Di tahun 2014 ini, kita dikejutkan oleh munculnya kelompok agama yang bertindak dengan begitu kejam menurut ukuran masyarakat modern.
Mereka melakukan eksekusi massal terhadap lawan yang mereka tangkap, membunuh siapa saja yang tak mendukung mereka. Tanpa pandang bulu baik laki-laki, wanita dan bahkan anak-anak. Mereka juga mempraktekkan kekejaman yang sudah ditinggalkan oleh peradaban modern yaitu menyalibkan orang, memenggal kepala orang, memaksa wanita sebagai budak seks. Begitu biadab.
Apakah mereka hendak mendirikan kerajaan Iblis atau terilhami oleh kejahatan Iblis? Sayangnya bukan.
Mereka justru mengaku sebagai pasukan suci penegak hukum Tuhan. Mereka pasukan ISIS (Islamic State of Iraq and Sham) yang hendak mendirikan negara berdasarkan hukum Islam, hukum yang berasal dari Tuhan pencipta alam, yang maha pengasih dan maha penyayang.
Kok begitu? Kalau berasal dari perintah Tuhan yang penyayang, kok begitu kejam? Apakah kekejaman menjadi bagian dari agama yang berasal dari Tuhan yang penyayang?
Mungkin ada yang akan menjawab: itu hanya tindakan orang-orang kejam yang mengatasnamakan agama, para Nabi atau tokoh-tokoh panutan agama tidak akan berbuat demikian.
Sepertinya itu jawaban yang menenangkan, namun bila kita baca sejarah para Nabi, sepertinya jawaban di atas akan terbentur pada catatan buruk yang bisa kita baca dari sejarah dan bahkan kitab suci sendiri.
Berikut ini kita bisa melihat beberapa contoh yang ada dalam kitab suci dan sejarah para orang suci agama.
Tanah yang dijanjikan, lewat pembersihan etnis
Salah satu tonggak peristiwa dalam sejarah agama samawi adalah ketika Allah memberikan janjinya pada Ibrahim sebagai berikut:
Pada waktu itu juga TUHAN mengadakan perjanjian dengan Abram. Kata TUHAN, “Aku berjanji akan memberikan kepada keturunanmu seluruh tanah ini, mulai dari batas negeri Mesir sampai ke Sungai Efrat, termasuk juga tanah orang Keni, Kenas, Kadmon, Het, Feris, Refaim, Amori, Kanaan, Girgasi dan Yebus.”
Genesis 15:18 – 15:21
Apa yang dijanjikan Allah pada Ibrahim bukanlah tanah tak bertuan, melainkan tanah yang berpenghuni. Bagaimana dengan nasib penduduk aslinya?
Ibrahim pada saat itu hanyalah kepala sebuah keluarga, belum ada konflik keras saat ia mulai menghuni tanah yang dijanjikan. Konflik yang keras terjadi saat keturunan Ibrahim yang sudah menjadi suatu bangsa keluar dari Mesir dan hendak menempati tanah yang dijanjikan tersebut.Mereka bukan lagi berjumlah puluhan, melainkan ratusan ribu orang, pasti akan konflik dengan penghuni asli tanah itu.
Bagaimana petunjuk Allah untuk menyelesaikan masalah ini, dapat kita baca dalam Perjanjian Lama sebagai berikut:
“TUHAN Allahmu akan membawa kamu ke negeri yang bakal kamu diami, dan banyak bangsa akan diusir-Nya dari situ. Di depan matamu Ia akan mengusir tujuh bangsa yang lebih besar dan lebih kuat dari kamu, yaitu orang-orang Het, Girgasi, Amori, Kanaan, Feris, Hewi dan Yebus. Apabila TUHAN Allahmu menyerahkan bangsa-bangsa itu ke dalam kuasamu dan kamu mengalahkan mereka, bunuhlah mereka semua. Jangan mengasihani mereka atau membuat perjanjian dengan mereka. Kamu tak boleh kawin dengan mereka, dan jangan izinkan anak-anakmu kawin dengan mereka
Deuteronomy 7:1 – 7:3
Ketika pasukannya tidak membunuh para wanita, Musa berang,
Musa memarahi para perwira, para kepala pasukan dan kepala laskar yang baru saja kembali dari pertempuran. Katanya kepada mereka, “Mengapa kamu membiarkan semua wanita itu hidup? Nah, sekarang bunuhlah setiap anak laki-laki dan setiap wanita yang bukan perawan lagi. Tetapi semua perempuan yang masih perawan boleh kamu ambil untukmu.
