangkum beberapa keterangan/data lantas baru bisa bikin kesimpulan/gambaran secara utuh tentang gajah setelah bertanya kepada si A, B, C, D, E, F, G, H yg masing-2 secara berurutan hanya memiliki keterangan/data tentang ; belalai, mata, gading, kuping, kaki, perut, ekor dan mulutnya.
Apa yg terjadi bila kita hanya mengutip keterangan/data dari A, B saja..? Tentu kita akan mendapatkan bentuk gajah yg aneh, karena gajah akan kita presentasikan/gambarkan hanya terdiri dari belalai dan mata saja.!! Akan sangat berbahaya bila ini kita presentasikan di kelas dg murid yg masih lugu-lugu dan ndak banyak nanya.
Kita akan dianggap lucu juga bila kita malah mengutip keterangan/data dari K, L, M yg mendapatkan pemaparan/data dari A dan B saja dan atau dg menambah mengutip keterangan/data dari P, Q, R, S yg kesemuanya sama-sama mendapatkan pemaparan/data dari A, B tapi sambil kita tetap TIDAK MAU atau menolak/menafikkan keterangan/data dari C, D, E, F, G dan H walaupun ini sangat berguna untuk melengkapi keterangan/data agar presentasi/penggambaran kita tentang gajah menjadi lengkap dan baik.
Namun demikian, walaupun kita misalkan saja memang belum pernah melihat gajah, maka akan terkesan bhw pemaparan/penggambaran kita tentang gajah seolah-olah didukung keterangan/data dari berbagai sumber data yg sahih karena mengutip berbagai sumber, misalnya; A,B,K,L,M,N,P,Q,R,S. Tapi tetap saja gambaran yg kita presentasikan adalah gajah yg TANPA kaki, gading, perut, ekor, kuping, dan mulut…. sehingga gajah yg kita presentasikan/gambarkan adalah gajah yg cacat karena hanya terdiri dari belalai dan mata saja…
Semoga semua makhluk berbahagia….
wassalam…
@Tan: memang untuk mendapatkan informasi yang mendekati kebenaran, kita harus berani mencari keterangan dari banyak sumber dengan lapang dada.
Terima kasih.
Hati-hati misi orientalis…, saya curiga
@Cahaya: terima kasih untuk bisa menemukan kecurigaan.
Mohon bantuannya agar kita semua bisa mengambil manfaat dari kecurigaan anda, dengan menerangkan lebih jauh:
Dengan pernyataan yang jelas, tentunya kita dapat mengambil manfaatnya. Pembaca web ini, umumnya orang yang matang, jadi kalau hanya menakut-nakuti dengan pernyataan tak jelas, saya takut pernyataan anda cuma jadi contoh untuk sikap paranoid yang bodoh.
cukup mencerahkan, terimakasih.
apakah yesus dalam hidupnya pernah menyebut namanya dengan “yesus”….??? banyak teman nasrani yg ga bisa jawabnya… mohon pencerahannya…??
@Satria: nama Yesus merupakan hasil proses adaptasi dari berbagai bahasa yaitu Iesus (Latin), Iēsoûs (Yunani), Yĕhōšuă (Ibrani), Yēšûă (Aram). Di Arab menjadi Isa.
Itu gak beda dengan orang barat menyebut Celebes untuk Sulawesi. Hanya masalah adaptasi bahasa.
iya saya paham itu pak, itu cuma alih bahasa, cuma masalahnya nama versi Yesus itu dijadikan nama resmi “Tuhan” bagi umat Kristiani, Bagi umat muslim gak masalah pake nama Yesus, Yesua, Isa Almasih dll, karena statusnya beliau hanyalah nabi…. tapi bagi umat kristiani beliau dijadikan transformasi Tuhan dalam bentuk daging….
Jadinya amat sangat penting bagi keimanan bagi kristiani untuk istilah nama Tuhan ini, pertanyaan saya bukan masalah alih bahasanya, yaitu apakah dalam sejarahnya, apabila dia dipanggil oleh muridnya dengan nama “Yesus”, dia akan menoleh, saya yakin beliau hanya menoleh dengan nama Yesua… Istilah Yesus Kristus saya amat yakin yg mempopulerkannya adalah Paulus dengan bahasa latinnya
Dari ketiga agama abrahamic, Islam, Yahudi dan Kristen, agama Kristenlah yg paling dominan berkembang karena kebudayaan, berbeda agama Islam dan Yahudi, yang memiliki aturan2 yg jelas dlm beragama sperti istilah Halal dan Kosher, hingga akhirnya kadang agama Islam dan Yahudi membentuk kebudayaan manusia, seperti budaya mudik di Indonesia yg dipengaruhi oleh hari raya Idul Fitri.
Tetapi agak berbeda dengan kristen, yg justru perkembangannya amat besar dipengaruhi oleh kebudayaan, sebagai contoh Hari Raya Natal 25 Desember, yg hingga sekarang tidak ada dasar yg jelas perayaannya, konon dipengaruhi budaya dewa matahari romawi, lalu istilah nama Yesus yg saya singgung di atas, kemudian penulisan Bibel yg menurut para ahli sejarah yg masih dipertanyakan keotentikannya, dan lebih parahnya lagi, pengakuan trinitas dan ketuhanan Yesus baru diaklamasikan setelah 3 abad lebih beliau meninggal di Konsili Nicea bahkan inisiatornya adalah Kaisar bangsa Pagan Romawi, bukan para pemuka agamanya…
Saya muslim, dan saya pun sangat menghormati umat Kristiani, saya cuma membuat pengandaian, kalo saya seandainya saya orang kristen, saya pasti memanggil nama Tuhan, dengan nama Tuhan Yesua, biar lebih afdhol, lalu saya pasti pegangan saya adalah alkitab berbahasa Latin, karena mungkin bibel pertama kali pake bahasa itu.
Beberapa kali sya diskusi dengan rekan nasrani awam, mereka kebanyakan tidak tahu menahu hal tersebut, padahal hal tersebut sangat penting bagi keimanan mereka
@Satria: memang ada beda mendasar antara cara orang Islam dan Kristen mengamalkan agamanya.
