Surga atau Neraka. Adilkah?

Surga atau Neraka? tentu adil, konsep Surga-Neraka diciptakan oleh Tuhan yang Maha Adil, yang menciptakan manusia, dan tahu persis apa yang patut diberikan pada manusia.

Bagi para pemeluk agama samawi, Surga-Neraka adalah puncak keadilan sejati dan terakhir. Surga-Neraka adalah tempat abadi terakhir manusia yang ditentukan oleh pengadilan tertinggi dan terakhir. Pengadilan tertinggi yang dipimpin sendiri oleh Tuhan yang Maha Adil, yang tak bisa disogok oleh kekayaan atau iming-iming apapun, dan  yang tak bisa ditipu oleh silat lidah para pengacara yang licik.

Jika tak ada Surga, betapa sia-sianya mereka berbuat baik dan menahan diri untuk tak berpesta pora merayakan hawa nafsu; jika tak ada Neraka, betapa enaknya jadi penjahat yang bisa sewenang-wenang menindas orang yang lemah tanpa takut ada balasannya.

Logika pemeluk agama tersebut begitu mudah dimengerti, diterima dan sesuai dengan naluri keadilan manusia. Akan tetapi, apakah konsep Surga-Neraka sepenuhnya sesuai dengan prinsip keadilan?

Surga-Neraka adalah hasil pengadilan. Tapi adilkah?

Surga-Neraka adalah hasil pengadilan. Tapi adilkah?

Hadiah, Hukuman dan Kesengajaan

Surga adalah hadiah, sedangkan Neraka adalah hukuman. Mudah.

Surga adalah hadiah untuk orang yang dengan sengaja memilih berbuat sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan dan Neraka adalah hukuman untuk orang yang dengan sengaja menolak perintah Tuhan.

Ada kata kunci untuk kedua hal tersebut diatas, yaitu: ‘sengaja’.

Mengapa ‘sengaja’ penting? karena tidak adil untuk memberikan suatu hadiah yang teramat mahal untuk perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tak sengaja, tanpa niat atau hanya karena kebetulan saja. Demikian juga tidak adil pula menghukum dengan hukuman yang teramat berat untuk perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tak sengaja, tanpa niat atau hanya karena kebetulan saja.

Jadi, jika keadilan adalah hal yang penting, maka Surga dan Neraka haruslah diberikan kepada orang yang dengan ‘sengaja’ memilihnya.

Sengaja dan Kejelasan Aturan

Apa yang membedakan antara tindakan sengaja dan tindakan tak disengaja? aturan.

Aturan yang berarti penjelasan tentang apa yang boleh atau tidak boleh, apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan, serta apa konsekwensi terhadap pelanggaran aturan tersebut.

Agar efektif, aturan tersebut harus bisa dimengerti dengan jelas oleh orang yang akan dinilai tindakannya.

Kejelasan Aturan, Itu Masalahnya

Jika kejelasan aturan merupakan hal yang prinsip dalam konsep Hadiah-Hukuman, penerapan konsep Surga-Neraka yang dibawa agama samawi mempunyai masalah yang sangat besar dalam penerapan prinsip ini.

Untuk mendapatkan gambaran tentang masalah ini, kita bisa menggunakan analogi sebagai berikut:

Kehidupan manusia di dunia ini bisa kita misalkan dengan kehidupan sekelompok orang di sebuah pulau yang terpencil tanpa pemerintahan dan aturan formal.

Suatu saat datang utusan yang membawa seperangkat aturan yang dibuat penguasa dunia untuk mengatur penduduk pulau tersebut. Sang penguasa akan memantau penduduk pulau itu setiap saat, dan menilai kepatuhan mereka pada aturan yang sudah dibawakan oleh sang utusan. Tiap orang akan punya buku catatan masing-masing.

Jika saatnya tiba, para penduduk itu akan dipindahkan ke pulau tempat sang penguasa. Di pulau sang penguasa, buku catatan masing-masing akan diperiksa. Para pembangkang akan masuk penjara, sedangkan yang patuh boleh tinggal di istana.

 

Sampai titik ini tidak ada masalah dalam skenario ini.

 

Masalah muncul ketika ternyata, yang namanya utusan tidak hanya satu, yang namanya aturan tidak hanya satu dan yang lebih memusingkan adalah yang mengaku penguasa dunia juga tidak hanya satu.

Semua utusan mengaku yang mereka bawa merupakan satu-satunya aturan yang asli, sementara sang penguasa dunia itu semuanya tidak bisa ditemui atau dicek keberadaannya.

 

Siapa yang tidak bingung?

 

Di pulau sang penguasa, mungkin anda bakal dengar protes dari calon penghuni penjara seperti ini:

 

“Lha kan itu bukan salah saya kalau saya patuh pada Boss yang salah, lha kan banyak yang ngaku Boss, mana tahu kita yang beneran atau yang cuma KW? Saya, keluarga saya dan mbah-mbah saya tahunya Boss yang bener itu yang bertanduk itu, lha mana bisa tahu kalau Boss ini yang gak pernah muncul itu yang aseli. Kalau Boss bener-bener serius untuk nyuruh orang hanya patuh pada dia, mestinya dia juga serius dong mastikan semua penduduk pulau tahu bahwa Boss yang beneran itu dia, aturan yang bener itu yang dari dia.