Numbers 31:14 – 31:18
Berapa banyak korban mereka? Dalam penyerangan di Midian, Perjanjian Lama mencatat:
Selain yang sudah diambil para prajurit untuk mereka sendiri, hasil rampasan itu berjumlah: 675.000 ekor domba dan kambing, 72.000 ekor sapi, 61.000 ekor keledai dan 32.000 orang gadis perawan.
Numbers 31:32
Jika untuk perhitungan sederhana setiap gadis perawan memiliki seorang ayah, seorang ibu dan seorang saudara laki-laki yang dibunuh, maka akan ada 96.000 orang Midian yang dibasmi pasukan Musa.
Hukuman bagi para kafir, bunuh
Kerasnya sikap terhadap kaum kafir dapat dibaca dari kisah Nabi Elia ketika menghadapi para penyembah Dewa Baal. Kisahnya panjang terekam dalam Kitab Para Raja I 18, secara ringkas, kisah tersebut sebagai berikut:
Ketika terjadi bencana kelaparan parah di Samaria akibat hujan yang tak turun selama 3 tahun, Raja Ahab melakukan segala cara untuk memanggil hujan, salah satunya adalah dengan sayembara memanggil hujan yang diadakan di atas gunung Karmel.
Di sayembara itu Nabi Elia sebagai wakil dari kaum beriman (penyembah Allah) berhadapan dengan 450 orang Nabi kelompok kafir (penyembah Dewa Baal). Ukurannya sederhana, siapa yang berhasil meminta Tuhannya untuk mendatangkan hujan, maka ia akan menang.
Dalam sayembara yang disaksikan Raja Ahab dan rakyatnya, ternyata para Nabi penyembah Baal tidak mampu mendatangkan hujan walau sudah menggunakan segala macam ritual, sedangkan ritual yang dilakukan Nabi Elia berhasil mendatangkan bantuan Allah berupa hujan deras yang turun. Nabi Elia menang, kaum beriman menang.
Bagaimana hukuman terhadap kaum kafir yang kalah berikut cuplikannya dalam Perjanjian Lama:
Maka berkatalah Elia, “Tangkap nabi-nabi Baal itu! Jangan biarkan seorang pun lolos!”
Lalu orang-orang menangkap nabi-nabi Baal itu, kemudian Elia membawa mereka ke Sungai Kison dan di sana ia membunuh mereka semuanya.Kings I 18:40
450 orang kafir dibunuh atas perintah Nabi Elia karena Tuhan mereka ternyata tidak kuasa, karena mereka salah pilih Tuhan.
Hukuman bagi antek musuh, dipancung
Kisah terakhir adalah kisah yang terjadi setelah perang Khandaq di era Nabi Muhammad. Pada perang ini pasukan Mekah membentuk gabungan dengan suku-suku Arab penyembah berhala dan kelompok-kelompok Yahudi untuk menyerang kota Madinah.
Pasukan gabungan Arab berjumlah 10.000 orang, sedangkan tentara Nabi hanya berjumlah 3.000 orang. Menghadapi kekuatan yang lebih besar ini, kaum Muslim menggunakan strategi menghindari benturan kekuatan frontal yang akan merugikan mereka. Kaum Muslim menggali parit dalam (Khandaq) yang tak mungkin diseberangi tentara di jalur yang bisa digunakan penyerbu untuk menyerang kota Madinah, tentara Nabi memilih bertahan di kota.
Strategi ini berhasil. Para penyerbu hanya bisa mengepung dan menghujani Madinah dengan anak panah tanpa bisa melakukan serangan langsung ke tentara dan penduduk Madinah. Karena cuaca yang dingin dan tanpa persiapan untuk pengepungan jangka panjang, pasukan gabungan Arab akhirnya menarik diri setelah satu bulan pengepungan.
Bagi tentara Nabi, setelah pasukan gabungan Arab mundur bukan berarti perang usai. Mereka menuduh salah satu suku Yahudi (Banu Qurayza) yang tinggal di dekat Madinah ikut berkomplot membantu diam-diam pasukan penyerbu itu.
Pasukan Nabi kemudian dikerahkan untuk mengepung kampung Banu Qurayza. Setelah pengepungan selama 25 hari, Banu Qurayza menyerah.
Nabi menyerahkan keputusan untuk Banu Qurayza kepada Sa’ad bin Mu’adz.
… Sa’ad berkata: “Aku putuskan agar para tentara perang mereka dibunuh dan anak-anak mereka dijadikan tawanan”, Maka Beliau (Nabi) berkata: “Sungguh kamu telah memutuskan hukum kepada mereka dengan hukum Allah”
Al-Bukhari no hadits: 3520
Setelah keputusan Sa’ad bin Mu’adz yang disetujui Nabi, beberapa parit digali di pasar Madinah.
Semua laki-laki dewasa Banu Qurayza dipancung di sana, jumlahnya antara 700-800 orang. Rumah dan semua harta benda mereka dibagikan kepada para Muslim, sedangkan para wanita dan anak-anak dibagikan di antara kaum Muslim dengan status sebagai budak.
Nabi Muhammad sendiri mendapat bagian seorang wanita cantik bernama Raihanah yang suaminya termasuk diantara orang yang dieksekusi di pasar Madinah. Sebagaimana dengan Maria al-Qabtiya, ada yang mengatakan statusnya menjadi istri Nabi, tapi ada yang mengatakan statusnya tetap sebagai budak (selir) sampai meninggalnya.
Setelah peristiwa ini suku Banu Qurayza hilang namanya dari muka bumi.
Kekejaman memang perlu?
Setelah kita membaca bahwa para Nabi juga melakukan apa yang disebut dalam istilah modern sebagai pembersihan etnik dengan cara pemancungan tawanan secara massal, tentu tidak salah jika ada orang yang mengatakan bahwa kekejaman yang dilakukan teroris ISIS sedikit banyak meniru apa yang pernah dilakukan para Nabi – apapun alasan mereka dan alasan para Nabi.
Jika para Nabi sanggup melakukan tindakan, yang bila diukur dengan ukuran sekarang, sangat kejam, apakah masih layak untuk menggunakan semua tindakan para Nabi sebagai contoh perilaku ideal kita?
Bagi saya tidak. Ada yang buruk dari Nabi yang patut dibuang, walau masih ada yang bisa ditiru.
Entahlah bagi yang lain…
Bacaan:
- Perjanjian Lama: Kitab Bilangan: 31
- Perjanjian Lama: Kitab Raja-Raja I: 18
- Wikipedia: Battle of The Trench
- Wikipedia: Invasion of Banu Qurayza
- Sejarah Hidup Muhammad: Perang Khandaq dan Banu Quraiza
Anti-dogma
@judhianto…. salut buat bung judhianto…
@Ironis: terima kasih 🙂
@judhiantho… bisa ga kita tampar kebenaran sejati milik para pendekar surga itu dengan fakta yang sesuai dengan hati nurani manusia… bisa ga goyang kursi tuhan mereka yang sudah lama sekali bertahta di bumi INDONESIA TERCINTA.. ?? bisa ga seger pantat tuhan mereka beserta aturan yang sudah mendara daging di NUSANTARA kita… hehehehe cuma saran bung… sudah 1400 tahun lebih hati nurani indonesia mengemis untuk menjadi budak mereka.. cukup sudah
@Ironis: Agama, sebagaimana segala sesuatu memiliki sisi baik dan juga sisi buruk.