Agama Islam adalah agama yang sangat text oriented dan arabic oriented, sangat terikat teks (dalam hal ini teks Arab). Bagi banyak orang Islam lebih baik melafal doa dalam bahasa arab walau tak secuilpun tahu artinya dibandingkan dengan memohon kepada Allah menggunakan bahasa ibu yang kita benar-benar tahu artinya. Bagi banyak orang Islam, Islam itu bentuk-bunyi-laku dan bukan makna-manfaat. Bagi mereka lebih utama menjadi KW dari nabi (dengan meniru pakaiannya, cara ngomongnya dan segala tampilan fisiknya) daripada meniru keadilannya dan kebaikannya yang tentu buth mikir, karena tergantung sikon-nya.
Beda dengan agama Kristen, mereka lebih content oriented – mementingkan makna. Semua Bible di dunia diajarkan dalam bahasa ibu para pemeluknya, bahkan bahasa asli Bible yaitu Aramaik, nyaris tak dikenal di para pemeluk Kristen. Bagi banyak orang Kristen, berdoa bisa dengan bahasa apa saja, yang penting kita tahu benar apa yang kita mohon. Bagi mereka yang penting makna-manfaat, sedangkan bentuk-bunyi-laku bisa disesuaikan dengan kondisi tiap orang yang memang beda.
Dengan kondisi demikian, maka sebutan Yesus, Yesua atau lainnya bagi pemeluk Kristen bukanlah harga mati, yang utama adalah bisa mendekatkan diri padanya dan meniru kebakannya.
Kalimat awal pada tulisan anda, menerangkan bahwa tanpa Yesus tidak ada Kristen… mohon maaf kalo kita telusuri sejarah kristen awal, pendapat Judhi agak kurang kuat asumsinya…
Berangkat dari pertanyaan saya yg sederhana tentang nama Yesus, apakah dalam hidup beliau menyebut istilah nama Kristen atau Kristos, mungkin istilah yg dipakai adalah Al Masih, tapi tak ada sedikitpun ayat atau pasal secara gamblang bahwa Yesus membuat ajaran baru yg namanya Kristen, Yesus masih mempraktekkan Yudaisme dalam hidupnya
Bahkan murid2 Yesus alias 12 rasul tersebut tidak memiliki pengaruh signifikan dalam perkembangan Kristen, mungkin mereka masih mempraktekkan Yudaisme ketimbang membuat ajaran agama baru
Menurut analisa saya, agama Kristen berkembang oleh orang2 pagan miskin di sekitaran Asia kecil dan Yunani yg kagum akan monoteisme Yudaisme, mereka sebenarnya malu dengan polytheisme mereka yg ketinggalan jaman, dan merasa sosok Yesus adalah jembatan menuju monoteisme tanpa harus menjadi Yahudi
Paulus lah sosok sentral tersebut, menurut saya beliaulah pendiri agama kristen, dia pelopor gereja awal, mempersatukan jemaat2 non yahudi yg ingin menjadi monoteisme. Paulus menjadikan Yesus sebagai sosok yg didambakan oleh kaum Goyim (non yahudi) dengan mengkultuskan beliau sampai level ilahi ketuhanan sebagai juru selamat. Ide tersebut bagai angin segar bagi kaum Goyim, mereka senang tidak harus sunat dan boleh makan babi tapi bisa menikmati karya Yesus
Bagi orang Yahudi hal tersebut adalah suatu penghujatan, dan mungkin hingga sekarang orang Yahudi tidak mengganggap Yesus sebagai mesias
Penjelasan saya di atas, menurut saya sangat penting bagi umat kristiani, mereka juga harus tahu sejarah awal agama mereka, mereka harus tahu siapa sebenarnya Yesus tersebut, sebagaimana saya tidak malu Nabi saya Muhammad punya istri banyak, dan pernah membantai salah satu Bani Yahudi di Madinah, tapi setidaknya saya tahu sejarahnya dan tahu sebabnya, beliau juga manusia biasa…
Tetapi kebanyakan kaum nasrani awam tidak tahu menahu keimanan mereka, mereka tidak tahu konsep Yesus menjadi selevel dengan keilahian memakan waktu 3 abad lamanya. saya sepakat Yesus bisa kita jadikan teladan sebagamana Muhammad, Buddha, Krisna dll
Terkait praktek agama Islam, setahu saya dalam Fiqh boleh saja koq kita berdoa dalam bahasa ibu kita, yg tidak boleh hanya pada shalat, Al-Fatihah tetap dibaca dlm bahasa arab. Saya rasa banyak juga yg salah memahami agama Islam itu, mengaji itu artinya haruslah mengkaji isi Al-Quran, tentunya dlm mengkaji tersebut ayat2 berbahasa arab tersebut harus ditranslate oleh yg ahlinya alias ulama. Beda kalo tadarus, itu memang kita pun ga harus tahu artinya sama seperti orang Hindu Indonesia melantunkan bhagavad gita berbahasa urdu
Tapi kalo esensinya, agama Islam, fine2 saja, ga da masalah yg krusial, hanya emang dalam prakteknya banyak yg salah kaprah, ada yg terlalu kearab2an, sebagai contoh Hijab, di Quran, kalo mau ditafsir tidak ada ayat yang bilang Hijab itu kewajiban bagi muslimah, tapi Allah hanya menganjurkan wanita itu pake hijab, bukan kayak Puasa di Ramadhan, yg ayatnya jelas “diwajibkan bagi kamu…, budaya Hijab besar sendiri itu datangnya dari Turki, lagi2 saya katakan banyak kebudayaan disalahkaprahkan sebgai bentuk agama. Tapi ga masalah koq kalo ada muslimah yg mau pake cadar, tapi saya agak jengah kalo ada wanita muslimah yg pakaiannya tak senonoh…
intinya suatu umat beragama harus juga tahu sejarah agamanya, karena lewat sejarahlah kita bisa belajar manusia itu seutuhnya, baik dan buruknya harus diterima lapang dada
@Satria: Al Masih itu bahasa Arab dari gelar Mesiah (Ibrani) yang berarti “Yang diurapi”. Dari Yunani ada gelar Kristos yang artinya sama. Jadi itu adalah gelar bagi Yesus/Isa.
Tanpa Yesus tentu tak ada Kristen yang sekarang. Apa artinya Kristen tanpa Yesus di puja di dalamnya.
Tanpa Yesus juga tak ada Islam yang sekarang. Apa artinya Islam jika Qur’an-nya beda karena ada banyak kisah Isa/Yesus yang harus dibuang darinya.
Kalau memang akan mempelajari sejarah, tentunya kitab suci hanyalah salah satu rujukan yang mungkin tidak terlalu bernilai sejarah karena sarat dengan kepentingan agama pembawanya.