Kalau perlu, ya turunkan tentaranya yang katanya tak terkalahkan untuk nangkap atau nembak mati semua utusan palsu itu, gak malah biarkan mereka bingungkan penduduk pulau. Katanya kuat dan berkuasa, kok cemen gak berani bereskan utusan palsu dengan aturan palsunya yang berkeliaran.”

 

“Makanya dalami aturan itu katamu? Lah situ yang gak bisa buat sistem yang bisa mastikan yang mana aturan benar dan mana aturan salah, kok disuruh kita yang ngecek? Mikir dong…!”

 

“Tahu nggak sudah ada lebih dari 3000 yang ngaku-ngaku Boss dengan ribuan juga yang ngaku utusannya dengan ribuan aturan masing-masing, memangnya saya gak ada kerjaan lain di pulau ini kok disuruh ngecek sendiri mana yang benar.”

 

“Pokoknya saya nggak mau masuk penjara, enak aja!. Nggak adil, TITIK!…”

Jadi?

Siksa Neraka dalam satu komik

Siksa Neraka dalam satu komik

Surga–Neraka. Adilkah?

Menurut siapa?

Judhianto

Pencari jawab amatir, bertanya apa saja...

Mungkin Anda juga menyukai

47 Respon

  1. bima berkata:

    Udah miskin, jafi maling, sengsara,masuk neraka lagi, di mana keadilan tuhan ya! kalau melihat alam semesta yg begitu luas dan banyak planet, ngapain tuhan ngurus yang ada dibumi, kalau dibabding luas alam senesta hanya sebesar pasir rasanya gak mungkin deh tuhan hanya ngurusi manusia. Kalau tuhan punya aturan yg mumpuni, ngapain ada aturan2 yg berseliweran yg membuat dosa mahluk ciptaannya, mukankah tuhan juga berbuat dosa telah menjebak, bahkan membiarkan ketidakadilan yg terjadi pada manusia? Jadi pandangam saya, setelah mati ya mati gak ada tuh yg namanta pengadilan stl mati, seperti ucapan didepan sudah ditakdirkan miskin, jadi maling, sengsara diadili dan masuk neraka (keliatannya leluconan agama samawi itu)

    • Judhianto berkata:

      @Bima: kalau ditanyakan pada ustad-2 seleb, mungkin jawabnya: tidak semua bisa dipahami manusia. Pokoknya kalau dibilang adil, ya berarti itu sudah adil 🙂

      • nawa berkata:

        Ustad tahu adilnya karena masih “katanya” “tulisanya” om.
        Tuhan selain Maha Adil dan Maha Segalanya juga Maha Bijaksana Melebihi Apapun.
        Semoga sejahtera selalu.salam…

    • Sastra berkata:

      Agama adalah momok bagi peradaban manusia……..,mungkin logika (ilmu) pengetahuan terlambat berkembang dibandingkan agama, sehingga mereka terlebih dahulu merasuki pikiran manusia dan banyak ilmuwan mati atau dimatikan krn berseberangan dgn doktrin agama

      • Judhianto berkata:

        @Sastra: ada masanya agama menjadi mesin pendorong peradaban manusia. Namun saat ini agama menjadi penghambat kemajuan dan unsur pemecah manusia. Peradaban manusia butuh mendefinisikan ulang agamanya, kalau tidak, agama bakal benar-benar akan ditinggalkan.

        • bima berkata:

          Dah aku tinggalkan mas, bikin konflik aja, gak dirumah, disekolaha anak, dimasyarakat pada hiru pikuk saling menghina, mau nikah gak jadi nikah gara2 beda agama, mau nyumbang dilarang karena beda agama, mau do’a tidak diterima gara2 agama, mau dipimpin pada protes gara2 agama. Apa fungsi agama kalau pada akhirnya ngrusak semua sedi kebaikan.

          • Judhianto berkata:

            @Bima: ya kalau memang tidak ada lagi yang harus dipertahankan, meninggalkannya adalah pilihan yg logis.

            Namun bagi banyak orang, agama terkait erat dengan ikatan keluarga dan hubungan sosial yang sudah ada, meninggalkannya hanya membuka front permusuhan yang tak diinginkan. Mereka bertahan hanya karena tak ingin kehilangan ikatan yg sudah ada.

    • serpent berkata:

      “Mungkin” surga ataupun neraka cuma bentuk ‘kata’ dari konsekwensi kehidupan, “wong nandur bakal ngunduh” mungkin dipetik saat hidup atau mungkin sesudah mati. Terlepas ada tidaknya surga dan neraka, tidaklah penting. Yang paling penting adalah realitas waktu(sadar) sekarang, melakukan kebaikan atas dasar kesadaran(sengaja). Atau mungkin juga saya salah.