Selama ini pemuka agama bertindak hanya seperti penjual barang yang hanya menyampaikan hal baik dari agama, sedangkan yang buruk disembunyikan rapat-rapat.
Dengan cara ini maka agama tampil sebagai yang serba indah, serba baik, tak bisa salah, dan sempurna. Akibatnya orang kehilangan sikap kritisnya ketika menghadapi agama. Apapun yang dikatakan agama dianggap pasti benar dan sempurna. Dibodohi dengan segala apa yang berlabel agamapun mereka gak protes.
Dengan menyampaikan fakta yang selama ini tidak banyak diungkap, saya berharap banyak orang bisa melihat bahwa agama juga ada sisi buruknya, bahwa agama bisa juga berbahaya. Saya berharap orang bisa bersikap kritis terhadap agamanya.
Bisa jadi orang jadi emoh agama, tapi bisa juga orang jadi mau mengupayakan perubahan sikap dalam beragama ke arah yang lebih dewasa dan bertanggung jawab.
@JUDHIANTO…..YONGKRU MAS BRO… YOMAN… kami berharap semakin meningkatnya ilmu pengetahuan dan kemajuan peradaban modern.. mereka para jagoan jagoan akhirat itu mau dan menerima kemajuan jaman dan mau mengikuti laju arus globalisasi di setiap lini dan sama sama menikmati kenikmatan yang ada di dunia ini tanpa harus membedakan suku agama dan ras.. dan kami berharap mereka para pembela tuhan mau meninggalkan budaya jadul yang tidak menghargai nyawa manusia… sesama ras yang paling sempurna harus saling melindungi dan saling menyelamatkan ras manusia … hehehe
Para pemercaya itu tidak sadar apa yang mereka yakini tidak lebih sebagai produk budaya dan karakter imajinasi. Hasil propaganda dan indoktrinasi berabad-abad.
@Santoso teguh: kebanyakan memang tak sadar atau tak tahu, sifat imajinatif agama.
Tapi realitas tak pernah menyediakan makna kehidupan, kita harus mencari dan menyediakan sendiri makna hidup kita. Beberapa orang dengan sadar sepenuhnya paham bahwa agama adalah imajinasi dan menggunakannya sebagai pemberi makna bagi kehidupannya.
Awal mula agama adalah sebuah pencarian jati diri manusia,yaitu siapakah aku yang terdapat didalam jasad ini(manusia).Ini tanganku,ini mataku,ini kakiku,bercermin diatas air terlihat gambarku,maka timbul pertanyaan siapakah aku?.Aku bisa menaklukkan hewan,tanaman,dan bisa membuat berbagai peralatan,aku adalah makluk sempurna,lalu timbul pertanyaan untuk apa aku ada?kemana aku setelah mati?siapakah yang menciptakan aku?.Dari berbagai macam pertanyaan tentang aku dan sebuah pencarian jati diri lalu mengenal sifat sifat diri pribadi dan bagaimana cara menaklukkan diri sendiri lalu muncullah agama dan kitab suci.Pada awalnya kitab suci bertujuan untuk membimbing para pengikut dari tokoh spiritulis tersebut.Karena setiap tokoh spiritulis mempunyai pandangan yang berbeda tentang siapakah aku,dari mana aku berasal,kemana aku setelah mati,siapa yang menciptakan aku dan alam ini,serta apa tujuan hidupku,maka timbullah bentrokan fisik antar suku atau kelompok spiritual atau agama.Masih pentingkah berdebat tentang siapakah aku dan kemana aku setelah mati.Bagi saya semua itu tidak penting,bagi saya yang terpenting adalah bagaimana kita bisa mengentas kemiskinan,kebodohan,dan kerusakan moral.Satu peniggalan islam yang sangat merugikan adalah ibadah haji,berapa banyak ongkos yang harus dikeluarkan untuk biaya tersebut.Jika ongkos ibadah haji digunakan untuk biaya anak sekolah dan mengentas kemiskinan berapa banyak yang dapat kita selamatkan.MASIHKAH INI BISA DISEBUT RAHMATAN LIL ALAMI atau yang lebih tepat mungkin RAHMATAN LIL ARABI.Sungguh kasihan bangsa ini takterasa berada didalam penjajahan ARAB.
@ANDIK… setuju sekali dengan versi anda cara menjabarkan awal mula agama dengan cara pandang dan pola pikir yang berbeda dan jauh sekali dengan yang di jelaskan di buku sakti itu.hehehe
Lebih baik versi si ironis ya.. Awal mula manusia mulanya monyet. Trus berevolusi. Lebih keren kayaknya hihihi. Lebih masuk logika.
Oh iya Kalo kimpoi gimana tuh para atheis? Kan gak mungkin ikut tata cara para bangsat bangsat agama yg kolot itu kan? Apa lebih modern kayak suka sama suka langsung kimpoi dengan ikatan cinta gitu ya?
Kekejaman terjadi oleh orang atau sekelompok orang yang ingin menguasai atas diri orang lain, ini bisa berasal dari siapa saja, baik orang yang telah mendapatkan dasar agama maupun tidak.
Untuk membela komunitasnya sekelompok orang akan dengan mudah melakukan kekejaman. Contoh yang paling aktual adalah antara palestina dan israel. Mereka melakukan kekejaman karena para pemimpin mereka yang keras kepala, Ketaatan beragama tidak berbanding lurus dengan kekejaman seseorang, bahkan sangat mungkin berbanding terbalik.
Apakah mereka yang baru saja keluar dari tempat2 ibadah mereka setelah mendapatkan siraman rohani, ada tersirat kekejaman pada wajah2 mereka? Ini fakta yang sulit terbantahkan.
@punky purwono: kelompok yang melakukan kekajaman atas nama agama sampai matipun akan selalu merasa perbuatan mereka itu sangat benar karena itu perintah ilahi.. dan mereka menggorok leher manusia dengan senang hati dan tidak ada rasa iba karena semua itu perintah ilahi… kelompok yang melakukan kekejaman tanpa agama tanpa perintah ilahi tahu bahwa perbuatan menggorok leher manusia itu pasti salah dan tidak benar walaupun mereka tetap menggorok leher manusia.. harus di bedakan antara perintah ilahi dan bukan… orang yang keluar dari tempat tempat ibadah memang tidak tampak kekejaman di wajah mereka… tapi mereka memegang teguh akidah dan dogma yang isinya ada “kafir najis haram dan non muslim” tanda kutip itulah awal kekejaman atas nama agama
Bedanya kekejaman tanpa agama kayak hitler. Lebih sopan ya. Begitu?
@Agus: beda antara moralitas bukan agama dan moralitas agama adalah pada proses pengambilannya.
Moralitas bukan agama diambil melalui proses mikir, mempertimbangkan kebutuhan manusia, untung dan ruginya bagi masyarakat maupun individu, sedangkan moralitas agama hanya mengambil apa yang sudah diputuskan agama, tanpa mikir.
Kalau anda mengambil contoh Hitler, tentu salah. Kebencian terhadap Yahudi tertanam dalam bawah sadar ajaran agama Kristen dan Islam. Hitler yang Kristen hanyalah mengungkapkannya secara vulgar.
Anda tahu dimana posisi sebagian bangsa Arab (muslim) menghadapi sentiment anti Yahudi yang dikobarkan Hitler? mereka mendukungnya. Silakan baca berikut –> Nazi Muslim
Sepertinya anda kurang piknik, sehingga hanya mengungkapkan yang telah didoktrinkan kepada anda, tanpa melihat kenyataan dilapangannya.
🙂
Hanya Tuhan YESUS …yang tangan-NYA tidak ” BERDARAH ” …!
@Terang Dunia: benar, memang Yesus tidak tercatat menumpahkan darah, tapi sepertinya itu lebih disebabkan oleh posisi Yesus yang secara politik dan militer lemah.
Kalau kita baca di kitab Markus, ada contoh perbuatan anarki Yesus saat mengobrak-abrik Bait Allah
Perbuatan Yesus mengobrak-abrik tempat ibadah orang lain yang dianggap tidak sesuai dengan keyakinannya, tak beda dengan tingkah para fundamentalis yang mengobrak-abrik tempat ibadah orang lain dengan maksud meluruskan keyakinan yang “salah”.
Jika para fundamentalis memperoleh posisi politik dan militer yang kuat, mereka tak segan membunuh orang-orang yang sesat. Jika Yesus punya kekuasaan politik dan militer, mungkin ia tak akan berbeda dengan para fundamentalis tersebut.
Sejarah Eropa penuh dengan contoh-contoh kekejaman yang dilakukan oleh “kaum beriman” yang sedang berkuasa.
@judhianto: ada pertanyaan para fundamentalis yang selalu menggelikan .. bagaimana komentar anda tentang pikiran para fundamentalis……… ISIS adalah didikan AMERIKA dan ISRAEL??? apakah para fundamentalis ini sengaja melempar bola api…
@Ironis: memang ada sumbangan Amerika dalam kisruh Timur Tengah sehingga muncul kelompok macam Al-Qaeda, ISIS dan sebagainya.
Namun mengatakan mereka adalah didikan Amerika adalah absurd. Lha wong salah satu target utama gerakan mereka adalah menghancurkan semua kepentingan Amerika terutama di Timur Tengah kok.
Tapikan tidak berdarah
Cuman ngobrak ngabrik doank
weeeeee…
@Gendruwo Kucing: iya. Dalam posisi lemah saja main paksa, apalagi jika punya kekuatan dan senjata …
@IRONIS:QS (9-29)Perangilah orang orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak(pula)kepada hari kemudian dan merekah tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasulnya dan tidak beragama dengan agama yang benar(agama Allah),yaitu orang orang yang diberikan Al Kitab kepada mereka,sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.QS(8-12)Kelak akan aku jatuhkan rasa ketakutan kedalam hati orang orang kafir,maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap tiap ujung jari mereka.QS(5-33)Sesungguhnya pembalasan terhadap orang orang yang memusuhi Allah dan Rasulnya dan membuat kerusakan dimuka bumi,hanyalah mereka dibunuh atau disalib,atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik,atau dibuang dari negri(tempat kediamannya.Yang demikian itu sebagai penghinaan untuk mereka didunia,dan diakherat merekah beroleh siksaan yang besar.APAKAH PARA FUNDAMENTALIS ITU MASIH MENUDUH AMERIKA DAN ISRAEL GEMBONG ISIS? Silahkan anda menilai sendiri.
@ANDIK:… YOI MEN.. Tepat sasaran … tapi tidak akan pernah tepat sasaran bagi islam KTP ataupun ISLAM E-KPT… alasan yang paling mendasar dan sering sekali mengarungi jagad indonesia ini adalah .. salah tafsir, ulah zionis dan kafir yang benci islam… jangan2 orang kesurupan atau orang stress di indonesia juga ulah zionis…hehehe..
@Ironis @Andik: salah satu masalah mendasar kaum fundamentalis adalah memandang Qur’an sebagai buku petunjuk yang bisa dicomot ayat-ayatnya untuk dijadikan pedoman kerja tanpa perlu berfikir lagi. Padahal ada banyak hal perlu dipertimbangkan dari bunyi suatu ayat, misalkan asbabun nuzul – sebab dan latar belakang turunnya suatu ayat tersebut. Jika sebab dan latar belakang suatu ayat sudah gak relevan lagi di masa kini, tentu tak bisa lagi mengatakan ayat tersebut cocok untuk masa kini.
Salah satu cara memandang Qur’an yang menarik dapat kita peroleh dari pemikir Islam dari Sudan, Abdullah Ahmed An-Na’im. Dalam pandangannya, secara umum Qur’an terbagi menjadi 2 bagian yang seharusnya kita perlakukan secara berbeda. Bagian ayat-ayat Makiyah yang menyampaikan kesetaraan manusia, kesetaraan umat beragama dan prinsip-prinsip kebaikan yang diajarkan Nabi saat dia belum mempunyai kekuasaan dan wewenang politik dalam mengatur kehidupan nyata. Bagian kedua adalah ayat-ayat Madaniyah yang menyampaikan bagaimana prinsip-prinsip tersebut diterapkan dalam kehidupan nyata masyarakat Madinah yang di bawah kekuasaan Nabi. Aturan hukum, perang, bermusuhan berasal dari bagian Madaniyah untuk merespon kondisi nyata yang dihadapi Nabi saat di Madinah, sehingga sangat terkait dengan konteks nyata masyarakat Arab saat itu.
Jika ingin menerapkan Qur’an, pelajari ayat-ayat Makiyah yang bersifat universal, jangan terpaku pada ayat-ayat Madaniyah yang bersifat particular dan temporer – yang terikat erat pada kultur Arab jaman pertengahan.
@JUDHIANTO: terima kasih atas penjabarannya… iya mas bro saya setuju sekali masalahnya… katanya alquran itu adalah kitab sepanjang jaman dan berlaku sampai akhir hayat juga paling sempurna.. dan tidak ada firman allah yang mengatakan ayat ini berlaku pada jaman dulu … ayat yang itu pada jaman sekarang… atau ayat ini berlaku di madinah atau ayat ini hanya berlaku di mekah saja… dan tidak ada perintah tiap ayat harus di tafsir… tenngkyu mas bro
Ada orang2 yg bisa menemukan Tuhan tanpa memeluk agama atau orang bisa saja beriman tanpa beragama. menurut saya
Kok gitu ya,, hi menjijikan.. Tiap slametan selalu ngirim doa ke Nabi, tahu gini?? He2.. Mas Jud, saya punya pandangan semakin bertambahnya zaman, kesadaran manusia akan semakin tinggi, extrimnya kalo Nabi disebut dekat dengan Allah, maka setelahny akan byk org yang lebih dekat lagi kepada Alloh. Selama ini seolah olah yg paling dket Alloh hanya Nabi, logika rasa saya gk cucok. Pripun Mas?
@Cuk: manusia adalah mahluk yang mewariskan dan mengakumulasikan pengetahuannya ke generasi penerusnya sepanjang waktu. Dengan dokumentasi serta pendidikan, maka apa yang diketahui generasi manusia yang datang lebih belakang selalu lebih banyak dari apa yang diketahui manusia dari generasi terdahulu. Dengan meningkatnya akumulasi pengetahuan manusia maka meningkat pula standard kehidupan manusia. Standar pendidikan, kesehatan, dan juga moral generasi sekarang secara umum jauh meningkat dibandingkan dengan standard yang sama 1500 tahun yang lalu.
Apa yang umum di jaman nabi seperti perbudakan, perkawinan dengan anak-anak, perlakuan rendah kepada wanita sudah tak bisa lagi diterima di jaman ini. Standard moral orang sekarang lebih tinggi daripada orang dulu.
Akan tetapi menurut saya, dekat dengan Allah seharusnya diukur bukan dengan standar moral, melainkan dengan kemauan seseorang untuk melampaui standar moral jamannya. Jika pada jaman nabi orang poligami tanpa batas, nabi menetapkan batas, orang lain perlakukan budak dengan sadis, nabi perlakukan budak dengan lebih baik. Nabi memasang bagi dirinya standar moral yang yang lebih tinggi daripada standar moral di eranya.
Jika ukuran itu dipakai orang sekarang, maka dekat dengan Allah adalah jika kita mau melampaui standar moral jaman kini. Jika urus SIM standarnya dengan nyogok, maka dekat dengan Allah berarti kita harus mau tidak nyogok walau resikonya dipersulit. Jika pengendara motor umumnya tidak mau berhenti di garis batas saat lampu merah, maka dekat dengan Allah berarti kita berhenti dibelakang garis waktu lampu merah.
Dekat dengan Allah harus kita artikan kita mau pasang standar moral yang lebih tinggi dari standar moral orang kebanyakan, walau kadang merugikan kita sendiri.
@Judhinto:Menarik sekali pernyataan anda,dengan meningkatnya akumulasi pengetahuan manusia maka meningkat pula standar kehidupan manusia.Standart pendidikan,kesehatan dan juga moral generasi sekarang secara umum jauh meningkat dibandingkan dengan standart yang sama 1500 tahun yang lalu.Ya saya sangat setuju dan itu fakta.Remaja sekarag lebih manusiawi,lebih toleran terhadap sesama.Tapi apa kata para USTAD remaja sekarang gak bermoral,banyak yang hamil diluar nikah,apakah dulu tidak????? dulu juga sama mungkin lebih banyak tapi terlepas dari data statistik.Lha wong ukuran moral para USTAD itu ada ditengah selangkangan.Mereka gak bisa menilai secara kemanusiaan.Pokoknya kalo selangkangannya DOBOL ya bejat,Standart moral macam apa ini???
Cerdas bngt penjelasannya.. jauh lebih bijaksana dr tokoh2 yg katanya saling klaim tuhan asli
@Novita Nadhesika terima kasih …
Tolong anda saran saya untuk yang membuat artikel ini , untuk menyertakan hadist dan ayat qur’an ijma atau qiyas
karna anda ngomong tidak mempunyai dasar apa” yang akan menyesatkan
salam agamamu agamamu agamaku agamaku
@Kirik: ada yang salah? silakan tunjuk saja yang mana dan apa dasar anda. Sederhana kok…
Sebenarnya yang disesatkan adalah orang yang memeluk agama keras dan fanatik, menidurkan otak anugrah allah, dan menggantikan dengan mimpi mimpi bohong yang selalu disebarkan tanpa bukti yang mendasar yang kuat.suka merubah2 fakta dengan ungkapan, dunia fana, hukuman cabuk pahala dll. Nah diatas slah satu kebodohan para pemeluk agama yang meyakini tanpa pernah berpikir. Tanpa sadar kita dijajah oleh bangsa timur tengah dan dibodohinya. gak ada bedanya kita dijajah secara ekonomi oleh bangsa maju.
Biadab ya. saya melihat di media massa aja merinding apalagi meliat langsung eksekusi macam
itu. lebih terlihat seperti orang yang tidak berakal tidak berperikemanusiaan.
kalau melihat “kelakuan” pasukan suci tsb, saya teringat film “APOCALYPTO”
dimana sesama manusia namun beda suku saling bertikai demi persembahan dewa
yg menurut mereka wajib dilakukan.
di akhir cerita film barulah terlihat musuh sesungguh nya telah datang. padahal
ribuan korban tak bersalah berjatuhan demi dewa nya itu. sungguh ironis!
dan bayang kan jika kejadian di film itu terjadi di waktu sekarang (buat saya sih sama dengan
yang sekarang) sangat mengerikan yaa.
cuma beda nya di film itu cerita nya jaman primitif dan sekarang jaman modern. tp pemikiran
mereka para pejuang suci itu justru primitif (gubrakk)
di dalam hati nurani saya bertanya”: apakah menjalan kan syariat islam harus
se SADIS itu???
tulisannnn yang kerenn…
@Dediariko: terima kasih…
Jika, Seandainya, Saumpama…..
Haduwhhh….
Fakta sekali….
Hehe22x