Beragamnya Al-Qur’an Dalam Sejarah

Apakah Qur’an yang ditangan kita sekarang sama persis dengan Qur’an pada masa Nabi Muhammad?

Kebanyakan umat Islam akan menjawab: “Ya! sama persis”!.

Sayangnya jawaban tersebut salah.

Qur’an yang sampai ditangan kita sekarang adalah hasil beberapa ikhtiar standarisasi yang telah dilakukan umat Islam dalam sejarah. Berikut ini apa yang bisa kita dapatkan dari sejarah Qur’an.

Mengaji Al-Qur'an
Mengaji Al-Qur’an

Era Nabi: Beragam Mushaf Yang Terserak

Pada saat Nabi hidup, bentuk Qur’an yang utuh seperti yang kita kenal sekarang belum ada. Segera setiap kali wahyu turun, Nabi menyampaikannya pada para sahabat. Para sahabat menghafalkannya, dan beberapa mencatatnya.

Nabi sendiri menunjuk beberapa sahabat untuk mencatat wahyu-wahyu itu. Mu’awiyah bin Abi Sufyan, Ubay bin Ka’ab,Zayd bin Tsabit, dan Abdullah bin Mas’ud adalah nama-nama yang biasa disebut sebagai pencatat wahyu. Tetapi disamping empat orang itu, banyak juga para sahabat yang mencatat wahyu-wahyu itu untuk keperluan pribadi mereka sendiri.

Koleksi catatan wahyu ini (mushaf), bervariasi antara para sahabat. Hal ini karena mereka mencatat apa yang mereka dengar dari Nabi, dan tidak semuanya para sahabat itu hadir ketika suatu wahyu diturunkan.

Apa yang disebut mushaf pada saat Nabi masih hidup, bukanlah Qur’an dalam versinya yang utuh. Mushaf saat itu merupakan fragmen-fragmen dari Qur’an.

Era Abu Bakar dan Umar: Pengumpulan Mushaf

Setelah Nabi wafat, usaha pengumpulan mushaf Qur’an dimulai oleh khalifah Abu Bakar atas usulan dari Umar bin Khattab.

Pada mulanya usul Umar ini ditolak oleh Abu Bakar karena alasan hal tersebut tidak pernah dilakukan Nabi. Itu Bid’ah. Tapi setelah diyakinkan Umar atas manfaatnya bagi umat Islam, Abu Bakar setuju.

Pengumpulan mushaf pada saat Abu Bakar dan dilanjutkan oleh Umar saat menjadi khalifah, belum merupakan usaha kodifikasi yang serius. Mereka hanya mengumpulkan fragmen-fragmen Qur’an yang berserakan dari para sahabat, tetapi belum menyusunnya ulang dalam satu bentuk mushaf Qur’an yang utuh.

Era Usman: Penyusunan Mushaf Yang Utuh

Kodifikasi Qur’an secara serius baru dilakukan saat khalifah ketiga, Usman bin Affan. Tim penyusun yang dibentuk Usman mengumpulkan semua fragmen-fragmen Qur’an yang ada serta memanggil semua penghafal Qur’an yang ada untuk menyusun suatu mushaf yang utuh.

Ayat-ayat dalam mushaf disusun tidak berdasarkan urutan kronologi ayat-ayat tersebut diturunkan, akan tetapi berdasarkan petunjuk penempatan dari Nabi yang diingat oleh para sahabat.

Mushaf Usmani di Musium Tashkent
Mushaf Usmani di Musium Tashkent

Dari proses ini, dihasilkan mushaf Qur’an dalam bentuk yang utuh. Mushaf ini dikenal sebagai “Mushaf Usmani”. Mushaf ini terdiri dari 114 surah yang dimulai dari Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Nas. Ini yang menjadi cikal bakal semua Qur’an yang beredar didunia.

Mushaf Qur’an Versi Lain

Apakah ada mushaf versi lainnya? Ada.

Sebelum pengumpulan mushaf ini dilakukan oleh negara, secara pribadi beberapa sahabat ada yang sudah melakukan pengumpulan ayat-ayat yang terserak dalam satu mushaf utuh.

Beberapa mushaf yang sempat terekam dalam sejarah adalah mushaf milik Ubay bin Ka’ab, Ibn Mas’ud, Ibn Abbas, Ali bin Abi Thalib, dan Hafsah istri Nabi.

Mushaf-mushaf itu memiliki jumlah dan susunan ayat yang berbeda. Sebagai misal Mushaf Ubay memiliki 115 surah, Mushaf Ibn Mas’ud memiliki 108 surah, Mushaf Ibn Abbas 116 surah.

Perbedaan ini terekam dari komplain Aisyah istri Nabi yang dikutip Jalaluddin Al-Suyuthi dalam kitab al-Itqan sebagai berikut: “pada masa Nabi, surah al-Ahzab berjumlah 200 ayat. Setelah Uthman melakukan kodifikasi, jumlahnya menjadi seperti sekarang [yakni 73 ayat].”

Pada Mushaf Ibn Abbas juga ada dua surah yang yang tidak disertakan dalam Mushaf Usmani yaitu al-Khal dan al-Hafd.

Nasib Mushaf Qur’an Versi Lain

Setelah khalifah Usman meresmikan Mushaf Usmani, dia memerintahkan membakar semua mushaf lain yang ada. Sebagian besar mushaf-mushaf itu berhasil dimusnahkan, akan tetapi ada beberapa mushaf yang selamat. Salah satunya adalah Mushaf Hafsah,  Mushaf ini baru dimusnahkan pada era Khalifah Marwan ibn Hakam (65 H)

Secara fisik mushaf-mushaf yang lain tersebut berhasil dimusnahkan, akan tetapi beberapa mushaf itu masih hidup dalam bentuk hafalan para sahabat. Karena sebenarnya pada masa itu Qur’an lebih banyak dihafal daripada dibaca.

Para penulis Islam pada masa belakangan, menyayangkan bila hafalan para sahabat itu musnah. Mereka berusaha mengumpulkan lagi hafalan para sahabat tersebut dalam tulisan mereka.

Sejarah penulisan Alqur’an mencatat nama-nama Ibn Amir (118 H), al-Kisai (189 H), al-Baghdadi (207 H); Ibn Hisyam (229H), Abi Hatim (248 H), al-Asfahani (253 H) dan Ibn Abi Daud (316 H) sebagai pengarang-pengarang yang menghidupkan mushaf-mushaf klasik dalam karya masahif mereka (umumnya diberi judul kitab al-masahif atau ikhtilaf almasahif).

Sebagai misal: Ibn Abi Daud berhasil mengumpulkan 10 mushaf sahabat Nabi dan 11 mushaf para pengikut (tabi’in) sahabat Nabi. Mushaf-mushaf yang lain ini saat ini hanya terdapat dalam beberapa perpustakaan Islam yang tua.

Variasi Mushaf Usmani

Mushaf Usmani dituliskan pada saat aksara arab masih dalam bentuk awal. Huruf arab belum mengenal tanda baca dan tanda titik.

Tulisan awal Qur'an yang tanpa tanda baca
Tulisan awal Qur’an di Mushaf Usmani yang tanpa tanda baca

Tanda baca dalam huruf arab baru ditemukan pada pertengahan abad 7. Sistem tanda baca huruf arab diperkenalkan oleh Abu al-Aswad al-Dua’ali, seorang sarjana pada masa Dinasti Umayyah.

Absennya tanda baca ini menyulitkan umat Islam yang bukan penutur bahasa arab asli. Hal ini juga dikarenakan Qur’an juga mulai disebarkan lewat tulisan bukan hanya hafalan.

Akibatnya banyak sekali variasi cara pembacaan Qur’an, walaupun mereka menggunakan mushaf yang sama. Para penyalin Qur’an menambahkan berbagai tanda baca untuk memudahkan mereka untuk membaca Qur’an. Akibatnya muncul berbagai versi bacaan Qur’an.

Pada era Dinasti Abbasiyah, khalifah pada tahun 324H memerintahkan Ibn Mujahid untuk menyeragamkan bacaan Qur’an yang ada. Dari puluhan versi bacaan Qur’an, dipilih tujuh versi bacaan yang direstui.

Ke tujuh versi bacaan Qur’an inilah yang kemudian digandakan dan disebarkan ke seluruh pelosok negara Islam.

Penyeragaman Qur’an Oleh Mesin Cetak

Pada abad ke 20 dari tujuh versi penulisan Qur’an, hanya tinggal tiga yang masih beredar yaitu versi Nafi, versi Abu Amr dan versi Asim.

Pada tahun 1924, Qur’an versi Asim pertama kali dicetak di Mesir, versi ini kemudian populer dengan sebutan “Edisi Mesir”. Kerajaan Arab Saudi kemudian menjadikan “Edisi Mesir” sebagai standar kerajaan dan mencetak secara besar-besaran.

Dalam rangka dakwah Islam, Kerajaan Arab Saudi kemudian mencetak dalam jutaan salinan dan menyebarkan keseluruh umat Islam di seluruh dunia.