Dalam kajian sejarah berdasarkan tinggalan arkeologi dan rujuk silang dengan sumber-sumber di luar agama, kisah para nabi, Yesus dan bahkan Muhammad-pun mengandung banyak hal yang tidak bisa diklarifikasi kebenarannya.
Sebagai contoh, jika anda mengikuti kajian sejarahwan mutakhir tentang kelahiran Islam, kita juga bisa menemukan fakta dari semua kisah hidup nabi Muhammad, semuanya bermuara pada karya Ibn Ishak yang hidup lebih dari 100 tahun setelah nabi wafat. Dan bagaimana kualitas kisah-kisah itu dapat kita lihat dari penelusuran Bukhari menyusun kitab hadisnya, dimana dari 1 juta hadis yang dipelajarinya hanya 7 ribuan yang asli, 99,3% di antaranya hanyalah hadis karangan/fiktif.
Beberapa sejarahwan bahkan berpendapat, Islam pada mulanya hanyalah salah satu sekte kristen yang tak mengakui ketuhanan Yesus, dan hal ini dikuatkan dengan tinggalan koin yang beredar di wilayah Suriah dengan tulisan Muhammad di satu sisi dan sisi lainnya gambar orang memegang salib. Ibadah shalat Islam juga tidak beda dengan berbagai sekte Kristen timur tengah, hanya jumlah dan kiblatnya saja yang beda.
Islam sebagai agama yang benar-benar terpisah dari kekristenan diperkirakan baru ada saat khalifah Abdul Malik bin Marwan.
Jadi, biarlah tiap agama nyaman dengan versi mereka sendiri.
Orang Yahudi sudah lebih dari 5000 tahun punya sejarah sendiri tentang para nabi mereka.
Untuk kisah Yesus, umat Kristen sudah menggelutinya sejak 2000 tahun lalu dan mereka nyaman dengan itu.
Kalau Islam yang baru muncul 1500 tahun yang lalu punya versi sendiri tentang Yesus, ya sudahlah kalau beda, karena memang ada kepentingan yang beda dalam memandang kisah Yesus.
Kalau Islam mengkasting ulang 25 Nabi Yahudi dalam kisah ala Arab, ya sudahlah, memang ada kepentingan sendiri untuk mengklaim para nabi yahudi tersebut.
Gak usah memasarkan sejarah Yesus versi Islam kepada orang Kristen, sebagaimana memasarkan 25 Nabi Yahudi yang mendadak Arab kepada orang Yahudi. Orang Islam tentu gak nyaman bukan kalau sejarahwan memasarkan sejarah Muhammad versi mereka?
iya saya paham pak… kita tidak bisa memaksakan suatu kisah dengan versi kita sendiri., yang saya tekankan bukan Yesus dalam versi Islam, saya sedang belajar sejarah… belajar sejarah sebenarnya…
saya bukanlah orang yang fanatik memaksakan kisah Islam kepada umat lain, saya sama dengan pak judhi, yang sedang belajar sejarah keagamaan… dan saya tidak berusaha mengusik umat agama lain…
seperti halnya pak Judhi di atas memberikan pengetahuan saya tentang perkembangan agama Islam. Mungkin sehabis ini saya akan mempelajari tentang asumsi baru tentang bahwa islam adalah dulunya bagian sekte kristen yang pak judhi terangkan di atas. Tapi itu kan baru hipotesa, apapun nanti hasil penelitiannya nanti oleh sejarahwan, pasti saya akan menerimanya sebagai umat muslim
Dari penjelasan pak Judhi di atas, saya malah tambah yakin dengan keIslaman saya, ada 7 ribu hadits yg asli yang berhasil dikumpulkan oleh Bukhari, menurut saya itu jumlah yg cukup banyak untuk literatur keagamaan Islam, artinya ada pegangan yg validitasnya bisa dipertanggungjawabkan selain Al-Quran
dalam belajar sejarah agama, kita juga belajar ilmu kritik-agama, dalam Islam pun banyak kritik yg bisa diketengahkan. Tapi untuk agama Kristen, jujur, setelah saya baca literatur2 yg ada, kritiknya banyak sekali, bahkan bisa menggoyahkan keimanan utama umat Kristen sendiri
Dalam agama Islam, juga banyak kritiknya, tapi jawaban2 oleh para ulama2 klasik (kalo dalam agama kristen kita kenal dgn istilah apologetik), menurut saya cukup memuaskan dan sangat valid. Tapi di agama Kristen, hampir kebanyakan kritik sulit untuk dijawab.
Saya paham, pernyataan pak Judhi, biarlah tiap agama nyaman dengan versinya sendiri, itu betul sekali untuk menjaga keharmonisan antar agama…
saya paling demen diskusi antar agama, sering saya diskusi antar agama dengan rekan2 saya yg nasrani, setiap pertanyaan yg mereka ajukan ke saya tentang Islam hampir smuanya bisa jawab dgn lugas & valid, tapi ketika saya tanya tentang kekristenan kepada mereka, ada banyak pertanyaan yg sulit mereka jawab
saya suka menanyakan mereka hanya pertanyaan2 sederhana, tapi mereka sendiri kebingungan juga jawabnya, pertanyaan2 seperti perayaan natal tgl 25 desember, nama asli Yesus, Kegerejaan, dan lain2nya
Saya tidak membahas yg sifatnya mengoreksi kitab suci mereka, sperti yg bapak Judhi katakan kitab suci tidak bisa mutlak menjelaskan fakta sejarah yg sebenarnya. Tapi saya menanyakan hal2 yg sehari2 mereka lakukan lalu ditelusuri sejarahnya, kebanyakan mereka ga tahu sejarahnya misa itu seperti apa, bahkan ada ga yg tahu injil kanonik itu apa, bahkan lucunya adab mereka pergi ke misa malah mau meniru saya kalo pergi ke masjid, harus bersih mandi hadas besar dan berpakaian sopan. Saya pun kadang memuji mereka kalo mau makan, berdoanya khidmat sekali, ya diskusi2 seperti ini saya rasa bagus sekali untuk tahu agamanya masing2 dari sudut pandang kesejarahan, tapi intinya harus saling menghormati
terima kasih atas sudut pandang pak Judhi yg sangat bagus dalam mempelajari suatu agama, jujur sosok seperti pak Judhi amat langka saya temui, kapan2 mungkin bisa kopdar, ngobrol tentang seperti ini. kalo ngobrol sama Ulama, ntar jawabnya terlalu Ke-Islaman, jujur saya lebih suka membaca sirah Nabi Muhammad pun kalo penulisnya orang barat ketimbang orang Islam sendiri, agar sudut pandang kita lebih luas lagi…
Bisa gak Yesus itu disamakan kayak Al Hallaj dan Syekh Siti Jenar yg mengalami kondisi makrifat manunggaling kawulo gusti…
Banyak orang kristen yg mengganggap itu gnostisme hingga dianggap penghujatan…
karena dipikir2 didalam bibel tidak ada pernyataan langsung bahwa beliau adalah Tuhan, tapi pernyataan2nya hampir mirip2 dengan Al Hallaj dan Syekh Siti Jenar, pemahaman beliau2 ini sangat tinggi tentang ketuhanan, sampai kita2 yg baru level syariat ga nyampe mikirnya… tapi mereka berstatemen sama… aku dan Tuhan… satu…. kayak lagunya Ahmad Dhani…
sama seperti kisah Yesus, kalo kita baca bibel, sepanjang kedua belas muridnya ga mudeng2 dengan perumpamaan2 level tinggi ala Yesus, bahkan ada yg menyangkalnya dan ampe mengkhianatinya. uniknya kematian Yesus, Al Hallaj dan syekh siti jenar itu hampir2 mirip yaitu dihukum mati, dan yg lebih sama lagi, selepas kematian mereka, ada kejadian mistis yg menyelimuti… gimana menurut pak Judhi
Pak Satria,
bagi seorang Kristen Awam, memang tidak menjadi masalah penting untuk mengetahui nama asli nabinya dan asal usul Hari Raya, karena untuk itu mereka harus mempelajari sejarah, dan ini jarang diberikan oleh pemuka agama untuk jadi konsumsi awam. Bagi umat cukup mengetahui ajaran dan teladan dari Yesus.
Seperti yg di tulis oleh Pak Judhi di atas, nama asli Yesus dalam bahasa ibunya adalah Yehoshua, sebuah nama umum di kalangan Yahudi, biasa disingkat jadi Yeshua/Yoshua. Karena melintasi bangsa dan bahasa dari pengikutnya maka namanya menjadi Yashu, Yeshu di kalangan Aram dan Arab, Iesus di kalangan Latin, Iesous di kalangan Yunani. Masuk ke tanah air lewat misionaris Belanda menjadi Yesus. Nama ini merujuk kepada Pribadi/Oknum yg sama dan satu yaitu Putra Maria Sang Mesias/Ha-Masiakh/Al Masih.
Kitab suci Kristen/Bibel/Alkitab terdiri dari Kitab Ibrani (Torah, Naviyim dan Ketuvim / Taurat, Kitab Para Nabi dan Kita Sejarah) di tambah 4 Injil/Eugelion/Kabar Baik yg kanonik (Resmi), dan surat-surat Rasuliah/Apostolik/surat Pastoral. Kitab Ibrani (PL) ditulis dalam bahasa Ibrani Kuno, sedang kitab Injil dan Surat Apostolik (PB) ditulis dalam bahasa Yunani, yg saat itu menjadi bahasa pemersatu di wilayah jajahan Romawi. Sedang bahasa sehari-hari penduduk Palestina masa itu adalah bahasa Aramaik/Aram. Sejak penyebaran Kristen ke belahan dunia dan bangsa lain, maka sejak dini sudah diterjemahkan kedalam bahasa masing2. Bahkan Tanakh, kitab suci Yahudi Ibrani sudah diterjemahkan ke bahasa Yunani jauh sebelum Yesus lahir oleh orang Yahudi. Kitabnya diberi nama Septuaginta. Peshita, Alkitab bahasa Aram. Vulgata, Alkitab bahasa Latin abad ke-5 oleh St. Jerome/Hieronimus. Dan sejak dini beberapa kitab juga sudah diterjemahkan kedalam bahasa arab Nabatea/Nabati.
Pengikut Yesua disebut Kristianos/Kristen yg artinya pengikut Kristus oleh orang2 Yunani, Nasoraios oleh org Yahudi yg artinya pengikut nabi Nasareth. Sedang murid Yesus sendiri menyebut kelompok diri mereka sebagai Pengikut Jalan Lurus. Ajaran ini meluas dan menonjol sejak Paulus bertobat menjadi Kristen, karena Paulus adalah seorang terpelajar, melek huruf, bisa berbahasa Ibrani, Latin dan Yunani. Paulus ini seorang Rabbi dan berkebangsaan Romawi. Itu sebabnya dia banyak menuliskan ajaran Kristen dalam surat2 rasuliahnya, sedang para rasul lain lebih mengajar secara lisan, jadi tidak banyak ditemukan manuskrif tulisan murid yg lain, hingga timbul kesan ajaran Kristen adalah ajaran Paulus. Masa Paulus berdakwah, dia hidup sejaman dengan para murid Yesus yg lain, lihat Kitab Kisah Para Rasul. Beberapa surat Paulus malah ditulis lebih dahulu dari Injil Yunani. Paulus hadir saat Konsili pertama di Yerusalem yg dipimpin oleh Petrus dan Yakobus yg membahas tentang Kosher dan adat Yahudi.
Ajaran Trinitas dan Ke-Tuhan-an Yeshua adalah ajaran utama para Hawariyun/Rasul Kristus, selain ajaran bahwa Kristus telah wafat dan bangkit. Ajaran Trinitas: Sang Bapa (Allah) Sang Putra (Firman Allah) dan Roh Kudus ( Roh Allah), juga Ke-Ilahi-an Firman Allah dan Ke-Tuhan/Rabb-an Yesus beberapa abad kemudian dikritisi oleh beberapa pemimpin Gereja seperti Nestor, Arius, dll. Hingga mendorong diadakannya Konsili termasuk di Nikea , konsili ke-2 yg hasilnya adalah Ijma/Kesepakatan untuk menolak ajaran yg muncul belakangan dan meneguhkan Ajaran Trinitas dan Ke-Ilahi-an serta Ke-tuhan-an Yesus yg diajarkan para rasul Kristus. Ingat dalam Kristen di bedakan antara Kelilahian dan ketuhanan Yesus.
Demikian, semoga mencerahkan.
We shalom Aleichem we birkat Elohim be shem ha Massiach
sangat jelas dan akurat…terimakasih
Pak Natan Budi, terimakasih. Sebuah ulasan yang komprehensif.
Semoga semoga Pak Satria yang katanya sedang belajar sejarah yang sebenarnya bisa membacanya secara obyektif dan jernih; terutama tentang anggapan bahwa agama Kristen adalah bikinan Paulus.
Saya heran, padahal yang mengkabarkan keristenan bukan hanya Paulus, banyak murid Yesus yang lain juga dan mereka hidup sejaman dengan Paulus. Pengajarannya pun sama. Hanya karena Paulus suka berkorespondesi dan surat2nya masuk dalam kanonisasi maka dia dianggap penggagas ama Kristen…
Terimakasih.
keTuhanan Jesus dan ke Ilahiannya adalah berbeda?
mhn penjelasannya pak
ulasan ulasan anda sangat bagus, kritis dan membuka wawasan anak bangsa ini.
Hoooooongngng….
mas Judhianto, hallo mas,
tentang ahura mazda, saya tidak menemukan referensinya, mohon boleh dibagi?
yang saya baca dari berbagai sumber, belakangan zoroaster mendapat pengaruh dari judaisme dan kekristenan (hanya untuk beberapa hal)
sumber sy hanya wikipedia dan ada bberpaa web hasil googling,
sy masih berkutat / penasaran dengan surat surat paulus yang ditulis hanya 20 tahun sjak isa wafat
thank you
@Erwin: rujukan saya ambil dari dua buku yang saya cantumkan yaitu “Memandang Wajah Yesus” dan “Agama-Agama Besar Di Dunia”, sayangnya tak ada versi onlinenya.
Untuk buku “Memandang Wajah Yesus”, ada info pemesanan di blog penulisnya –> http://ioanesrakhmat.blogspot.co.id/ , sedangkan buku “Agama-Agama Besar Di Dunia” saya tak tahu apakah masih ada di toko buku.
Speechless……..
Semoga sampai akhir hayat om judhi selalu berproduktif terus….
@Gerry: terima kasih harapannya
🙂
mas judhianto apakah mungkin bisa bertemu dengan anda? mhn email saya
[email protected]
@Om Ee: bisa lewat email saya [email protected]
Ya Bapa,,ampuni dia,,dia tdk tau apa hg dia perbuat,smoga Tuhan Yesus mengampuni ,,
@Zhullkarnain: jadi anda tahu yang paling benar? Tolong dong dikabarkan pada kami.
Oh ya, yang anda maksud “dia” itu siapa? Yesus, presiden, bapakmu, ibumu atau penulis? Yang jelas dong!
Kalau mengutarakan sesuatu dengan jelas saja gak mampu, bagaimana bisa mikir? Bisa mikir kan?
hayal dan hayal, ilusi dan imaginasi!
hahahahahaha!
yg gilanya bisa ya manusia yg satu mengklain bahwa hayalanannya lebih sempurna dari yg lain,
dan ada manusia2 dewasa yg membutuhkan sahabat imaginer!
Tuhan arab, Tuhan jahudi,Tuhan india…
agama aran,agama jahudi, agama india,,,
jelaslah dengan semua fakta adalah buatan manusia, malah diklain datang dari tuhan.
dan Tuhan membutuhkan legitimasi agama baru jadi tuhan!
huahahahahahahahahahahaa!
WaKE UP GUYs! hari sudah terang
Pembahasan ini sepertinya sederhana tapi sudut pandang sudah beda. “Nabi dan “Tuhan” kita bahas dulu. Di Kristen Yesus adalah Tuhan untuk menjelaskan dan memuaskan anda (yang saya tau cerdas dan berlandaskan fakta serta logika berfikir yang runut) itu bisa ratusan lembar makalah.
@Reynold: tulisan saya tentang kisah Yesus di Kitab Suci yang dikonfrontir dengan sejarah.
Kalau ada bagian tulisan saya yang salah, tinggal ditunjukkan kok, lalu alasannya apa.
Rasanya gak butuh sampai ratusan lembar makalah.
Mas Judhi menulis :
Untuk mencegah ramalan tersebut menjadi nyata, Raja Herodes kemudian memerintahkan pembunuhan semua anak laki-laki di Betlehem yang berumur dibawah 2 tahun. Kisah pembunuhan masal di era Herodus tentunya menimbulkan duka yang dalam di komunitas Yahudi, akan tetapi kisah ini ternyata hanya ditemukan di Injil dan tidak dapat ditemukan dalam catatan sejarah Yahudi dan Romawi di periode yang sama, sehingga diragukan kebenarannya.
Komentar :
Betlehem dan daerah sekitarnya bukanlah kawasan yang luas (luasnya kira-kira 50 km2). Penduduknya mungkin sekitar seribu hingga dua ribu jiwa; dalam hal ini maka jumlah anak laki-laki yang terbunuh itu bisa mencapai sekitar dua puluh orang. Karena itu wajar kalau peristiwa ini tidak cukup menarik bagi Josephus untuk dimasukkan dalam bukunya.
Bahwa tindakan pembunuhan oleh Herodes (Hanya ada di Matius 2: 16) (yang menimpa tidak lebih dari beberapa lusin bayi karena kecilnya Kota Betlehem) tidak tercatat di dalam kitab sejarah lainnya tidak mengejutkan, karena raja ini sering kali melakukan kekejaman. Dia membunuh istri dan ketiga putranya (https://id.wikipedia.org/wiki/Herodes_yang_Agung). Yosefus menyebutnya “orang yang sangat lalim bagi semua orang sama rata” (Antiquities, XVII.8.1).
Semoga mengurangi keraguan mas Judhi tentang peristiwa pembunuhan bayi tersebut.
Orang ini tentu jauh lebih kredibel dibanding James Tabor atau Iaones Rakhmat,
http://www.sarapanpagi.org/flavius-yosefus-vt2981.html
@Reynold Hermawan: mohon dijelaskan apa pendapatnya, lalu kenapa lebih kredibel?
FLAVIUS YOSEFUS adalah ahli sejarah Yahudi, lahir thn 37/38 M, dan meninggal awal abad 2 M.
Jelas bahwa masa hidup orang ini sangat dekat dengan peristiwa disekitar kelahiran, pekerjaan dan kematian Yesus ketimbang teori-teori yang dipaksakan James Tabor atau Iaones Rakmat. Sebagai catatan Iaones Rakhmat sangat terpengaruh dengan tulisan-tulisan Tabor dan Crossan. Pak Judhianto bisa browsing kok tentang kedua tokoh ini dan kasih penilaian sendiri apakah keduanya layak disebut ilmuwan dan tulisannya layak dijadikan referensi ???
Salah satu linknya:
http://www.sarapanpagi.org/jesus-dynasty-vt963.html
Dan masih banyak lagi boleh kok dibrowsing.
Oiya orang ini juga (Tabor dan Crossan) juga terlibat dalam pembohongan tentang kuburan Yesus yang sudah dibantah oleh Arkeolog dan Geolog kenamaan. Silahkan browsing.
Kembali ke Flavius Yosefus.
Ini sebagian kutipan pernyataan Flavius Yosepus. Adakah yang bertentangan dengan Alkitab ?.
Herodus Antipas telah menikah dengan puteri raja Aretas, namun menceraikannya ketika dia jatuh cinta dengan Herodias, istri dari saudaranya Filipus. Aretas menggunakan peristiwa menyedihkan yang menimpa puterinya dan suatu konflik perbatasan sebagai alasan untuk membangun pasukan tentaranya guna melawan Herodus. Ketika berhadapan dalam pertempuran, seluruh pasukan Herodus berhasil dihancurkan. Yosefus menulis bahwa sejumlah orang Yahudi percaya bahwa pasukan tentara Herodus dihancurkan oleh Allah sebagai hukuman karena dia menyuruh pemenggalan kepala Yohanes Pembaptis (Antiquities, 18.5.1-2).
“Pada masa inilah Yesus, seorang manusia bijaksana, kalau boleh disebut manusia, karena dia adalah pelaku berbagai perbuatan yang luar biasa, pengajar orang-orang yang menerima kebenaran dengan sukacita. Dia telah menarik banyak orang Yahudi, maupun orang bukan Yahudi. Dia adalah Kristus, […]” (Antiquities. xviii.33).
“[…] Dia adalah Kristus, dan ketika Pilatus, atas desakan orang-orang penting di antara kita, telah menghukurnnya di kayu salib, mereka yang mengasihinya sejak semula tidak melupakan Dia; karena Dia telah menampakkan diri lagi kepada mereka dalam keadaan hidup pada hari yang ketiga; sebagaimana yang telah diramalkan oleh para nabi Tuhan sarna seperti puluhan ribu hal lainnya ten tang Dia. Dan kaum Kristen, yang dinarnai demikian menurut namanya, belum juga punah sampai hari ini.” (Antiquities. xviii.33)
”[Ananus sang imam besar] memanggil para hakim Sanhedrin dan membawa ke hadapan mereka seorang pria yang bernama Yakobus, saudara Yesus yang disebut Kristus.” (Jewish Antiquities, XX, 200)
Now there was about this time Jesus, a wise man, … He drew over to him both many of the Jews and many of the Gentiles … And when Pilate, at the suggestion of the principal men amongst us, had condemned him to the cross … (Antiquities 18.3.3
Trus satu lagi, ada satu tradisi Yahudi yang disebut tradisi Masoretik, orang-orang ini dalam menuliskan sejarah apalagi kitab suci sangat berhati-hati. Apalagi pada saat akan menuliskan nama Tuhan YHWH, setiap akan menuliskan nama Tuhan tersebut harus mencuci tangan 3 kali. Hal ini menggambarkan betapa jujurnya mereka dalam menuliskan sejarah dan Kitab suci. Jangan dibilang ini dongeng yaa pak. Silahkan Pak Judhianto browsing.
@Reynild: jadi keunggulan Clavius Yosefus dibandingkan James Tabor atau Iones Rakhmat adalah:
ini merupakan satu nilai plus bagi Flavius, namun apakah ini menjamin bahwa Flavius lebih akurat daripada sejarahwan dari era modern?
Ini seperti membandingkan sejarah kerajaan Mataram versi penuturan Babad Tanah Jawa dengan penelitian sejarahwan modern.
Babad Tanah Jawa ditulis oleh orang yang jelas mengalami hidup di kerajaan Mataram. Dari pertimbangan masa hidup penulisnya, Babad Tanah Jawa lebih punya nilai plus dibandingkan dengan sejarah yang ditulis orang dari jaman modern.
Namun ilmu sejarah modern tidak mengandalkan sumber tunggal. Sebuah tulisan tidak bisa dipercaya begitu saja hanya karena berasal dari era yang lebih dekat dengan masa yang diceritakan. Kisah dalam tulisan itu harus diperkuat oleh sumber-sumber lainnya, baik berupa tulisan yang lain lagi, bukti-bukti arkeologis atau perhitungan akal’sehat.
Dengan menggunakan berbagai penilaian tersebut, kita bisa tahu bahwa yang dikisahkan dalam Babad Tanah Jawa tidak semuanya bisa dipercaya karena tidak didukung oleh sumber-sumber lain atau tidak masuk akal.
Begitu juga tentang Flavius versus sejarahwan modern. Beberapa sejarahwan modern menggunakan berbagai sumber yang berbeda dari pertimbangan akal sehat untuk sampai pada kesimpulan yang berbeda dengan laporan Flavius yang berasal dari era yang tidak jauh dari kehidupan Yesus.
Yang saya sampaikan adalah pandangan yang berbeda dengan pandangan ortodoksi Kristen. Tentu juga tidak ada jaminan bahwa pandangan alternatif ini adalah yang paling akurat.
Apakah ini menjamin akurasi penulisannya? Tentu tidak.
Ini seperti yakin bahwa setiap orang yang hidupnya dipenuhi ritual otomatis menjadi orang suci.
Dalam dunia nyata, betapa banyak kasus Pendeta atau Ustad yang dalam keseharian hidupnya dipenuhi ritual suci, ternyata tersangkut korupsi, kejahatan seksual atau kejahatan lainnya.
Ritual ya ritual, dalam dunia nyata, itu tidak menjamin apa-apa.
Saya tidak anti sejarawan moderen, point saya adalah gunakan referensi dari orang-orang yang memang punya kredibilitas. Bukan ahli abal-abal (tidak jujur) seperti Tabor, Crossan atau Iaones Rakmat. Knp bukan F.F. Bruce atau Craig A. Evans, yang punya metodologi yang jelas, terukur dan jujur.
Tentang Tabor dan Crossan silahkan browsing
Tentang Iaones Rakhmat browsing dengan kata kunci “Iaones Rakmat vs Budi Asali”, Pak Juhianto akan melihat bagaimana ngelanturnya orang ini.
@Reynold: anda menggunakan ungkapan abal-abal, jujur, dan terukur; tapi tanpa satupun menjelaskan argumen dibalik penilaian anda.
Mohon dijelaskan apa argumen anda untuk penilaian tersebut, para pembaca kan tidak sedang mendengarkan anak balita yang cuma bisa bilang “dia jahat Ma!” sambil nangis tanpa bisa menjelaskan kenapa dia jahat.
Boleh minta penjelasan kalimat ini :
Dokumen-dokumen (yang disebut injil) tersebut itu banyak sekali, otoritas Kristen belakangan hanya mengakui beberapa dan memasukkannya sebagai bagian Perjanjian Baru.
Pertanyaan saya adalah :
1. Yang banyak itu jumlah kitabnya, atau variannya atau terjemahannya ?
2. Yang dimaksud otoritas Kristen itu yang mana ?
3. Belakangan itu kapan ?
@Reynold: sebagai aktivis Kristen, tentu anda mengenai tentang proses pembentukan kanon perjanjian lama dan kanon perjanjian baru. Dalam proses tersebut disepakati mana yang dimasukkan kanon kitab suci, mana yang tidak.
Proses tersebut dilakukan dalam berbagai konsili otoritas Kristen.
Siapa otoritas Kristen itu? Lalu kapan?
Sepertinya anda lebih tahu, atau bisa mencari tahu sendiri. Yang jelas, sepertinya bukan oleh Asosiasi Tukang Becak di jaman order baru.
Point saya adalah kata belakangan. Apakah Konsili Jammia, antara tahun 90 – 100 M yang menetapkan Kanon Ibrani bisa disebut belakangan ?
@Reynold: poin saya adalah, bahwa ada banyak banyak Injil dan otoritas Kristen menetapkan yang mana diamsukkan kanon kitab suci dan yang mana yang tidak. Anda mempersoalkan detil yang tidak mempengarusi poin pendapat saya.
Kalau itu saya sepakat karena ada yang masuk kategori injil apokrif termasuk injil Thomas yang sangat kuat nafas gnostiknya. Begitupun injil Barnabas yang juga sudah dibantah oleh beberapa pakar Islam ternama.
@ Judhianto, apa yang Pak Judhianto jelaskan pada makalah diatas baik tentang Injil Thomas, klaim Notovich, James Tabor hingga buku karangan Pak IR itu semuanya memiliki kesinambungan. Suatu klaim yang pada intinya ingin menyatakan bahwa Yesus itu bukan Tuhan tetapi manusia biasa yang mati dan tidak bangkit lagi.
Kalau Pak Judhianto mencermati dengan baik para penggagas Jesus DInasti seperti Tabor, Crossan, Thiering pun dalam makalah-makalahnya belum satu pendapat. Bahkan banyak hal-hal substantif yang ditetapkan melalui voting. Inikah yang disebut ilmiah ? Emangnya pemilihan ketua kelas pake voting !
Hipotesa ini dengan cepat menjadi santapan diseluruh dunia bagi orang-orang yang mencari “pembenaran” atas klaim mereka bahwa Yesus itu bukan Tuhan tapi manusia biasa dan dikutip dalam berbagai buku yang menyerang kekristenan. Parahnya lagi tentunya bila buku-buku yang mengutip hipotesa ini kemudian dikutip lagi. Bukankah ini kesalahannya menjadi kuadrat ?
Sebenarnya kekristenan sangat welcome terhadap berbagai kritikan. Mana buktinya ada kok hermeutika dalam studi theologia. Mana lagi, orang kristen tidak akan pernah marah, demo apalagi meminta ditarik terhadap buku yang menyerang kekristenan atau keTuhanan Yesus. Jelas bagi orang Kristen “Kitalah yang sepatutnya dibela Tuhan, bukan kita yang membela Tuhan”
Berikut saya coba berikan beberapa link secara runut, karena saling berkaitan:
Sekilas Jesus Dinasti :
http://www.sarapanpagi.org/jesus-dynasty-vt963.html
Injil Thomas (Gnostik) yang banyak dijadikan rujukan penggagas Jesus Dinasti:
http://www.sarapanpagi.org/injil-yudas-khasanah-gnostik-yang-menggemparkan-vt334.html
Apa Itu Gnostik ?
https://www.kompasiana.com/nararya1979/natal-skandal-sejarah-kelahiran-yesus_54f39097745513902b6c7a27
Analisis Yesus Anak Panthera:
https://www.kompasiana.com/nararya1979/natal-skandal-sejarah-kelahiran-yesus_54f39097745513902b6c7a27
Tentang Makam Talpiot :
http://yohanesbm.com/2015/11/27/kontroversi-temuan-makam-yang-diduga-makam-yesus/
http://www.sarapanpagi.org/kuburan-yesus-ditemukan-vt1373.html#4727
Tentang klaim Notovich, singkat saja tolong tunjukkan mana yang disebut-sebut Manuskrip Himis itu. Kalau tidak ada maka inilah yang sesungguhnya dinamakan dongeng. Dan dongeng yang dikutip seolah-olah suatu kebenaran itu menjadi dongeng kuadrat. Ini point saya.
@Reynold: oke, terima kasih link-nya. Bisa menjadi pembanding bagi pembaca yang lain.
Sama sama Pak Judhianto 🙂
Sejarah juga ada versinya pak, wong PKI aja ada versi resmi pemerintah dan versi serajawan ini dan sejarawan itu
@Purgatory77: benar. Satunya sejarah yang konon diilhamkan dari Tuhan melalui kitab suci, yang lainnya yang disusun oleh peneliti sejarah yang menyusuri berbagi sumber.
Bayangkan saja seandainya semua orang di dunia ini mengamalkan apa yg diajarkan Yesus, “Kasihi musuh mu”.
Satu kalimat pendek yg dapat merubah dunia menjadi lebih baik;
– Tidak ada perang, pembunuhan karna semua orang saling mengasihi
– Tidak ada orang yg sakit, celaka, kelaparan dibiarkan di jalanan
– Tidak ada rebut-merebut kekuasaan, harta, wanita, suami orang, istri orang
– Tidak ada kebohongan, iri hati, hujat menghujat.
@ySon ofK: harapan yang bagus, namun ironisnya saat abad pertengahan saat peradaban Eropa sedang dalam kegandrungan yang tinggi memeluk kekristenan, mereka sangat sibuk berperang memerangi Islam (perang salib), memerangi yang dianggap kafir (inkuisisi Spanyol, perang Katolik-Protestan), memerangi sains (hukuman mati untuk heliosentris).
Eropa menjadi lebih beradab sehingga kalimat “kasihi musuhmu” menjadi nyata justru saat mereka meninggalkan kekristenan dalam mengatur negara seperti yang terjadi saat ini.
Eropa menjadi lebih beradab sehingga kalimat “kasihi musuhmu” menjadi nyata justru saat mereka meninggalkan kekristenan dalam mengatur negara seperti yang terjadi saat ini.
Pernyataan ini terlalu digeneralisir, bahwasanya di Eropa bahkan disemua negara maju di belahan dunia dunia lainnya terjadi pemisahan antara urusan “agama”, “negara” dan “privacy” iya betul. Tapi itu lebih kepada pengaruh kesadaran berdemokrasi dan HAM (termasuk didalamya kebebasan beragama dan menyampaikan pendapat). Apakah di Eropa semua orang menjadi ateis ?
Kalau kita melihat indeks kemakmuran (pendapatan perkapita) dan kebahagian (salah satunya rasa aman) maka itu didominasi oleh negara-negara Scandinavia. Menurut Prof Komar Hidayat, salah satu contohnya Denmark, ternyata aspek kejujuran lah yang membuat bangsa ini maju. Darimana manusia mengenal kejujuran jawabnya dari budaya dan agama.
Tapi ternyata bukan cuma itu keyakinan turut berpengaruh terhadap keyakinan. Saya kasih salah satu link yang mengupas itentang itu :
http://strategimanajemen.net/2017/01/09/korelasi-agama-dengan-kemakmuran-bangsa-dan-individu-part-1/
Bahkan di Indonesia, meskipun saya lupa tahunnya, kesimpulan penelitian tersebut menyebut agama tertentu bila diprosentasekan, agama tersebut penganutnya cenderung lebih banyak yang makmur. Bila agama dilihat dari kacamata budaya, dapat dibuat alurnya bahwa ajaran agama akan membentuk karakter dan cara berfikir sesorang. Karakter dan cara berfikir pada akhirnya akan membentuk seseorang/kelompok atau negara menjadi lebih makmur atau tidak, lebih bahagia atau tidak.
Jadi kesimpulannya : Pemisahan urusan agama dan megara memang harus dilakukan tapi tidak berarti agama adalah racun bagi kemajuan.
@Reynold Hermawan: saya tertarik pada satu kalimat anda:
Saya pikir ini semacam klaim egois kaum religius. Agama itu bagian dari budaya, bukan sesuatu yang berdiri sendiri, semua peradaban manusia mengembangkan budayanya masing-masing.
Dalam perjalanan waktu, nilai-nilai positif akan berdampak positif terhadap peradaban itu sendiri, sedangkan nilai-nilai negatif akan merugikan mereka. Hanya peradaban yang mampu mengumpulkan nilai-nilai positif yang akan bertahan dalam persaingan antar peradaban.
Kemampuan bekerjasama yang dibentuk oleh nilai kepercayaan pada sesama, kejujuran, dan tujuan bersama sangat vital untuk menentukan kelangsungan sebuah peradaban. Agama itu cuma alat pemikat (dengan segala ceritanya tentang surga dan Tuhan yang tak bisa dibuktikan) agar nilai-nilai positif itu diterima.
Bangsa-bangsa kuno mungkin butuh iming-iming dan ancaman agama untuk memperkokoh nilai-nilai tersebut, namun agama itu cuma alat bantu. Bangsa tanpa kemampuan bekerjasama akan kalah ditelan persaingan dengan tetangganya, sedangkan bangsa kehilangan agama tidak akan mengalami masalah, manakala mampu mengembangkan alat bantu lain seperti institusi negara, kepastian hukum dan pendidikan untuk memastikan nilai-nilai positif itu terpelihara.
Jadi Agama sumber kejujuran? ah itu klaim sepihak seperti klaim omong kosong semacam “Allah menciptakan segalanya”.
Di bagian akhir anda juga menyimpulkan:
Saya setuju, kalau agama harus dipisahkan dari negara, fakta menunjukkan tidak ada negara yang diatur oleh agama yang menjadi negara maju.
Tapi kalau kita melihat bahwa salah satu penggerak kemajuan peradaban manusia adalah perkembangan sains yang luar biasa, maka gerakan anti sains yang dipelopori oleh kaum agamawan seperti perkumpulan bumi datar, anti vaksin, anti evolusi, anti demokrasi – merupakan upaya langsung untuk melawan penggerak kemajuan peradaban kita. Itu pertunjukan sikap yang jelas bahwa agama mempelopori gerakan melawan sains, mesin penggerak kemajuan kita.
Agama racun kemajuan itu bukan ide antah berantah, namun kesimpulan dari apa yang ditunjukkan umat beragama itu sendiri.
Perkumpulan bumi datar, anti vaksin, anti evolusi dan anti demokrasi sy kira dilakukan oleh kelompok agama tertentu, jangan digeneralisir.
@Rheyn Harris: agama tertentu? silakan sebut agama apa itu.
Untuk Flat Earth Society, pelopornya adalah penulis inggris Samuel Rowbotham (1816–1884) yang berusaha mencocok-cocokkan alkitab dengan sains.
Untuk masa yang lebih kuno, pada 13 Februari 1633 Gereja menghukum Galileo yang menyatakan bumi itu bola yang mengitari matahari, bukan datar dan pusat semesta sebagaimana tafsiran gereja.
Anti vaksin? sama. Poster gerakan anti vaksin tertua berasal dari Philadelphia tahun 1894, lalu berkembang biak di antara pemeluk kristen fundamentalis.
Anti evolusi? sama. Sumbernya asalnya ya dari orang-orang yang yakin bahwa alkitab itu sesuai sains.
Kekonyolan pemeluk Kristen ini, di jaman modern menjangkiti pula berberapa kelompok pemeluk agama adiknya (Islam).
https://en.wikipedia.org/wiki/Modern_flat_Earth_societies
https://tirto.id/bagaimana-gerakan-anti-vaksin-mendunia-cqJn