  2. kamudimana berkata:

    Tuhan yg maha pemaaf pasti memaafkan saya yg ragu terhadapNya ini, ga mgkn dong saya yg atheis ini masuk neraka, kan sudah dimaafkan sang maha pemaaf, heehe.

  3. dizal berkata:

    bagi saya surga dan neraka dubutuhkan bagi pemeluk agama dalam mencari Tuhan, jika dalam beragama masih selalu berkutat dengan hal tsb, berarti belum menemukan keyakinannya tentang Tuhan. bahkan mungkin Tuhan menjadi sosok yg menakutkan

  4. Dodi_StartAllOverAgain berkata:

    Mas Judhi, jujur saya akui bahwa tulisan ini terasa sangat akrab dengan apa yg saya geluti dalam hati saya selama beberapa waktu terakhir ini. Bahkan boleh dikatakan merupakan salahsatu milestone dlm perjalanan pencarian kebenaran saya, yg masih berlangsung, entah sampai kapan. Yg jelas, selama proses perjalanan ini menjadikan saya seorang yg lebih baik : lebih dewasa, arif, memahami perbedaan, berpikiran terbuka dan lebih tenang serta lebih obyektif, sy yakin bhw saya berada di jalur yg tepat.

    Saya tersentak pertamakali dgn kenyataan bhw menurut pemahaman Islam, ternyata Allahlah mastermind di belakang semua hal yg terjadi. Dia-lah yg menyesatkan Iblis dan memberi kesempatan Iblis utk menyesatkan manusia. Tentang akhirat, ternyata Dia-lah penentu tunggal terakhir utk menempatkan manusia apakah di surga atau neraka, tak peduli bagaimanapun amal seseorang tersebut, itu adalah hak prerogatifNya. Siapapun ustadz/habib/kyai yg paling baik, laris, naik daun, dll, dgn gaya pakaian luar yg makin lama makin fantastis saja, tdk ada yg bisa mengatakan bakal di mana tempatnya nanti, apakah sdh pasti akan masuk surga atau malah di neraka.. (tapi herannya setiap hari bilangin orang2 utk begini begitu seakan akan pura2 tahu apa yg akan terjadi nanti setelah mati..)

    Mari kita bayangkan satu saja ilustrasi ini. Seorang anak punk jalanan usia 15 thn, anak haram yg lahir dari ayah ibu gelandangan yg tidak pernah menikah resmi, yg dari lahir tdk pernah kenal ortunya krn dia ditelantarkan begitu saja sblm punya memory yg memadai tentang lingkungannya. Dibesarkan sampai usianya sekarang oleh kerasnya kehidupan rimbaraya jalanan. Menipu, menjambret, berkelahi, jadi obyek seks sembarangan yg pd gilirannya membuat dia jadi pelaku seks sembarangan juga. Apapun dilakukan hanya agar bisa survive, bangun tidur lagi esok paginya. Makan dari tong sampah. Sakit, luka, sedih, semua dijalaninya sendiri. Sdh pasti tidak akan shalat, puasa, zakat apalagi naik haji. Dan pagi ini didapati mati, meringkuk kaku di emperan toko dengan luka besar yg terinfeksi di perutnya, akibat bacokan golok, berkelahi bbrp hari yll memperebutkan tempat ngamen dgn grup anak punk lainnya.

    Ke mana dia akan pergi nantinya? Sdh pasti, dgn tidak dijalankannya semua kewajiban agama, sedangkan dia sudah balig, dgn semua perbuatan jelek yg sdh dilakukannya semasa hidup, NERAKA adalah tempatnya yg pas. Mungkin di bagian keraknya, kekal tanpa ada kesempatan mencicipi surga, beda halnya dengan pemuka agama yg masuk neraka krn korupsi dan syahwat yg suatu waktu nanti pasti dapat remisi utk masuk surga.

    Siapa yg bilang tidak adil? Yg jelas dia sdh ditakdirkan dari awal seperti itu. Kenapa dia tidak berusaha mencari kebenaran? Yah, mungkin dia tidak dapat hidayah, karena hidayahpun merupakan kewenangan mutlakNya..

    • Judhianto berkata:

      @Dodi_StartAllOverAgain: adil? jadi kembali lagi: menurut siapa? 🙂

    • Dodi : tulisan anak punk sdr sangat menyentuh bila dihubungkan dengan keadilan tuhan. Sangat terjepit tidak ada pilihan yang menyenangkan. Apakah itu karya dari tuhan! Sedangkan para pemuka agama bergelimang materi bebaju ala orang suci berjualan dogma2 kepada orang miskin agar meyakininyandengan membayar selembar rupiah di kotak amal dengan janji menabung untuk surga. Sangat tidak adil tuhan disitu.

    • IRONIS berkata:

      @DODI: HIDAYAHHHH… Bahasa paling keren di antara umat beragama… mau nanya boleh dong??? bisa ga tunjukan salah satu aja nama tokoh yang katanya dapat hidayah?????

  5. Sastro berkata:

    Tulisan yg menggelitik, Akan lebih lengkap bila ditambah anti-tesisnya, Misalnya bagaimana kondisi kehidupan dunia ini seandainya tidak ada/ munculnya agama-agama (samawi) ..?? Benarkah akan terjadi seleksi alam (hukum rimba)..??

    • Judhianto berkata:

      @Sastro: kalau dari kacamata sejarah, manusia modern sudah ada sekitar 200 ribu tahun yang lalu, sedangkan jejak agama tertua muncul sekitar 50 ribu tahun yg lalu dan agama samawi 6 ribu tahun yang lalu. Jika manusia bertahan 150 ribu tahun tanpa agama dan tidak punah, tentu tidak menjadi masalah pula jika kelak agama tidak lagi menjadi hal yang penting.

      Kalau dari sisi yang lain, banyak Negara-negara skandinavia yang mayoritas penduduknya tak beragama seperti: Swiss, Swedia dan Finlandia yang tidak jatuh ke dalam kekacauan social akibat absennya agama dalam pemerintahan mereka.

  6. IRONIS berkata:

    sip mas bro… masa tuhan tega sekali bermain main dengan ciptaanya… masa tuhan asli takut kalah saing sama tuhan palsu… masa tuhan asli cuek cuek anjing dengan nilai kemanusiaan dari agama lain… masa tuhan asli lebih mementingkan tata cara menyembahnya serta ritual ritual konyol dari pada norma norma yang baik dari agama lain…

  7. abdul maji berkata:

    surga neraka cuma adaptasi kata dari mitology zorroaster saja haha

  8. ANDIK berkata:

    Jika anda punya pertanyaan tentang iman belajarlah pada Agama Budha,semua partanyaan dan kebingungan anda akan terjawab disana.Sekedar info saja,para bhiku agama budha sangat sederhana,tidak seperti para ustad yang sekali khotbah dapat gaji jutaan rupiah.Saya sering mengikuti mimbarnya di Dhamma TV,walaupun saya tetap ber KTP islam dan tetap kemasjid.Doa dan harapan saya semoga Budha tetap jaya,walaupun saya tetap islam karena itu pilihan.Kebenaran pasti akan muncul di permukaan,dan ketika anda tau apa yang selama ini anda yakini adalah kepalsuan belaka betapa kecewanya anda,seperti yang dialami Jhudianto,saya dan kawan kawan yang lain.HANYA WAKTU YANG BISA MERUBAH SEMUANYA dan itu telah dilakukan oleh Judhianto,semoga berhasil bro Allah menyertaimu.

  9. lelmbuthayati berkata:

    kadang sya mikir mas bro
    jadi manusia itu serba salah dan sulit…

    pertama:
    tiba2 di ciptkan dengan di bekali pikiran dan hawa nafsu…
    dan sedangkan nafsu itu selalu secara tiba2 datang mengajak berbuat yang salah,,di sisni manusia di seluruh hidupnya berjuang melawan hawa nafsu jika tidak kuat maka akan dosa dan masuk neraka…(serba repot kan)

    ada hal menggemberikan bahwa jika manusia bertaubat maka akan di ampuni dosanya, kecuali dosa syirik>>

    mbalik lagi spt yang sampean terangkan>>>
    manusia lahir di dunia ini terbatas pengetahuanya tentang benar dan salah

    misalkan menurut saya yang benar islam
    maka yang lahir di islam maka kemungkinan besar diya islam,,tapi bagiman yng lahir dr yang katanya dr agama musrik misal kristen, atau hindu, ataupun apapun jua…sedangkan misal si kristen ini pengen masuk islam krena ketakutan akan azab yg di kasih tau orang islam,,di sisi lain dia mikir jika masuk islam maka menurut kristen saya tidak memperoleh keselamatan>>>di sini diya menjadi bingung bukan karena apa,,tapi karena memang tidak tahu hakekat benar dan slah…yang konsekuensinya dia masuk neraka jika keputusan yang di ambil salah…(kok spt jebakan batman ya)

    saya pernah lihat debat zkir naik dan seorang ateis
    zakir naik bilang manusia sebelum lahir di jadikan manusia diya sudah di kasih pilihan ma allah apakah kamu benar2 mw jadi manusia sedangkan gunung2 saja gak berani jadi manusia>>
    si manusia mengiyakan,,
    trus Allah bilang apakah kamu sekarang bersaksi jika saya tuhan mu ,,maka si calon manusia menjawab iya>>
    akhirnya si calon manusia tadi di jadikan manusia dan ingatanya di hilangkan.

    jad menurut si Zakir naik pilihan manusia itu mw jadi manusia sudah di tawarkan sebelumnya>>

    tapi ada pernyataan menggelitik di benak saya,,trus ngapain si Allah menghilangkan ingatan saya bahwa sebelumnya saya bersaksi bahwa diya tuhan saya,,padahal dr hal tersebut ( menghilangkan ingatan) akan membuat persoalan besar saya bisa salah menentukan arah hidup dan membuat saya terbuang di neraka se lama2nya>>>

    ah benar2 bingungi>>>

    • Judhianto berkata:

      @LelmbutHayati: dengan logika hukum modern, tak ada dasar kuat untuk Tuhan menghukum manusia.