Percetakan Turki awal abad 20
Percetakan Turki di awal abad 20

Tindakan Kerajaan Arab Saudi, yang menyebarkan secara murah bahkan gratis salinan versi Asim menyebabkan tersisihnya dua varian Qur’an lain yang masih tersisa yaitu versi Nafi dan versi Abu Amr. Dua versi Qur’an ini masih bisa ditemui walau langka di wilayah Maroko dan sekitarnya.

Alhasil, versi Qur’an yang ada ditangan kita dan tersebar ke seluruh dunia adalah hasil standarisasi akhir dari Kerajaan Arab Saudi.


Bacaan:
* Taufik Adnan Amal, Rekonstruksi Sejarah Al-Qur”an, Yayasan Abad Demokrasi, 2011

Judhianto

Pencari jawab amatir, bertanya apa saja...

Mungkin Anda juga menyukai

296 Respon

  1. apakah anda tau di Indonesia saja banyak Hafidz Qur’an, kalo anda baca qur’an dan ada yg salah si Hafidz udah apal diluar kepala !!

    KESIMPULANNYA ADALAH : SEJAK DULU PELUANG AL_QUR”AN BERUBAH SANGATLAH KECIL, DIKARENAKAN SEJAK MASA RASUL PARA HAFIDZ QUR”AN SUDAH BANYAK !!!!

    Terudun ente harus INSTROPEKSI DIRI, bible memiliki lebih dari 2000 terjemahan, MENURUT KAMU PELUANG YG LEBIH DARI 2000 terjemahan itu ternyata meleset dari kitab pada bahasa ASLINYA seberapa besar ??

    bersyukurlah Al-qur’an hanya 1 bahasa yakni BAHASA ARAB !!

    • Judhianto berkata:

      @عرفان مفيد: para hafidz Qur’an tentunya menghapalkan Qur’an dari kitab tertulis, dan kalau kitab tertulisnya cuma ada satu, ya tentu hapalannya akan sama.

      Masalahnya Qur’an tertulis yang beredar di dunia adalah hasil standarisasi Arab Saudi pada tahun 1924 yang memilih 1 diantara 7 versi Qur’an untuk dicetak besar-besaran dan disebar ke seluruh dunia.

      Adakah versi lain? ada.

      Standarisasi sebelumnya dilakukan Imam Mujahid (324 H) yang menetapkan 7 bacaan (qiraat) Qur’an. Bacaan ini disusun berdasarkan variasi dialek bahasa Arab untuk pembacaan Mushaf Usmani. Masing-masing bacaan Qur’an ini memiliki variasi huruf dan bunyi yang berbeda-beda, sehingga jika dituliskan akan menghasilkan kitab yang berbeda-beda detil penulisannya.

      Terkait hal ini, Majelis Ulama Indonesia pernah mengeluarkan fatwa pada tahun 1983 yang berisi: Qiraat tujuh adalah sebagian dari ulumul Qur’an yang wajib dikembangkan dan dipertahankan eksistensinya. Problemnya, saat ini kita mengalami kesulitan untuk mendapatkan 6 versi Qur’an lainnya.

      Standarisasi yang lebih tua adalah ketika Khalifah Usman menetapkan Mushaf Usmani sebagai Qur’an yang sah dan membakar mushaf versi Ubay bin Ka’ab, Ibn Mas’ud, Ibn Abbas, Ali bin Abi Thalib dan puluhan versi mushaf lainnya.

      Jadi kalau saat ini para hafidz menghafalkan Qur’an dengan seragam,
      seribu tahun yang lalu akan ada 7 macam hafalan para hafidz,
      dan sebelum Usman melakukan standarisasi Qur’an mungkin ada puluhan macam hafalan para hafidz.

      Jadi selain bisa menuliskan nama anda dengan tulisan Arab, sepertinya yang lebih penting bagi anda adalah mau belajar membaca sejarah agar tak gampang kebakaran jenggot saat mendapatkan fakta yang mengejutkan (saya menebak anda sepertinya memelihara jenggot) 🙂

  2. Terang Dunia berkata:

    Adakah BUKTI SEJARAH yang dapat dibuktikan oleh Generasi Islam sekarang ini tentang …Al Quran 7 macam Qiraat / Dialek yang dimaksud dalam Sejarah Al Quran…?!?!

    JANGAN JANGAN ..HANYA Pembenaran untuk mengalihkan Nilai Tauhid / Teologi yang sangat ” PRINSIPIL ” atas Konsep Ketuhanan Islam ditengah tengah INJIL yang sudah menyebar di Jazirah Arab ketika itu.
    Bukankah …Muhammad SAW juga BELAJAR dari Pendeta Nasarah bernama Waraqah bin Nawfal bin Assad bin Abd al-Uzza bin Qusayy Al-Qurashi ketika itu. Yang menjelaskan bahwa Nasrani sudah merambah demikian luas pada Bani Quraishy secara khusus dan Jazirah Arab secara umum….?!?!?

    Karena …PEMBAKARAN / PEMUSNAHAN Al Quran yang hanya berbeda Qiraat / Dialek selama tidak bertentangan dengan TAUHID DASAR Iman Islam, tentulah TIDAK BERTENTANGAN dan mestinya TERJAGA oleh Alloh SWT.

    Lihat saja FAKTA sekarang, Al Quran Ustmani bin Affan yang DITERJEMAHKAN dalam berbagai BAHASA DUNIA yang sangat EKSTRIM dari ASALNYA tentu dijaga Nilai Nilai Tauhidnya yang SEPADAN dengan Bahasa Terjemahan tetap diterima disamping Al Quran yang berbahasa Arab .
    Terima kasih, sebelum dan sesudahnya.

    • Judhianto berkata:

      @Terang Dunia: Standarisasi 7 qiroat itu peristiwa yang tidak berkaitan dengan pembakaran mushaf non-standar.

      Secara umum mushaf-mushaf yang dibakar tidak ada kaitannya dengan tauhid Islam. Proses ini hanya berselang beberapa tahun setelah Nabi wafat, dan secara teologi, Nabi Muhammad sangat berhasil memberikan keseragaman tauhid Islam.

      Perbedaan antara mushaf-2 itu hanya terjadi pada hal-hal yang tidak prinsipal seperti pengulangan ayat-2, perbedaan pilihan kata, surat/ayat yang dianggap ada oleh yg satu dan tidak oleh yang lainnya, serta rincian kecil lainnya.

      Standarisasi 7 qiroat itu hanyalah standarisasi cara baca atas mushaf Usmani, dan itu terjadi setelah sekitar 300 tahun setelah nabi wafat.

      Semua informasi ini tercatat dalam sejarah Islam. Salinan Mushaf Usmani dan kitab yang memuat mushaf yg lainnya juga masih ada; 7 qiroat standar juga bisa kita dapatkan misalnya di perpustakaan al-Azhar Kairo Mesir.

      Ini sangat beda dengan standarisasi Injil pada Konsili Nicea tahun 325, dimana standarisasi kristen mencakup hal yang sangat pokok yaitu: Yesus itu tuhan atau manusia. Standarisasi ini juga meliputi pemberian status Injil yang diakui dan pemusnahan injil yang tidak diakui.

      • Terang Dunia berkata:

        ha..ha…ha….!!!
        OOT = Out Of Topic / diluar TOPIK bro….!!! Konsili Nicea Tahun 325….!!!

        Topik : BERAGAMNYA AlQURAN DALAM SEJARAH….!!!
        Sepertinya anda sudah PANIK dan FRUSTASI sendiri ya bro….?!?!? he..he..he…

        Kalau perbedaan Mushaf Mushaf itu ‘ tidak prinsipil ‘, tentunya adalah HARTA BUKTI yang patut untuk DIJAGA sebagai BUKTI ALASAN KODIFIKASI pada Zaman Khalifah Ustmani Bin Affan untuk MEMBENARKAN MUSHAF Ustmani,

        Kena apa : DIBAKAR dan DIMUSNAHKAN…..?!?!?

        Janganlah…PURA PURA tidak tahu :
        1. PERSELISIHAN Umat Islam sebelum Kodifikasi Ustmani…!!!
        2. Protes Siti Aisyah….!!!
        3. Perbedaan Jumlah Surah pada Mushaf Mushaf lain…..!!!

        Kena apa Khalifah Ustamni bin Affan TIDAK MENGIKUTI saja MUSHAF Muhammad SAW dan Abu Bakar r.a. yang beliau TAHU sudah ada sebelumnya…?!?!?

        • Judhianto berkata:

          @Terang Dunia: yang saya ungkap fakta sejarah kok.

          Mushaf Muhammad tidak pernah ada. Sedangkan Abu Bakar hanya mengumpulkan catatan fisik wahyu yang dicatat berbagai sahabat. Abu Bakar tidak memiliki mushaf (kompilasi dalam satu buku).

          Mushaf yang ada saat itu adalah hasil inisiatif personal para sahabat. Ada mushaf Ibn Mashud, mushaf Hafsah, mushaf Ali dan sebagainya.

          Perbedaan antar mushaf itulah yang menimbulkan perselisihan antara sahabat.

          Usmanlah yang membentuk tim untuk melakukan verifikasi diantara catatan fisik yang ada, hafalan para sahabat, untuk meng-kompile dalam satu buku utuh (Mushaf). Proses ini selesai 18 tahun setelah Nabi Muhammad wafat.

          Secara prosedur, Mushaf Usmanlah yang telah melewati verifikasi banyak sahabat, sedangkan Mushaf yang lain tidak melalui tahap verifikasi ini.

          Jadi secara prosedur, penyusunan Mushaf Usman adalah yang terbaik diantara Mushaf lain yang ada saat itu.

          Kalau pembakaran Mushaf yang lain, saya rasa itu keputusan yang memang dianggap perlu dilakukan oleh Usman, mengingat potensi perpecahan yang bisa membesar atas masalah ini.

          Proses standardisasi bible yang saya kutip hanyalah pembanding yang relevan.

          • Terang Dunia berkata:

            Bro @ Judhianto…!!!
            Saluuut dan Jemmpoolll….untuk masih tetap JUJUR…pada situasi dan kondisi Umat Islam pada zaman Khalifah Ustmani bin Affan…!

            Jadi….Ustmani bin Affan…adalah Penyelamat Islam yang sesungguhnya yang dapat bertahan sampai sekarang.

          • Judhianto berkata:

            @Terang Dunia: terima kasih…

  3. Tam berkata:

    Kata kata ada beberapa mushaf yang SELAMAT itu tidak / kurang tepat. Karena memang yg menjadi KODIFIKASI Sayyidina Ustman waktu itu adalah mushaf yang di punyai Sayyidah Hafsoh, putri dari Sayyidina Umar. Dan mushaf yang di pegang Sayyida Umar itu yang asalnya dari mushaf mushaf yang telah di kumpulkan oleh Sayyidina Abu Bakar. Sayyida Ustman hanya meminjamnya.

    Kenyataannya bahwa ketika zaman Sayyidana Ustman, yang di punyai Sayyidah Hafsoh tidak di bakar. Karena memang Sayyidaina Umar tidak memerintahkannya untuk di bakar, untuk tujuan kodifikasi.

    Sedangkan pada surat Al-Ahzab yg katanya dulu 200 ayat, kemudian waktu Sayyidina Ustman 73 ayat, itu hanya dalam bentuk ayat, sedangkan kata kata Al-Qur’an tidak berubah. Kesimpulannya adalah pada PELETAKAN ayat, bukan pada perubahan arti ayat itu sendiri, apalagi ada ayat yang di buang / terbuang . Seperti khilafnya para ulama’ pada peletakan ayat pada surat Al-Fatihah.

    Sayyida Ustman tidak mau sejarah Injil terulang pada Al-Qur’an.Mungkin anda mengerti maksud saya.

    • Judhianto berkata:

      @Tam: bisa anda tunjukkan sumber sejarah yang mengatakan bahwa mushaf Usman berasal dari mushaf Hafsoh?

      Perbedaan antara mushaf tersebut bukan hanya dalam jumlah ayat, melainkan juga jumlah surah.

      Mushaf Ubay 115 surah, mushaf Ibn Mash’ud 108 surah, mushaf Ibn Abbas 116 surah. Ada surah al-Khal dan al-Hafd di mushaf Ibn Abbas yang tidak disertakan dalam mushaf Usman.

      Untuk referensi, ada e-book yang bagus dan tersedia gratis disini: http://abad-demokrasi.com/node/60 ; silakan anda pelajari.

  4. Terang Dunia berkata:

    JUDUL : Beragamnya Al Quran dalam SEJARAH…!!!

    TENTU….TIDAK LAYAK untuk memposting :
    “…..Ini sangat beda dengan standarisasi Injil pada Konsili Nicea tahun 325, dimana standarisasi kristen mencakup hal yang sangat pokok yaitu: Yesus itu tuhan atau manusia. Standarisasi ini juga meliputi pemberian status Injil yang diakui dan pemusnahan injil yang tidak diakui. ”

    Kalau DEBAT…itu namanya OOT = Out Of Topic / diluar TOPIK yang dilakukan karena …PANIK + FRUSTASI BERAT semata….!!!

    Bluffing untuk menetupi…” SESUATU ” adalah Bahasa TUBUH…..!!!
    Seperti ANAS….Gantung di MONAS dan AKIL MOCHTAR ….Potong Tangan….!!!

    • Judhianto berkata:

      @Terang Dunia: bukankah artikel ini membicarakan tentang standarisasi Qur’an?
      apakah out of topic jika saya memberi sedikit referensi proses standarisasinya kitab suci lain yang hampir sama, yaitu Injil.
      Dalam dua proses ini terjadi hal yang sama yaitu membakukan kitab suci dan memusnahkan kitab yang diluar standar hasil kesepakatan tersebut.

      Sepertinya yang out of topic itu manakala pembicaraan tentang standarisasi kitab suci jadi membahas
      * dugaan anda bahwa saya panik+frustrasi berat,
      * atau tentang “gantung Anas di Monas”,
      * atau tentang “potong tangan Akil Muchtar”

      Mungkin mengurangi banyaknya huruf kapital dan tanda seru bisa lebih menenangkan anda.

      Terima kasih

      • Terang Dunia berkata:

        Terima kasih Bung @ Judhianto !
        Referensi anda tentang proses standarisasi INJIL jelas ‘ menjebak ‘ anda sendiri pada bakar bakaran Mushaf pada Zaman Khalifah Ustmani bin Affan.

        Kodifikasi Al Quran jelas tidak dapat dibandingkan dengan standarisasi / kanonisasi INJIL ! anda malah membuka AIB kodifikasi Al Quran yang kehilangan ‘ referensi otentiknya ‘ !!!

        Injil Injil Apokrif, Mistikis dan lain lain….tentu anda TAHU sendiri sekarang ‘ masih ada dan utuh ‘, salah satunya Injil Barnabas yang menjadi favorit Umat Islam dewasa ini yang dijadikan ‘ nubuat ‘ Muhammad SAW. ( sangat menggelikan …!!! ) Injil Injil yang ditolak tetap dijaga dan dipelihara, karena itu adalah ‘ BUKTI SEJARAH ‘ yang tidak boleh dimusnahkan oleh karena alasan apapun. Untuk sebagai warisan dan bukti otentik sejarah kanonisasi INJIL dan sejarah dunia…!

        • Terang Dunia berkata:

          Saya masih menunggu dan mencari BUKTI MUSHAF yang berbeda 7 qiroat yang dibakar tersebut….!

          Tentulah BUKTI yang dapat saya chek dan rechek…!!!
          Semoga Mas @ Judhianto dapat membantu saya….menemukan BUKTI bahwa Mushaf yang dibakar…TIDAK BERBEDA prinsipil ( Tauhid )…!

          Terima kasih sebelum dan sesudahnya.

          • Judhianto berkata:

            @Terang Dunia: mushaf yang dibakar setelah standarisasi mushaf dan 7 qiroat yang berbeda, merupakan perihal yang tidak berkaitan. Jadi darimana anda mengatakan mushaf yang berbeda 7 qiroat dibakar?

            Standarisasi mushaf Usman selesai dikerjakan pada tahun 29 H, dan diikuti pembakaran mushaf lainnya.
            Catatan tentang mushaf-mushaf yang lain masih ada dalam kitab-kitab klasik karya Ibn Amir (118 H), al-Kisai (189 H), al-Baghdadi (207 H); Ibn Hisyam (229H), Abi Hatim (248 H), al-Asfahani (253 H) dan Ibn Abi Daud (316 H). Anda ingin tahu? bisa bertanya pada para Kiai NU yang banyak bergelut dengan kitab klasik, saya tidak merasa kompeten untuk hal ini.

            Beda Tauhid? ah berlebihan…
            Perselisihan umat Islam tersengit ada pada masalah siapa berhak mendapatkan kedudukan politik (Syiah versus Sunni), kedudukan rasio dihadapan iman (Mu’tazilah versus Asy’ariyah). Mengenai Tauhid (ketuhanan), tidak ada perbedaan.

            Untuk standarisasi qiroat yang menentukan 7 qiroat (7 varian cara baca) yang diakui, ditetapkan pada tahun 324 H. Itu hanya seperti standarisasi cara baca UUD 1945 dalam logat Jawa, Sunda, Batak, Aceh, Madura dan sebagainya (dalam 7 qiroat/logat/dialek).

            Oh ya tidak ada acara bakar-bakaran mushaf saat standarisasi qiroat, hanya mungkin tim perumus mbakar sate setelah proses selesai.
            🙂

          • lestari berkata:

            Semoga beberapa point ini dapat bermanfaat dalam diskusi ini:
            1. Sepertinya ada peserta diskusi yang tidak memahami qiraat dan mushaf
            2. Qiraat adalah perbedaan pengucapan dari beberapa orang ketika membaca suatu naskah yang sama, misal bagaimana orang Jawa medog dan orang Batak totok ketika sama-sama membaca teks suatu UU yang sama berbahasa Indonesia, Dalam perkembangannya, Islam telah diterima kelompok-kelompok masyarakat yang beragam dialek.
            2. Mushaf adalah lembaran-lembaran atau potongan benda sebagai wadah tulisan. Pada masa turunnya wahyu, masyarakat Makkah atau Madinah tidak mengenal kertas seperti yang kita kenal sekarang ini, atau mungkin kenal tetapi sulit untuk mendapatkannya. Pada jaman Umar r.a sebagai khalifah hafalan para sahabat, lembaran atau kepingan benda sebagai tempat dituliskan wahyu dihimpunkan ke dalam lembaran-lembaran kertas yang dijilid. Kalaupun lembaran atau kepingan benda yang menjadi rujukan dimusnahkan setelah selesainya mushaf Usman r.a. ‘toh para tokoh yang disebut-sebut sebelumnya menyimpan ayat atau suroh yang berbeda jumlahnya (terlepas sumber sejarahnya sohih atau doif)’ tidak menimbulkan konflik berdarah karena masalah wahyu adalah masalah serius. Dan juga menurut sumber di atas bahwa para tokoh tadi ada terlibat juga dalam penyusunan mushaf Usman r.a. Suatu hal yang aneh para tokoh tersebut melafalkan isi mushaf Usman dalam solat berjamaahnya jika mereka memungkiri atau menolaknya. Yang mana sikap keteguhan mereka terhadap Islam kita kenal dari berbagai sumber.
            3. Pembahasan apakah pada asli/tidak asli atau lengkap/tidak lengkap? Mas Judhi ato Mas Anto telah menyebut diatas secara samar mengarah pada lengkap atau tidak lengkap. Kalau memang tidak lengkap tentu Ali r.a dan lainnya tak tinggal diam. Kalaulah sohih berita tentang perbedaan jumlah ayat dan suroh tersebut, mengapa Ali r.a. dan lainnya “mengimani” mushaf Usman.
            4. Penggunaan beberapa kosa kata yang berbeda (sakali lagi: kalau sohih berita itu) menimbulkan makna berbeda atau tidak? Berilah penjelasan yang transparan beserta contohnya agar peserta diskusi dapat mengkomparasinya dengan peristiwa-peristiwa sejarah lainnya.
            Trims….

          • Judhianto berkata:

            @Lestari: terima kasih untuk menjelaskan lebih lanjut tentang beda mushaf dan qiraat.

            Saya coba tampilkan poin-poin penting stadrasisasi Qur’an
            Untuk standarisasi mushaf:

            • 1. Pengumpulan mushaf (tulisan di kulit kayu, kulit binatang, tulang dan sebagainya) dilakukan oleh negara saat Khalifah Abu Bakar. Belum dilakukan penulisan ulang dalam bentuk buku.
            • 2. Penulisan ulang dalam bentuk buku sudah dilakukan secara perorangan oleh sahabat Ali bin Abi Thalib, Ubay bin Ka’ab, Ibn Mashud, Hafsah istri Nabi dan beberapa lainnya.
            • 3. Penulisan ulang dalam bentuk buku oleh tim bentukan negara dilakukan oleh Usman bin Affan.
            • 4. Antara tiap mushaf personal (yg dibuat oleh sahabat) dan mushaf negara (yg dibuat oleh tim bentukan Usman) memang berbeda. Ada perbedaan jumlah ayat, bunyi ayat dan bahkan jumlah surat.
            • 5. Secara umum mushaf negara (Mushaf Usman) terbentuk melalui proses yang lebih dapat dipertanggung-jawabkan. Keunggulan proses penyusunan mushaf Usman adalah sebagai berikut:
              • a. Dilakukan melalui kerja tim yang terdiri dari banyak orang dengan integritas tinggi, dimana ada proses cek silang antar anggota tim — mushaf perorangan tidak melibatkan banyak orang.
              • b. Verifikasi ulang dengan banyak penghafal Qur’an – mushaf perorangan mungkin tidak melalui verifikasi ini
            • 6. Dengan selesainya pembentukan mushaf negara (mushaf Usman), Usman memutuskan bahwa hanya mushaf Usman yang telah melalui proses cek ulang dan verifikasi sebagai mushaf resmi. Mushaf lainnya dibakar untuk menghindari sengketa dikemudian hari.
            • 7. Kenapa para pemilik dan penyusun mushaf pribadi (Ali, Ubay, Ibn Mashud dan lainnya) tidak protes? karena mereka diikut sertakan dalam penyusunan Mushaf Usman, memberi masukan, koreksi, dan mengambil keputusan dalam tim tentang mana bacaan yang seharusnya dituliskan dalam mushaf negara.

            Untuk standarisasi Qiraat:

            • 1. Mushaf Usman ditulis dalam tulisan arab gundul (yang belum mengenal tanda baca vokal a,i,u,o dan tanda titik yang membedakan huruf b, t, n atau huruf lainnya)
            • 2. Islam dengan cepat menyebar ke seluruh Arab dan bangsa non Arab. Tiap suku bangsa mempunyai dialek yang berbeda-beda dalam membaca tulisan yang sama (bandingkan dengan huruf Cina yang dibunyikan berbeda-beda oleh berbagai suku bangsa Cina, walau artinya tetap sama)
            • 3. Pada perkembangannya, huruf arab disempurnakan dengan penambahan tanda baca (tanda vokal a,i,u,o dan tanda titik yang membedakan huruf). Variasi dialek juga menyebabkan variasi cara menuliskan mushaf Usman (yang menggunakan tulisan lama) ke dalam bentuk tulisan arab baru. Akibatnya ada puluhan bentuk cara penulisan (dan pembunyian) mushaf Usman.
            • 4. Pada tahun 324H, Ibn Mujahid atas perintah negara, menetapkan 7 varian qiraat yang diakui negara.
            • 5. Pada tahun 1924, qiraat versi Asim dicetak dan dipilih sebagai standar kerajaan Arab Saudi. Arab Saudi mencetak dalam jumlah besar dan menyebarkan ke seluruh dunia sehingga menenggelamkan versi qiraat lainnya.
            • 6. Saat ini secara de-facto Mushaf Usman – Qiraat Asim adalah standar Qur’an dunia.
          • Terang Dunia berkata:

            @ Lestari…

            Tanyakan kepada Mas @ Judhianto yang JUJUR itu…..!!!
            Kena apa…..BUKTI SEJARAH….” DIBAKAR “….?!?!? Bukankah itu perbuatan yang sangat MEMBOHONGI SEJARAH dengan kehilangan ” BUKTI SEJARAH “…..?!?!?

            Bukankah MUSHAF ASLI yang ditulis pada : Kulit Kayu, Kulit Binatang, Tulang dan sebagainya pada Zaman Muhammmad SAW ( Bukan Zaman Abu Bakar ) ….LEBIH ASLI, OTENTIK, AWAL dan mestinya …..TERJAGA oleh Alloh SWT sampai sekarang…..?!?!?

            Dimana sekarang BUKTI BUKTI SEJARAH OTENTIK itu….?!?!?
            SEJARAH Tanpa BUKTI ( Arkeologi dan Antropologi ) = MITOS = KONON CERITANYA = DONGENG = FIKSI semata.

            Saya SALUT dan JEMPOL kepada kalian berdua : @ Judhianto dan @ Lestari…yang BERANI JUJUR…..bahwa Al Quran adalah : BUATAN MANUSIA dengan Riwayat Sejarah…..!!!

            Semoga, kita TIDAK MENGKULTUSKAN …KITAB SUCI secara berlebihan yang cendrung menjadi BERHALA semata.

          • Judhianto berkata:

            @Terang Dunia: semangat menjaga kesatuan doktrin suatu hal wajar dalam semua agama.

            Peristiwa upaya standarisasi Qur’an ini bisa kita bandingkan dengan upaya gereja dalam konsili Nicea untuk melakukan standarisasi pandangan mengenai Yesus apakah dia Tuhan atau manusia.
            Beberapa yang bisa kita bandingkan adalah:

            • Waktu standarisasi:
              * Standarisasi Usman selesai pada 29 tahun setelah Nabi wafat
              * Konsili nicea dilakukan pada 325M, lebih dari 3 abad setelah Yesus wafat
            • Obyek standarisasi
              * Standarisasi Usman mengenai Kitab Suci. Bahan standarisasi adalah catatan otentik saat wahyu turun, hafalan sahabat dan kompilasi (mushaf) pribadi para sahabat, semua peserta adalah orang-orang yang mengalami hidup bersama nabi Muhammad.
              * Konsili Nicea mengenai Tuhan agama Kristen dan kitab Suci. Bahan standarisasi adalah banyak kitab Injil yang ditulis jauh setelah Yesus wafat, dan tak seorangpun diantara mereka dan penulis kitab tersebut mengalami hidup di era Yesus
            • Perumus standarisasi
              * Standarisasi Usman dilakukan oleh orang-orang yang mengalami hidup bersama Nabi Muhammad
              * Konsili Nicea dilakukan oleh orang-orang yang tak pernah berjumpa dengan Yesus
            • Kelanjutan standarisasi
              * Setelah standarisasi Usman, semua pihak sepakat menggunakan keputusan mereka bersama untuk memakai Mushaf Usman dan meninggalkan mushaf pribadi mereka masing-masing. Hanya ada satu Mushaf Usman, yang lainnya dibakar.
              * Setelah Konsili Nicea, Yesus ditetapkan sebagai Tuhan sesuai dengan pendapat Alexander. Pihak yang tidak setuju (Arius) dan pengikutnya dinyatakan sebagai aliran sesat. Ditentukan pula kitab yang Kanonik (diakui) dan apokrif (tidak diakui/diragukan)

            Mengenai pemusnahan kitab diluar standar yang anda artikan memusnahkan barang bukti, itu berlebihan. Itu bias dari pandangan kita sebagai manusia modern yang concern dengan peninggalan lama, mereka mungkin tidak berpikir sejauh itu.

            Semua proses di atas memang hasil upaya manusia. Tidak salah bila dikatakan sebagai buatan manusia. Jika anda mengatakan kitab suci Islam hasil kesepakatan/buatan manusia memang tidak salah, sebagaimana jika kita katakan bahwa kitab suci Kristen dan Tuhan Kristen hasil kesepakatan/buatan manusia.

  5. kwiky berkata:

    dari tulisan yang dipaparkan mas judhianto diatas adalah atas referensi yang beliau baca tentang riwayat sejarah penulisan Al-Quran… terkesan Qur’an itu banyak versinya, a,b,c dst…. ya nama nya juga riwayat sejarah bisa benar bisa juga salah… sebenarnya kalau mau digali lebih dalam lagi semua riwayat terbaik dan dijamin kebenarannya itu ada didalam Qur’an itu sendiri…dijamin benar… karena Allah lah yang menjaga kemurniannya sampai akhir zaman.. dalam Qur’an sendiri telah disebut nama “kitab” ( atau dengan bahasa indonesia yang dapat kita pahami adalah kumpulan pesan/petunjuk yang dirangkum menjadi sebuah buku atau bahasa inggrisnya = book yang bernama Al-Qur’an). .dan sebenarnya penjelasan mengenai Qur’an itu hanya bisa dijelaskan oleh Qur’an itu sendiri.. seperti pada petikan ayat :

    QS.2:185. “bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)”,

    QS.11:1. Alif Laam Raa, “(inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu”.

    1. dari kutipan di atas saja sudah jelas bahwa Kitab Qur’an itu berisikan Kumpulan “Petunjuk”
    dan kumpulan “Penjelasan Petunjuk”

    2. Bahwa penyusunan ayat2nya disusun dengan Rapi dan terperinci.(sudah ditetapkan oleh Allah)

    jadi kesimpulannya apakah yang dinamakan versi mushaf2 tadi emang benar2 ada seperti yang dikisah dalam riwayat2 itu …????

    banyak sebenarnya yang dapat diungkap tentang kebenaran.. termasuk kebenaran masa lampau yg tertulis dalam Qur’an. dan sudah dijelaskan pula dalam Qur’an bahwa di masa kemudian (masa kini) banyak manusia khususnya umat Rasul Muhammad yang jauh dari petunjuk Qur’an.

    QS.25:30. Berkatalah Rasul: “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Qur’an ini suatu yang tidak diacuhkan”….

    wassalam

    • Judhianto berkata:

      @Kwiky: anda mencampurkan dua hal yang berbeda: sejarah penyusunan Al-Qur’an dan kebenaran Al-Qur’an. Dan dua-duanya mengandung kesalahan logika.

      Sejarah penyusunan Mushaf Al-Qur’an
      Penyusunan mushaf al-Qur’an terjadi setelah Nabi wafat, setelah tidak ada wahyu lagi yang turun. Jadi penyusunan mushaf itu tidak bisa dicari penjelasannya dalam isi Qur’an.
      Itu peristiwa sejarah yang sudah terjadi, jadi satu-satunya sumber adalah catatan sejarah (riwayat) itu sendiri. Yang saya sampaikan adalah riwayat yang tidak ada pertentangan didalamnya, silakan tunjukkan sumber-sumber sejarah yang berkata lain bila anda punya. Peristiwa sejarah adalah fakta, tak perduli apakah sesuai dengan keyakinan anda atau tidak.

      Kebenaran al-Qur’an
      Anda terjebak dalam logika mbulet atau “circular reasoning”
      1. Qur’an dijamin benar
      2. Apa jaminannya? karena dikatakan dalam Qur’an bahwa Qur’an itu benar
      Ini seperti guyonan saat OSPEK
      1. Senior selalu benar
      2. Bila senior salah, lihat nomor 1

      Sesuatu dikatakan benar bukan karena “dikatakan” benar, melainkan harus “dibuktikan” benar. Kalau anda mau meyakinkan bahwa Qur’an itu benar, jangan merujuk Qur’an tapi buktikan dengan fakta bahwa apa yang dikatakan dalam Qur’an itu benar.

      Satu hal lagi, mengutip ayat-ayat Qur’an tidak membuat pendapat anda benar atau anda terlihat pintar. Jika ayat-ayat itu tidak relevan, itu hanya menunjukkan kacaunya cara berpikir anda.

      • kwiky berkata:

        TRIMS atas comment nya mas judhianto.. tapi dalam benak sy anda masih mengkaitkan sejarah penyusunan musaf Qur’an setelah sepeninggal nabi Muhammad.. dan seolah2 sejarah itu mengatakan bahwa Qur’an disusun pada jaman Kalifah Utsman?? dan se-olah2 para sahabat Nabi yang menuliskannya.. pertanyaan sederhana saya Apakah Nabi Muhammad itu tidak bisa Tulis dan baca ? coba kita pikirkan bila dikaitkan dengan penyusunannya surat2nya yang diawali dengan Al-fatihah dan diakhiri dengan An-Nass…. apakah Para Sahabat Nabi yang menyusun urutan surat tersebut ?? terkadang manusia semakin kritis, semakin mencari jawaban terhadap sesuatu yg dia cari..walaupun bersumber dari riwayat2 sejarah.. sementara riwayat sejarah itu terkadang bisa diputar balik kan yg benar jadi salah dan yg salah jadi benar..

        bahasa sederhananya seperti ini : seolah2 Allah tidak turut serta dalam penyusunan musaf Qur’an,(urutan surat dan Ayat2nya) dan membiarkan Qur’an disusun oleh para sahabat nabi ataupun keluarga nabi sehingga timbul bermacam versi musaf…. apakah menurut anda Allah seperti itu ?? hingga tidak ada campur tangan nya dalam urusan dunia ?? sy pikir sangat naif pikiran kita..jika menggambarkan Allah spt itu.. kalau anda mengambil sumber dari sejarah riwayat… kalau saya mengambil sumber yang ada dalam Qur’an. spt dalam ayat tersebut diatas :

        QS.11:1. “Alif Laam Raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu”,

        coba perhatikan kata demi kata ayat tersebut diatas.. konteks penyebutan kata :
        “KITAB” —> berarti telah jadi sebundel (sebuah buku) walaupun diturunkannya bertahap
        kepada nabi muhammad..

        “Disusun dengan rapi” ———> berarti telah telah tersusun urutan surat dan ayat2nya..siapakah yang menyusun pastilah ALLAH dan bukan dari riwayat sejarah yang manusia buat…….

        “dijelaskan terperinci”——–> kalau Allah sendiri mengatakan terperinci pasti maksudnya itu lengkap dan sudah mendetail…prinsipnya kalau mau tahu ya harus cari tau dengan metode sy umum sering kita dengar “learning by doing”(takwa)..

        “diturunkan dari sisi (Allah)”——–>jelas diturunkan dari Allah termasuk urutan susunannya…

        salah satu Ciri orang yang beriman itu 1000% yakin terhadap apa yang ada didalam petunjuk wahyu tersebut sebagai HULU dari segala sumber kebenaran..

        kalau anda berpikiran jangan -jangan Qur’an yang beredar diindonseia sekarang tidak valid isinya … berarti Anda tidak Mengimani Allah sebagai mana mestinya.. bukankah Qur’an itu Kitab wahyu Penutup dari Seri2 kitab yang sebelumnya.. dan bukankah Allah telah menyebutkan “Atas tanggungan kamilah Memeliharanya” berarti sd akhir zaman pun Kemurnian Qur’an Dijamin oleh Allah…mutlak… yang sering banyak salah itu adalah karena “kebodohan” dalam mengaplikasikan Qur’an dikehidupan kita sehari2..

        suka tidak suka, percaya tidak percaya, itulah Mukzizat Qur’an sebagai petunjuk terperinci menuju jalan keselamatan di hari akhir nanti… kalau sebagian manusia meng-imani riwayat2 sejarah, atau cerita2 yang meng atas namakan Nabi (perilaku/ucapan nabi) maka bisa di cross check dgn Qur’an benar tidaknya berita/cerita riwayat tersebut..

        apakah manusia pikir di hari Hisab nanti yang berlaku itu tatacara ibadah, ataupun pemikiran yang bersumber dari riwayat2 sejarah ??? NO MAN…!!! yang berlaku dihari Hisab itu bersumber dari KITABULLAH.. ..

        Mohon maaf sebelumnya apabila apa yang sy sampaikan berlebihan.. intinya kenapa sih kita harus meributkan penyusunan musaf Qur’an …. toh kalau memang ingin mengetahui metode tentang penyusunan Qur’an toh telah dijelaskan oleh Allah sendiri “kamilah yang menyusun-nya” kalau mengenai proses penulisannya pastilah sejak Nabi Muhammad menerima Wahyu dia menuliskannya..walaupun turunnya ayat bertahap hingga +/- 23 tahun lamanya.

        Dokumen2 penulisan yang begitu penting pastilah tidak luput oleh Mabi Muhammad untuk ddisimpan kalaupun beliau lupa, pastilah malaikat Jibril mengingatkan.. dan hampir dipastikan naik cetak sebundel Kitab Qur’an untuk pertama kalinya atas sepengetahuan beliau /selama beliau masih hidup sebagai sarana Cross check terhadap apa yang ditulisnya itu.

        dan kalau ada riwayat yng menceritakan bahwa lembaran2 ayat tersebut tertulis di media daun lah, kayu lah….dsb.. masa iya sih ?? sebegitu primitif ?? peradaban Fir’aun saja yang jauh sebelum zaman Nabi Muhammad, sudah bisa buat PIRAMID…… terkadang sejarah riwayat bisa membuat kita terlena menjadi tambah bodoh.. tidak mau menggunakan akal kita untuk berpikir…

        wassalam…

        • Judhianto berkata:

          @Kwiky: anda bicara tentang apa yang menurut anda atau bicara fakta sejarah?

          Untuk fakta sejarah, anda bisa merujuk karya al-Anbari (kitab al-Mashãhif ), al-Sijistani (Kitãb al-Mashãhif ), al-Abyari (Tãrîkh al-Qur’ãn), al-Zanjani (Tãrîkh al-Qur’ãn)
          Secara umum sejarah penyusunan Al-Qur’an melalui tahap berikut:
          1. Isi Qur’an datang tidak dalam bentuk surat atau buku yang utuh, melainkan sebagai ayat atau rangkaian ayat dalam waktu yang tidak selalu berurutan.
          2. Pencatatan ayat dilakukan oleh para sahabat dengan media kulit kayu, kulit binatang, batu dan sebagainya.
          3. Nabi mengajarkan susunan ayat-ayat tersebut dalam suatu surat, tetapi tidak pernah mengajarkan urutan surat-surat tersebut bila disusun dalam buku.
          4. Penyusunan Qur’an dalam bentuk buku dilakukan beberapa sahabat secara pribadi dan oleh negara melalui tim penyusun (Mushaf Usman)

          Apakah sedemikian terbelakangnya bangsa arab hingga nabi menuliskannya dalam media kulit kayu, kulit binatang atau batu?

          Dari sejarah juga bisa melihat bahwa bangsa arab tergolong terbelakang dibanding tetangganya. Sampai era Nabi, bangsa arab tidak pernah mencapai level negara bangsa atau kerajaan besar. Mereka hanyalah kumpulan kabilah-kabilah suku yang tak pernah menyusun negara dengan administrasi rapi. Mereka sibuk bertengkar antar mereka sendiri. Bandingkan dengan Mesir yang sudah mencapai tahap imperium ribuan tahun sebelumnya, Yunani dengan imperium Alexander Agung, juga Israel yang sudah memiliki kerajaan besar.

          Kertas baru ditemukan sekitar tahun 100M di China, dan masih menjadi monopoli China sampai berabad-abad kemudian. Orang Islam baru menguasai pembuatan kertas setelah berhasil menangkap beberapa pembuat kertas China dalam pertempuran di tahun 751M. Teknik pembuatan kertas kemudian ditiru Islam dan menyebar di bangsa arab, bangsa eropa baru menguasai teknik ini tahun 1200-an. Jadi memang kertas bukan bahan yang umum untuk menulis pada era nabi dan masih merupakan komoditi super mahal yang hanya diperoleh dari China.

          Pada jaman Nabi untuk sesuatu yang penting, media yang dipakai adalah kulit binatang muda, untuk keperluan biasa dipakai kulit kayu, potongan kayu atau batu.

          Kalau anda mengatakan mengapa harus meributkan, saya menyampaikan fakta. Sebagian orang begitu tenggelamnya dalam dongeng-dongeng tentang Qur’an. Butuh fakta untuk membuat mereka kembali ke dunia nyata.

          Kalau anda bilang sejarah membuat orang bodoh, anda salah besar.
          Mohon bedakan catatan sejarah dengan berbagai bualan luar biasa yang disampaikan banyak pemuka agama untuk “meningkatkan keimanan”. Bualan membuat anda bodoh, sejarah membuka mata anda.

  6. nano berkata:

    Saya paling suka artikel mas judhianto selalu semangat untuk berpikir jujur….dan blak-blakkan.

  7. ayakusni berkata:

    Mas Judhianto.. Jika Nabi SAW tidak mengajarkan tata urutan Surah (dan ayat?), lalu siapa yang membuat urutan? kemudian logika menyusun urutan surah berdasar apa? Ada surah yang turun, kemudian disusul dengan surah yang lain. Nah pengurutan surah tersebut oleh Nabi atau oleh para pemilik mushaf itu?
    terima kasih

    • Judhianto berkata:

      @Ayakusni: Nabi Muhammad mengajarkan urutan ayat dalam satu surat, namun tidak mengatur urutan surat dalam mushaf.

      Dalam Mushaf Usmani, surat-2 tidak disusun berdasarkan waktu turunnya, karena jika itu terjadi maka tentu surat Makkiyah akan terletak diurutan awal dan surat Madaniyah di posisi akhir mushaf. Sebagai contoh Al-Baqarah adalah surat Madaniyah yang masuk urutan ke 2 dalam mushaf, sedangkan al-Ikhlas yang Makkiyah malah terletak di akhir mushaf.

      Lalu urutan surat disusun berdasar apa? selama ini tidak ada penjelasan tentang alasan tim penyusun mushaf Usman, namun jika ditilik dari tebal-tipisnya surat, sepertinya ini masalah teknis belaka. Tim penyusun berkonsentrasi menyelesaikan surat-surat yang panjang terlebih dulu dan baru menyelesaikan surat-surat pendek, sehingga surat panjang (kecuali al-Fatihah sebagai mukadimah) diletakkan lebih dahulu sebelum surat yang pendek.

  8. rio berkata:

    ini analisa saya, sebenarnya tidak ada perbedaan tajam dari 7 versi mushaf sebelum akhirnya mushaf ustmani yang ditetapkan hingga kini menjadi master copy. Dari literatur yang saya baca2, saya berpendapat perbedaan mushaf2 itu ‘kemungkinan’ ada beberapa sahabat yang beda pendapat tentang panjang pendeknya suatu ayat hingga berimbas pada jumlah surat. Bahkan ada sahabat berpendapat bahwa Al-Fatihah itu bukan bagian dari Quran, karena gaya bahasanya merupakan doa dan pujian kepada Allah, apakah mungkin Allah memuji2 dirinya sendiri, tapi kalo ditempatkan sebagai mukadimah mushaf, itu sah2 saja.

    Tapi menurut saya, Quran bernasib sangat jauh lebih baik denga bibel, saya yakin isi Quran masih otentik hingga kini. Kalo masalah mushaf itu perkara lain, itu kan hanya perbedaan pendapat masalah urutan ayat atau surat. Tapi kan sudah dikanonisasi dengan Mushaf Ustmani, dengan proses melibatkan sahabat2 yang hidup sejaman dengan Nabi Muhammad. Tapi coba lihat bibel, baru berabad2 kemudian baru disalin, bahkan yang menggagas mengkanosasinya bukan seorang Kristen, tapi seorang kaisar Romawi dalam konsili Nicea, jelas dan pasti ada niat kaum pagan untuk mengubah redaksinya.

    Saya muslim, saya pernah mengkritik khotbah seorang ustad di desa ketika shalat Jumat, selepas shalat Jumat, saya mengkritik beliau dimana beliau tidak bisa membedakan Quran dan Mushaf Quran. Quran adalah ayat2 wahyu yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad, dan kita umat Muslim wajib selalu membaca ayat suci itu, sementara Mushaf adalah penyusunan redaksional ayat2 quran tersebut.

    • Judhianto berkata:

      @Rio: sebenarnya tulisan ini tidak mempersoalkan perbedaan antara mushaf yg ada, melainkan menunjukkan memang ada lebih dari satu mushaf Qur’an dalam sejarahnya.

  9. Widiyanto berkata:

    Mas Judhianto, anda seorang pemikir yang berwawasan luas dan berpikiran cerdas, dalam setiap pertanyaan dan jawaban yang anda berikan terdapat perbedaan “Paradigma” yang terkadang sulit diterima oleh orang yang Beriman. Dasar dari kita belajar adalah ” De Omnibus Dubitandum” (kata Descartes), sedangkan hal itu mustahil diterima untuk orang yang memiliki keimanan tertentu yang dogma-nya berlawanan dengan Fakta sesungguhnya. Sejujurnya, cara berpikir anda dan penulisannya seperti Tan Malaka, Filsuf Indonesia yang saya tahu… 🙂

  10. Krismanto Prawirosumarto berkata:

    Tulisan ttg Quran diatas sangat rasional, spt halnya Bible juga dinyatakan Menurut penulisnya Misalnya Lukas, Matheus, Yahya dsb. Jadi sebenarnya secara ilmiah Kitab yang kita anggap suci yang sekarang ada di tangan kita itu telah melewati proses kodifikasi selama ratusan tahun, yang bisa kita Yakini makin dilengkapi dalam proses berikutnya. Menurut saya kita Tidak perlu terlalu ngotot Bahwa semuanya asli spt yg banyak diyakini orang.Tulisan diatas dapat MEMBUAT Orang Tidak lagi fanatik dogmatis, tetapi lebih rasional, Dan terbuka pikiran nya.

  11. jecidi berkata:

    Tulisan yang menambah wawasan, kalau umat Islam mau membuka diri maka akan lebih banyak yang akan kita dapatkan tentang Islam yang sebenarnya.

  12. hahahaaa… belajar ngarang ya…?
    Al Qur’an tuh ada di kepala dan dada setiap muslim… bandingkan saja dengan kitab saudara.
    Kalau seandainya di bakar semua kitab yang ada di bumi ini… hanya Al Qur’an yang bisa muncul sesuai aslinya.
    Kalau bible…? hahahaaaaa… ngarang lagi jadi bebel.

    • Judhianto berkata:

      @WirosablengManukan: ada di kepala dan dada setiap muslim? jadi maksudnya tiap muslim itu hafal Qur’an?
      wah hebat benar dongengnya 🙂

      • Acha Wahyudi berkata:

        mau numpang tertawa boleh kan mas Judhianto? namanya saja ada “sableng”nya, lho koq malah memberi cap manusia yang memberi pencerahan berdasarkan bukti otentik bebal?

      • Harry S berkata:

        Numpang ketawa ya hahahahaha…hebat si sableng hahahahahaha

  13. Sall43 berkata:

    Ini sejarah dari mana? Al Quran sudah di tulis lengkap sejak zaman Khalifah Abu Bakar lagi atas usul Syaidina Umar. Khalifah Abu Bakar dan Syaidina Umar sendiri memerintahkan Zaid bin Tsabit menulis naskhah lengkap Al Quran dengan di pantau oleh semua sahabat PENGHAFAL AL QURAN waktu itu. Naskhah lengkap yang sudah sempurna lengkap ini di simpan oleh Khalifah Abu Bakar dan di turunkan dari satu khalifah seterusnya. Dari Al Quran naskhah lengkap inilah Khalifah Uthman membuat salinan semula juga dengan di semak dan diawasi oleh semua Sahabat Nabi Penghafal Al Quran waktu itu termasuk penulis wahyu (Al Quran) di zaman Nabi seperti Zaid dan Muawiyah. Al Quran lengkap 4 naskhah lengkap yang telah di salin semula oleh Khalifah Uthman ini dibubuh tanda-tanda bacaan supaya mereka yang bukan arab dapat menbaca Al Quran dengan betul. Tanda bacaan dalam Al Quran ini di sempurnakan lagi oleh para ulama’ hingga kepada Pemerintahan Khalifah Uthmaniyah Turki. Al Quran inilah yang di kenal sebagai Al Quran Uthmani yang sempurna tanda-tanda bacaan supaya semua umat Islam boleh membaca dan memyebut bacaan Al Quran dengan betul dan tepat sama dengan bacaan sahabat Nabi dahulu.

    • Judhianto berkata:

      @Sall43: silakan baca e-book yang saya sertakan di akhir artikel. Ada rujukan ke kitab-kitab sejarah klasik untuk apa yang saya tuliskan. Untuk cerita anda, bisa anda tunjukkan rujukannya?

      • Acha Wahyudi berkata:

        sayang di sini tidak ada ikon like, dan sticker tertawa. mba Sall43…pls monggo mana rujukan dari cerita anda!

    • sall43 berkata:

      Kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim yang di tulis dalam bahasa Arab jelas menceritakan kisah penulisan Al Quran sejak Khalifah Pertama ini. Inikisah langsung daripada hadis Sahabat-sahabat Nabi (bukan hadis Nabi). Anda hebat menulis dan membaca dalam bahasa Arab. Sila anda rujuk kitab Arab itu sendiri. Kitab berbahasa Arab itu berkenan yang di tulis oleh Ahli Hadis pada zaman salafus soleh. Paling tidak dalam Pendahuluan Al Quran terjemahan Indonesia juga ada menulis kisah penulisan Al Quran oleh Khalifah Abu Bakar.

      Ini bukan kitab kristen yang di karang-karang oleh orang Yunani Greek yang mengaku sahabat dan pengikut Yesus tetapi tidak tahu menulis dan bertutur dalam bahasa Aram (bahasa ibu Yesus). Hanya mengaku-mengaku diri tetapi tidak pernah di buktikan penah hidup bersama-sama Yesus sebelum di salib. Tidak juga pernah menulis buku/kitab dalam bahasa Aram atau bahasa ibunda Yesus.

      • Judhianto berkata:

        @Sall43: ya sudah kalau anda sudah punya pendapat yang beda, saya hargai kok.

        Cuma yang saya sampaikan adalah fakta sejarah, kalau gak setuju ya tolong ditunjukkan yang mana salahnya, dan koreksinya bagaimana, dan landasannya apa. Bila itu kuat, mungkin bisa mengubah pandangan saya.

    • sall43 berkata:

      Hafsah adalah anak perempuan Saidina Umar. Mushaf Hafsah yang admin katakan selamat inilah sebenarnya Mushaf Al Quran Pertama yang di tulis oleh Zaid bin Tsabit dengan perintah Khalifah Abu Bakar atas cadangan Saidina Umar. Mushaf yang sudah lengkap di tulis ini di simpan oleh Khalifah Abu Bakar sebagai Khalifah Al Rashidin Pertama Islam setelah kewafatan Nabi Muhammad s.a.w. Apabila Khalifah Abu Bakar wafat Mushaf Pertama ini di simpan oleh Khalifah Al Rashidin kedua iaitu Umar Al Khattab r.a. Setelah Khalifah Umar Al Khattab wafat barulah naskhah Al Quran lengkap ini di simpan oleh anak perempuannya yang juga isteri Rasulullah s.a.w. Hafsah binti Umar Al Khattab. Khalifah Uthman di lantik menjadi Khalifah Islam ke 3 mengantikan Khalifah Umar yang baru wafat. Khalifah Uthman inilah meminjam Naskhak Al Quran lengkap yang di simpan oleh Hafsah binti Khalifah Umar Al Khattab. Daripada Naskhah Al Quran inilah kemudiannya Khalifah Uthman r.a. menyalin semula lebih banyak Al Quran juga dengan penyeliaan Para Sahabat termasuk Zaid bin Tsabit penulis asal Al Quran.

      • Judhianto berkata:

        @Sall43: terima kasih infonya. Saya rasa pembaca bisa memutuskan sendiri yang mana yang bisa diterima.

        • sall43 berkata:

          Hanya orang-orang kafir yang memusuhi agama Islam sahaja yang berusaha membantah kebenaran sejarah Islam ini dengan pelbagai cara memutar belit mereka melakukan putar belit dengan merkayasa cerita dongeng tanpa pembuktian dari sejarah sebenar dengan cara memyembunyikan beberapa fakta.

          • Judhianto berkata:

            @Sall43: ini jaman kemudahan informasi kok, tiap orang kalau mau bisa cari informasi sendiri. Beri label kafir, memusuhi Islam atau label-label lain gak akan laku kok kalau memang informasinya valid. Hanya yang bodoh saja yang takut diberi label macam itu 🙂

  14. kucingkarung berkata:

    Namanya agama itu keyakinan. kepercayaan.
    Kalo sudah nggak percaya, kalo sudah nggak yakin. ya ke gunung kawi saja. Beres to!!!..
    Atau ke daerah tulungagung-jatim. disono ada makamnya eyang setono serut yang dikenal dengan kuburan ngujang. Dijamin pasti beres.
    Ada juga daerah dipinggir pantai selatan persis. namanya Retjo Sewo (seribu arca)
    ..
    Saya bisa bantu ngenalin sama abdi dalemnya…
    Kalo mas judhi bersedia nanti saya kenalin.
    Masalah mahar dibahas sambil jalan saja, itu bukan sesuatu yang harus di permasalahkan. ya to!!..
    ..
    Terima kasih balesannya. (kalau berkenan)

    • Judhianto berkata:

      @KucingKarung: setuju… agama itu keyakinan dan kepercayaan, tak lebih dari itu.
      Dan karena kepercayaan adalah sesuatu yang bersifat pribadi, tentunya tak masalah bukan, kalau orang lain punya keyakinan yang beda?

      Oh ya, baru tahu kalau bagi anda, bahwa ke Gunung Kawi, ke makam Eyang Setono Serut atau ke Retjo Sewu itu bisa bikin segala sesuatu jadi beres.

      Saya tak setuju dengan keyakinan dan kepercayaan anda itu, tapi apalah hak saya untuk melarang keyakinan dan kepercayaan anda itu. Tiap orang kan boleh punya kepercayaan.

      🙂

    • Acha Wahyudi berkata:

      Kucing Karung …coba kalau memberi komentar yang cerdas gitu lho…masa bawa-bawa gunung kawi segala, memang sudah dapet berkah apa dari gunung Kawi..? bagi-bagi dong!

  15. samansemaun berkata:

    Keren, Mas Judhianto ini sabar banget melayani komentar2. Saya angkat topi dengan kejernihan analisis Mas Judhianto, juga dengan ketelatenan untuk melayani diskusi. Semoga benih2 kritis begini mendapat tempat yang lebih luas dalam dinamika pemikiran Islam, bukan sebatas kekeramatan sejarah dan mitos.
    Salam.

  16. pertamax berkata:

    Cobak Anda beli 10 Al-Qur’an bandingkan Apakah Artinya sama ehehhehhe cobak bandingkan sendiri apa kah artinya sama isi sama hhehhhehe gua kaga pernah sampe sekrang ketemu Al-Qur’an beda isi hehhehhe

    • Judhianto berkata:

      @Pertamax: kalau anda bawa Qur’an anda dan bawa ke Tashkent untuk dibandingkan dengan mushaf Usmani, anda akan melihat tulisan mushaf tersebut gak sama dengan Qur’an anda.

      Kalau anda ke Maroko, anda bisa mencari Qur’an versi Nafi dan versi Abu Amr.

      • mujadid berkata:

        Dan Allah lah yang menjaga Al-Quran. seberapa banyak orang menghafal Al Qur’an sejak zaman Nabi hingga sekarang pun yang dihafalkan masih sama dan itulah mengapa Al-Qur’an masih terpelihara. bagaimana dengan kristen? injil pun tidak ada yang hafal. waspadai nabi2 palsu yang mengatakan dirinya kristus… adakah Muhammad brrkata kristus . jesus berkata akulah jalan lurus maka ikutilah aku (kaum bani israel). jesus berkata elli lamma sabakhtani. jesus mengakui dirinya nabi. paulus berkata jesus anak Allah tuhan bahkan berkata kepada Bapa tuhan (trinitas) apa yang dikatakan jesus berbeda dengan paulus. paulus berkata aq yang mendirikan kristen padahal jesus/isa berada dalam kebenaran ajaran Tauhid.

        • Judhianto berkata:

          @Mujadid: bisakah anda bicara tentang fakta dan bukan sekedar imajinasi atau sekedar mengulang imajinasi hebat yang anda dengar?

          Dari ungkapan anda berikut:

          Dan Allah lah yang menjaga Al-Quran. seberapa banyak orang menghafal Al Qur’an sejak zaman Nabi hingga sekarang pun yang dihafalkan masih sama

          sudah menunjukkan betapa anda tak terbiasa mikir dengan pijakan fakta.

          Memangnya anda sudah bandingkan hafalannya? dari jaman nabi sampai sekarang ini ada sekitar 1500 tahun, anda punya sampel hafalan untuk tiap tahunnya? cara bandingkannya bagaimana? siapa saja orangnya?

          Kalau gak ada datanya, ya jangan membual bahwa anda tahu bacaan selama 1500 tahun itu sama.

          Mengungkapkan fakta agama sendiri saja gak mampu, kok ceriwis ngurusi agama orang lain

          😀

  17. saluttt mas judhianto..pengetahuan seperti ini diperlukan untuk lepas dari dogma-dogma yang tidakjelas dasarnya…

  18. Dadeng Hasan berkata:

    ini tulisan ga mutu, alur logikanya pembodohan publik

  19. sastro berkata:

    Kalau di awal tulisan benar adanya bahwa Alquran tidak sama dengan pada saat jaman Rosul, muncul pertanyaan.. validitas dan keakuratan isinya siapa yg bertanggung jawab ya..?? Karena rosul sendiri tdk pernah tahu yang tertulisnya/ yg sdh dibukukan. Apakah akurat yg sudah tertulis,( ada yg kurang atau bahkan berlebih). Mohon pencerahan.. ini sangat penting diketahui. Lagian kalau benar bahwa secara isi, baik Alquran, PL maupun Taurat ada beberapa kisah yg sama.. Ini gimana.?. Wahyu kok diturunkan dg konten yg sama.?. Makasih.

    • Judhianto berkata:

      @Sastro: siapa yang bertanggung jawab? wah bisa banyak orang dari hulu ke hilir.

      Yang jelas Al-Qur’an yang sekarang adalah hasil ikhtiar terbaik yg diusahakan.

      Sejarah al-Qur’an sebagaimana yang saya tulis di atas juga tak lepas dari pertanyaan sehubungan dengan ditemukannya berbagai temuan baru yang digali dari berbagai kitab klasik Islam dan berbagai penemuan arkeologi.

      Sebagai contoh, dari berbagai kitab masahif ditemukan cerita-certa tentang proses editing Qur’an sendiri yang berlangsung bahkan hingga khalifah Umayyah ke 5. Di sisi arkeologi, juga ditemukan perkamen berisi surat Al-Kahfi, Maryam, Thaha yang dari uji karbon dengan akurasi 95% menunjukkan bahwa perkamen itu berasal dari masa ketika Nabi Muhammad sendiri belum diangkat menjadi nabi.

      Mengenai kisah-2 nabi. Semua nabi-nabi yang disebutkan di Qur’an adalah nabi-nabi Yahudi yang dikisahkan di PL dan PB. Qur’an mengisahkan ulang dengan setting, sudut pandang dan muatan yang beda.

      Ini adalah proses pribumisasi ajaran bangsa Yahudi ke ke budaya Arab. Tuhan yang dulunya bicara dengan bahasa Yahudi, dengan berfirman kepada nabi-2 Yahudi yang hidup dalam budaya Yahudi — di-pribumisasi menjadi Tuhan yang bicara dalam bahasa Arab berfirman kepada Nabi-2 yang sekarang digambarkan hidup dalam budaya Arab.

      • Acha Wahyudi berkata:

        penjelasan yang luar biasa!

      • sall43 berkata:

        Harus di ingat kisah yang di ceritakan tentang Para Nabi dalam Al Quran adalah jauh berbeda dengan Perjanjian Lama. Ada banyak kisah dalam Al Quran tetapi tidak ada dalam Perjanjian Lama. Kisah Maryam, kisah Nabi Ibrahim, kisah ayah Nabi ibraham dan Raja Nambrut tidak ada dalam Perjanjian Lama. Begitu juga kisah tenggelamnya Firaun sesudah mati semasa mengejar Nabi Musa a.s. dan pengikut yahudinya, Kisah Nabi Musa bersama Nabi Khidir juga tidak ada dalam PL. Jadi ini membuktikan Al Quran bukan mengambil cerita daripada PL tetapi dari Wahyu dari Allah.

        • Judhianto berkata:

          @Sall43: ini mirip kalau orang Jawa ngotot bahwa kisah wayang bukan mengambil cerita Mahabarata, buktinya ada tokoh-tokoh punokawan dan beragam kisah carangan yang gak ada di Mahabarata.

          Kan dari wahyu? Orang Jawa bisa juga bilang dari wahyu. Klaim itu gampang kok 🙂

  20. sastro berkata:

    Kalau hasil dari proses pribumisasi apakah berarti Alquran bukan sepenuhnya wahyu yg diterima Rosul..? atau sebagian diturunkan wahyu melalui jibril sebagian hasil copy yg disesuaikan bahasanya menjadi bahasa arab (pribumisasi)… gimana nih kayaknya kita masih belum clear memahami rekonstruksi alurnya..??. Tolong dibabarkan jawaban yg tdk hrs memaksa kita untuk menginterprestasikan lagi…maklum masih awam. Tks.

    • Judhianto berkata:

      @Sastro: kalau masalah pribumisasi, kita bisa melihat dari kandungannya.
      Mengenai bagaimanakah prosesnya? umat Islam yakin bahwa itu melalui proses pewahyuan dan belum ada bukti yang kuat bahwa itu melalui proses lain.

Perkaya tulisan ini dengan pendapat Anda

error: Hargai hak cipta penulis !!
%d blogger menyukai ini: