
“Kalau kisah Nabi Nuh diulang, apakah kamu mau jadi Nabi Nuhnya?”
”Mau dong, kan nabi pastilah kelak masuk surga”
“Banyak lho kerumitan yang harus dipikir Nabi Nuh”
”Tak apalah, susah dikit, yang penting surga…”, “Apa sih rumitnya?”
Mau tahu rumitnya jadi Nabi Nuh? Berikut ini detil yang harus dipikirkan sang Nabi:
Binatang Apa Saja Yang Diselamatkan
Dalam kitab suci, Nabi Nuh membawa sepasang dari setiap jenis binatang ke dalam bahteranya untuk diselamatkan dari banjir yang akan melanda seluruh dunia.
Tidak ada evolusi menurut kitab suci, berarti semua jenis binatang yang ada sekarang ini nenek moyangnya dulu ikut diselamatkan Nabi Nuh, bahkan termasuk binatang yang punah belakangan.

Kelompok yang paling banyak makan tempat mungkin keluarga mamalia. Dari bermacam-macam jenis gajah, bison, gorilla, beruang, jerapah, badak, banteng, singa, kuda, sapi, kambing, kucing, anjing, tupai, monyet, kelelawar, kangguru dan sebagainya.
Dari reptil ada buaya, ular, katak, kadal, kura-kura, iguana dan sebagainya.
Dari burung ada ayam, burung onta, kasuari, elang, merpati, pinguin dan sebagainya.
Dari serangga ada semut, kecoa, laba-laba, kupu-kupu, kelabang, kalajengking dan sebagainya.
Yang membuat rumit adalah variasi setiap binatang.
Dari gajah saja kita mengenal Gajah Afrika, Gajah India, Gajah Sumatra dan Gajah Thailand. Dari beruang ada Beruang Kutub, Beruang Madu, Panda dan banyak jenis beruang. Begitu juga jenis lainnya, semuanya mempunyai variasi yang banyak dan semuanya harus terwakili, kalau tidak, mereka bakal tidak ada saat ini.
Berapa banyak jenis spesies binatang yang ada di bumi? perkiraan terakhir adalah 8,7 juta, 6,5 juta adalah spesies daratan.
Jika Nabi Nuh harus menyelamatkan semua spesies binatang darat, itu berarti 6,5 juta jenis bianatang dengan masing-masing sepasang. Luar biasa banyaknya!
Mengumpulkan Para Binatang
Hal berikutnya yang harus dipikirkan adalah membawa binatang-binatang itu ke bahtera Nabi Nuh.
Masalah terpenting adalah, bagaimana menangkap semua binatang itu dan menggiringnya melintasi daratan dan lautan? atau apakah semua binatang itu mendapat semacam wahyu untuk sukarela datang menuju bahtera?
Karena semua binatang harus selamat, maka semua binatang harus bisa mencapai bahtera sebelum banjir melanda, tak perduli sejauh apapun asalnya.
Itu berarti Beruang Kutub akan berjalan bersama Serigala Kutub, Tikus Kutub dan penghuni kutub lainnya menuju Timur Tengah.

Tidak semua binatang bisa bergerak cepat. Kuda bisa cepat, tapi bagaimana dengan kura-kura dari Vietnam yang harus melintasi benua Asia menuju bahtera?
Problem lain muncul bila asal binatang itu terpisah lautan dengan dataran Asia, misalnya Bison Amerika, Beruang Grizzli Canada, Badak Jawa, Gajah Sumatra, Kanguru Australia dan banyak lainnya.
Apakah Bison Amerika harus berenang menyeberang Samudra Atlantik, menuju bahtera Nabi Nuh?.
Allah Maha Kuasa, mungkin Dia memerintahkan ikan Paus memberi tumpangan kepada mereka. Hmm, bolehlah…
Yang jelas ini adalah migrasi binatang terbesar yang pernah ada. Sepasang dari tiap binatang bermigrasi dari seluruh permukaan bumi menuju satu titik, bahtera Nabi Nuh.
Akomodasi Para Binatang
Semua binatang itu butuh akomodasi selama masa mereka berada dalam bahtera saat banjir hebat melanda, dan itu berarti ruangan, makan, minum, dan sanitasi.
Ruangan
Nabi Nuh harus menyediakan kerangkeng untuk binatang buas seperti singa, hyena, panther atau buaya. Kita tak menginginkan kijang selamat dari banjir tetapi mati untuk camilan singa yang kebetulan disebelahnya.
Binatang-binatang kutub tentu membutuhkan kandang dengan es untuk memastikan mereka tidak mati kepanasan.
Beberapa binatang butuh berendam dalam kolam, jadi kolam juga harus ada.
Makanan
Selama perjalanan, para binatang butuh makan. Nabi Nuh harus menyediakan makanan yang bisa dikonsumsi binatang-binatang tersebut.
Dengan 6,5 juta spesies dalam bahteranya, berapa ton daging segar harus disediakan tiap hari untuk binatang buas? berapa ton rumput disediakan tiap hari? Berapa ton kacang-kacangan disediakan untuk berbagai burung?
Sanitasi
Dengan ruangan yang terbatas, binatang-binatang itu terpaksa akan membuang kotorannya di tempat mereka. Kotoran ini perlu segera disingkirkan untuk membuat binatang-binatang itu tetap sehat.
Untuk akomodasi 6,5 juta spesies dalam bahteranya, Nabi Luth membutuhkan tim besar sekelas beberapa kebun binatang untuk memastikan para binatang tersebut bisa sehat selama dalam pelayaran bahteranya.
Berapa Besar Bahtera Nabi Nuh?
Bahtera Nabi Nuh, harus mampu menampung:
- Nabi Nuh beserta pengikutnya
- 6,5 juta spesies binatang darat dan pasangannya
- Makanan untuk semua binatang dan manusia selama pelayarannya.
- Ratusan petugas pengelola “kebun binatang raksasa”
Setelah mengetahui apa saja isinya, bahtera Nabi Nuh pastilah bukan kapal biasa. Bahtera Nabi Nuh pastilah kapal raksasa sebesar kapal induk kelas Nimitz milik Amerika Serikat, bahkan mungkin harus lebih besar.
Astaga, betapa susahnya membangun bahtera sebesar itu diera kapal besi belum ditemukan?

Jadi?
“Masih mau jadi Nabi Nuh?”
”Aku pikir-pikir dulu”, “Boleh tanya? Sebagai Nabi, nanti wahyu muncul dalam bentuk apa?”
“Entahlah, mungkin suara ber-echo seperti kalau kita dengar sari tilawah”
Referensi:
Weleh weleh, seandainya kitab suci ditelaah secara rasional, maka hasilnya akan seperti cerita nabi Nuh itu, makanya katanya kita tidak boleh bertanya, pikirkan saja bidadari nan cantik sedang menunggu kita di surga,sebagai hadiah tidak bertanya.
Demikian juga kalau kita telusuri potongan-potongan riwayat apa yang ada di kitab suci ataupun penjelasannya secara rasional, maka ujung-ujungnya jadi kecewa, nah ada solusinya yaitu pikirkan saja para bidadari mengelilingi kita guna menghibur kekecewaan kita karena tidak boleh bertanya itu(ijtihad).
Karena kemajuan IPTEK telah diramalkan, maka setelah nabi Muhammad katanya tidak akan ada lagi nabi, sebab cukup liat internet. Jadi yang terpenting adalah kita harus mengikuti Allah yang ada dalam kalbu kita yang dikenal sebagai Sang Guru Mursyid. Hehheeehheee dan ingat kalau kita bertanya pada sang berjubah maka bukan solusinya yang didapat tapi ujungujungnya ngeluarin duit.
Wassalam
H. Bebey
@H. Bebey: benar memang kalau kita memaksakan pandangan bahwa yang di kitab suci semuanya nyata, semuanya bisa dipatuhi apa adanya; maka kita akan kecewa ketika kenyataan menjadi membingungkan saat kita coba uraikan secara teknis dan detil.
Terima kasih.
Bagi org beriman,realitas menjadi nomor sekian.Baginya jika Allah menghendaki..maka,itulah yg ‘terjadi!’Bahkan jika para binatang itu harus imigrasi ke bulan sekalipun.So,lucu jika bung Judhi menelaah cerita nabi Nuh dr kitab suci di implementasikan ke realitas.Tapi salut artikelnya….maju terus bung Judhi..!
@Edy: oleh karena itu kita harus membangun iman dengan definisi baru ketika dunia berubah.
Terima kasih.
sekedar share dan untuk menambah referensi…ini linknya http://Bangsamusnah.com/nushflood2.html
@Kirana: terima kasih untuk linknya. Bagus untuk belajar anak-anak karena beranimasi.
Wowww… Jadi membuka kepala nih
[bingung1] kalo d anggap zaman itu zama dgn zaman ez mncair d kutub. Nda zemua naek perahu tapi beberapa biza bertahan
[bingung2] mungkin aja zaman itu baru ratuzan zpeziez… Jadi y zekarang adalah varian evoluzi binatang d kapalx Nabi Nuh
[bingung3] zeluruh bumi di rendam ato wilayah tertentu zaja. Mungkin bhz nya agak hiperbola geto…
Zemuanya mungkin [mungkin yatdk] 😉
@Abbeutthank: kisah Nuh masuk saat awal pembentukan agama Yahudi.
Sebagai agama baru ia harus bisa bersaing dengan agama bangsa-2 mesopotamia, babylonia yang lebih dulu ada dan mapan.
Kisah Nuh bisa dianggap sebagai adaptasi atau kisah saingan untuk Epic of Gilgamesh yang terlebih dulu ada dan populer.
Inti cerita banjir Nuh dan banjir Gilgamesh sama persis, hanya ada perbedaan di beberapa detil dan tokoh-tokoh yang terlibat.
Untuk lebih membuat hebat, banjir Nuh dibuat lebih lama dan meliputi seluruh dunia.
Untuk kisah Gilgamesh bisa dibaca di sini: Epic Of Gilgamesh
mas judhianto, logikanya salah mas, menurut al-qur’an banjir yang terjadi itu tidak bersifat GLOBAL.sedunia banjir, tapi hanya terjadi LOKAL dan kaum nabi nuh saja yang terkena dampaknya, ini yang benar, dengan demikian kalo sifatnya lokal maka segala macam logika tentang kerumitan yang anda bangun akan jadi sederhana, tidak perlu semua binatang yang ada di muka bumi diambil dan diselamatkan, tapi yang ada di daerah kaum Nuh saja,….saya yakin mas udah baca kisah2 nabi yang lain, dan kalau kita telusuri kaum yang terkena azab mengalami azab yang berbeda antara satu dan lainnya…bagi saya Al-qur’an itu bukan hanya kitab moral tapi juga sebuah narasi sejarah faktual dan tentu saja akurat mas….
@Angga: terima kasih untuk komentarnya.
Banjir lokal? okelah memang kalau global jadi tidak masuk akal.
Tentang Qur’an sebagai narasi sejarah faktual dan akurat? Ini yang jadi problem.
Faktual dan akurat artinya sesuai dengan kenyataan sampai level detail.
Apakah ada bukti banjir Nuh terjadi? tidak ada, yang ada hanyalah: cerita itu mungkin terjadi dengan skala lokal.
Adakah bukti Allah menciptakan Adam dari tanah liat? tidak ada, yang ada hanyalah keyakinan bahwa itu benar terjadi bagi yang percaya. Itu mukjizat, yang berarti diluar kewajaran logis –> tidak bisa dibuktikan –> bagi kacamata sains: omong kosong!
Jadi kalau anda percaya, ya silakan, akan tetapi anda tidak bisa mengatakan itu faktual dan akurat karena akan ada pertanyaan: faktanya mana? detil buktinya mana?
iman 100%udah cukup,kalau bidang muamalah silahkan tanya ini kenapa..ini kenapa@Judhianto,hati-hati…..
Maaf Mas Judhi, tulisan2 anda memang menggelitik, tapi sebaiknya anda tahu batasan2 dalam memahami teks kitab suci khususnya Al Qur`an. Dalam agama pasti selalu ada hal2 yang tidak bisa dipahami secara rasional. Tapi bukan berarti hal tersebut hanyalah khayalan atau simbol belaka. Perkara ghaib itu bukan berarti tidak nyata. Siapa kita sebegitu lancangnya menolak atau meragukan suatu perkara yang telah disebutkan dalam Al Qur`an hanya karena akal kita tidak/belum mampu menjangkaunya?? Apakah sesuatu yang tidak masuk akal itu pasti bohong belaka??? Mari kita renungkan!
@Adif: kalau kita bertanya kepada anggota banyak sekte kiamat yang bunuh diri masal, kepada teroris yang meledakkan diri ditengah pasar: “Kenapa anda turuti perintah konyol tersebut?”, maka saya bisa meminjam pernyataan anda sebagai jawaban mereka: “Selalu ada hal2 yang tidak bisa dipahami secara rasional”.
Nah, itulah gunanya anda menggunakan nalar anda!. Dengan nalar, anda bisa tahu mana dogma-dogma yang tidak masuk akal bahkan konyol, sehingga bisa menolaknya.
Bukankah tiada agama bagi yang tidak berakal? Mari kita renungkan!
Terima kasih komentarnya.
Soal sekte kiamat yang bunuh diri massal atau teroris yang meledakkan diri di tengah pasar, itu beda konteks mas. Kalaupun mereka menjawab seperti di atas, itu artinya mereka menggunakan kata2 yang benar untuk maksud yang salah.
Bunuh diri atau meledakkan bom itu masuknya dalam ranah perbuatan. Dalam Islam perbuatan itu diatur oleh syari’ah. Benar atau tidaknya perbuatan dinilai dengan timbangan syari’ah, kalau sejalan dengan syari’ah maka perbuatan itu adalah perbuatan yang benar sebaliknya kalau tidak sejalan dengan syari’ah maka perbuatan itu menjadi salah. Benar tidaknya perbuatan tidak diukur dengan akal semata. Jadi kalaupun saya mengatakan bunuh diri massal atau peledakan bom itu salah maka saya menyatakan itu berdasarkan timbangan syari’ah, bukan semata2 pertimbangan akal saya meskipun akal saya pun akan membenarkan penilaian saya yang didasarkan pada syari’ah itu. Ini bukan berarti syari’ah menafikan peran akal. Dalam perkara2 yang tidak ada hukumnya secara eksplisit dalam Qur`an dan Sunnah maka di situ diperlukan peran akal (ra’yu) untuk menetapkan hukum. Jika suatu perkara dinilai oleh akal -tentu saja disertai bukti2 yang kuat, bukan sekadar asumsi belaka- membahayakan misalnya, maka perkara itu bisa dihukumi haram.
Adapun soal kisah Nabi Nuh, maka itu masuknya dalam ranah akidah/iman/keyakinan dan dalam ranah ini teks Al Qur`an harus ditempatkan di atas akal. Kalau anda menganggap kisah semacam kisah Nabi Nuh itu tidak nyata hanya karena akal anda tidak bisa memahaminya maka bisa jadi ada orang lain yang akalnya sudah bisa memahami bahwa kisah Nabi Nuh itu memang sangat mungkin bisa terjadi -saya pakai kata ‘sangat mungkin’karena nalar manusia tidak bisa menghantarkan pada satu kepastian, hanya bisa menduga2 belaka. Sebenarnya dalam disiplin ilmu tafsir pun ada yang namanya ta’wil yang artinya mengartikan ayat bukan dengan arti yang tersurat melainkan dengan arti yang tersirat. Dengan kata lain ta’wil itu penafsiran simbolis. Tapi kita harus punya penguasaan kelimuan yang mumpuni dulu baru bisa melakukan ta’wil. Bahkan banyak ahli tafsir sekalipun tidak berani melakukan ta’wil karena tahu diri sejauh mana ilmunya. Nah kalau menafsirkan Al Qur`an dengan cara ta’wil saja tidak bisa dilakukan sembarangan apakah layak bagi kita yang ilmunya masih cetek menolak suatu kisah/ayat dalam Al Qur`an hanya karena akal kita belum bisa memahaminya?
Intinya akal manusia itu relatif dan sudah selayaknya untuk hal yang kita perlu kepastian mutlak kita tidak menyandarkannya pada sesuatu yang relatif.
@Adif: lha bagaimana kita tahu itu kata-2 benar atau kata2 salah, kalau dogma dasarnya: “Sami’na wa ato’na” – saya dengar saya taat. Apapun yang dikatakan imamnya/pendetanya/kitabnya mereka akan ikut, mereka akan percaya, walau tidak bisa diterima akal sehat.
Saat disodori foto kabur yang dikatakan pocong, seorang penakut yg gak kritis akan segera percaya itu pocong, seorang kritis akan segera menanyakan berbagai detil teknis, cross-check ke beberapa sumber sebelum memutuskan percaya apa tidak.
Akal manusia itu relatif? benar, akan tetapi dgn akal, manusia selalu bisa menguji pendapatnya dgn fakta-fakta baru dan kalau perlu mengubah pendapatnya berdasrkan fakta baru yg diterima.
Akal jauh lebih bisa diandalkan dari pada perasaan percaya yang sering tak ingin menguji kepercayaannya dan menutup diri terhadap fakta.
Jadi menurut bang Adif:
– Benar ada jutaan hewan bermigrasi dari seluruh dunia menuju timur tengah untuk naik bahtera Nabi Nuh?
– Benar bahwa bison amerika, beruang kanada, komodo, kanguru, badak jawa ikut migrasi menyeberang lautan ke bahtera Nuh?
– Benar ada banjir yang tenggelamkan seluruh dunia dalam waktu singkat dan surut dengan singkat pula?
– Benar bahwa bahtera Nabi Nuh mampu bangun bahtera itu sendiri? (ingat umatnya tidak ada yg bantu dia)
– Benar bahwa bahtera tersebut mampu tampung jutaan binatang?
– Benar bahwa Nabi Nuh mampu memberi makan jutaan binatang tersebut?
Saya tidak percaya.
Kalau anda percaya, ya tidak apa-apa. Terima kasih.
@ Judhianto: Anda menyamaratakan kepercayaan terhadap kitab Al Qur`an dengan kepercayaan terhadap imam/pendeta. Malah anda menyamakan percaya teks Al Qur`an dengan percaya kepada kebenaran foto pocong. hehehe jujur saya geli sekali membacanya. Percaya dengan kebenaran ayat Al Qur`an tidak sama dengan percaya pada kebenaran foto pocong. Menyamakan percaya pada kebenaran Al Qur`an dengan percaya pada kebenaran foto pocong sama seperti menyamakan monyet dengan manusia. Memang ada kemiripan antara monyet dengan manusia, tapi apakah monyet=manusia??? Hanya orang bodoh yang menyamakan monyet dengan manusia.
Akal jauh lebih bisa diandalkan?? Hmm…kalau anda konsisten dengan pernyataan itu berarti kalau anda mau naik pesawat/kapal laut/kereta api/bus anda harus cek dulu benar2 bahwa mesinnya dalam kondisi bagus, tidak ada kerusakan sama sekali, baru anda naik kendaraan itu meskipun kata petugas yang mengecek kelayakan jalannya tidak ada masalah karena kan kata anda kita jangan mudah percaya begitu saja. Kalau ayat al Qur`an saja menurut anda harus dikritisi apalagi pernyataan manusia seperti petugas pengecek kelayakan jalan???
Pertanyaan2 anda itu kan cuma asumsi yang anda karang2 sendiri. Toh di Al Qur`an tidak disebutkan hal2 yang anda sebutkan di pertanyaan anda itu.
Semua manusia pasti punya kepercayaan, soal rasional atau tidak rasional itu relatif. Yang penting kepercayaan itu harus diuji dengan sumber informasi dari Yang Menciptakan kita yaitu wahyu. Dalam Islam pun kita diperintahkan untuk bersikap kritis terhadap informasi yang kita terima tapi sikap kritis itu ada batas dan porsinya tersendiri. Kalau kelewat batas itu namanya zalim dan sok tahu, seperti pintar padahal sebenarnya bodoh.
———————-
Judhianto:
Bukankah pesawat terbang ada, kereta api ada karena manusia memakai akalnya, gak perduli imannya bagaimana?
Kalau pakai iman dan gak perduli akal, tentunya kita kemana-mana mungkin naik kuda atau onta saja.
Kalau gak setuju dengan saya, ya sudah gak usah dibaca dan dimasukkan hati. Gak perlu mengatakan zalim, sok tahu atau bodoh.
Anda kan sudah berpendidikan dan dewasa, gak panteslah nulis seperti itu.
Terima kasih.
Bukankah Si Ilmuwan iseng sudah memaksa tikus tikus untuk percaya padaNya ?
Jadi yah, Mas Yudhi percaya saja lah..
Gimana logikanya ?
Mudah saja.
1. Nabi Nuh memainkan suling sakti, sehingga bukan hanya tikus yang mengantri jalan, berbaris teratur masuk kedalam bahtera, tetapi semua binatang sesuai iklim tempat hidupnya, tempat, sifatnya.. pokoke serba terautur rapi dech.
2. Disekeliling pintu masuk bahtera telah di pasang metal detector seperti mau masuk mall gitu lho, Oops ! sorry … bukan metal detector, tetapi gerbang yang mirip sama tetapi berfungsi…sebagai SHRINKER .. jadi yang lewat situ langsung menjadi ciut.. kecil seperjuta kali..(ehm.. bayangin sendiri dech)
3. Didalam Bahtera pun, sudah ada Apes troops, yang mampu mengatur gajah yang cuma segede bola basket, kucing yang sebesar kuku dll dsb dst.. jadi yah mudah sekali kan, so.. tidak perlu world class vetenaries.
4. Tidak perlu ada umat yang membantu, karena Nabi Nuh dengan kekuatan pikiran nya yang dibantu oleh pasukan Invisible troops yang mampu menggerakkan semua.. atau perlu belajar ke Bandung untuk study banding bagaimana Upside-down Vessel (tangkuban perahu) terjadi ??? So easy kan..
5. Memberi makan ?? aah .. ini juga easy job.. cukup pergi ke Hongkong Space Museum, beli Extract nutrition biscuit yang hanya sebesar Chocolate Bar, tapi mampu menahan lapar selama 48 Jam. Lagi lagi easy job… ehm mungkin anda bertanya .. lho .. lho .. ini kan Zaman Nabi Nuh.. Hongkong space museum kan belum ada..?? ceritanya begini : saat lalu Nabi Nuh minta tolong sama Ilmuwan iseng, nah Ilmuwan iseng lah yang mengutus si joseph, melalui Time-Tunnel mampir ke Hongkong untuk beli dulu.. trus tembus lagi ke zaman nabi nuh..trus drop ber dus dus biscuit tersebut.. gitu aja koq repot ?
6. Pokoke dengan kekuatan, kehebatan ilmuwan iseng… semuanya bereees dech !
Gileee…!!!
sebenernya siiich… aku juga gak percaya…
yah namanya juga DIPAKSA !! ikutin aja deh ..
atau improvisasi sendiri dalam bentuk surat surat tafsiran..
kan jadi beneer tuch ..!
makanya kudu lompat keluar dari labyrinth nya, seperti saya yang sudah melompat keluar dari papan catur saya.
cheers ..!
@Joseph: saya lebih menduga Doraemon terlibat dalam persekongkolan ini.. 🙂
@ Judhianto: hehehe makin lucu aja pernyataan anda mas… Soal iman dan teknologi memang gak ada hubungannya mas… Anak kecil juga tahu… Yang menggelikan buat saya dari pernyataan anda adalah seolah2 kalo orang beriman itu gak peduli dengan akal -kata siapa??- dan orang beriman itu tidak mampu menghasilkan teknologi. Anak MI (Madrasah Ibtidaiyah)juga tahu kalau teknologi adalah urusan dunia yang di situ justru akal kita didorong untuk kreatif, mampu berinovasi menciptakan hal2 baru untuk kemaslahatan manusia dan untuk bisa kreatif dan inovatif dalam hal teknologi tidak harus tidak beriman. Silakan anda lihat sendiri, buktinya banyak kok orang Wahabi (btw saya bukan Wahabi loh!!)yang terkenal sangat literalis dan tentunya sangat meyakini kebenaran teks Al Qur`an jadi insinyur, ahli komputer, ahli pertambangan dsb. Meskipun mereka ingin meniru persis cara hidup nabi toh mereka gak sampai mengharamkan naik mobil atau pesawat kok, dan mereka gak mewajibkan naik kuda atau onta.
Mohon maaf kalau anda tersinggung mas, saya menyebutkan soal zalim, sok tau, dan bodoh itu tidak ditujukan secara spesifik kepada seseorang. Silakan perhatikan redaksi kalimatnya, kalimatnya umum kok. Ibarat saya bilang “Kalau ada orang yang sudah dinasehati jangan loncat ke jurang tapi ngotot tetep mau loncat juga berarti dia itu orang bodoh” berarti siapapun yang memenhi kriteria dalam kalimat itu dia adalah orang bodoh, termasuk saya! Lagian saya juga gak memasukkan tulisan anda ke dalam hati kok, lumayan buat bahan lucu2an saja hehehe
Semoga Allah memberi petunjuk untuk kita semua…
@Adif: mungkin anda tidak terlalu paham dengan jawaban saya, akan saya ulangi.
Kebenaran Obyektif dan kebenaran subyektif
Ada 2 macam kebenaran:
* Kebenaran obyektif, yaitu kebenaran yang bisa diuji dengan data, fakta atau teori. Setiap orang bisa melihatnya berdasarkan data, fakta atau teori tersebut.
* Kebenaran subyektif, yaitu kebenaran yang muncul dalam suatu kerangka pikiran tertentu. Orang dengan kerangka pikiran yang berbeda tidak akan bisa melihatnya sebagai kebenaran.
Banjir Nuh dikatakan benar terjadi karena:
1. Dikabarkan di Kitab Suci
2. Kitab Suci merupakan firman Tuhan
3. Tuhan tidak mungkin salah
—-> ini adalah kebenaran subyektif, karena 3 poin tersebut hanya dipercaya oleh orang yang percaya kitab suci tersebut, yaitu kelompok Yahudi, Kristen dan Islam yang menganggap setiap apa yang tertulis di kitab suci adalah kebenaran.
Bagi kelompok di luar itu misalnya Hindu, Buddha, Tao 3 point diatas bukan bukti yang bisa diterima.
Agar bisa dianggap sebagai kebenaran obyektif yang diterima semua golongan, banjir Nuh harus memenuhi hal berikut:
4. Didukung oleh laporan arkeologi independen (dari sumber-2 sejarah diluar tradisi Yahudi, Kristen dan Islam) –> ini tidak ada
5. Kemungkinan sains adanya banjir global yang terjadi dan surut dalam hitungan bulan –> banjir global pasti berlangsung dalam proses yg lama (tahunan atau ratusan tahun)
6. Kesulitan teknis seperti dalam tulisan saya –> mengumpulkan binatang dr segala penjuru, memberi makan, membuat bahtera yg bisa memuat semua binatang tsb, memberi makan semua binatang –> mustahil bisa dilakukan NUh bila hanya sedikit umatnya yang percaya dan mendukungnya
Banjir Nuh hanyalah kebenaran subyektif bagi sebagian umat Yahudi, Kristen dan Islam dan bukan bagi semua umat beragama lainnya.
Anda menolak saya katakan akal jauh lebih bisa diandalkan dari pada iman
Apakah yang mencegah perbuatan jahat merajalela?
* Teori akal –> hukum yang adil dan ditegakkan sungguh-2 mencegah kejahatan merajalela
* Teori Iman (Islam) –> shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar (kejahatan)
Bukti:
* Index korupsi dan kejahatan terendah dipegang oleh negara-2 skandinavia, yang notabene tidak sholat, bahkan tingkat ateis-nya tertinggi didunia, tetapi hukumnya tegak
* Negara Somalia adalah Daulah Islamiyah (dalam konstitusi mereka), akan tetapi ini adalah negara sumber bajak laut dunia, korupsi merajalela –> mereka ahli sholat, saat pembajakan kapal Indonesia, para bajak laut beberapa kali mengajak sholat berjamaah sandera muslim dr Indonesia
* Pakistan terkenal dgn indeks korupsi yg tinggi –> negara yg mencantumkan Islam dlm nama resminya, pastinya ahli sholat
* Apakah para koruptor Indonesia gak sholat? mereka sholat bahkan haji dengan uang korupsi mereka
Dari kasus korupsi dan kejahatan, bila negara ingin sungguh-2 menguranginya, maka jalan yang terbukti efektif adalah jalan akal yaitu tegakkan hukum dan keadilan, bukan dengan jalan kampanye sholat besar-besaran sesuai teori iman (Islam).
–> jalan akal lebih bisa diandalkan dari pada jalan iman
@ Judhianto: nah, ini yang namanya cara berpikir dualistis. Anda membedakan kebenaran menjadi 2 macam, kebenaran obyektif dan subyektif. Yang jadi masalah apakah yang anda namakan “kebenaran obyektif” itu betul2 obyektif? Bagaimana anda bisa yakin bahwa sesuatu yang “obyektif” itu lebih teruji kebenarannya? Bukankah panca indera kita yang menjadi sumber informasi untuk menetapkan suatu “kebenaran obyektif” itu seringkali keliru? Begitu juga dengan akal kita.
Yang dinamakan “kebenaran obyektif” itu hari ini A besok bisa jadi B, lusa jadi C. Teori para ilmuwan yang dianggap “obyektif” itu sendiri sering bertentangan satu sama lain karena tidak lepas dari kerangka pemikiran yang dimilikinya. Akhirnya kalau kita berpegang pada “kebenaran obyektif” versi anda itu maka kita akan terombang-ambing dalam kegamangan dan kebingungan. Itulah yang sering dialami manusia2 modern. Kalaupun kebenaran kitab suci yang diyakini umat beragama itu dikatakan “kebenaran subyektif” lantas bagaimana jika suatu hari ditemukan berdasarkan penelitian ilmiah (baca: saintifik)bahwa apa yang diyakini umat beragama itu memang benar adanya? Berarti itu bukan “kebenaran subyektif” dong? Jadi lagi2 apa yang dinamakan “kebenaran obyektif” dan “kebenaran subyektif” itu relatif.
Kalau kita mengaku sebagai umat beragama -dalam hal ini Islam- seharusnya kita berpegang kepada kebenaran yang terdapat dalam Al Qur`an, karena Al Qur`an adalah wahyu Allah yang tidak mungkin ada kebohongan di dalamnya. Bukan berarti konsep “kebenaran obyektif” itu tidak boleh dipakai sama sekali. Untuk perkara yang tidak disebutkan dalam Al Qur`an silakan kritisi habis2an. Misalnya untuk bisa mengatakan bahwa Kerajaan Mataram Kuno itu hancur karena gunung meletus tentu harus didukung oleh bukti2, entah itu bukti arkeologis, catatan sejarah yang sezaman, dsb, bukan dengan wangsit, atau pernyataan kitab primbon. Tapi untuk perkara yang sudah jelas2 ada dalam Al Qur`an misalnya banjir yang menimpa kaum Nabi Nuh ya harus kita terima kebenarannya meskipun sepintas terkesan tidak masuk akal. Sebenarnya bukan tidak masuk akal tapi akal kita belum bisa menjangkaunya (soal akal ini sendiri dalam Al Qur`an ada banyak jenisnya, jadi dalam epistemologi Islam yang dinamakan akal itu bukan cuma nalar).
Kemudian soal perbandingan realitas di negara2 Skandinavia dengan negara2 Muslim sebenarnya itu adalah fakta bahwa kebanyakan manusia di zaman modern ini sama seperti anda, berpikir dualistis, entah itu di Eropa, di Afrika, di Asia, atau di manapun. Orang Skandinavia mungkin berpikir biar saja kita melecehkan Tuhan dan agama asal kita tidak korupsi atau merugikan orang lain. Sedangkan orang Somalia, Pakistan, atau Indonesia berpikir biar saja kita korupsi, merampok, menjarah, asal masih sholat, puasa, pergi haji, ikut pengajian, dll. Sadar atau tidak mereka sama2 berpikir bahwa kehidupan religius (hablum minallah) tidak ada hubungannya dengan kehidupan sosial (hablum minannas). Perlu saya tambahkan, kalau kita mengaku sebagai Muslim maka ukuran perbuatan baik dan jahat adalah syari’ah. Perbuatan baik adalah yang sesuai dengan syari’ah sedangkan perbuatan jahat adalah yang tidak sesuai dengan syari’ah. Tidak sholat dan mengingkari keberadaan Allah sama jahatnya -bahkan lebih jahat- dengan korupsi atau merampok. Jadi sebenarnya mau masyarakat Skandinavia, Somalia, Pakistan, atau Indonesia sama2 brengsek. Yang berbeda cuma bentuk kebrengsekannya saja.
Memberantas kejahatan tentunya tidak cukup dengan sholat saja, justru karena itu Islam pun mengatur soal sistem hukum. Menegakkan hukum -yang dimaksud di sini tentu saja hukum Allah yang Maha Adil- sama pentingnya dengan menegakkan sholat. Untuk mewuwjudkan tatanan masyarakat yang bebas dari kejahatan Islam tidak hanya memberikan solusi berupa sholat semata. Makanya memahami Islam itu jangan sepotong2 mas!
Saya membalas komentar anda karena di beberapa tulisan lainnya, saya melihat sepertinya anda masih merasa sebagai Muslim. Kalau anda konsisten dengan kemusliman anda maka jadilah Muslim artinya orang yang tunduk patuh, berserah diri sepenuhnya kepada Allah, tunduk pada firman Allah dalam kitab-Nya, tunduk pada aturan2Nya dalam Al Qur`an & Sunnah. Kalau tidak mau tunduk lebih baik anda cabut saja pengakuan kemusliman anda dan nyatakan “Saya agnostik”, “Saya kafir”, “Saya musyrik”. Begitu itu lebih konsisten dan lebih kesatria.
Maaf ada yang ketinggalan. Kalaupun umat selain Islam, Yahudi, dan Kristen tidak percaya dengan kisah Nabi Nuh ya gak masalah, memang gak ada urusannya dengan itu. Kisah Nabi Nuh adanya di kitab suci umat Islam, Yahudi, dan Kristen. Jadi kalau ada orang sudah menganut Islam misalnya, ya dia harus mengimani kisah tersebut, karena kisah itu ada di Al Qur`an, dan konsekuensinya dia harus mengimani seluruh isi Al Qur`an termasuk kisah Nabi Nuh. Kalau tidak mau mengimaninya ya berarti tidak konsekuen.
@Adif: memang kerangka pikir kita berbeda, tak masalah.
Anda percaya bahwa kebenaran harus berasal dari sesuatu di luar manusia yaitu Tuhan, ya silakan saja.
Bagi saya Tuhan hidup di realitas subyektif internal saya. Ia tidak penting dalam dunia obyektif yang kita hadapi.
Iman adalah sesuatu di wilayah personal, dan itu berarti saya tidak butuh penilaian dari luar. Jadi kalau ada istilah gak konsekuen atau bahkan kafir itu sama sekali gak penting, karena tak ada satupun yang bisa berlaku sebagai perantara antara saya dan Tuhan saya.
Saya sangat menghormati pendapat anda, walau beda.
Terima kasih.
Ya sudah kalau begitu. Berarti sudah jelas posisi kita masing2. Tidak ada paksaan dalam beragama. Untuk saya amal2 saya dan untuk anda amal2 anda. Kita semua akan mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak.
Terima kasih.
Mas Judhi, sejak dulu saya sudah tidak percaya dengan cerita itu, termasuk cerita yg lain. Karena ini dongeng lumayan untuk materi meninabobokan anak. Dengan artikel ini saya semakin percaya untuk tidak paercaya. kalo ada dongeng lain sperti binatang bouraq bisa menempuh jarak jutaan kilometer dalam
waktu semalam apa bisa dipercaya, sayapnya apa gak kepleh melewati luar atmosfir
@Geloaku: seharusnya kita menganggap kisah-kisah itu lebih sebagai media penyampai ajaran moral dan bukan laporan sejarah.
Seperti nenek moyang kita mengajarkan dongeng kancil mencuri timun, kisah itu tak nyata, tetapi melalui kisah itu kita bisa memperoleh pelajaran yang berharga seperti jangan mencuri.
Bukankah lebih baik kita menganggap Allah sebagai Yang Maha Asyik, yang memberikan ajaran moral lewat dongeng yang asyik?
ah… seandainya dulu pithecanthropus erectus dan homo erectus serta dinosaurus ikut juga perahu nabi nuh. mereka ciptaan Tuhan jg kan?
@Qurious: ah sayangnya mereka punah sebelum manusia muncul.
Yang pernah hidup sejaman dgn manusia modern adalah manusia neanderthal, wooly mammoth, harimau sabertooth. Mereka mungkin punya kapling di bahtera Nabi Nuh.
Terima kasih komennya.
bagaimana dengan dongeng “al-quran asli berupa lempengan emas ditaruh d surga” ..beliv it o not .. kalo yakin ya harus beliv, tapi saya pilih not ajalah biar tidak kayak kerbo
@Geloaku: dongeng lempeng emas ini sepertinya ada pada sumber2 di luar Qur’an, tentunya patut dipertanyakan bila terasa mengada-ada.
Agama Tidak Bisa dikejar dengan logika. Bisa gila klo mikirin hanya dengan logika.
@Jimi: agama tidak bisa dikejar dengan logika? maksudnya kisah-kisah agama?
berarti benar dong kisah-kisah agama memang tidak logis…
Terima kasih komentarnya.
Justru itu ujian keimanan anda, bisakah anda percaya dengan hal yang tidak masuk akal ini?
@Purgatory: jadi, orang beriman adalah yang bisa percaya pada hal tidak masuk akal? Oke.
Mungkin inilah yang bisa menjelaskan kenapa kebanyakan penyebar dan yang percaya berbagai hoax akhir-akhir ini justru dari orang-orang yang religius.
saya banyak baca tulisan anda, dan menurut pengamatan saya anda sangat cerdas bahkan terlalu cerdas untuk mempelajari dan membuktikan kitab suci dg ilmu pengetahuan. akan sangat susah berdebat dengan anda karena anda memiliki pola pikir yg berbeda. dan di sinilah pebedaan itu akan menjadi sangat indah bila kita bisa menghargai perbedaan tersebut. seperti dr.Zakir naik dan Ahmed deedad yg selalu berpelukan dg “lawan” debatnya setelah mereka beradu argumen.saya pribadi gak masalah anda mempelajari Al-Quran dan berusaha membuktikan kebenarannya dg ilmu pengetahuan . yg saya tahu tuhan itu ada , karena saya dapat merasakanya , saya juga tahu anda percaya tuhan itu ada tapi saya gak bisa menggambarkan bagai mana tuhan saya kepada anda begitu juga anda . untukmu agamaku , untukmu agamamu .
@TendsZone: pendapat terbaik adalah yang teruji. Lewat web ini saya menguji pendapat-pendapat saya melalui para komentator di web ini, dan saya merasakan benar betapa bagian-bagian pendapat saya telah berubah, bergeser dan bahkan berbalik melalui interaksi-interaksi ini.
Saya tidak merasa memiliki pendapat terbaik. Dengan interaksi ini saya menyerap beberapa pendapat komentator yang saya anggap lebih tepat. Jadi bagi saya perbedaan pendapat itu penting untuk memperkaya diri kita.
Mengenai Tuhan, saya sependapat dengan anda, Karen Armstrong atau Ibn ‘Arabi; yang mengatakan Tuhan itu bukan pengetahuan, melainkan pengalaman.
Lewat pengalaman hidup, saya merasa banyak dibantu Tuhan dan merasa Tuhan dekat dengan saya; akan tetapi konsep tentang Tuhan yang saya ketahui tidak memadai lagi untuk menggambarkannya.
Tuhan adalah misteri dan biarlah ia tetap menjadi misteri.
Terima kasih komentarnya
Tulisan anda sangat menarik..dan saya sangat bersemangat menanti tulisan tulisan berikutnya..
Jujur di masa-masa muda saya saat ini saya masih merasa sangat kebingungan tentang kepercayaan terhadap agama dan tuhan..saya seorang muslim tetapi beberapa bulan belakangan mulai tertarik membaca-baca tentang konsep atheis..karena lebih masuk akal dan logis..setiap berdebat tentang masalah ini saya semakin sadar kalo ajaran agama hanya dongeng belaka..karena banyak pertanyaan2 saya yg hanya dijawab “itu rahasia tuhan”..itu mungkin hanya jawaban yg bisa membuat saya berhenti bertanya di mulut, tetapi semakin besar tanda tanya di otak dan hati saya..
Kita pasti menganggap bodoh manusia di jaman dahulu yg percaya bumi ini datar karena belum terbukti kebenarannya..lalu akankah kita akan di anggap bodoh oleh cucu-cucu kita karena kita percaya tuhan?
@Myges: terima kasih.
Para agamawan mengenal dua pendekatan untuk mengenal Tuhan, yaitu teologi positif dan teologi negatif.
Teologi positif terdapat pada penjelasan para teolog, filosof dan saintis. Pada pendekatan ini, Tuhan adalah suatu obyek ilmu yang bisa dijelaskan dengan jelas dan rinci. Dari sisi ini muncul tentang sifat-2 Tuhan, nama-2 Tuhan dan logika tentang bukti-bukti keberadaan Tuhan.
Pada era modern problem muncul ketika semua konsep atau teori akan dianggap benar bila konsep tersebut bisa diuji coba atau ditunjukkan fakta langsungnya.
Jika para ilmuwan punya teori tentang E=MC2 , mereka bisa membuktikannya lewat bom atom. Para teolog di sisi lain sama sekali tidak bisa melakukan percobaan dengan sifat-2 Tuhan yang mereka yakini tersebut.
Pada gilirannya keabsahan semua penjelasan tentang Tuhan diragukan kebenarannya lewat kacamata sains – jika tak bisa dibuktikan, apa bedanya dengan dongeng-2 khayal?
Teologi negatif muncul dari hasil pengalaman para sufi atau mistikus berbagai agama. Ketika mereka tenggelam dalam ritual agama yang intensif, mereka mengalami pengalaman mistis yang membuat mereka menangkap realitas yang berbeda dengan realitas keseharian. Seolah tabir alam ghaib diangkat dari mereka.
Dari pengalaman, mereka menyatakan bahwa Tuhan adalah realitas yang berbeda dengan semua realitas nyata, dan karenanya penggambaran dengan nalar dan bahasa pasti akan gagal. Nalar dan bahasa hanyalah alat dalam alam nyata.
Dengan nalar dan bahasa kita hanya bisa mengetahui apa yang bukan tentang Tuhan, dengan kata lain ketika kita mengetahui tentang sesuatu, maka sesuatu itu pasti bukan Tuhan. Semua gambaran agama tentang Tuhan hanya berguna untuk mengarahkan manusia ke Tuhan, tetapi itu sama sekali bukan tentang Tuhan.
Tuhan itu pengalaman, jika dipaksa untuk dibuktikan dalam nalar (sains) dan bahasa ujungnya satu: Tuhan tidak ada.
@Judhianto:
Ada beberapa pertanyaan yg masih mengganggu saya bung..mungkin anda punya jawabannya..
1. Jika manusia berasal dari genom, lalu dari mana rohnya berasal? Saya mungkin sudah condong ke konsep sains..tetapi untuk pengertian roh sendiri saya masih yakin keberadaannya melalui pengalaman pribadi maupun oarang lain..kemudian setelah kita mati apakah roh tetap hidup?karena dari jaman dahulu sampai sekarang masih saja ada kepercayaan kepada roh nenek moyang..hampir semua kebudayaan juga mengenal roh sampai kejawen sendiri..kepercayaan ini bisa bertahan sampai jaman modern sekarang tentunya mempunyai dasar2 yg kuat..
Sekian dahulu..terimakasih
@Myges: jiwa atau roh merupakan misteri. Kalau dalam agama ia dlm kelompok yang dikatakan “tidak usah kau tanyakan” sebagaimana zat Tuhan.
Kalau dalam sains, itu adalah bagian dari kesadaran manusia. Selama hidup manusia membentuk konsep diri dalam pikirannya. Konsep diri ini merupakan identitas dirinya seperti karakternya, pandangan hidupnya, harapannya, ketakutannya, is=dentitas kulturalnya seperti suku, agama dll. Konsep diri dibentuk dari pengalaman dan pengetahuannya.
Setiap orang membentuk konsep diri yg unik, bahkan pada kembar identik-pun konsep dirinya beda. Dengan berbedanya konsep diri dengan diri fisik, timbul ilusi bahwa konsep diri atau jiwa merupakan entitas yang berbeda dengan tubuh fisik.
Secara sains, karena konsep diri adalah hasil kerja otak, maka konsep diri ini akan mati pula bersamaan dengan matinya tubuh.
Jadi ada dua pilihan:
1. Jiwa/ruh akan mati setelah tubuh mati, seperti kata sains yang memang tidak bisa menguji keberadaan jiwa/ruh. atau
2. Jiwa/ruh akan abadi setelah mati, sebagaimana kata agama, akal sehat (yg mungkin salah), tradisi budaya atau pengalaman;
Saya sendiri pilih no 2 sebagai pilihan subyektif saya.
Sebagaimana saya tetap percaya Tuhan sebagai pilihan yang tak membutuhkan bukti obyektif apapun. Kalau dalam wilayah personal, fakta obyektif hanyalah alat, dan saya tetap berkuasa penuh memilih.
Untuk tambahan info, bisa baca:
Jiwa Dan Raga. Sebuah Ilusi?
Keknya pernah kment di sini, koq ilang ya Om?
kalo gituh, nitip aja deh http://debu-semesta.blogspot.com/2012/08/nabi-nuh-as-nenek-moyang-bangsa-india.html
Makasih… 😉
@Samaranji: masih ada kok komennya, tapi di artikel yg lain.
Tulisan baru? ok, ke TKP…
satu lagi artikel yang bagus dan mengejutkan bagi sebagian orang .. ditunggu terus artikel terbarunya mas…
@Irfan: sering-sering mampir saja 🙂
2. Jika benar kita makhluk hidup adalah hasil evolusi dari genom apakah sampai sekarang genom2 itu masih berevolusi menjadi makhluk hidup baru?akhir2 ini ga ada jenis evolusi baru tapi malah banyak spesies yg punah..
@Myges: evolusi alami berjalan dibawah tekanan perubahan lingkungan dalam skala waktu yg sangat lama.
Sejak manusia mendominasi bumi, manusia mengubah lingkungan dg cepat. Cepatnya perubahan ini mendorong punahnya banyak spesies sebelum mereka mampu berevolusi.
Akan tetapi dalam beberapa kasus seleksi manusia yg cepat mengambil alih seleksi alam yg lambat dan melahirkan jenis evolusi baru.
Saat ini terdapat ratusan jenis ikan mas, puluhan jenis anjing, kuda, dan ayam, puluhan varietas padi, buah dan tanaman lain yang semuanya muncul dari pembiakan selektif dan kawin silang oleh manusia. Ini adalah evolusi juga.
Selain evolusi sengaja, manusia juga memicu evolusi bakteri yang tahan antibiotika, serangga kebal pestisida, kuman jenis baru yg memicu penyakit yang dulu tidak ada.
Di sisi manusia sendiri, para ahli menemukan bahwa secara pasti rata2 IQ manusia meningkat dari generasi ke generasi sehingga dibutuhkan kalibrasi secara berkala metode pengukuran IQ standar.
Jadi apakah evolusi masih berjalan pada manusia? Masih. Sepuluh ribu tahun lagi kita pasti akan mendapati manusia yg sudah berbeda dengan kita.
@Judhiyanto, kisah nabi Nuh ya… itu cukup terkenal di bagian air bah-nya… klo itu memang benar adanya maka kemungkinan terjadi di masa akhir plestocen saat es mulai mencair dan menenggelamkan beberapa daratan di dunia. Mungkin kediaman nabi nuh adalah salah satu daratan yang tenggelam pada saat itu… di Indonesia kan juga ada beberapa bagian daratannya yang hilang di akhir plestocen… mungkin aj ATLANTIS yang diceritakan plato juga ada hubungannya dengan banjir itu. Tapi, klo menurut sejarah, itu tidak sampai menenggelamkan dunia…
Apakah Banjir itu Bencana Lokal Saja ataukah Global ?
Al-Qur’an diwahykan oleh Allah, dan al-Qur’an ini merupakan satu-satunya kitab suci yang tidak terubah. Al-Qur’an memandang banjir dengan sudut pandang yang sangat berbeda dibandingkan cara pandang Pentateuch dan legenda-legenda tentang banjir yang lain yang diriwayatkan dalam berbagai kebudayaan. Pentateuch, nama bagi lima buku (kitab) pertama dalam Perjanjian Lama, menyatakan bahwa banjir tersebut bersifal global, menutupi seluruh bumi.
Namun, al-Qur’an tidak memberikan keterangan seperti itu, dan sebaliknya, ayat-ayat yag relevan dengan peristiwa ini membawa pada suatu kesimpulan bahwa banjir itu hanya bersifat regional (menutupi wilayah tertentu) dan tidak menutupi seluruh bumi, dan hanya menenggelamkan umat Nabi Nuh saja yang mereka itu telah diberi peringatan oleh nabi Nuh dan akhirnya membangkang, sehingga mereka dihukum.
dalam al-Qur’an, diperlihatkan dengan jelas bahwa banjir itu tidak meliputi seluruh dunia (bumi), tetapi hanya umat Nabi Nuh yang dihancurkan. Tidak berbeda sebagaimana Nabi Hud diutus hanya untuk kaum ‘Ad (QS. Hud: 50), Nabi Shalih diutus untuk kaum Tsamud (QS. Hud: 61) serta seluruh Nabi kemudian sebelumMuhammad adalah diutus hanya untuk umat mereka saja, Nabi Nuh hanya diutus untuk umatnya dan banjir tersebut hanya menyebabkan punahnya umat Nabi Nuh;
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, (dia berkata): “Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan yang nyata bagi kamu, agar kamu tidak menyembah selain Allah. Sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab (pada) hari yang sangat menyedihkan. (QS. Hud: 25-26)
Mereka yang dimusnahkan adalah orang-orang yang secara total tidak menghiraukan Proklamasi Nabi Nuh akan kerasulannya dan senantiasa menentang. Ayat-ayat yang senada telah menggambarkan dengan cara yang cukup gamblang:
Maka mereka mendustakan Nuh , kemudian kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam bahtera, dan Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).(QS. Al-A’raf: 64).
Di samping itu, dalam al-Qur’an , Allah menegaskan bahwa Dia tidak akan menghancurkan suatu komunitas masyarakat kecuali seorang rasul telah diutus kepada mereka. Penghancuran terjadi jika seorang pemberi peringatan telah sampai kepada suatu kaum, dan pemberi peringatan itu didustakan. Allah menyatakan hal itu dalam Surat al-Qashash:
Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah (pula) Kami membinasakan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan kezaliman. (QS. Al-Qashash: 59).
Apakah Seluruh Binatang ikut Dinaikkan ke atas Perahu?
Di dalam al-Qur’an, tidak ada pernyataan yang mengindikasikan bahwa seluruh species binatang di muka bumi dinaikkan ke atas perahu. Dan sebagaimana yang telah ditegaskan sebelumnya, banjir tersebut terjadi dalam sebuah wilayah tertentu saja, sehingga, binatang yang dinaikkan perahu pun hanyalah yang hidup di wilayah di mana umat Nabi Nuh itu tinggal.
Meski demikian, ini adalah bukti bahwa mustahil sekalipun hanya untuk mengumpulkan seluruh jenis binatang yang hidup di wilayah tersebut. Sulit dipikirkan Nabi Nuh beserta sejumlah kecil orang-orang yang beriman yang menyertainya (QS. Hud: 40) pergi menuju ke segala penjuru untuk mengumpulan masing-masing dua ekor dari ratusan species binatang di sekitar mereka.
Bahkan, lebih mustahil lagi bagi mereka untuk mengumpulkan berbagai tipe serangga yang hidup di wilayah mereka, serta untuk memisahkan antara yang jantan dan betina!. Ini alasan mengapa yang lebih memungkinkan adalah bahwa yang dikumpulkan itu hanya binatang yang bisa dengan mudah ditangkap dan dipelihara, dan karenanya, binatang tersebut adalah binatang ternak yang secara khusus berguna bagi manusia. Nabi Nuh agaknya memasukkan ke atas perahu binatang binatang sejenis itu, yakni seperti, sapi, biri-biri, kuda, unggas, unta dan sejenisnya, karena inilah binatang-binatang yang dibutuhkan untuk penyangga kehidupan baru bagi di wilayah yang telah kehilangan sejumlah besar prasarana hidup dikarenakan bencana banjir tersebut.
Di sini masalah penting terletak pada bahwa kebijaksanaan Ilahiah dalam perintah Allah kepada Nabi Nuh untuk untuk mengumpulkan berbagai binatang terletak pada arahan untuk menumpulkan binatang-binatang yang dibutuhkan untuk kehidupan baru setelah banjir berakhir daripada untuk kepentingan mempertahankan genus berbagai binatang. Selama banjir itu bersifat lokal, maka kepunahan berbagai jenis binatang tidak akan mungkin terjadi. Agaknya ada kecenderungan bahwa pada masa setelah banjir, berbagai binatang dari wilayah-wilayah lain bermigrasi ke tempat tersebut dan memadati daerah tersebut dengan cara kehidupan lama yang pernah ada. Sehingga yang terpenting adalah bahwa kehidupan bisa dirintis kembali begitu banjir berakhir, dan binatang-binatang yang dikumpulkan (dan diangkut ke atas perahu) adalah dimaksudkan untuk tujuan perintisan kehidupan seperti itu.
Sumber : Kaum-kaum yang Telah Dibinasakan, Harun Yahya
@Akung: dari komentar panjang anda, saya bisa menangkap:
* Banjir Nuh nyata terjadi karena dikabarkan dalam Qur’an
* Skala banjir Nuh adalah lokal, dan berarti hanya membinasakan manusia & binatang dalam wilayah dakwah Nabi Nuh
* Tidak semua binatang diselamatkan, hanya yg dibutuhkan untuk melanjutkan kehidupan baru di wilayah mereka.
Terima kasih atas sumbangan pendapatnya.
pada suatu saat nanti tuhan akan membuka misteri yang ia simpan rapat2 sebagai pembuktian kekuasaannya. jadi, beruntunglah orang yang berfikir dan percaya padanya!!!
@Nur17AhmadAhmad: setuju, bila ‘nanti’ dan ‘Tuhan’ itu ada.
Terima kasih
sesungguhnya pemikiran adalah yg baik dalam hidup ini, dengan awal niat baik mencari kebenaran hakiki, dengan niat baik terhindar dari rasa emosi yg akan berakibat ego untuk merasa menjadi yang lebih tahu dan benar sendiri, bila seseorang memiliki kemauan berfikir adalah tanda kebaikan baginya kecuali dia berhenti berfikir sebelum menemukan jawaban yg benar, banyak hal yang perlu kita ketahui untuk bisa menemukan kebenaran sisi lain, petunjuk hidup sangatlah komplek dan saling berkaitan, bila kita berhenti disatu titik maka kebenaran itu hanya semu, seperti pertama kali manusoa memandang laut tidakkah seperti tiada batas..
salah satu petunjuk hidup adalah Allah berfirman
= Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”.=
dan pemgalan petunjuk yang lain
=“Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit?=
yg menurut ilmuwan dunia bahwa galaxi dlm alam ini terdiri dari 300milyar galaxi sedang bumi hanyalah seper sedikit dari bagian dari 1 galaxi…..
apakah manusia bisa memcapai ilmu yg sbenrnya hanya diberi ilmubkecuali hanya sedkit dan itupun membthkan proses, pemikiran penulis adalah proses menuju kebaikan…. mari kita awali dengan nait yg baik yaitu yg secara tulus tumbuh dalam hati kita yg sebenarnya lebih tahu daripada pikiran kita…..
@Gareta: terima kasih
asal tau aja nih………..
azab hujan yang diturunkan allah adalah 40 tahun…. klo ga salah. atau 40 hari 40 malam.
dan waktu itu daratan masih menyatu……….. dan benua yang sekarang terpisah-pisah karna bahtera nabi nuh.
@Izul: 40 tahun? 40 hari 40 malam? yang benar yang mana?
Saat ini jika semua es dicairkan dan disatukan dengan semua air didunia, volumenya tidak akan cukup untuk menenggelamkan semua daratan bumi.
kalau menurut saya tentang kisah nabi nuh di dlm alqur,an itu benar dan sah-sah saja..karna saya yakin dgn kekuasaan Allah apa yg tidak mungkin.Allah maha tinggi maha kuasa…kalau kita ingin membuktikan jangan jauh2 dari kisah nabi nuh..pikirkan saja alam semesta dan seluruh jagat raya ini siapa penciptanya…?? apakah manusi sanggup menciptakanya…?? dan contoh yg lain..Malaikit Isroil tugasnya penjabut nyawa,apakah kita percaya orang yg dicabut malaikat di indonesia,irak,iran,amerika atau ditempat yg lain bersamaan waktunya dia yg lakukan..? kalau dikaji logika mungkin kita tidak percaya,tapi dengan kuasa Allah kita percaya..
@Cilik: tiap orang boleh punya keyakinan seaneh apapun, semuanya benar dan sah-sah saja bagi sang pemilik keyakinan.
Tapi selain keyakinan ada hal penting lainnya: kenyataan. Kenyataan adalah sesuatu yang bisa dilihat, diukur, dan didukung oleh bukti yang bisa dilihat siapa saja.
Anda sudah menyampaikan keyakinan anda, agar bisa meyakinkan orang lain, anda harus melengkapi keyakinan anda dengan kenyataan, yang sayangnya tidak ada dalam komentar anda.
Terima kasih.
aneh..anda menyatakan harus ada bukti, terus nanti harus ada saksi lagi, biar anda lebih yakin begitukan maksud anda??? Biarlah itu semua rasia Allah sang pencipta kalau anda meminta bukti dari saya mohon maaf saya tidak bisa..manusia itu pikiran dan kuasanya kecil sekali bila dibandingkan sang pencipta..jadi kesimpulan saya tentang kisah Nabi Nuh itu mungkin saja terjadi..dan anggaplah waktu banjir datang semua mahkluk atau binatang itu mati semua dan setelah banjir Allah ciptakan kembali siapa yg tau,Allah baha berkehendak..trima kasih.
@Cilik: kalau anda mau orang lain percaya dengan apa yang anda percayai, ya berikan bukti. Kalau gak ada bukti apa bedanya yang anda percayai dengan dongeng bidadari yang turun lewat pelangi?
Sebagai contoh, anda bicara tentang malaikat Isroil, itu keyakinan anda sebagai Muslim. Keyakinan itu hanya bisa diterima dan dipahami oleh orang muslim. Anda tidak bisa memaksa penganut Hindu atau Buddha percaya dengan keyakinan anda, karena anda sama sekali tidak akan bisa membuktikan malaikat Isroil dihadapan mereka.
Beda kalau anda mengatakan bahwa tinggi badan anda 180cm misalnya, setiap orang bisa percaya karena mereka bisa mengukur sendiri tinggi anda dan gak perlu jadi Muslim untuk itu.
Jika anda bicara panjang lebar tentang Nabi Nuh kepada orang diluar agama samawi, mereka mungkin mengangguk-angguk menghormati anda. Tapi selama anda tak bisa menunjukkan bukti yang bisa diverifikasi mereka, bagi mereka itu cuma keyakinan anda yang belum terbukti bagi mereka.
Betul kata saudara…
untuk menjelaskan apalagi bukti menguatkan peristiwa tersebut kpd orang yg tidak seiman,maksud saya non muslim atau agama lain memang sulit..apa lagi ateis..
Bagai manapun nanti saya jelaskan dan terangkan serta contoh2 kan pasti gak akan ngerti2.. ujung-ujungnya mana buktinya..mana logikanya..karna dari awalnya sudah beda keyakinan dan kepercayaan.jadi kisah Nabi Nuh itu ada didalam Alqur,an dan gak ada didalam kitab lain..
@Cilik: kesulitan yang anda hadapi adalah karena landasan yang anda pakai adalah keyakinan atau keimanan yang sangat subyektif, sedangkan sekarang adalah eranya obyektifitas sains.
Keyakinan anda dan contoh-contoh anda hanya akan laku di majelis taklim yang gak perduli bukti, bukan dihadapan forum ilmiah yang butuh bukti bukan percaya.
sorry numpang nimbrung..
artikel yg cukup menarik untuk disimak..
tentang kisah Nabi Nuh As..
Menurut anda penulis mungkin kisah itu hoax,alias tidak ada,atau mungkin dongeng.
tapi menurut saya cerita itu wajar2 saja,tak perlu disangkalkan dan cerita itu ada didalam kitab Alqur,an
penjelasan saya begini simpel saja..!!
kita ambil contoh waktu sunami di Aceh thn 2004 kita sama2 menyaksikan walau hanya lewat siaran tv
waktu gelombang laut naik hingga puluhan meter atau yg kita sebut sunami.memporak porandakan bangunan hingga menghanyutkan kapal2 besar sampai puluhan kilo meter ketengah kota..siapa yg nyangkal cerita ini hoax,atau dongeng kita rasa tidak ada..
terus disini saya jelaskan lagi..gimana cerita ini dijelaskan 10.ribu thn yg akan datang??
kita anggap gelombang pasang atau sunami itu tidak pernah terjadi lagi sampai 10.ribu tahun yg akan datang dan anggaplah barang bukti foto-foto dan rekaman vidionya tidak ada..dimana 10.ribu thn lagi peradaban semakin canggih dan lebih moderen dari sekarang..mungkin saja orang2 yg hidup dimasa 10.ribu thn lagi itu menganggap cerita sunami itu Hoax,ataupun dongeng belaka…
@Erwind: benar kalau bencana macam tsunami yang berlangsung singkat dan lingkupnya lokal tidak akan berbekas setelah ratusan tahun berlalu.
Tulisan saya menyoroti betapa mustahilnya banjir Nuh bila berskala global sebagaimana banyak anggapan orang Islam.
Mas judi dan rekan- terhormat, jgn terlalu absurb kemana2, pointnya kan tentang nabi nuh…oh iya masju…kitab suci mana yg mas maksud? Torah, bible atau al quran? Kalau pake data analisa di atas sepertinya hanya berlaku untuk torah dan bible saja, karena memang di tuliskan banjir yg menenggelamkan dunia , untuk al quran sepertinya tidak demikian….banjir hanya menenggelamkan kaum nabi nuh saja, y daerah tempat tinggalnya saja, tidak mungkin kaumnya ada d seluruh dunia kan?? Lalu kalau kita persempit daerah sampling hanya kisaran ararat , menurut mas atau yg mas ketahui kira2 berapa banyak spesies yg ada d sana? Melihat kawasan itu tidak ada 1/8 nya luas planet ini, oh iya konsep theological suatu agama di luar agama langit jelas buah pikiran manusia, konsepnya manusia yg buat, hukumnya manusia yg bikin sementara manusia cuma punya otak sebesar daging buah kelapa, yg kalau menggunakan pendekatan science tidak pernah dan tidak akan mungkin isi otak sebesar daging kelapa bisa menjabarkan semua yang ada yaitu univers atau alam semesta yg besarnya yotta triliun dibandingkan dengan daging buah kelapa, contoh budha, agama yg di populerkan oleh sidharta ini pasti akan menolak mentah2 tentang kisah nabi nuh , bagai mana tidak, otak manusia cuma di ciptakan untuk menjalankan
Kehidupan sehari2 saja , tidak heran kalau sidharta mengatakan dalam kitab sucinya semua yg ada hanya kehampaan , ada karena tiada dan tiada karena ada, ini adalah satu bentuk sifat frustasi manusia saat dia tidak bisa dan tidak akan pernah bisa menguak misteri alam raya…mohon direnungkan.
kehidupan sehari2 saja
@Imoenk: anda mau jelaskan apa dengan bahasa berbelit itu?
Saya coba ambil poinnya:
Otak manusia tidak akan mampu menjabarkan semesta, sementara kitab suci bisa karena itu dari Tuhan
Yang saya tahu, manusia bisa tahu tentang galaksi yang berisi milyaran bintang itu dari penelitian sains, agama baru klaim ini-itu setelah ditemukan sains.
Tentang apa itu meteor, Qur’an menjelaskannya sebagai dongeng panah api yang mengejar setan saat mecoba mendengar pembicaraan di langit.
Tentang Nabi Nuh, Qur’an juga menjelaskan dongeng usia Nabi Nuh yang 950 tahun, suatu usia omong kosong menurut sains.
Tentang penciptaan manusia, Qur’an menjelaskan manusia yang dibuat dari lempung.
Kalau anda mau berdiskusi tentang hal yang nyata dan bukan klaim-klaim, mohon anda sodorkan bukti nyata yang bisa diverifikasikan. Bukan hanya kesimpulan sumir.
menarik artikelnya mas judhi ini,
tapi yang ingin saya bahas di sini adalah, segala kerumitan itu muncul manakala banjir nabi Nuh itu terjadi secara global, nah, bagaimana kalau banjir itu terjadi secara lokal mas, hanya kaum nabi nuh saja yang terkena dampaknya mas, kalo mas baca kisah setiap nabi dan kaumnya yang kena azab, siksaan2 itu berbeda untuk tiap umat2 tsb, kalo banjirnya terjadi lokal maka segala kerumitan yang terjadi yang mas kemukakan di atas dengan sendirinya akan berkurang, dan dalam qur’an tidak disebutkan binatang apa saja yang diperintahkan untuk dibawa, jadi saya pikir kalo kejadian seperti ini maka menjadi nabi nuh tidak serumit dan sesuah yang mas kemukakan kok, 🙂
@Angga: saya setuju. Bila banjir Nuh ini memang terjadi, pasti skalanya hanya lokal.
Terima kasih
Komentar anda berguna bagi saya dan pembaca lainnya.
Kisah nabi2 di semua kitab suci semua agama cuma dongeng untuk menarik pengikut, tidak ada bedanya kalau ada salesman obat, agar obatnya laris pasti bilang obat yg dia jual sangat berkasiat. Kesimpulanya : agama membunuh logika, mematikan kreatifitas, cuma menciptakan ancaman neraka dan janji pesta di sorga. Agama tdk pernah menunjukkan bukti, cukup imani saja. Agama mengkerdilkan kebesaran Tuhan. Agama pula yg menciptakan karakter Tuhan menurut pemahaman, budaya, adat dimana agama itu berasal. Tuhan pendendam, penghukum, Tuhan yg marah bila tdk disembah adalah karakter ciptaan manusia. Nabi2 pun semua berasal dr kaum tertindas, kaum frustrasi. Lalu menciptakan agama sbg bentuk pelampiasan halusinatif. Ingat bangsa Yahudi, cukup lama tertindas, lalu 24 ‘utusan Tuhan’ pun muncul dr mereka. Ingat suku Qurays waktu itu sangat biadab, terbelakang lalu ada orang mengigau keluar dr goa. Semua ayat yg diklaim wahyu Ilahi, ternyata banyak eror, satu ayat membatalkan ayat lain. Cari sendir !!!!!
@Auk Auk: kisah-kisah agama digunakan sebagai media menyampaikan ajaran kebaikan. Kisah yang digunakan tentunya yang sesuai dengan pemahaman masyarakat penerimanya. Mengenai kejadian nyata atau tidak itu bukan hal yang penting.
Assalamualaikum.. Salam sejahtera.. Saya sangat suka sekali terhadap komentar Bapak Judhianto yang ini.. Simpel tapi bermakna dalam dan tepat.
Terima kasih
Wassalam…
Mas Judhianto,
Kelihatan sekali paham banget tentang logika, fakta, data.
Saya mau tanya mas, tentang neutron, meson, maupun partikrl-partikel pembentuk inti atom. Saya mencoba mencari informasi tenatng bentuknya seperti apa (yang ada digambarkan bulat sebagai agmabaran matematis. Tapi tidak ada fakta/image bentuk sebenarnya apakah segi empat, lonjong, kubus, atau apa), warnanya seperti apa. Hal yang diketahui orang keberadaaannya karena efeknya terhadap lingkungan sekitarnya (skala laboratorium). Apakah partikel-partikel itu juga sebuah dongeng yang dikemas oleh scientific sehingga bisa menjadi film scientific yang enak ditonton?
@HillR: para ahli menggunakan gambaran visual untuk menerangkan partikel-partikel inti atom.
Apakah itu nyata? tentu tidak. Gambaran visual adalah hasil tangkapan kita terhadap gelombang elektromagnetik dalam frekwensi yang bisa kita tangkap. Realitas visual ada hanya dalam materi sebesar molekul, lebih kecil dari itu realitas hanya bisa disajikan sebagai hasil imajinasi.
Dalam dunia sub-atomik ada juga prinsip ketidakpastian Heisenberg, dimana orang tidak bisa mengukur pasti posisi dan momentum partikel tanpa mengacaukannya. Disisi yang lebih fundamental, mekanika quantum menyajikan realitas yang jauh lebih absurd dari khayalan.
Itu semua dongeng karena tidak menggambarkan kenyataan, itu hanya alat yang dipakai sains untuk mengakali kita yang tak mampu menangkap realitas pada alam yang tak mampu kita jangkau tersebut.
Beda dongeng sains dengan dongeng agama adalah dongeng sains bisa digunakan untuk meramalkan dengan akurat proses yang terjadi pada kenyataan dan digunakan untuk kemajuan manusia.
Sebagai contoh emisi cahaya pada diode hanya bisa dimengerti kalau kita percaya pada dongeng tentang kuanta cahaya yng bisa terlepas pada tingkat energi tertentu. Penggunaannya: display TV LED kita, layar ponsel kita dan semua perangkat LED.
Jadi: mau percaya dongeng? terserah, asal dongeng tersebut terbukti bermanfaat…
Pertanyaan sdr/i sudah banya yg menjawabx, jd smua kisah itu dah terjawab, Nabi Nuh AS ada salah seorang Nabi ALLAH, jd Dia “ALLAH” yg memberikan kekuatan kepada sang Nabi
@Hamba: ada satu jawaban manjur yang selama ini banyak dipakai orang untuk membungkam semua pertanyaan dan mencegah orang berpikir, yaitu “Allah, kalau Dia menghendaki, yang mustahil bisa terjadi”.
Anda mau membekukan otak anda? pakai jawaban di atas.
Hahahaha
jujur saya tertawa membaca ini:
Al Qur’an tidak secara DETAIL menjelaskan Hewan apa saja yang ada di dalam Bahtera Nuh, karena AL Qur’an bukan BOGRAFI atau DOKUMENTER tentang Bahtera Nuh,… Al Qur’an adalah Kitab Wahyu Allah yang menyampaikan Kisah Nuh dan Bahteranya adalah kejadian NYATA..
anda boleh searching tentang ditemukannya artefak Bahtera Nuh di Mr Googgle..
atau sisa-sisa tenggelamnya Tentara Fir’aun di Laut Merah.
atau jasad Fi’aunnya sendiri yang kisahnya cuma ada di Al Qur’an
dan tentang isi Bahtera Nuh….. anda boleh saja membandingkannya dengan Kitab Kejadian milik Nasrani,. dimana dijelaskan bahwa Hewan yang diselamatkan adalah SEPASANG untuk tiap-tiap “Jenis Hewan” saat Banjir Besar terjadi..
definisi “Species” saat itu, tentu hanya jenis “Marga” Hewannya saja..
misal: 1 pasang Marga Kupu-Kupu…. yang nantinya akan menghasilkan RIBUAN SPECIES KUPU-KUPU di seluruh Dunia.
dan juga mungkin 1 pasang GAJAH, yang kemudian berkembang biak menjadi Gajah Afrika dan Gajah Lampung..dsb
sekali lagi saya ketawa, karena mungkin HEWAN LAUT saat itu, tidak termasuk yang diselamatkan dalam bahtera Nuh, namun tetap anda dihitung “JUMLAH jenis Speciesnya” sampai hari ini….
🙂
@Adi: terima kasih. Sila baca komentar yang lain agar paham. Tidak ada kata terlambat untuk belajar.
Hihihi.. txs mas Judhi..
tapi kapasitas saya disini adalah mengomentari “OPINI LUCU” anda… bukan untuk mengomentari yang lain.
Komentar saya terfokus pada Pertanyaan anda di atas… yang Syukur AlhamduliLlah, hanya ada di Blog ini….
jadi cukup saya saja yang ketawa, tak perlu orang lain.. 🙂
@Adi: terima kasih.
Saya sendiri tidak merasa tega untuk menertawakan pendapat orang lain sebagaimanapun aneh dan lucunya menurut saya.
Saya ingin meneladani kesantunan Nabi Muhammad yang tak pernah menertawakan lawan bicaranya, seaneh apapun pendapatnya.
OKE mas Judhi..
saya bukan bermaksud menggurui anda,
saya hanya berusaha memberikan alternatif pandangan dari “sisi lain” sebagai perbandingan agar anda tidak terkunci atau memvonis pada “satu sisi” penilaian, karena saya pun tetap memakai logika dalam berpendapat.
tidak ada pemaksaan dalam sharing kita ini.
tetapi sebagai manusia yang sama-sama diberikan AKAL oleh Tuhan (walau anda tidak mempercayainya) itu adalah berkah untuk kita saling Menguji- akal pikiran kita masing-masing.
karena saya sadar, semakin saya BERPIKIR, semakin saya sadar saya mahluk yang TIDAK SEMPURNA..
kecil di JAGAD INI.
tks atas waktunya.
@Adi: setuju sekali bahwa: tidak ada pemaksaan dalam sharing kita.
Saya boleh merasa pikiran saya benar akan tetapi bisa jadi yang lebih benar adalah pikiran anda dan saya sedang berproses ke arahnya.
Allahuakbar…
ikutan ya mas Judhi, salam knal bwt mas judhi.
1. ‘BERANI”! itulah kata yg pas bwt artikel mas Judhi.
2. klo secara detail sangat jelas kita tdk akan tahu, krn ilmu manusia terbatas.
3. jika kita mmg menganut pd slh satu agama mk mau tdk mau kita hrs terima segala aturan dan berusaha menjalankan aturan tsb.
4. jgn pernah melupakan Rukun Islam dan Rukun Iman.
makasih artikelnya mas.
@HumasSimeuluedi: benar ilmu manusia terbatas, tapi secara pelan tapi pasti batasnya itu meluas.
Yang tak terbatas? imajinasi manusia.
Terima kasih kembali….
saya yakin mas jud, sudah tau jika alquran tidak pernah menjelaskan bahwa banjir nuh terjadi secara global, karena yg menjelaskan bahwa bajir yang terjadi secara global adalah kitab selain alquran.
banjir yang terjadi sepertinya hanya menenggelamkan kaum nabi nuh saja (lokal), penjelasan detailnya bisa dilihat di sini http://id.harunyahya.com/id/wo…
kesimpulannya, menurut saya “Iman yang kuat berani menghadapi pertanyaan”, hehe. tinggal manusianya saja, mau mencari jawabannya atau tidak.
atau malah menggunakan “satu jawaban manjur yang selama ini banyak dipakai orang untuk membungkam semua pertanyaan dan mencegah orang berpikir”
sepertinya saya ingat sindiran alquran, dari semua cerita yang dituliskan, “Maka apakah kamu tidak memikirkannya?”
@Atep Sudiro: terima kasih untuk bisa melampirkan link Harun Yahya yg membahas banjir Nuh.
Yang bisa ditangkap dari tulisan tersebut adalah:
* 1922 sampai 1934 Leonard Woolley dari The British Museum dan University of Pensylvania melakukan penggalian arkeologi di bekas kota Ur –> hasilnya adalah bukti adanya banjir yg di sekitar tahun 3000 SM.
* Diperkirakan oleh para ahli, lapisan kedua itu adalah endapan lumpur akibat banjir yang terjadi pada zaman Nabi Nuh –> siapa ahli ini? dimana kita bisa dapatkan referensinya?
* Penyelidikan arkeologis di beberapa tempat mendapatkan keterangan, banjir melanda daerah yang memang sangat luas, yakni membentang 600 km dari utara ke selatan dan 160 km dari barat ke timur –> siapa yang meneliti? dimana kita bisa dapatkan referensinya?
* Terbukti, banjir itu tidak melanda seluruh dunia, tetapi hanya melanda wilayah yang didiami ummat Nabi Nuh. –> kesimpulan siapa? Harun Yahya atau ahli arkeologi?
Untuk karya-2 Harun Yahya, saya tidak menganggap bermutu dikarenakan begitu banyaknya jump-conclusion didalamnya dan klaim-klaim sains yang tidak punya kredibilitas tinggi.
Untuk sains, saya lebih percaya kesimpulan-2 dari lembaga riset atau universitas sains yang memang melakukan percobaan serius bertahun-tahun di bidang itu.
memang masih terlalu banyak kelemahannya mas jud, tetapi setidaknya bisa menjadi pilihan jawaban dari jawaban-jawaban lain yang masih diperdebatkan secara logis.
permasalahannya, mungkin tidak semua orang mau repot2 membuktikan dan memikirkan secara serius setiap ayat yang dijelaskan alquran, setiap sejarah yang dijelaskan alquran, sehingga jawaban atas ayat itupun terbatas. tak banyak pilihan.
jika memikirkan, membuktikan dan menjelaskan ayatnya saja tidak mau, sudah pasti ketika ditanya tentang ayat, hanya satu jawaban ampuh yang di dapat, “itu rahasia Alloh”, tentu hal itu amat sangat tidak memuaskan akal kita.
sayangnya hal itulah yang banyak terjadi, bisa dilihat dari semakin banyaknya orang yang membaca tetapi tidak mengerti apa yang dibacanya.
Jika dengan terbuka mengatakan kisah Nuh adalah sarana menyampaikan pesan moral, dan bukan 100% berpijak pada kisah nyata, maka seharusnya umat Islam tidak perlu repot-repot lagi membuktikan kebenaran kisah ini.
Masih banyak yang perlu dilakukan umat Islam menghadapi perkembangan modernitas ini. Menghadapi masa kini dan masa depan jauh lebih penting.
masalahnya saat ini banyak yang meragukan alquran mas jud, padahal jelas “tak ada keraguan di dalamnya”. dan setiap yang meragukan butuh jawaban yang memuaskan.
menurut mas jud, apakah semua kisah yang diceritakan di dalam alquran semuanya benar, atau hanya dongeng belaka.?
Kisah-2 di Al-Qur’an? menurut saya adalah campuran peristiwa nyata dan fiksi.
waw… mengejutkan, saya sangat menghormati pendapat mas jud. 🙂
walau saya tetap meyakini apa yang dikatakan alquran.
“Dzalikal-Kitabu La roiba fih. Hudal-lil muttaqin”
(Kitab ini, tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa)
berbeda itu indah.
Yup benar sekali, perbedaan akan menambah wawasan kita.
Sebagai petunjuk bagi yang bertakwa, Qur’an tidak akan pernah diragukan, dan sudah terbukti berabad-abad. Qur’an adalah sumber keyakinan dan ketakwaan.
Akan tetapi akan salah kalau kita memaksa Qur’an sebagai petunjuk tanpa keraguan bagi sejarahwan, ilmuwan, ekonom atau berbagai profesi modern lainnya. Mereka punya metodologi sendiri, memaksa Qur’an masuk akan memasukkan pula cocokologi.
Bung udhi kalau emang cerita nabi nuh ini diadakan utk menyaingi epic Gilgamesh,,, saya jd berpikir jgn2 semua kisah2 di kitab yahudi (yg merupakan sumber cerita utk kitab2 suci agama sesudahnya) dibangun dari khayalan masyarakat yahudi sendiri…. seperti tulisan bung yhdhi yg lain yaitu ke Zoroaster kita belajar.. kalau iya waduh cilaka….. semua agama samawi dibangun base of khayalan umat yahudi. Hal ini diperkuat oleh kenyataan kitab perjanjian lama begitu mengistimewakan umat yahudi.. aneh kan? sampai ada istilah Tuhan israel menyebut choosen people utk org yahudi ) mirip agama Sinto yg nyebut bangsa Jepang sebagai bangsa pilihan)….
maaf salah nulis nama bung Judhi.. ini versi perbaikannya…:)
Bung Judhi kalau memang cerita nabi Nuh diadakan utk menyaingi Epic of Gilgamesh, sy jadi beripkir jgn2 semua kisah2 di kitab yahudi (yg merupakan sumber cerita kitab2 suci agama sesudahnya) dibangun dari khayalan masyarakat yahudi sendiri. Seperti tulisan Bung Judhi yg lain yaitu ke Zoroaster kita belajar…. kalau iya waduh cilaka … semua agama samawi dibangun base of khalayan umat yahudi. hal ini diperkuat oleh kenyataan kitab perjanjian lama begitu mengistimewakan umat yahudi… sampai ada istilah tuhan menyebut Choosen people utk umat yahudi… mirip agama sinto yg nyebut bangsa Jepang sebagai bangsa pilihan…..
@Irfan: Perjanjian Lama berisi kumpulan kisah yang diturunkan dari generasi ke generasi bangsa Yahudi kuno.
Kitab ini merupakan kompilasi karya banyak penulis dari era yang berbeda-beda. Perbedaan ini tercermin dari variasi bahasa dan cara pandang dalam kisah-2 yang ada.
Isinya ada yang fakta, fakta yang dibumbui atau fiksi.
Diakui atau tidak, agama Yahudi, Kristen dan Islam menggunakan kisah Perjanjian Lama sebagai bagian penting dalam penyampaian agama.
Nabi Muhammad ketika ditanyai pendapatnya tentang kisah Israilyat (Perjanjian Lama) mengatakan: “Jangan dibantah atau diiyakan” — artinya jangan dianggap serius, ambil saja pesan baiknya. 🙂
Memangnya seberapa besar badai yang terjadi pada masa nuh? Yang terbayang oleh saya kok cuma tsunami besar yang menenggelamkan wilayah yang dihuni umat nuh. Mungkin Seukuran satu atau dua negara timur tengah.
@Edi: kalau semua es di kutub dan di puncak gunung mencair, diperkirakan permukaan laut akan naik sekitar 50-60 meter.
Ketinggian tersebut hanya mampu menenggelamkan kota-kota pesisir dunia, sedangkan daratan yang lebih tinggi akan aman-aman saja. Jakarta mungkin tenggelam, tetapi Depok, Bandung dan banyak kota lain tetap aman.
Jadi secara teknis, tidak mungkin ada banjir yang mampu menenggelamkan seluruh daratan dunia. Airnya gak cukup.
menurut saya kisah nabi nuh bukan dongengan/fiksi sbgmn yg anda utarakan
dia sudah menjadi bukti sejarah kebenaran kitab samawi
dan hingga kini sedang dalam penelitian bahwa kapal nabi nuh sudah ditemukan
http://aliefqu.wordpress.com/2012/08/07/penemuan-kapal-bahtera-nabi-nuh-yang-menakjubkan/
masih kah diragukan lagi, , ,
…………………………………………………………………………………………………………………………………….
@Salomon: dijaman Google ini, semestinya anda bisa segera melakukan cek silang dengan berbagai cerita, tidak cuma satu. Coba anda search dengan keyword “Noah ark hoax”, ada ribuan site membahas klaim-klaim kosong ini.
Rangkuman beberapa klaim temuan perahu Nuh bisa dilihat di:
http://en.wikipedia.org/wiki/Searches_for_Noah%27s_Ark
Liputan televisi yang membahas klaim-klaim kosong ini pernah diudarakan oleh CBS tahun 1993 yang meliput pengakuan orang-orang lapangan yang bertugas membuat bukti-bukti tersebut agar tampak asli. Tahun 2001 Discovery Channel juga mengeluarkan liputan ilmiah untuk menyelidiki bukti-bukti tersebut, dalam hasil tes isotop karbon terhadap potongan perahu tersebut, ternyata usia kayu tersebut cuma 200 tahun dan dipertua dengan dimasak dalam berbagai ramuan.
Sayangnya para fundamentalis Kristen (dan juga fundamentalis Islam) lebih mempercayai yang ingin mereka percaya, dan bukan kenyataan yang tak berpihak pada mereka. Klaim-klaim kuno ini dirilis berulang tanpa menunjukkan betapa pengujian ilmiah yang lebih mutakhir telah membongkar “tipuan orang beriman tersebut”.
Untuk fakta ilmiah, bila kesulitan untuk cari di situs jurnal ilmiah, bisa cari di Discovery.com ; newscientist.com ; Nasa.gov atau dari universitas sains dunia. Jangan cari di situs kumpulan hoax macam harunyahya.com atau situs agama
cerita nabi nuh ga lebih dari dongeng anak TK tp jauh dari logika. lebih bagus nonton film Jumanji. 😀
@Penghuni Dunia: tentu kisah buatan 3000 tahun yang lalu gak seasyik film Jumanji.
Namun seperti nonton film, dengar dongeng kancil, menikmati kisah Nuh dengan santai tanpa ribut dengan logika bisa jadi sarana pengajaran moral yang asyik.
Sungguh disayangkan,,,orang se intelek Bung Judhi masih saja berkhayal dan berimajinasi,,,
Secara tersirat, artikel Anda telah memalingkan kuasa ALLAH SWT terhadap kejadian NYATA mukjizat Nabi Nuh…
“Susahnya Jadi Nabi Nuh” adalah refleksi ketidakpercayaan Anda akan kuasa Allah tehadap Nabi Nuh… Dalam cerita Nabi Nuh,,,tidak ada sedikit pun keluhan atau pun protes yg disampaikan oleh Nabi ketika perintah tersebut ditujukan kepadanya…
Tolong Anda bijak dalam ber opini…!! Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan Allah SWT terhadap HAmbanya dan begitu pula sebaliknya Tidak ada Kesulitan apapun yang dihadapi Nabinya ketika begitu banyaknya cobaan dalam menyampaikan risalah kenabiannya…
Wahai kaum muslimin/muslimatm,,,,,berhati-hatilah terhadap web ini. Kaji dengan saksama isinya.
JANGAN HANYA TERIMA BEGITU SAJA…
@Cahaya: sungguh disayangkan, anda yang sudah pernah sekolah, tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan.
Khayalan adalah semua pernyataan yang sama sekali tak bisa dibuktikan, sedangkan kenyataan adalah pernyatan yang bisa dibuktikan.
Cerita sederhana butuh bukti sederhana, cerita yang luar biasa, tentunya butuh bukti yang luar biasa pula. Tanpa bukti, itu dongeng.
Tolong anda bijak dalam beropini, tunjukkan paling tidak anda mampu bernalar selain bisa pakai internet dan baca-tulis, sehinggga kesan pecinta takhayul yang dan malas berpikir tak tampak dalam opini anda.
Terima kasih atas tanggapan Bung Judhi,,,
Inti dari komentar saya adalah Bung Judhi mengingkari kekuasaan Allah SWT…Bukan pada masalah khayalan, kenyataan, opini maupun takhayul.
Saya hanya ingin meminta JAWABAN JUJUR dari bung Judhi, dari mana bung Judhi mendapatkan ‘cerita Nabi Nuh’?
Sekian terima kasih.
Terima kasih atas tanggapan bung Judhi…
Inti dari komentar saya adalah bahwa bung Judhi telah mengingkari kekuasaan Allah SWT…Padahal substansi komentar saya mengenai kekuasaan Allah,,,bukan pada khayalan, kenyataan. opini maupun takhayul…
Saya hanya ingin JAWABAN JUJUR bung Judhi, dari mana Bung Judhi mengetahui ‘cerita’ Nabi Nuh di atas, sehingga muncul ide dalam menulis artikel ini dengan judul “Susahnya Jadi Nabi Nuh”…?
Sekian Terima Kasih
@Cahaya: saya ingat kalau anak TK berpendapat:
“Pokoknya si Anu jahat!”
“Jahatnya bagaimana?”
“Pokoknya si Anu jahat, pokoknya nakal!” – trus ngambek….
Untuk versi dengan redaksi lebih rumit (tapi tetap kekanak-kanakan):
“Inti dari komentar saya adalah bahwa bung Judhi telah mengingkari kekuasaan Allah SWT!”
“Kok langsung inti? rinciannya mana? di kalimat mana yang salah? terus benarnya bagaimana?”
“Intinya mengingkari kekuasaan Allah!, pokoknya salah!, titik!”
Darimana saya tahu kisah Nuh? ya dari kitab suci (Bible dan Al-Qur’an), memangnya saya bohong?
Problemnya, kisah itu gak masuk akal..
Saya menganggapnya dongeng, dan bagi saya Allah itu maha asyik…
Dia mengajari manusia dengan apa saja sesuai tingkat pemahaman manusia, termasuk dengan dongeng… lupakah betapa mengasyikannya ibu mengajari kita dengan dongeng saat kita masih kecil?
Kenapa melarang Allah mengajari kita dengan dongeng?
Kenapa memaksa Allah hanya seperti sosok birokrat bludrek? bukankah pendongeng yang asyik lebih baik?
Atau Anda anggap kisah Nuh nyata dan punya cara menjelasan agar masuk akal? silakan, saya akan senang membacanya…
Terima kasih Bung Judhi,,,
Keyakinan saya tetap istiqomah pada Qada’ dan Qadar Allah SWT bahwa segala sesuatu yang diceritakannya mempunyai hikmah dan pelajaran untuk generasi yang akan datang, dan itu bukan dongeng ataupun kisah fiktif belaka.
Sedikit heran dengan pernyataan bahwa Bung Judhi ‘mendengar’ dan ‘membaca’ “dongeng’ itu justru dari kitab suci. Dan herannya pula Bung Judhi mengerti persis apa yang “dialami” oleh Nabi Nuh sehingga Bung Judhi pun mengeluh : SUSAHNYA JADI NABI NUH.
Jangan-jangan keberadaan ALLAH SWT pun Bung Judhi anggap sebagai dongeng kalau sifat keilmuan Bung Judhi selalu berorientasi pada KENYATAAN dan FAKTA…!!!
Sekian terima kasih…
@Cahaya: mungkin itu perbedaan kita.
Kisah Nuh, tidak bisa diverifikasi secara fakta dan rasionalitas.
Karena tertulis di kitab suci, maka anda berkeras bahwa itu fakta meskipun harus mengabaikan gagalnya kisah ini diverifikasi dengan uji fakta dan rasionalitas.
Kalau saya, memakai logika rasional saja: bila tak bisa diverifikasi dengan fakta dan rasionalitas, maka itu dongeng. Persis seperti dongeng naga atau kuda terbang.
Mengenai Allah, saya setuju dengan pendapat Ibn ‘Arabi bahwa segala sesuatu yang menggambarkan Allah pasti bukan Allah sendiri, karena Allah berbeda dengan segala mahluk. Bila mahluk bisa digambarkan, tentunya Allah tidak bisa digambarkan.
Rincian, detil, atau sifat-sifat Allah yang diajarkan agama hanyalah alat bantu manusia untuk mendekati Allah yang tak tergambarkan. Allah yang terdefinisikan dalam kitab suci hanyalah rambu-rambu, berhala atau bahkan dongeng untuk membantu manusia mendekati Allah dalam kerangka pikiran manusia.
Allah bagi saya adalah misteri yang tak terdefinisikan. Biarlah Allah hidup dalam pengalaman pribadi saya, dan bukan dalam konstruksi nalar yang membatasinya…
Terima Kasih,,,
Apapun bentuk komentar Bung Judhi,,,tetap saya mengatakan bahwa Bung Judhi mengingkari kekuasaan Allah SWT. Karena Bung Judhi ‘ada’ sedikit menganut paham Barat, Paham Orientalis,,,Dan saya akan merasa kasihan apa bila ada pengunjung web ini tiba-tiba menerima mentah-mentah pikiran Bung Judhi. Inilah yang tak saya kehendaki dan memang itulah misi Bung Judhi sebenarnya…
Hanya Allah SWT sajalah yang tahu apa, bagaimana maksud tersembunyi dari pemikiran Bung Judhi … Semoga Bung Judhi disadarkan untuk mencatatkan kebenaran sesuai ajaran-ajaran Islam.
Selamat berjumpa di artikel Bung Judhi yang lain,,,,dan saya akan selalu melakukan protes dan perlawanan terhadap pemikiran Bung Judhi sepanjang itu mengingkari dan menafikan keberadaan Allah dan Nabi dan Rasul-Nya.
@Cahaya: anda fasih sekali melabeli saya dengan “mengingkari kekuasaan Allah”, “menganut paham barat”, “menganut paham orientalis” – tanpa sedikitpun memberi tahu apa yang anda maksud dengan “mengingkari kekuasaan Allah”, “menganut paham barat”, “menganut paham orientalis”.
Kok gak sekalian saja ditambahkan dengan kontrasepsi wahyudi imunisasi remason – eh konspirasi Yahudi, iluminati, freemason? biar tambah seru dan tak bisa dimengerti?
Dengan label-label tersebut (dan tanpa menjelaskan maksudnya), hanya Allah SWT dan anda yang tahu maksud pemikiran anda sebenarnya. (atau mungkin juga anda tak tahu maksudnya?)
Saya senang dengan semangat anda untuk berjuang untuk menyadarkan saya, tapi tentunya membanjiri saya dengan label-label atau menakut-nakuti tak mungkin berhasil. Sadar itu berawal dari paham, jika anda tidak memberi penjelasan tentang maksud label-label itu, bagaimana saya bisa paham?
Selamat berjuang bung! semoga Allah memberi anda hikmah (kemampuan menjelaskan sesuatu) dan kesabaran untuk membimbing saya 🙂
Terima kasih…
Label atau labelisasi bukan semata-mata datang begitu saja dan plok nempel di status Bung Judhi…namun berdasar pemikiran Bung Judhi sendiri…
Saya jadi curiga,,jangan-jangan Bung Judhi ini Ulil Abshar Abdala yang menyamar…??
Dari beberapa (krn belum semua saya baca) artikel yang saya baca di web Bung Judhi…semuanya mengarah kepada pemikiran orientalis dengan pengaburan khakekat keislamannya…malahan pandangan keislaman seakan-akan Bung Judhi kaburkan keberadaannya…dan seakan-akan memberikan pemikiran kebenaran terhadap salah satu kitab suci.
Contoh pada artikel:
1. “Nabi Nuh…”,
2. “Penciptaan Nabi Adam…”
3. “ketika cerita quran berbeda”,
(dan artikel (3) yang terparah yg saya baca dari artikel Bung Judhi, Sungguh…entah kemana NALAR bung Judhi terhadap isi artikel ini, hanya mau terima mentah2 hasil ciptaan Barat yang memang mempunyai tujuan untuk menghancurkan ISLAM)
Pada bagian ini akan saya lawan pernyataan Bung Judhi (artikel 3)
Dan saya tidak tahu entah berapa orang yang MURTAD dari hasil pemikiran Bung Judhi ini…
Ingatlah Bung…
Wassalam…
@Cahaya: saya berharap setiap komentar disini bisa memberi pencerahan bagi pembaca lainnya, atau bila tulisan saya salah, memberikan koreksi yang bermanfaat bagi tulisan saya.
Akan tetapi dalam ruang komentar ini anda gigih memberikan penilaian terhadap diri saya atau motif-motif saya tanpa satupun menunjukkan dimana pernyataan saya yang salah, kenapa bisa salah dan apa yang benar menurut anda.
Silakan berkomentar lagi, tapi mohon yang bermanfaat.
Jika anda mempertanyakan nalar saya, mohon anda tunjukkan dengan pernyataan yang bernalar – bukan obral tuduhan sana-sini yang malah menunjukkan lemahnya nalar anda (maaf, jangan tersinggung) 🙂
Terima kasih,,,
Demi Umat Islam ,,, akan saya lawan pemikiran Bung Judhi…!!
Saya rasa artikel Bung Judhi ini akan berbahaya kalau umat selain Islam yang membacanya, karena mereka mempunyai ‘bekal’ untuk menyerang Islam.
Dan saya masuk disini pun dari salah seorang debater Kristian yg menyertakan link ke web ini …
Demikian Bung Judhi…
Mohon maaf apa bila ada kata saya yg menyinggung perasaan Bung Judhi …Sebagai manusia saya tak luput dari kelemahan dan kekhilafan…dan kepada Allah SWT jualah segala kebenaran mutlak milikNya.
@Cahaya: anda punya masalah dengan keyakinan diri? kok tidak berbicara atas nama atau pemikiran diri sendiri?
Seingat saya, yang biasanya berapi-api mengatakan “demi rakyat” biasanya hanya bajingan yang menyembunyikan ambisi pribadinya pada “atas nama rakyat”; yang bicara “atas nama Islam” adalah preman FPI yang tak ingin dimintai pertanggung jawaban atas kerusakan yang mereka buat; “mewakili umat Islam” adalah jargon MUI yang ingin menggunakan kebodohannya untuk mengatur orang lain; “mencegah kerusakan Islam” adalah slogan kaum Khawarij yang membunuh siapa saja yang berbeda dengan mereka.
Tahukah anda, kalau anda mau membaca khazanah klasik filosof Islam seperti Ibn Rusyd, Ibn Arabi, Ar-Razi dan lain-lain, anda akan terkejut mendapati banyak pemikiran yang beberapa lebih radikal dari pemikiran saya.
Saya yakin jika saya tanya salah satu saja orang Islam yang saya temui dan tanyakan: “Apakah anda memberi mandat kepada @Cahaya untuk mewakili suara anda sebagai pemeluk Islam?” mereka akan bilang: “Emangnya siapa @Cahaya?”
Jadi jadilah pribadi yang percaya diri!
Katakan: “Menurut pendapat saya” bukan bersembunyi dengan “Demi umat Islam”
Yakinlah jika pendapat anda bermutu, akan banyak orang yang akan mendukung anda.
Sejauh ini anda telah menulis 9 komentar, tapi tak satupun yang membahas pendapat anda pada poin yang ada dalam tulisan saya, semuanya cuma berisi prasangka-prasangka dan label-label yang anda tujukan pada saya. Itu sama sekali tidak bermanfaat dan membuang waktu orang yang membacanya. Hargailah pembaca lainnya.
sekedar numpang sharing link……BAGAIMANA MUNGKIN SEMUA BINATANG MASUK KE DALAM BATERA NUH? ……..http://www.sarapanpagi.org/nuh-dan-bencana-air-bah-vt1697.html#p6856
@Paradise OK: terima kasih link-nya, mungkin penting bagi yang ingin mendengar sains bukan dari hasil riset ilmuwan, melainkan dari riset kitab suci 🙂
Manusia diciptakan dengan penuh keterbatasan, jadi tidak mungkin bisa mengasumsikan hukum allah yang tak terhingga di alam semesta ini, anda selalu mengandalkan logika anda yang jelas sekali keterbatasan itu semakin terlihat jelas. Seperti teori2 yg telah anda sampaikan seakan – akan cuma terlihat terputar – putar dipusaran yg anda ciptakan sendiri
Maka cobalah berpikir luas supaya hati anda terbuka dan bukan dari segi negatif yg anda lihat, hukum alam adalah jelas yaitu sebab akibat,seumpama allah menjadikan seseorang menjadi nabi/utusaNya dimuka bumi ini pastilah ada maksud yg mau disampaikaNya, jadi supaya contoh/perumpamaan yg disampaikan menjadi jelas buat kita dalam menentukan sikap (baik/buruk)
jadi kenapa nabi nuh sampai susah2 bikin kapal yg amat besar?, dari situlah sebuah iman dapt menentukan posisinya, beliau nabi, yg jelas kedudukannya lebih tinggi daripada kita yg sekarang ini yg menganggap semua bisa dipahami hanya dengan ilmu yg secuil-secuil.
Manusia semua pasti mati, kalo anda bilang secara sains/logika = tidak ada kelanjutan.
Atau anda mau menciptakan kepercayaan dan keyakinan kepada tuhan melalui versi anda?,
Jikalau iya disinilah letak keegoan anda yg tinggi, yg menganggap apa yg anda argumenkan pasti membawa kebenaran (versi anda), jadi jelas disitulah keterbatasan anda sebagai manusia terlihat.
@Mickael: anda harus bisa membedakan antara keyakinan dan kenyataan.
Keyakinan tidak membutuhkan apapun kecuali orang yang yakin. Ada yang yakin Naga menyemburkan api itu nyata, ada yang yakin kuntilanak menghuni suatu rumah kosong, ada yang yakin kisah Nabi Nuh itu nyata, ada yang yakin Cinderella itu nyata; silakan setiap orang punya keyakinan sendiri-sendiri; silakan hiasi keyakinan itu dengan cerita yang spektakuler atau ayat-ayat yang syahdu.
Kenyataan beda dengan keyakinan. Keyakinan bisa jadi adalah kenyataan, tapi bisa jadi ya sebatas keyakinan – tak lebih.
Kenyataan hanya butuh satu hal: bukti!.
Kenyataan sederhana butuh bukti sederhana, kenyataan spektakuler tentu butuh bukti yang spektakuler juga.
Anda mempertentangkan logika/sains dengan agama dengan mengatakan logika/sains hasil manusia yang terbatas, sedangkan agama dari Allah yang tak terbatas. Silakan saja anda yakin sepenuh hati dengan keyakinan tersebut. Tetapi apakah itu sesuai dengan kenyataan? tunggu dulu…
Nyata itu butuh bukti bukan sekedar yakin.
Lewat sains ilmuwan yakin bahwa E=MC2, walau banyak yang tidak yakin rumus yang terlihat tak masuk akal itu. Namun saat rumus itu dijadikan bom atom, yakin atau tidak yakin orang akan hancur oleh bom atom tersebut. Orang bisa melihat buktinya.
Lewat agama orang yakin bahwa Tuhan itu ada.
Ada definisi Tuhan menurut Kristen, 2,1 milyar orang yakin, tapi 4,9 milyar yang lain tidak.
Ada definisi Tuhan menurut Islam, 1,5 milyar orang yakin, tapi 5,5 milyar yang lain tidak.
Ada definisi Tuhan menurut Buddha, 1 milyar orang yakin, tapi 6 milyar yang lain tidak.
Selain itu masih banyak definisi Tuhan menurut banyak agama yang lain.
Apakah mereka semua punya bukti? ataukah bisa bekerja sama untuk membuktikan Tuhan yang bisa dilihat semua orang? tidak. Tuhan tidak bisa dibuktikan, Tuhan ada dalam keyakinan tapi tidak dalam kenyataan karena tak seorangpun bisa memberi bukti yang meyakinkan dan bisa diterima semua orang.
Jadi mana yang lebih terbatas? Bom atom hasil sains yang bisa dibuktikan siapa saja tanpa perlu yakin lebih dahulu atau filosofi Tuhan hasil keyakinan agama yang hanya dianggap benar untuk yang yakin agama tersebut, dan bisa jadi omong kosong bagi peyakin agama lainnya?
Jelas terlihat kan yang terlihat terbatas dan berputar-putar di pusaran yang diciptakan sendiri?
Anda yakin kisah Nabi Nuh bukan dongeng? ya silakan saja.
Namun selama anda tidak dapat menunjukkan bukti yang mendukung peristiwa itu, maka keyakinan tinggal keyakinan. Anda tidak bisa ngotot mengatakan itu kisah nyata. Sederhana kok…
@Judhiantho…..sayang juga ya…buku Kitab agama bukan buku sains 🙂
@ParadiseOK: benar, namun bukankah Einstein bilang: imajinasi lebih penting dari pengetahuan?
Film yang mencekam jauh lebih kuat pengaruhnya dari ceramah ilmiah, agama yang di sajikan dengan simpatik dan menarik akan jauh lebih bermanfaat daripada sekedar kalkulasi tentang moralitas.
==================
Repotnya jadi Nabi Musa 🙂
==================
Menurut sejarah agama, Nabi Musa menulis lima kitab yaitu : Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan (dikenal dgn sebutan lima kitab Musa). Kisah Nabi Nuh masuk dalam Kitab Kejadian. Kitab asli karya Nabi Musa sudah lama musnah dimakan usia, kitab2 yg ada sekarang hanyalah salinan2 dari tulisan2 terdahulu yang sumber awalnya berasal dari buku kitab Musa sendiri.
Kitab Musa bukanlah buku logika apalagi sains; sehingga tulisan2 yg bersinggungan dengan logika apalagi sains terkadang selalu bertolak belakang, tetapi ada juga tulisan2 tertentu (tidak semua/sebagian kecil saja) bisa diukur dgn logika dan sains. Kitab Musa adalah tulisan yang lebih menekankan pada Kemahaan-Nya Allah sehingga hal-hal yg bersinggungan dgn logika apalagi sains manusia kadang kurang tersentuh dalam kitab Musa tersebut.
Kita akan mulai dengan penciptaan alam semesta dan segala mahkluk. Dalam kisah penciptaan, Nabi Musa hanya menulis hal-hal yg prinsipil saja, ada beberapa alasan logika dan sedikit dari sudut pemahaman agama :
1. Nabi Musa dalam kitabnya pada intinya menulis tentang kebesaran Allah yang dimuat dalam kisah cerita, hukum2 dan ketetapan2 Allah untuk bangsa Ibrani waktu itu;
2. Bisa kita bayangkan apabila proses penciptaan sejuta miliar benda dan mahkluk di alam semesta akan diurai sampai sedetail2nya; serinci2nya, bahkan sampai bersinggungan dengan unsur2 DNA; keburu nabi Musa sudah mati, Nabi Musa “tidak” sempat menyelesaikan buku kitabnya karena diperhadapkan dgn kesibukan2 menulis rincian2/detail2 tersebut karena utk memenuhi tuntutan hukum logika dan sains manusia;
3. dan sebagaimana kita ketahui bersama pada zaman itu, Nabi Musa diperhadapkan dgn masalah media tempat utk menulis. Pada waktu itu media tempat menulis menggunakan papyrus dan kulit bintang. Maka bisa kita bayangkan berapa lembar papyrus dan berapa ton kulit binatang plus berapa ribu liter tinta yang harus disiapkan utk menulis sekian juta miliyard proses kejadian penciptaan alam semesta dgn segala makhluk2 hidupnya. Disini saja Nabi Musa sudah diperhadapkan dengan masalah kebutuhan logistik alat tulis menulis . Jadi bukan sebuah hal yg mustahil pula Nabi Musa tidak akan sempat menulis kisah Nabi Nuh;
maka “Allah Yang Maha Tahu” memberikan “logika hikmat” kepada Nabi Musa, pada saat akan menulis kitabnya itu “mungkin” Nabi Musa berfikir demikian : kisah penciptaan ini akan saya tuliskan saja inti sarinya/yang penting2 saja dengan alasan tersebut di atas (point A. 1,2,3)
A. Bagaimana dengan kisah Nabi Nuh ?
1. Targum Yonatan memberikan penafsiran bahwa 120 tahun dalam Kejadian 6:3 adalah tenggang waktu yang disediakan oleh Allah, sejak bahtera dibangun hingga banjir besar melanda bumi. Maka bisa kita bayangkan apabila Nabi Musa harus diperhadapkan dengan kesibukan untuk menguraikan “proses pembuatan bahtera” tersebut mulai dari hari ke – 1 sampai dengan genap 120 tahun;(misal. : dimana dan bagaimana cara nebang pohon dan dibuat potongan2 yg siap pakai; bagaimana cara mengangkutnya; teknik pembuatannya dimulai dari mana dulu; selama kerja Nabi Nuh makan apa; berkebun/beternakkah; kalau berkebun, menanam jenis tanaman apa saja. Bagaimana cara menanam/panen, kalau beternak; ternak apa saja yg dipelihara; bgmana cara beternaknya; atau mungkin atas penentuan Allah roti jatooh dari langit dan masih banyak uraian2 lainnya) …… belum lagi ditambah dengan kesibukan2 untuk menguraikan seperti yang ditulis dalam blog ini
maka sudah pasti Nabi Musa “tidak” akan sempat menyelesaikan kisah Nabi Nuh dan kitab2 lainnya
2. Dan pada zaman itu pula, Nabi Musa diperhadapkan dgn masalah logistik alat tulis menulis; media tempat utk menulis diary Nabi Nuh untuk masa selama 120 tahun plus pertanyaan2 logika seperti yg diuraikan dalam blog ini “tidak mencukupi”
3. Sebagai Nabi, Nuh juga adalah manusia tidak terlepas dgn keadaannya sebagai manusia normal; misalnya Nabi Musa juga dibatasi oleh waktu utk menulis serinci2nya kisah cerita termasuk kisah cerita Nabi Nuh; pada waktu itu Nabi Musa dibatasi pula dengan tugas2 dan tanggungjawab memimpin, membimbing, mengajar bangsa Ibrani dan tugas2 keseharian lainnya yang tidak kalah pentingnya untuk melayani Allah dan bangsa Ibrani
maka “Allah Yang Maha Tahu” memberikan “logika hikmat” kepada Nabi Musa, pada saat akan menulis kitabnya itu “mungkin” Nabi Musa berfikir demikian : kisah Kakek Moyangku Nuh ini sebaiknya akan saya tuliskan inti sarinya/yang penting2 saja dengan alasan tersebut di atas. (Point A. 1,2,3 dan B. 1,2,3)
Contoh : Kejadian : 6:21 Dan engkau, bawalah bagimu segala apa yang dapat dimakan; kumpulkanlah itu padamu untuk menjadi makanan bagimu dan bagi mereka.”
….. Nabi Musa tdk usah repot2 menuliskan rincian berapa Ons/Kg/Ton makanan yg dibawa Kakeknya Nuh utk keluarganya dan semua hewan2 yang bersama-sama dalam sampannya Nabi Nuh 🙂
Kejadian 7:11 Pada waktu umur Nuh enam ratus tahun, pada bulan yang kedua, pada hari yang ketujuh belas bulan itu, pada hari itulah terbelah segala mata air samudera raya yang dahsyat dan terbukalah tingkap-tingkap di langit. 7:12 Dan turunlah hujan lebat meliputi bumi empat puluh hari empat puluh malam lamanya.
…. Disini juga Nabi Musa tdk usah repot menguraikan dari sisi ilmu bumi, bencana alam, meteorology dan geofisika atau apalah namanya
Contoh lainnya juga : Kejadian 7:15 dari segala yang hidup dan bernyawa datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu
. …. Disini juga Nabi Musa tdk usah repot2 menceritakan proses hewan2 yg dari benua Afrika, Australia, Asia, Amerika dll tempat itu prosesnya seperti apa mendatangi Nabi Nuh; bayangkan saja berapa lama waktu yg dibutuhkan Nabi Musa utk menguraikan satu per satu utk satu benua Afrika saja ….. ah ada baiknya kalau saya ditulis seperti ini : maka Allah membuat hewan2 dari benua Afrika, Australia, Asia, Amerika dll tempat itu terbang mendatangi Nabi Nuh. atas penentuan Allah sendiri pada waktu itu, utk hewan2 yg “tidak bisa terbang” utk sementara waktu dibuat “bisa terbang” ….. 🙂 🙂
Soal benar tidaknya kisah Nabi Nuh yg ditulis dalam salah satu kitab Nabi Musa itu terpulang kepada “iman dan kepercayaan” masing-masing orang; tidak ada paksaan utk “mengimani dan mempercayainya” … sabarlah nanti akan Allah perlihatkan sendiri kebenaran kisah itu dihari “kiamat”
terima kasih 🙂
@Paradise OK: klaim membutuhkan bukti untuk dapat dianggap nyata.
Klaim sederhana membutuhkan bukti sederhana, klaim luar biasa tentu membutuhkan bukti yang luar biasa pula.
Sejauh ini bukti yang ada tentang kisah Nuh adalah:
Jadi kisah Nuh dan banjirnya tidak didukung oleh bukti yang kuat.
Bagi saya, tidak ada bukti ya berarti dongeng.
Kalau ada yang menganggap nyata, ya tidak apa-apa…
1. Maaf saya kurang paham dengan sejarah bangsa Sumeria 🙂
2. Itulah fakta pahit yang harus kita terima, sains “dapat” membuktikan hal-hal yang mustahil, tapi jangan lupa dengan sains yang sama pula “tidak dapat” membuktikan hal-hal yang mustahil….. bukankah ini harus menjadi tanggungjawab sains pula ?….sains tidak akan pernah menyerah dan berhenti, tetapi ketika sains tidak mampu menjawab hal-hal yang mustahil, maka jawabannya adalah kebuntuan dan penolakan kenyataan akan dongeng umur panjang. jadi jangan heran kalau sains ketinggalan satu langkah dengan dongeng umur Nabi Nuh 🙂
3. ……. 🙂
4. ……. 🙂
5. Mudah-mudahan bisa mendekati penjelasan point 2,3, dan 4
air macam apa yang di atas atmosfer sebelum air bah? Banyak cendekiawan menganggapnya sebagai air dalarn bentuk uap yang dihalangi oleh atmosfer. Biasanya istllah yang digunakan adalah “tirai uap air” yang menunjukkan suatu selimut uap air menyelimuti seluruh bumi. Sulit dibayangkan bagaimana zat cair menggantung di atas atmosfer, tetapi uap air tentunya lebih ringan dari zat cair.
Tirai Uap Air :
Dr. Joseph Dillow telah menghitung berapa banyak uap air yang secara fisik memungkinkan untuk menggantung di atas atmosfer sebagai selimut bumi. Dia berpendapat bahwa uap air yang ada memiliki ketebalan sama, sekitar 12 meter (40 kaki) ketebalan zat cair.
Dia memperhitungkan bahwa jumlah air seperti ini cukup untuk membuat hujan turun selama 40 hari 40 malam terus-menerus; di mana jika air di atas menjadi awan, lalu mengalami kelembaban di atmosfer, jika dengan cepat turun ke bumi sebagai hujan, akan sama dengan kurang dari lima sentimeter (dua inci) ketebalan zat cair – hampir tidak cukup menahan 40 hari 40 malam hujan pada masa Banjir.
Itu sebabnya, tampak jelas bahwa referensi dalam Kejadian 7:11 mengenai “tingkap-tingkap langit terbuka” merupakan jatuhnya tirai uap air ini, yang menjadi tidak stabil dan jatuh sebagai hujan
saksi mata menerangkan kejadian ini sebagai “tingkap-tingkap langit terbuka”. Beberapa orang mengemukakan bahwa ketika sumber mata air terbelah, diduga sebagai letusan gunung berapi, debu yang dikeluarkan oleh letusan ini tersebar ke dalam kanopi uap air, menyebabkan uap air bereaksi dengan partikel debu dan membentuk tetes air yang kemudian jatuh sebagai hujan.
Ada bukti lain secara tak langsung yang cocok dengan keberadaan tirai uap air ini sebelum Banjir. Tirai semacam ini bisa berarti iklim yang sangat menyenangkan di sekeliling bumi . pada saat itu, karena bumi menjadi terpagari oleh tirai semacam ini — menjadi sama seperti sebuah rumah kaca — dimana panas dari energi matahari terjebak dalam sarung uap air.
Dengan demikian, para cendekiawan berbicara mengenai efek rumah kaca sebelum Banjir dengan temperatur iklim sub-tropis yang menyenangkan di sekitar bumi, bahkan di kutub utara yang saat ini terdapat es.
Ini berarti sayuran bertumbuh dengan subur di seluruh permukaan bumi.
Bukti bahwa hal ini terjadi di masa lampau adalah diketemukannya lapisan batu bara di Antartika mengandung sayuran yang sekarang tidak ditemukan lagi tumbuh di daerah kutub, tetapi yang jelas tumbuh pada kondisi alam yang lebih hangat.
Perbedaan temperatur yang menyolok seperti ini antara kutub utara dan katulistiwa bisa menimbulkan gerakan angin seperti yang terjadi pada dunia saat ini.
Kita kemudian akan melihat bahwa gunung-gunung tidak setinggi sebelum air bah. Dalam dunia saat ini, angin dan ketinggian gunung merupakan bagian paling penting dari siklus yang menimbulkan hujan di daratan. Bagaimanapun, sebelum Banjir kedua hal ini tidak diperlukan, karena adanya cara yang berbeda di mana bumi dipenuhi air.
Kalau kita membaca permulaan pasal Kejadian, kita juga menemukan bahwa setiap kepala keluarga hidup dengan usia panjang — rata-rata, lebih dari 900 tahun. Banyak orang tidak percaya akan hal ini, karena saat ini kita hidup rata-rata hanya sampai 70 tahun. Tetapi dengan adanya tirai uap air memberikan perlindungan terhadap penduduk yang tinggal di bawahnya terhadap datangnya radiasi kosmis merugikan yang datang, yang berarti tirai tersebut bertanggung jawab terhadap proses masa hidup. Yang lain berpendapat bahwa tekanan oksigen yang lebih besar di bawah tirai semacam ini bisa membuat masa hidup lebih lama bagi manusia dan hewan.
Gelembung udara terjebak dalam fosil pohon damar berwarna sawo matang telah menunjukkan adanya konsentrasi okzigen 50 persen lebih tinggi daripada yang ada saat ini. Dengan demikian, kenyataan bahwa para leluhur yang hidup pada masa pra-Banjir, hidup dengan usia panjang dan ini merupakan bukti nyata akan adanya tirai uap air.
Dengan jatuhnya tirai uap air pada masa air bah (“tingkap-tingkap langit” terbuka), tidaklah mengejutkan melihat masa hidup manusia secara drastis berkurang pada tahun-tahun sesudah kejadian itu. Keturunan Nuh berikutnya secara berturut-turut hidup kurang dari 900 tahun dan pada beberapa generasi saja, masa hidup rnanusia berkurang rata-rata hingga 70 tahun saja, seperti yang dialami sekarang.
Ada petunjuk lain yang mengejutkan akan adanya tirai uap air sebelum air bah, dan bukti akan hal ini juga rnerupakan bukti nyata akan keberadaannya. Mereka yang berminat mempelajari masalah ini bisa berkonsultasi lebih lanjut dengan buku Dr. Joseph Dillow
Sumber : www. SarapanPagi. Org
Itulah sebabnya Alkitab bukan buku sains sehingga tidak akan pernah menguraikan sains banjir bah; ternyata dengan sains itu pula bahwa banjir bah dongen Nabi Nuh bisa dibuktikan
Terima kasih 🙂
Paradise OK: sederhana kok, sains itu ditarik dari fakta. Jadi kalau tidak dapat dibuktikan sains ya itu bukan fakta.
Beberapa fakta sains yang relevan dengan kisah ini adalah:
Pada mahluk multiseluler seperti kita, sel yang mati akan digantikan oleh sel baru yang berasal dari pembelahan sel sebelumnya. Pembelahan sel ini melibatkan penyalinan DNA.
Pada tiap DNA ada komponen Telomerase yang berfungsi mengikat ujung-ujung kromosom agar tak terurai. Pada proses penyalinan DNA, semua kromosom disalin persis kecuali pengikatnya yaitu Telomerase. Pada tiap proses pembelahan telomerase bertambah pendek. Pada saatnya, pendeknya telomerase ini membuat kromosom tidak lagi dapat terikat dalam DNA, akibatnya pembelahan sel gagal.
Efeknya adalah sel yang mati tidak lagi tergantikan oleh sel baru, kita melihatnya sebagai proses penuaan. Ini proses alami yang tak bisa diubah. Sesehat apapun cara hidup anda, sebagus apapun pasokan gizi anda, sebugar apapun anda ; jika telomerase anda telah sampai batas terpendeknya anda akan menua dan mati. Dari proses pembatasan umur alami ini, para ahli memperkirakan manusia dengan kondisi terbaiknya (gizi, kebugaran, emosi) hanya akan mampu hidup sampai maksimal sekitar 150 tahun – tidak lebih. http://www4.utsouthwestern.edu/cellbio/shay-wright/intro/facts/sw_facts.html
–> Jadi secara biologis, manusia tidak akan mampu mencapai usia 900 tahun
Sebelum ditemukan antibiotika, ancaman penyakit yang sederhana seperti luka infeksi, diare bisa menyebabkan kematian. Pada era dimana binatang buas m asih bebas berkeliarana, kematian akibat terkaman binatang sangat tinggi. Pada era dimana pertikaian dengan mudah diselesaikan dengan senjata, kematian akibat perkelahian sangat tinggi. Pada saat belum banyak peralatan bantu modern, dan masih mengandalkan kegiatan fisik, hanya orang yang fit dan kuat yang bisa bertahan.
Dari berbagai faktor tersebut, harapan hidup manusia modern jauh lebih tinggi daripada masyarakat dahulu.
Dari data WHO untuk harapan hidup manusia tahun 2011, jelas terlihat bahwa rakyat negara makmur (Jepang) memiliki harapan hidup sekitar 83 tahun, sedangkan negara susah (Sierra Leone) hanya 47 tahun. http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_countries_by_life_expectancy
Pada link yang saya sertakan sebelumnya http://www.beyondveg.com/nicholson-w/angel-1984/angel-1984-1a.shtml kita bisa melihat para ahli dengan teknik forensik mengukur usia kematian dari kerangka yang ditemukan sejak jaman prasejarah hingga era modern.
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa harapan hidup manusia pada 30 ribu tahun sebelum masehi adalah 35 tahun dan meningkat pesat menjadi 71 tahun pada tahun 1980 (di Amerika).
–> Jadi dari fakta arkeologi, harapan hidup manusia masa lalu jauh lebih singkat daripada manusia modern
Bagaimana peta dunia bila semua es mencair, bisa dilihat di http://ngm.nationalgeographic.com/2013/09/rising-seas/if-ice-melted-map
Dari peta itu bisa dilihat bahwa tidak mungkin akan ada banjir raksasa ala Nabi Nuh yang membuat dunia tenggelam dan semua binatang butuh diselamatkan. Airnya tidak akan cukup.
–> Jadi dari fakta sains, banjir yang bisa menenggelamkan seluruh dunia itu tidak mungkin, air di dunia tidak cukup
Kalau ada saintis yang mengatakan bahwa banjir Nuh mungkin, lebih banyak yang mengatakan bahwa banjir itu mustahil.
Jika ada yang berpegang kitab suci dan ilmuwan yang mendukungnya, ya silakan… saya berpegang pada fakta sains dan ilmuwan yang menolaknya.
Manfaat “tirai uap air dan Okzigen” terhadap panjang pendeknya umur Cell, Kromosom dan DNA pada zaman dongeng Nabi Nuh
==============
dengan adanya tirai uap air memberikan perlindungan terhadap penduduk yang tinggal di bawahnya terhadap datangnya radiasi kosmis merugikan yang datang,
yang berarti tirai tersebut bertanggung jawab terhadap proses masa hidup. Yang lain berpendapat bahwa tekanan oksigen yang lebih besar di bawah tirai semacam ini bisa membuat masa hidup lebih lama bagi manusia dan hewan;
Gelembung udara terjebak dalam fosil pohon damar berwarna sawo matang telah menunjukkan adanya konsentrasi okzigen 50 persen lebih tinggi daripada yang ada saat ini. Dengan demikian, kenyataan bahwa para leluhur yang hidup pada masa pra-Banjir, hidup dengan usia panjang dan ini merupakan bukti nyata akan adanya tirai uap air.
jadi tirai tersebut dan tingginya konsentrasi okzigen termasuk bertanggungjawab pada panjang pendeknya umur cell, kromosom dan DNA; jadi dengan jatuhnya tirai uap air pada masa air bah (“tingkap-tingkap langit” terbuka) umur cell, kromosom dan DNA menjadi “pendek”
tidaklah mengejutkan melihat masa hidup manusia secara drastis berkurang pada tahun-tahun sesudah kejadian itu. Keturunan Nuh berikutnya secara berturut-turut hidup kurang dari 900 tahun dan pada beberapa generasi saja, masa hidup rnanusia berkurang rata-rata hingga 70 tahun saja, seperti yang dialami sekarang
================
Penentuan umur Bumi dan Fosil dengan metode radioaktif
================
Para kreasionis berpihak pada ilmu pengetahuan yang dapat diuji dan dapat diulangi.
Ehem, lagi-lagi para kreasionis yang berdiri di pihak ilmu pengetahuan. Para evolusionis, “kalau perlu diam-diam” mengabaikan ilmu pengetahuan!
Bebatuan tidak ada stempel tanggal pembuatannya. Tidak ada seorangpun saksi mata yang menyaksikan usia bebatuan itu jutaan tahun.
Penentuan umur metode radioaktif adalah sepertiga fakta dan duapertiga asumsi, dan tidak berulang (memberi hasil yang berbeda-beda pada pengulangan).
Aliran lava yang umurnya relatif baru, bila dilakukan pengukuran umur metode radioaktif memberikan hasil jutaan tahun. Hal ini tidak meyakinkan kita dalam menebak perkiraan bahwa umur bumi sangat tua termasuk fosil tulang manusia hasil pengukuran para Arkiologip.
Terdapat sisa-sisa karbon pada fosil tulang naga (dinosaurus) termasuk tulang manusia purba . Menurut teori evolusi, tulang-tulang ini pasti berusia 65 juta tahun; hasil umur bervariasi tergantung jenis sampel dan hasil pengukuran
Para kreasionis mengambil sebagian karbon itu dan secara berkala mengirimkan sampel itu ke laboratorium metode (C14); Hasilnya menunjukkan bahwa karbon yang menempel di tulang dinosaurus itu berusia maksimum ribuan tahun. Ilmu pengetahuan menang.
Setelah para kreasionis mempublikasikan dari mana asal sampel itu, para evolusionis menjadi sangat marah. Sampel yang lain adalah kubah lava gunung St. Helens. Usia sebenarnya adalah 30 tahun, tapi pengukuran dengan radioaktif K-Ar menunjukkan umurnya 1 juta tahun! Ada sesuatu yang sangat keliru.
Pompeii dan Hawaii juga memiliki aliran lava yang membuktikan bahwa pengukuran metode K-Ar tidak dapat diandalkan. Tapi para petinggi evolusionis masih bertahan dengan data usia yang amat tua ini karena tidak adanya bukti lain yang mendukung bahwa usia bumi lebih dari 10.000 tahun.
Semua sungai besar dan air terjun menunjukkan usia bumi hanyalah ribuan tahun. Inilah ilmu pengetahuan, yang dapat diuji dan dapat diulangi. Pengujian ini dapat dilakukan pengulangan dan hasilnya akan tetap sama.
=======================
Klaim membutuhkan bukti untuk dapat dianggap “nyata”
======================
Jadi ilmu pengetahuan para Arkeologip yang mengukur semua tulang kerangka nenek moyang manusia purba dengan metode radioaktif 1/3 “Fakta” dan 2/3 asumsi; dan memberikan “hasil” yang berbeda-beda pada setiap pengulangan uji coba pengukuran
Maka usia wajar manusia pada zaman dongeng Nabi Nuh menurut Arkeologip “bisa jadi”
1/3 Fakta
2/3 asumsi
Dilakukan tes pengukuran berulang-ulang fosil tulang nenek moyang; usia wajar pada zaman dongeng Nabi Nuh hasilnya “bisa jadi” :
Kemarin 33 tahun, hari ini 50 tahun, esok 100 tahun, lusa 950 tahun, esok dan esok 1 juta tahun
Kang Semar lagi baca buku kitab sucinya tentang dongeng Nabi Nuh, disana hanya tertulis usia Nabi Nuh 950 tahun; si Arkeologip bertanya pada kang Semar, berapakah usia Nabi Nuh ? dengan enteng dan percaya diri kang Semar menjawab 950 tahun; kang Semar balik tanya kepada ahli Arkeologi, menurut anda Pak ?
Jawab Si Arkeologip :
1/3 Fakta
2/3 asumsi
Dilakukan tes pengukuran berulang-ulang fosil tulang nenek moyang yang sama dengan metode radioaktif , usia wajar pada zaman dongeng Nabi Nuh hasilnya :
Pertama 33 tahun, kedua 50 tahun, ketiga 100 tahun, keempat 950 tahun, hari ini 1 juta tahun
Kang Semar dan Arkeologip sama-sama bingung 🙂 🙂 🙂
Silahkan anda2 pilih pendapat Arkeologip atau dongeng Nabi Nuh versi kitab suci Kakang Semar ?
🙂 🙂
@Paradise OK: menarik sekali pandangan ilmiah yang anda sampaikan.
Saya cuplik beberapa pernyataan anda:
Sebetulnya tulisan saya membahas tentang Nabi Nuh dan banjirnya, yang saya anggap hanya dongeng. Anda menganggap kisah Nuh nyata dan ditambah dengan membawa label kreasionis, saya menangkap bahwa semua yang ada di kitab suci anda anggap nyata.
Bagi pembaca lain yang belum paham, secara umum teori evolusi mengatakan bahwa semua mahluk hidup merupakan hasil proses evolusi selama berjuta-juta tahun di bumi ini. Sedangkan teori kreasionis menyatakan manusia diciptakan secara instan oleh Allah sebagaimana kisah penciptaan Adam dalam kitab suci (Perjanjian Lama/Qur’an). Semesta juga diciptakan sesuai dengan yang dikisahkan dalam kitab suci, dan ini berarti usia bumi atau semesta bukanlah milyaran tahun melainkan kurang dari 10000 tahun.
Mohon maaf jika agak melenceng sedikit. Saya coba membahas keilmiahan teori kreasionis yang secara umum merupakan lawan dari teori evolusionis. Karena saya bukan orang yang mempunyai otoritas keilmuan, maka saya akan mencoba menyampaikan secara umum apa yang dianggap ilmiah oleh komunitas ilmiah.
Pertama saya tertarik untuk membahas apa yang memenuhi kualifikasi sebagai karya ilmiah
Untuk karya ilmiah kresionis dan evolusionis hal yang bisa dilihat adalah:
Dari hal yang saya paparkan, teori evolusi secara nyata diakui oleh komunitas ilmiah dunia, oleh orang-orang yang mendedikasikan dirinya di bidang sains, oleh orang-orang yang berhak menyebut dirinya sebagai ilmuwan.
Untuk masalah ilmiah, tentu saja saya akan merujuk ke ahlinya, ke komunitas ilmuwan, bukan ke ahli agama.
Tentu saya memilih evolusi dibanding kreasionisme.
Kalau anda pilih kreasionis, ya tidak apa-apa 🙂
Teori Sains lain menurut orang pinter tentang peristiwa banjir bah dongeng Nabi Nuh
==============
Secara geologis, kita menemukan lapisan-lapisan sedimen yang menyelimuti tiap daratan. Kebanyakan sedimen terbentuk oleh air. Lapisan-lapisan yang tebal dan seragam meliputi area ratusan mil persegi, menunjukkan adanya suatu kejadian di masa lampau yakni proses pengendapan yang luas sekali, yang tidak pernah kita jumpai masa sekarang. Lapisan-lapisan yang tebal itu, berselang-seling dengan cadangan batu bara dan minyak bumi (berasal dari makhluk hidup di masa lampau) yang ada di seluruh benua, menunjukkan air bah yang bersifat global
Apakah ilmu pengetahuan yang secara keliru mengikuti trend dan konsensus sementara ? Ataukah Firman Allah?
Bukankah kita tahu bahwa ada kalanya mayoritas ilmuwan itu juga keliru ? Lebih dari 1000 tahun, sejak Ptolemius sampai Galileo, ilmuwan keliru menganggap seluruh alam semesta berputar mengelilingi bumi. Hukuman agama terhadap Galileo berlandaskan dukungan terhadap apa yang mereka anggap sebagai ‘ilmu pengetahuan’ pada masa itu.
Pemimpin agama mendukung rekan sejawatnya terhadap Galileo yang berpendapat bahwa teori Ptolemius –ilmuwan dan ahli matematika Yunani- yang berusia 1000 tahun itu, adalah salah.
“Percayalah pendapat mayoritas ilmuwan”, mereka pasti benar ? Tidak. Ada kalanya mayoritas keliru. Mereka keliru saat berpendapat bahwa seluruh alam semesta berputar mengelilingi bumi.
Ada bukti yang nyata bahwa saat inipun mereka keliru menyatakan bahwa kita ada karena kecelakaan kosmis yang meledak dari kehampaan tanpa alasan apapun.
Bisa jadi teori penyangkalan kebenaran tulisan buku kitab suci kakang Semar tentang dongeng Nabi Nuh itu “keliru”
@Paradise OK: untuk opini tentang ilmiah tentunya saya lebih berpegang kepada ilmuwan.
Ilmuwan bisa salah? tentu.
Akan tetapi ilmuwan salah saat ngomong sains tentu kemungkinannya lebih kecil dari agamawan salah ngomong sains.
🙂