      Entahlah jika konsep adil Tuhan itu harus dipahami dengan logika Tuhan juga yang tak dipahami manusia. Mungkin perlu tambahan dalam penyebutan Tuhan, sehingga menjadi -> Tuhan Yang Maha Adil (menurut Tuhan)

  10. Dini Ahmad berkata:

    surga atau neraka, adil kah? menurut saya lebih kearah eksistensinya deh. buat saya yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan selain allooh dan muhammad itu hamba dan rosulnya yang membawa alquraan (walaupun kenabiannya dan alquraan yang dibawa muhammad sudah diragukan kebanyakan orang di sini) cuman mau ngasih penyegaran. buat yang muslim saja, kali aja lupa atau emang nggak pernah kebaca. sebuah potongan ayat yang artinya kira kira begini :

    “inilah jahannam yang dulu kamu diancam dengannya, masuklah kedalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya”. (alquraan surah yaaasiin ayat 62,63)

    nggak cukup deh kayaknya, baca aja surah yaasiin semuanya. sepertinya alquraan memang “komen komenan” di topik ini lewat surah yaaasiin.

  11. satria berkata:

    Halo pak Judhi…
    pertanyaan ini sudah sering saya tanyakan sama ustad2, kebanyakan jawabannya kurang memuaskan, hal ini sudah sering saya pikirkan semenjak kecil, saya sering mendengar khotbah bahwa Islamlah yg membawa kita ke jalan surganya Allah, lalu banyak yg bilang para ahlul kitab masuk neraka dulu, baru Surga, ada juga yg bilang selain Islam masuk neraka semua…

    saya jadi heran, bagaimana tetangga saya yg non-muslim tapi kelakuannya baik, dermawan bahkan perilakunya sangat Islami, nanti kalo mati lalu masuk neraka …??? inilah pertanyaan keadilan dalam tataran pikiran manusia biasa…

    kalo saya berpendapat, masalah adil atau tidak itu relatif, setiap orang memiliki definisi adil yg berbeda2. Pemahaman Islam saya adalah, surga adalah tempat dimana kita benar2 merasakan kemakrifatan dengan Ilahi…. kalo gambaran yg indah2 dalam literatur kitab, adalah gambaran bagi orang2 yg levelnya masih syariat saja. buat saya intinya surga, sebenar2nya tempat layak bagi orang berbuat kebaikan menurut Tuhan… ntar gimananya, ya ntar kita lihat aja setelah mati di dunia, yg penting selama di dunia bumi, marilah kita berbuat kebajikan dan menjalankan perintah agama yg kita anut dgn sebaik2nya… biarlah Allah yg menilai…

    Sementara neraka adalah tempat perenungan bagi kita selalu berbuat kedzholiman di muka bumi. Di tempat ini kita disadarkan oleh Tuhan bahwa kita ini makhluk yg lemah, tidak bisa berbuat apa2 tanpa Tuhan.

    Jadi, kita menilai adil atau tidak, ya nanti setelah semua di dunia ini musnah, ya kita lihat Tuhan akan menentukan keadilan menurut versinya, walau hambanya protes bahwa putusanNya tidak adil menurut versi hambaNya. Jadi dengan sisa umur yg ada, mending kita saling menebarkan kebaikan saja dan jalankan perintah agama dengan hati yg ikhlas…

    • Wisya berkata:

      Lucu gambaran surga kok cuma kenikmatan dunia di bawa/dipindah ke surga, dan bagiku surga adalah neraka buat istriku, coba cerita2 yang mengisahkan surga,pasti hanya bagi para pria.

    • Judhianto berkata:

      @Satria: dalam hadis qudsi, Allah berkata: “Aku sebagaimana gambaran umatku terhadapku”

      Artinya bahwa bahkan pusat dari agama itu sendiri yaitu Tuhan adalah subyektif – adalah sesuai persepsi penyembahnya. Apalagi bagian pinggirnya seperti surga-neraka, alam akhirat dan segala konsep agama.

      Jadi kalau gak cocok dengan konsep surga-neraka baku bawaan agama, ya gak masalah. Buat saja sendiri konsep yang sesuai dengan kita 🙂

  12. misnilrap berkata:

    Bagi saya tidak jelas konsep surga bawaan agama. Jika Mas Judhianto punya referensi dan dapat membuat suatu tulisan/artikel tentang surga, berikut ini ada beberapa pertanyaan saya tentang konsep surga yang memerlukan ulasan/tanggapan atau jawaban Sebenarnya masih banyak hal-hal lain yang ingin saya masukkan, tapi saya yakin Mas Judhianto sudah paham akan maksud saya. Terima kasih..

    Surga
    Di mana kah surga itu?
    Apakah ‘pintu’ surga terbuka saat ini?
    Apakah ada penghuni surga saat ini? Kalau ada siapa-siapa saja?

    Fisik
    Apakah yang masuk ke surga itu termasuk fisik atau hanya roh saja?
    Apakah di surga bayi, balita, remaja tumbuh (atau tiba-tiba?) jadi dewasa dan yang tua renta menjadi muda dan bugar kembali?
    Apakah penghuni surga telanjang (karena dosanya sudah diampuni?) atau memakai pakaian? Kalau berpakaian: mengapa, bahan apa, model apa?

    Biologis
    Apakah penghuni surga masih merasakan haus dan lapar sehingga perlu makan dan minum? Adakah toilet di surga?
    Apakah penghuni surga masih berhubungan sex? Jika betul, apakah tujuan hubungan sex itu sebagai kesenangan/kenikmatan semata saja atau untuk ‘berkembang biak’?

    Sosial
    Adakah komunitas sosial di surga?
    Adakah perbedaan suku, ras, golongan penghuni surga?
    Bahasa apakah yang dipakai di surga? Berbahasa apakah Tuhan itu?
    Apa saja kegiatan ‘sehari-hari’ (ada hari kah di surga?) dari penghuni surga?
    Adakah pelayan (budak?) di surga untuk melayani penghuninya? Jika ada, dan mereka juga masuk surga, mengapa nasibnya berbeda?
    Apakah ada pengertian ‘keluarga’ di surga seperti di dunia? Apakah penghuni surga berkumpul kembali dengan keluarganya di dunia jika sama-sama berada di surga?

    Religi
    Adakah religi di surga? Apakah ada ritual-ritual religi di surga seperti di dunia atau bagaimana?
    Apakah para nabi di surga masuk kelas penghuni khusus atau sama dengan penghuni regular’?
    Apakah para nabi masih memberi khotbah atau Tuhan yang langsung ‘berbicara’?

  13. sebenarnya berkata:

    Kalo anda mempelajari tentang DNA, genetika dll maka anda akan menyadari kalo konsep neraka sama sekali tidak adil. knp begitu? karena manusia tidak punya kendali pada dna dan genetika nya. kalo punya dna jahat ya tetep aja jahat. kalo terlahir homo ya ga bisa mengelak dari hal itu. jadi ga masuk akal jika manusia di hukum karena sesuatu yang tidak bisa dia kendalikan.

    • Judhianto berkata:

      @Sebenarnya: sebagian besar dari perilaku dan kecenderungan kita memang dikendalikan oleh faktor yang diluar kontrol kita. Namun faktor genetis hanyalah salah satunya, ada faktor tingkat sosial ekonomi keluarga, pendidikan, budaya, pergaulan yang menyumbang banyak pada hasil final perilaku kita.

      Secara ideal seharusnya hadiah dan hukuman berdasarkan pada penilaian pada hal-hal yang dalam kendali manusia, bukan sekedar melihat hasil akhir.

  14. pasuadji71 berkata:

    Mas judhi
    Apa ya kira2 motif para nabi yang mengaku utusan Tuhan itu..Apa mereka ga malu, ga kasihan sama orang2 yang jadi pengikut mereka..Terutama nabi islam itu,.apa ga kasihan nyuruh orang melakukan ini itu . Padahal orang yang tidak melakukan ini itu sama doang. Sama2.bahagia, sama2 tidak tahu. Si nabi islam tega banget sampe2 menyuruh pengikutnya mengobankan nyawa sendiri demi tegaknya agama dia. Mengancam yang.keluar dengan.pembunuhan, orang macam apa kira2 si nabi satu ini? Saya membandingkan dengan Shidarta yang ga pernah ngajak orang2.jadi pengikut. Kalo ada yang datang dia.terima, kalo orang itu mau pergi lagi ga cocok dengan.ajaranya, sidharta ga keberatan. Saya saja.merasa malu kalo ngajak orang tapi saya tidak mampu memberikan sesuatu, takut orang yang saja ajak kecewa. Misalnya ngajak orang makan di rumah. Saya akan hati2 sekali jangan.sampe mereka kecewa. Ayo mas bikin.wawancara.imajiner dengan.para utusan sok tahu.seperti nabi2 itu.

    • Judhianto berkata:

      @Pasuadji71: motif? lha semua pembawa ajaran itu yakin kok dengan apa yang dibawakannya. Gak ada bedanya kok antara nabi Yahudi, Kristen, Islam atau agama-agama yang lain. Dalam sejarah, pembunuhan atas nama agama bukan monopoli satu agama saja, akan tetapi ada di semua agama.

      Kalau Siddharta, modelnya agak beda. Sejak awal dia tak tertarik berbicara tentang Tuhan dan tak mengatakan pengetahuannya berasal dari Tuhan atau sumber adikodrati. Ia hanya mencari metode untuk terbebas dari duka (dan konsekwensinya bebas dari bahagia), metodenya sudah dibuktikan sendiri hasilnya. Karena berasal dari hasil kontemplasinya, ia tidak mengklaim bahwa itu satu-satunya metode di dunia, bisa jadi ada metode lain yang juga berhasil dari kontemplasi orang lain lagi.

  15. pasuadji71 berkata:

    Sy koq ga yakin kalo para nabi itu yakin dengan ajaranya sendiri. Supaya kelihatan me:-yakin-kan maka dia butuh dukungan, jadilah dia dakwah memobilisasi orang. Justru.karena ajarannya babar blas ga meyakinkan maka diciptakan surga dan neraka. HERAN banyak orang kepincut. Beberapa orang ikut saja dengan terpaksa ato dipaksa. Mungkin mereka para nabi.ini dihinggapi semacam dahaga puja puji pengkultusan.bukan semata mata alasan kebenaran.dan.keselamatan.

    • Judhianto berkata:

      @Pasuadji71: tentang keyakinan seseorang, kita hanya bisa menduga.

      Namun para Nabi selalu berjuang keras melawan arus masyarakat, keluarganya, penguasa dan sering dengan taruhan segalanya selama bertahun-tahun. Sebagai contoh, kita bisa lihat Lia Eden yang dengan tabah jadi bahan olok-olok selama bertahun-tahun. Saya yakin pendorong utama kegigihan mereka adalah keyakinan mereka atas apa yang sedang mereka dakwahkan, tak ada energi yang sedahsyat keyakinan.

  16. pasuadji71 berkata:

    Sy setuju keyakinan adalah energi dahsyat. Tapi coba lihat kata2.menjelang akhir hayat.
    Nabi isa: Allahku Allahku kenapa Engkau meninggalkanku
    Nabi Muhamad: umatku umatku umatku. Nampak buat sy Muhamad galau gimana nasib pengikutnya.
    Jadi berhenti sudah mengikuti keyakinan para nabi, sebab mereka sendiri mungkin aja ga yakin. Untuk apa ikutan, gambaran surga dan neraka saja ga adil babar blas son. Mantap mas judhi tulisanya!!!

    • Judhianto berkata:

      @Pasuadji71: untuk ucapan Yesus di akhir hayatnya, anda bisa membaca tafsir dari para pemeluk Kristiani, itu bukan tentang meragukan Allah. Sedangkan untuk ucapan Muhammad di akhir hayatnya, itu kerisauan tentang nasib umatnya di akhirat, bukan keraguan akan Allah atau akhiratnya.

  17. Zomb berkata:

    Tuhan KW…. Lol!!

    Ngomong-ngomong disini forum para tafir atau apa? Stabillodzim…!!
    Sadarlah wahai manusia ,, bahwa engkau hidup didunia hanya sementara. Setelah itu masuk surga atau neraka selamanya sesuai dengan kapling yang sudah di pesan selama hidup didunia.

    Ingatlah tuhan adalah maha segalanya. Allah who barbar. Amin…..

  18. Anna berkata:

    Ateis detected

  19. GbelF berkata:

    Duh anda anda gimana, bicara tentang kebenaran agama tertentu cuma dari luarnya aja, kebanyakan yang diajarin sama ustad kondang ya emang recehnya doang, yang gampang nyangkut di otak. Kalo cari kebenaran, cari ustad yang bener, guru yang sufi, guru yang tau kalo surga neraka itu keimanan level rendah.

    • Judhianto berkata:

      @Gbeif: jadi menurut anda ada agama bagian receh dan bagian bukan receh, ada yang ustad yang bener dan ustad gak bener, ada iman level rendah dan iman level gak rendah.

      Saya tertarik dengan definisi anda, tapi biasanya yang suka mendefinisikan sesuatu itu asbun, semacam tong kosong yang nyaring bunyinya.

      Agar pembaca lainnya tidak menganggap anda sekedar tukang bual tanpa isi, mohon dijelaskan lebih lanjut maksud definisi yang anda sebutkan tersebut agar semua pembaca tercerahkan.

      Silakan…

  20. Sic Mundus Creatus Est berkata:

    baru tahu ada blog yang membahas hal menarik seperti ini.. menurut apa yang saya pelajari; surga dan neraka itu memang ada dan adil. Semua agama baik itu samawi ataupun bukan menyatakan adanya surga dan neraka. namun dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya memiliki pandangan lain. surga dan neraka adalah salah satu hukum alam atau mekanisme built in alam semesta yang berlaku di seluruh jagat raya ini. Apa yang kita sebut “adil” tidak lain hanyalah merupakan proses penyeimbangan entropi dari bentuk energi satu ke bentuk energi lainnya. Keadilan ini tidak dapat digoyahkan walaupun dengan doa dan tangis air mata. Dengan bahasa lain; dosa tidak akan terhapus kecuali kita telah membayarnya dengan lunas. Tuhan mengampuni dosa kita dengan memberi kita waktu dan kesempatan untuk membayarnya. Ada dunia dan alam paralel yang tak terhingga banyaknya sehingga bila kita tak memiliki kesempatan mengenolkan dosa saat ini kita bisa melakukannya di beberapa alam lain yang bagi sebagian orang dinamakan neraka, jahanam, qlipoth dll. Jadi apa yang kita perbuat di dunia ini adalah sesuatu yang mengarahkan kita menuju ke dunia mana kita selanjutnya. Bila kita banyak melakukan kebaikan, berbuat baik, kita mengumpulkan energi positif yang sinkron dengan tujuan kita selanjutnya yaitu dunia dimana hanya ada cinta dan kebaikan. Menurut yang saya pelajari, surga bukanlah tempat untuk bersenang-senang menikmati sex dan sejenisnya namun merupakan dunia antara yang menjadi tempat berlatih menuju dunia yang lebih tinggi. Seandainya orang yang masih penuh amarah dan kebencian kepada sesama (namun di dunia dianggap sangat beriman dan agamis) bisa maruk surga, maka di surgapun ia akan meluapkan amarah dan kebencian kepada sesama disana. Manusialah yang harus berlatih seumur hidupnya agar dia bisa menjadi penuh cinta dan bermanfaat bagi sesamanya sehingga saat dia kelak mengakses surga dan melewati berbagai firewall bisa bebas dari deteksi malware amarah, kebencian, keserakahan dll. maaf bila OOT.

    • Judhianto berkata:

      @Sic Mundus Creatus Est: jadi menurut kepercayaan anda:

      1. Ada alam lain selain dunia yang kita alami ini
      2. Manusia setelah mati akan berpindah ke alam lain tersebut
      3. Setelah mati di alam berikutnya, manusia akan berpindah ke alam berikutnya lagi. Bisa berulang-ulang tergantung kriteria yang anda sebutkan seperti energi positif atau negatif yang dimilikinya

      Saya tidak percaya mengenai kehidupan setelah mati (baik yang seperti versi anda, atau versi-versi lainnya), tapi tentunya tiap orang boleh punya kepercayaannya sendiri. Terima kasih untuk berbagi kepercayaannya.

      • Sic Mundus Creatus Est berkata:

        Saya tidak menulis berdasarkan “kepercayaan”. Tentunya saya berani menuliskan ini setelah mempelajari metodenya, memiliki tools yang bisa dipergunakan melihat hal tersebut, mengalami experience sendiri dan menyimpulkan berdasarkan pengalaman. Saya pernah juga mengalami fase fanatik agama dan fase tidak percaya alam lain. namun apa yang pelajari tersebut bukanlah agama maupun kepercayaan.
        1. Ada alam lain ?. Ya. Kita bisa mengaksesnya dengan metode yang tepat. Apakah bisa diverifikasi ? Bisa dengan sesama penjelajah yang lain.
        2. manusia setelah mati akan berpindah ke alam lain ? ya dan tidak. dalam hidup inipun kita sudah bisa berpindah dan mengeksplorasi alam lain tersebut. Tentunya bukan alam gaib yang dipenuhi pocong dan kuntilanak namun alam yang sangat berbeda.
        3. Setelah mati berpindah pindah ? Bisa dikatakan demikian. namun untuk istilah “pindah” ini juga berlaku sangat relatif di alam lain. dimana pengalaman “waktu” disana tidak sama dengan waktu didunia kita saat ini.
        Saya tidak mendasarkan kehidupan saya pada sebuah “kepercayaan”. Karena apa yang hanya diimani tanpa pengetahuan hanyalah omong kosong belaka. Mohon maaf apabila saya tidak bisa menyebutkan apa yang saya pelajari karena aturan kami melarang kami menyebarkannya. saya menghormati kepercayaan pak Judhi bahwa disana tak ada alam lain karena “tak ada alam” juga merupalan suatu alam juga. Salam damai.

        • Judhianto berkata:

          @Sic Mundus Creatus Est: anda mengatakan:

          Apakah bisa diverifikasi? Bisa dengan sesama penjelajah yang lain

          Okelah bagi anda dan “penjelajah yang lain”, anda percaya itu nyata.

          Apakah bagi saya dan “yang bukan penjelajah” itu nyata? Ya nggak, lha memang gak ada buktinya.

          Bagi saya, itu seperti kepercayaan terhadap pocong, nyi Roro Kidul atau Sinterklas. Bagi yang percaya dan komunitas yang percaya, itu nyata, bukan omong kosong.

          Itu beda dengan gravitasi. Itu efeknya nyata, terlepas anda percaya atau tidak.

          Setiap klaim itu butuh bukti, klaim luar biasa tentu butuh bukti luar biasa juga. Sesederhana itu.

          Anda tak bisa menunjukkan bukti bagi yang tidak percaya? Sehebat apapun klaim anda, itu cuma kepercayaan.

Perkaya tulisan ini dengan pendapat Anda

error: Hargai hak cipta penulis !!
%d blogger menyukai ini: