Tuhanku Lebih Hebat!

“Agama adalah perjuangan.“
”Benar, perjuangan membela kebenaran, melawan kebatilan.”
“Bukan hanya perjuangan itu”
”Eh?…”
“Perjuangan mengalahkan agama lain yang sudah ada”
Dalam sejarah, suatu agama muncul ketika agama yang lama dianggap sudah tidak sesuai dan tidak berguna lagi bagi masyarakat pemeluknya Agama baru muncul dan merebut dukungan dari pemeluk agama lama.
Salah satu cara merebut dukungan ini adalah dengan membuat Tuhan dari agama baru ini lebih unggul dari Tuhan agama lama.
Bagaimana dengan agama rumpun Ibrahim?
Kita dapat melihat rekaman perjuangannya dalam beberapa kisah berikut:
Ciptakan Alam? Gak Sesusah Itu Bro…
Yahudi sebagai bangsa dan agama muncul diwilayah yang dalam pengaruh peradaban Babylonia / Mesopotamia. Sudah ada Agama dan Dewa-dewa yang mapan dalam masyarakat.
Di masyarakat kuno, alam adalah sumber ketakjuban, suatu ceruk marketing yang bagus bagi setiap agama, bila ia dapat dengan meyakinkan menjelaskan darimana alam yang mempesona itu berasal dan siapa penciptanya.
Enuma Elish: Susahnya Dewa Ciptakan Alam
Dalam syair kuno Enuma Elish dari Baylonia, Apsu sebagai dewa pertama keturunannya adalah berbagai macam dewa dengan berbagai macam perangai.
Para Dewa saling bertikai untuk alasan yang tak jelas. Dalam pertempuran ini Dewa Marduk berhasil membunuh Dewa Tiamat melalui pertempuran yang sengit.

Dewa Marduk yang menciptakan semesta dan manusia melalui pertempuran penuh darah
Marduk membelah tubuh Tiamat menjadi dua. Satu bagian tubuh Tiamat kemudian menjelma menjadi langit, bagian lainnya menjadi bumi.
Marduk kemudian membunuh Dewa Kingu, mencampur darah Kingu dengan tanah, dan dari campuran itu Marduk mencipta manusia.
Alhasil semesta dan manusia ini adalah hasil dari perjuangan keras Dewa Marduk
Genesis: Ciptakan Alam? Mudah Bagi Allah
Jika dalam Enuma Elish semesta dan manusia adalah hasil pertempuran hidup dan mati antara para dewa, Agama Yahudi mengatakan: “Bukan seperti itu”
Dalam Kitab Genesis (bagian dari Perjanjian Lama / Taurat), Allah cukup mengatakan “Jadilah terang!”, terciptalah terang.
Untuk mencipta langit, Allah cukup berkata “Jadilah sebuah kubah untuk membagi air itu menjadi dua, dan menahannya dalam dua tempat yang terpisah.” Kubah itu dinamakan-Nya langit yang terpisah dari bumi.
Untuk mencipta manusia, Allah mengambil sedikit tanah, membentuknya menjadi seorang manusia, lalu menghembuskan napas yang memberi hidup ke dalam lubang hidungnya; maka hiduplah manusia itu.

Tak perlu ada perang, cukup berkata – Jadilah!
Hebat bukan, Allah mencipta alam dan manusia hanya cukup dengan kehendak-Nya, Ia tak perlu melalui pertempuran hidup mati. “Kun Fayakun” – jika Ia berkata “Jadilah” maka segala sesuatu bisa terjadi.
Allah agama Ibrahim digambarkan jauh lebih berkuasa dari para dewa kuno tersebut. Kisah ini selain terdapat pada Perjanjian Lama juga ditulis ulang dalam Al-Qur’an.
Tuhanmu? Cuma Bawahan..
Untuk menggambarkan bahwa Tuhan Yahudi lebih berkuasa dari pada para dewa, dalam Kitab Mazmur (Psalms) 82:1 dituliskan ”Allah memimpin sidang para Dewa, Dia memberi perintah atas para Dewa”
Jelaslah Allah dari agama Ibrahim lebih berkuasa diantara para Dewa yang ada.
Masih Sembah Dia? Tahu Rasa Nanti…
Persaingan antar Tuhan yang makin keras, terekam dalam episode Nabi Elia (Ilyas dalam Islam). Kisahnya terekam dalam Kitab Para Raja I 18 sebagai berikut:
Ketika terjadi bencana kelaparan parah di Samaria akibat hujan yang tak turun selama 3 tahun, Raja Ahab melakukan segala cara untuk memanggil hujan, salah satunya adalah dengan kontes yang berakhir mengerikan.
Nabi penyembah Allah (Nabi Elia) seorang diri melawan 450 Nabi penyembah Dewa Baal berhadapan dalam kontes yang ukurannya sederhana: Yang bisa memanggil hujan adalah yang menang. Kontes ini diadakan diatas Gunung Karmel.
Giliran pertama: para Nabi Baal menyembelih seekor sapi, memotong dan mempersembahkannya dalam altar api. Pada Baal mereka kemudian meminta, memohon dan menyeru agar Baal menunjukkan kuasanya menurunkan hujan. Seharian penuh mereka berusaha dengan segala upayanya. Tak ada jawaban dari Baal, hanya olok-olok Nabi Elia saja yang terdengar merendahkan mereka.
Giliran kedua: Nabi Elia menyembelih seekor sapi, memotong dan mempersembahkannya dalam altar api. Pada Allah, Nabi Elia meminta, “Ya Allah, sembahan Ibrahim, Ishak dan Yakub, tunjukkan kuasa-Mu”. Dari langit muncul petir yang menyambar hangus altar api beserta kurban sapinya. Allah berkenan mengambil persembahan itu.
Kemudian Elia berkata kepada Raja Ahab, ”Silakan Baginda pergi makan! Sebentar lagi akan hujan, sebab derunya sudah terdengar.”, dan benar hujan sangat lebat tak lama kemudian turun, menunjukkan betapa kuasanya Allah Ibrahim.
Bagaimana dengan nasib para Nabi penyembah Dewa Baal? Elia menyuruh menangkap mereka semua, membawanya ke sungai Kison dan menyembelih mereka semua di sana.

Akhir yang tragis, 400 Nabi penyembah Baal disembelih Nabi Elia
Sungguh sebuah kemenangan yang keras…
Perjuangan Agama, Masihkah?
Tentu masih.
Apakah lawan utama agama Ibrahim sekarang adalah penyembah Setan, Dewa atau Tuhan tipe baru? bukan…
Penyembah agama Ibrahim sepertinya malah harus bersekutu dengan penyembah Tuhan atau Dewa lainnya untuk melawan musuh tipe baru, yaitu masyarakat yang mulai menganggap para Dewa dan Tuhan semakin tak relevan dalam kehidupan sehari-hari. Semakin tak relevan untuk menentukan nasib, yang bisa mereka perjuangkan sendiri lewat usaha, pendidikan dan kesempatan.
Referensi:
- Enuma Elish
- Genesis And Enuma Elish
- Alkitab terjemahan Indonesia
Makasih mas Judhi…,seperti di ajak melihat dr atas bukit,tentu pemandangan yg kita lihat lebih terlihat ragam n warnanya.Beda tentunya bila kita cuma melihat pemandangan itu dr atap rumah.Apalagi menjadi katak yg terkungkung dalam tempurung..
@Edy: terima kasih kembali. Semoga kita tak alergi untuk mencoba melihat sesuatu dari sudut yg beda.
Sudah berada diatas bukit toh? bukan dalam tempurung lagi??
Atau hanya berpindah dari tempurung satu ketempurung lain, yang skelilingnya dihiasi lukisan perbukitan…….
Alhamdullillah saya telah banyak mengenal tempurung2 sebelumnya, ada yang dilukis perbukitan, dihiasi foto foto, dll. Setidaknya tidak hanya 1 tempur yang saya huni. Jadi sudah banyak tempurung yang saya huni dibanding orang lain……
Alhamdulillah, banyak tempurung yang telah saya masuki,/kunjungi dari yang dihiasi lukisa, foto foto, tato dll. Terntaya mereka memiliki keunikan masing2, ternyata orang yang hanya berada dalam satu tempurung dan membawa kebenaran dalam tempurungnya, tenyata kurang memiliki kwalitas dan untoleransi terhadap penduduk tempurung lan.
Aha…berbicara katak dalam tempurng. saya pernah merasa asyik dalam ketertempurungan hingga saya mendengar gemuruh yang mengusik keasyikan saya di luar tempurung tersebut. hingga berusaha keluar dari ketertempurungan saya. salahsatu suara gemuruh tersebut adalah dari tulisan2nya mas Judhi ini. Terima kasih brur..!gemuruh itu ternyata mengasyikkan.
@Dizal: gemuruh? He he.. Semoga masih bisa tidur.
Assalamualaikum.
Memang cerdas mas yudhi ini, bisa menangkap fenomena yang terjadi dikehidupan masa kini, dimana masyarakat mulai menyadari bahwa simbol agama yang tidak boleh dipertanyakan, dan dengan kemajuan jaman, mereka mulai bertanya pada rumput bergoyang di dalam dunia maya. Mereka telah menemukan jawaban yang mereka tanyakan. Semua itu simbol-simbol guna membohongi yang sebetulnya niatnya baik untuk kedamaian dan kesejahteraan. Dan selanjutnya bagaimana mereka harus bersikap, apakah boleh korupsi-ria, atau menikmati kemewahan tanpa melupakan nafsu birahi. OOhh tentu tidak, kita masih mempunyai nurani yang didapat dari pengalaman hidup dengan memakai simbol itu. Impuls inilah yang akan membimbing kita, yaitu Sang Guru Mursyid, yang secara bijak mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, dan menyeimbangkan sifat jahat dan kebaikan. wkwkwkkk
Wasalam
H. Bebey
@H. Bebey: terima kasih pak.
Semua agama punya 2 sisi. Sisi temporer..biasanya terkait hukum dan ritual, dan sisi eternal yang universal..biasanya terkait moral dan spiritual. Sisi temporer melahirkan insider dan outsider dan sepanjang sejarahnya selalu menghasilkan konflik, penderitaan dan pertumpahan darah. Sisi eternal yang menjadi inti agama-agama melahirkan ketersambungan dan menjadi unsur paling kuat mengapa kita tetap menjadi orang beriman. Orang bijak cenderung berhati-hati pada yang temporer – meskipun tertulis dalam Kitab Suci -karena banyak “jebakan” di dalamnya dan Qur’an menyebutnya sebagai ujian bagi orang yang beriman. Sepanjang sejarah, dengan mudah kita melacak orang-orang atau tokoh-tokoh yang terjebak dan tidak lulus ujian. Ciri-cirinya..keputusannya/perbuatannya mendatangkan kerusakan..meskipun mereka menyebutnya atas nama Tuhan.
Untuk terhindar dari jebakan..cara paling mudah boleh meniru rekan Dizal di atas..keluar dari tempurung..jelajahilah kolam-kolam indah yang tak terhitung jumlahnya..nikmati perjalanannya dan hiruplah hikmahnya. Salam.
@Sulaeman Suparman: terima kasih pak atas pencerahannya. Seharusnya agama harus memerdekakan kita bukan malah menjadi penjara bagi kita.
Mas, Om atau Bapake
Bijimana sampean bisa mendefinisiken “Penyembah Agama Ibrahim” ?!…. hahaha… sampena itu lucu deh… hikz. yang disembah itu apanyah.
Kalau sampean maksud Ajaran Nabi Ibrahim a.s, lha sejak kapan beliau bersekutu dengan para dewa… ?!… hahaha… tau sejarah nggak sampean 😛
@حَنِيفًا: terima kasih atas komentar anda yang meluap-luap.
Saya menggunakan sumber Bibel dan Enuma Elish yang merupakan rekaman sejarah, anda menggunakan sejarah macam apa? atau hanya dogma?
Nama tuhan Allah sudah dipakai sejak dalam agama Yahudi dan Kristen. knapa Islam yang baru muncul belakangan ngklaim Allah sebagai nama tuhannya, jelas dia ini yg plagiat. Di Malaysia agama Kristen tidak boleh menggunakan nama Allah sebagai nama tuhannya, aneh kan
@Geloaku: ketiga agama tersebut sebenarnya menyembah Tuhan yg sama.
Memonopoli nama Allah hanya menunjukkan kedangkalan berpikir.
Suatu saat atau 100 tahun kedepan agama Sallamulah yg dipasarkan oleh Lia Eden akan laris manis karena agama yg ada saat ini mulai tampak pepesan kosongnya, semua dihukumi wajib sedang haknya gak pernah dibrikan, jamaah disuruh nrimo iming2 pahala smentara sang ustad menikmati harta dan paha yg diperoleh dari jamaah, istiqosah minta turun hujan yg datang puting beliung. Seandainya negara ini mengijinkan bikin agama baru, saya yakin Sallamulah bisa menjadi pesaing berat Arab Saudi
@Geloaku: ha.. ha.. itu kalau orang masih butuh tuntunan langit utnuk hidup di bumi..
Kelihatannya agama baru masih punya prozpek bagus, paling tidak untuk bbrapa tahun kedepan, buktinya sempalan agama yg dicap sesat jg banyak peminatnya. Apalagi yg baru dg berbagai strategi marktingnya tentu akan banyak dimnati, kita tahu karakter masyarakat kita selalu ingin mencoba yg baru termasuk produk budaya yg disebut agama. masalahnya di negeri ini sulit untuk dapat ijin bikin agama dan menjualnya karena ada kekawatiran tersaingi, lha wong cuma dikritisi aja mencak-mencak. Tapi bagi saya setuju beragama ala Mas Yudhi.
@Geloaku: terima kasih…
Agomo ageming hati. Itu yang paling pas kliatannya. Tidak diperjual belikan dengan alasan dakwah dll. Sesungguhnya masing2 orang memiliki tuhan, cuma benderanya sama, tapi sejatinya berbeda he..he… Ulasannya sangat menarik pak
@Ananto Tejo Baskoro: Agama ageming ati – Agama adalah baju untuk hati, saya setuju ungkapan ini.
Agama adalah baju, dia dipilih karena kecocokannya dengan pemakainya.
Terima kasih atas tulisan mas judhi yang mencerahkan dan menghibur juga
terus terang, membaca tulisan mas judhi dan komentar komentar teman teman lain nya, membuat saya bisa sambil senyum senyum sendiri..
Sejauh ini Tulisan mas judhi lebih banyak membahas tentang agama yang memiliki tuhan.
bagaimana halnya dengan agama yang tidak memiliki tuhan, seperti agama Buddha dan Hindu (?).
saya berharap tulisan mas judhi juga membahas dari sisi pandang Buddhism.
Mestinya akan sama menariknya dan mencerahkan..
加油 !jia you !
@Joseph: untuk agama tanpa Tuhan seperti Buddha, saya merasa tidak punya banyak referensi, mungkin ada banyak penulis lain yang lebih jago menuliskannya dengan menarik 🙂
Tuhanmu ? Cuma bawahan
===========
82:1 Mazmur Asaf. Allah berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah Ia menghakimi
Untuk mengerti ayat tersebut sebaiknya dibaca 1 perikop penuh;
Kitab Mazmur ditulis dengan bahasa puisi (syair); dalam pemahami isi kitab Mazmur harus dipahami secara tersirat karena banyak menggunakan makna-makna Alegoris.
* MAZMUR 82 Allah dalam sidang ilahi
82:1 LAI Terjemahan Baru (TB) Mazmur Asaf. Allah (‘ELOHIM) berdiri dalam sidang ilahi, di antara para allah (‘ELOHIM) Ia menghakimi:
King James Version (KJV), God (‘ELOHIM) standeth in the congregation of the mighty; he judgeth among the gods (‘ELOHIM).
New International Version (NIV), God presides in the great assembly; he gives judgment among the gods:
Biblia Hebraic Stuttgartensia (BHS), Hebrew with vowels,
מִזְמֹור לְאָסָף אֱלֹהִים נִצָּב בַּעֲדַת־אֵל בְּקֶרֶב אֱלֹהִים יִשְׁפֹּט׃
Translit, MIZMOR {mazmur} LE’ASAF {dari bani asaf} ‘ELOHIM {Allah} NITSAV {Ia berdiri, verb, singular, masculine} BA’ADAT {di dalam sidang} -EL BEQEREV {diantara} ‘ELOHIM {hakim-hakim} YISYPOT {Ia menghakimi}
Jewish Publication Society Tanakh (JPST), A Psalm of Asaph. God (‘ELOHIM) standeth in the congregation of God; in the midst of the judges (‘ELOHIM) He judgeth:
Note: Dari susunan kalimat ini kita dapat mengetahui, kata ‘ELOHIM yang pertama adalah ditujukan kepada Allah Sang Pencipta, hal ini dapat dilihat dari jenis kata kerja “singular” yang dipakai: NITSAV bukan “NITSAVIM” (plural). Sedangkan ‘ELOHIM yang kedua adalah bermakna “hakim-hakim” (plural) dengan menimbang konteks keseluruhan pasal ini.
82:2 LAI TB, “Berapa lama lagi kamu menghakimi dengan lalim dan memihak kepada orang fasik? Sela
KJV, How long will ye judge unjustly, and accept the persons of the wicked? Selah.
NIV, “How long will you defend the unjust and show partiality to the wicked? Selah
Hebrew,
עַד־מָתַי תִּשְׁפְּטוּ־עָוֶל וּפְנֵי רְשָׁעִים תִּשְׂאוּ־סֶלָה׃
Translit, ‘AD-MATAY TISYPETU-AVEL ‘UFENEI RESYA’IM TISU-SELAH
JPST, How long will ye judge unjustly, and respect the persons of the wicked? Selah
82:3 LAI TB, Berilah keadilan kepada orang yang lemah dan kepada anak yatim, belalah hak orang sengsara dan orang yang kekurangan!
KJV, Defend the poor and fatherless: do justice to the afflicted and needy.
NIV, Defend the cause of the weak and fatherless; maintain the rights of the poor and oppressed.
Hebrew,
שִׁפְטוּ־דַל וְיָתֹום עָנִי וָרָשׁ הַצְדִּיקוּ׃
Translit, SYIFTU-DAL VEYATOM ‘ANI’ VARASY HATSEDIQU
JPST, Judge the poor and fatherless; do justice to the afflicted and destitute.
82:4 LAI TB, Luputkanlah orang yang lemah dan yang miskin, lepaskanlah mereka dari tangan orang fasik!”
KJV, Deliver the poor and needy: rid them out of the hand of the wicked.
NIV, Rescue the weak and needy; deliver them from the hand of the wicked.
Hebrew,
פַּלְּטוּ־דַל וְאֶבְיֹון מִיַּד רְשָׁעִים הַצִּילוּ׃
Translit, PALTU-DAL VE’EVYON MIYAD RESYA’IM HATSILU
JPST, Rescue the poor and needy; deliver them out of the hand of the wicked.
82:5 LAI TB, Mereka tidak tahu dan tidak mengerti apa-apa, dalam kegelapan mereka berjalan; goyanglah segala dasar bumi.
KJV, They know not, neither will they understand; they walk on in darkness: all the foundations of the earth are out of course.
NIV, “They know nothing, they understand nothing. They walk about in darkness; all the foundations of the earth are shaken.
Hebrew,
לֹא יָדְעוּ וְלֹא יָבִינוּ בַּחֲשֵׁכָה יִתְהַלָּכוּ יִמֹּוטוּ כָּל־מֹוסְדֵי אָרֶץ׃
Translit, LO’ YADU VELO YAVINU BAKHASYEKHA YITHALAKHU YIMOTU KOL-MOSDEY ARETS
JPST, They know not, neither do they understand; they go about in darkness; all the foundations of the earth are moved.
82:6 LAI TB, Aku sendiri telah berfirman: “Kamu adalah allah (‘ELOHIM), dan anak-anak Yang Mahatinggi kamu sekalian.
KJV, I have said, Ye are gods (‘ELOHIM); and all of you are children of the most High.
NIV, “I said, ‘You are “gods”; you are all sons of the Most High.’
Hebrew,
אֲנִי־אָמַרְתִּי אֱלֹהִים אַתֶּם וּבְנֵי עֶלְיֹון כֻּלְּכֶם׃
Translit, ‘ANI’ ‘AMARTI ‘ELOHIM ‘ATEM ‘UVENEY ELYON KULKHEM
JPST, I said: Ye are godlike beings, and all of you sons of the Most High.
82:7 LAI TB, Namun seperti manusia kamu akan mati dan seperti salah seorang pembesar kamu akan tewas.”
KJV, But ye shall die like men, and fall like one of the princes.
NIV, But you will die like mere men; you will fall like every other ruler.”
Hebrew,
אָכֵן כְּאָדָם תְּמוּתוּן וּכְאַחַד הַשָּׂרִים תִּפֹּלוּ׃
Translit, ‘AKHEN KE’ADAM TEMUTUN ‘UKHEAKHAD HASARIM TIPOLU
JPST,Nevertheless ye shall die like men, and fall like one of the princes.’
82:8 LAI TB, Bangunlah ya Allah (‘ELOHIM), hakimilah bumi, sebab Engkaulah yang memiliki segala bangsa.
KJV, Arise, O God, judge the earth: for thou shalt inherit all nations.
NIV, Rise up, O God, judge the earth, for all the nations are your inheritance.
Hebrew,
קוּמָה אֱלֹהִים שָׁפְטָה הָאָרֶץ כִּי־אַתָּה תִנְחַל בְּכָל־הַגֹּויִם׃
Translit, QUMAH ‘ELOHIM SYAFTAH HA’ARETS KI-ATAH TINKHAL BEKHOL-HAGOYIM
JPST, Arise, O God, judge the earth; for Thou shalt possess all nations.
Penjelasan :
Mazmur 82 berbicara mengenai para hakim yang lupa diri. Ketika mazmur ini ditulis, para hakim tidak hanya menjalankan tugas yudikatif (hukum), tapi juga eksekutif (pemerintahan) dan legislatif (pembuat undang-undang).
Sebagai hakim, mereka harus memerintah dengan adil dan menghukum kejahatan (Ulangan 25:1). Namun, pada kenyataannya, ada hakim yang justru memutarbalikkan kebenaran dan membela kelaliman (ayat 2). Bagaimana mungkin mereka dapat membela kaum tertindas dan lemah (ayat 3-4) jika mereka tidak mengenal hikmat Allah dan tidak berjalan dalam kesucian (ayat 5)?
Itulah sebabnya kita melihat Allah berdiri di hadapan para “allah” untuk menghakimi mereka. Istilah “allah” (jamak, terjemahan dengan huruf latin kecil) bukan merupakan suatu pujian untuk status para hakim yang seharusnya menjadi wakil Allah, mereka ini seakan-akan menjadi “Allah”, namun ayat tsb merupakan sindiran yang keras.
Mazmur 82:1, terjemahan kalangan Yahudi : Jewish Publication Society Tanakh (JPST) menterjemahkan kata Ibrani אֱלֹהִים – ‘ELOHIM dengan kata “judges”, sesuai konteks. Dalam beberapa ayat memang ‘ELOHIM bermakna “hakim”, kita lihat contoh ayat lain, sbb :
* Mazmur 50:6
LAI TB, Langit memberitakan keadilan-Nya, sebab Allah sendirilah Hakim. Sela
KJV, And the heavens shall declare his righteousness: for God is judge himself. Selah.
Hebrew,
וַיַּגִּידוּ שָׁמַיִם צִדְקֹו כִּי־אֱלֹהִים שֹׁפֵט הוּא סֶלָה׃
Translit, VAYAGIDU SYAMAYIM TSIDQO KI-‘ELOHIM SYOFET HU’ SELAH
JPST, And the heavens declare His righteousness; for God, He is judge. Selah
Kata אֱלֹהִים – ‘ELOHIM juga merujuk kepada para hakim, diterjemahkan oleh LAI dengan “Allah”, sedangkan KJV menerjemahkannya dengan ‘judges’.
* Keluaran 22:8
LAI TB, Jika pencuri itu tidak terdapat, maka tuan rumah harus pergi menghadap Allah (‘ELOHIM) untuk bersumpah, bahwa ia tidak mengulurkan tangannya mengambil harta kepunyaan temannya.
KJV, If the thief be not found, then the master of the house shall be brought unto the judges (‘ELOHIM), to see whether he have put his hand unto his neighbour’s goods.
Hebrew,
אִם־לֹא יִמָּצֵא הַגַּנָּב וְנִקְרַב בַּעַל־הַבַּיִת אֶל־הָאֱלֹהִים אִם־לֹא שָׁלַח יָדֹו בִּמְלֶאכֶת רֵעֵהוּ׃
Translit., ‘IM-LO’ YIMATSE’ HAGANNAV VENIQRAV BA’AL-HABAYIT ‘EL-HA’ELOHIM ‘IM-LO’ SYALAKH YADO BIMLE’KHET RE’EHU
JPST, If the thief be not found, then the master of the house shall come near unto God, to see whether he have not put his hand unto his neighbour’s goods.
Nah, siapa yang dimaksud “hakim-hakim” (para allah) dalam Mazmur pasal 82 ini?
Mereka adalah orang-orang yang mengangkat diri menjadi allah-allah palsu. Kepada orang-orang yang congkak dan lupa diri inilah, Allah akan menumpahkan gemas-Nya (ayat 7). Di dalam “kebesaran”, mereka akan dihempaskan, karena wewenang telah disalah-gunakan.
Pengertian posisi HAKIM dalam dunia sekuler-pun ada; bahwa posisi seorang hakim adalah seolah-olah sebagai “yang maha kuasa” sebagai otoritas final menentukan seorang bersalah/tidak, dihukum/tidak dst….. Sehingga kita menyebut hakim pada persidangan dengan “yang mulia” atau “your highness”, kebiasaan ini lazim dalam persidangan di seluruh dunia.
Mazmur 82, pasal ini ditutup dengan suatu permohonan pada Allah agar Ia segera mengulurkan tangan-Nya, membela kaum papa, dan menghajar para pemimpin yang sewenang-wenang. Ini adalah suatu pernyataan iman bahwa Allah tidak pernah menutup mata terhadap segala kejahatan dan penyimpangan. Sebab Allah sendirilah Hakim yang adil itu. 🙂
@Paradise OK: bisa dijelaskan dengan bahasa manusia yang ringkas dan mudah?
Mazmur 82 berbicara mengenai para hakim yang lupa diri. Ketika mazmur ini ditulis, para hakim tidak hanya menjalankan tugas yudikatif (hukum), tapi juga eksekutif (pemerintahan) dan legislatif (pembuat undang-undang).
Sebagai hakim, mereka harus memerintah dengan adil dan menghukum kejahatan (Ulangan 25:1). Namun, pada kenyataannya, ada hakim yang justru memutarbalikkan kebenaran dan membela kelaliman (ayat 2). Bagaimana mungkin mereka dapat membela kaum tertindas dan lemah (ayat 3-4) jika mereka tidak mengenal hikmat Allah dan tidak berjalan dalam kesucian (ayat 5)?
Itulah sebabnya kita melihat Allah berdiri di hadapan para “allah” untuk menghakimi mereka. Istilah “allah” (jamak, terjemahan dengan huruf latin kecil) bukan merupakan suatu pujian untuk status para hakim yang seharusnya menjadi wakil Allah, mereka ini seakan-akan menjadi “Allah”, namun ayat tsb merupakan sindiran yang keras.
Mazmur 82:1, terjemahan kalangan Yahudi : Jewish Publication Society Tanakh (JPST) menterjemahkan kata Ibrani אֱלֹהִים – ‘ELOHIM dengan kata “judges”, sesuai konteks. Dalam beberapa ayat memang ‘ELOHIM bermakna “hakim”
Nah, siapa yang dimaksud “hakim-hakim” (para allah) dalam Mazmur pasal 82 ini?
Mereka adalah orang-orang (manusia) yang mengangkat diri menjadi allah-allah palsu. Kepada orang-orang yang congkak dan lupa diri inilah, Allah akan menumpahkan gemas-Nya (ayat 7). Di dalam “kebesaran”, mereka akan dihempaskan, karena wewenang telah disalah-gunakan.
Pengertian posisi HAKIM dalam dunia sekuler-pun ada; bahwa posisi seorang hakim adalah seolah-olah sebagai “yang maha kuasa” sebagai otoritas final menentukan seorang bersalah/tidak, dihukum/tidak dst….. Sehingga kita menyebut hakim pada persidangan dengan “yang mulia” atau “your highness”, kebiasaan ini lazim dalam persidangan di seluruh dunia.
Mazmur 82, pasal ini ditutup dengan suatu permohonan pada Allah agar Ia segera mengulurkan tangan-Nya, membela kaum papa, dan menghajar para pemimpin yang sewenang-wenang. Ini adalah suatu pernyataan iman bahwa Allah tidak pernah menutup mata terhadap segala kejahatan dan penyimpangan. Sebab Allah sendirilah Hakim yang adil itu. 🙂
Pada prinsipnya saya pribadi senang dgn blog ini disertai dgn ulasan2 tulisan yg cukup menarik dijadikan bahan renungan plus menambah pengalaman dan pengetahuan. Dengan segala keterbatasan saya hanya ingin berbagi pandangan tanpa mendoktrinisasi pemahaman saya terhadap pemahaman orang lain.
@Judiantho, Terima kasih atas perkenaannya
====================
Masih sembah Dia ? tahu rasa nanti ……sungguh sebuah kemenangan yang keras
====================
Dalam peristiwa kisah Nabi Elia mungkin akan terasa aneh ketika sebuah kemenangan atas nama Tuhan, maka Tuhan menggunakan pedang melalui Nabi Elia dengan membunuh nabi2 dewa baal
tujuan Allah selalu untuk memberitakan kabar gembira, bahwa manusia mempunyai Allah, satu2nya yang bisa melindungi & membalas, menyelamatkan & menghakimi. Namun cara Allah bisa berbagai macam, menurut kebijaksanaanNya untuk mencapai maksud2Nya, baik dengan pedang maupun tanpa pedang.
Allah mengghukum manusia termasuk para nabi dewa baal dalam kisah Nabi Elia karena Allah punya alasan yaitu “dosa”. Allah tidak pernah berkompromi dgn yg namanya “dosa”
Galatia 6:7
Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.
Roma
6:23 Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal ……
Selanjutnya perbuatan “dosa” apakah yg ditabur oleh para nabi dewa baal dan para nabi penyembah dewa lainnya ?
Yehezkiel
23:37 Sebab mereka berzinah, tangan mereka berlumuran darah dan mereka berzinah dengan menyembah berhala-berhalanya, bahkan anak-anak lelaki mereka yang dilahirkan bagi-Ku dipersembahkannya sebagai korban dalam api kepada berhala-berhalanya menjadi makanan.
Mazmur
106:36 Mereka beribadah kepada berhala-berhala mereka, yang menjadi perangkap bagi mereka.
106:37 Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat,
106:38 dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah.
106:39 Mereka menajiskan diri dengan apa yang mereka lakukan, dan berzinah dalam perbuatan-perbuatan mereka.
II Raja-raja
17:11 di sana di atas segala bukit itu mereka membakar korban seperti bangsa-bangsa yang telah diangkut TUHAN tertawan dari depan mereka; mereka melakukan hal-hal yang jahat sehingga mereka menimbulkan sakit hati TUHAN;
17:12 mereka beribadah kepada berhala-berhala, walaupun TUHAN telah berfirman kepada mereka: “Janganlah kamu berbuat seperti itu!”
Apakah pada tempatnya dan beralasan Allah menghukum perbuatan “dosa” seperti ritual mengorbankan nyawa manusia sebagai tumbal utk para dewa yg dilakukan oleh manusia termasuk para nabi penyembah dewa baal dalam kisah Nabi Elia ?
dunia saat itu sangat barbar, pakai hukum rimba atau hukum binatang. Orang2 jahat itu sudah susah sekali disebut manusia.
Tuhan tidak membiarkan manusia terus bertambah jahat, Dia menghentikan segala kekejaman manusia pada waktuNya menurut kebijaksanaanNya . Bahkan bagi orang2 jahat itu sebelum mereka harus dibinasakan, mereka boleh menyaksikan/mendengar tentang Tuhan Yang Maha baik Namun Maha Adil itu.
Keluaran
20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
Ulangan 4:24
Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu.
Allah terikat perjanjian dengan diriNya sendiri yaitu HukumNya
Allah HARUS melaksanakan janji dan HukumNya sendiri. Jika Allah mengingkari perjanjian atau perkataanNya sendiri, bisakah Ia disebut Allah Yang Setia?
Tetapi justru karena itu, Allah mengalami pergolakan batin dalam diriNya sendiri, bahwa tidak mudah bagi Allah untuk membunuh manusia termasuk para nabi dewa baal dalam kisah Nabi Elia.
Allah mengasihi manusia, dan Dia menghukum/membunuh mereka dengan air mata dan geram, perasaan yang sulit digambarkan.
Tuhan tidak mengharapkan untuk menyiksa atau membunuh siapapun, tapi Tuhan harus melakukannya karena demi kebenaran; tidak ada kompromi dgn “dosa”, maka hatiNya penuh rasa sesal karena harus membunuh manusia.
Akhirnya kita sekarang mengetahui isi hati Tuhan, dan kita seharusnya bersimpati kepada Dia, dan bukannya mempertanyakan apa yang sudah Tuhan putuskan
Sebab tidak ada kecurangan pada Allah, Dia tulus dalam segala hal, Allah polos dan lurus, apa yang harus dilakukan akan Dia lakukan sekalipun HatiNya sakit dan menangis.
Terima kasih 🙂
@Paradise OK: terima kasih atas tambahan informasinya.
Yang saya tangkap dari penjelasan anda tentang eksekusi 450 nabi penyembah Baal oleh Nabi Elia adalah:
Hal lain yang patut diperhatikan adalah:
Yang menjadi masalah dari kisah ini adalah:
terima kasih atas perkenaannya .. 🙂
saya sangat setuju dgn akhir argument pada point 7,8 dan 9. Tindakan Nabi Elia akan saya lihat dari pandangan yg sedikit berbeda.
Tindakan yg dilakukan oleh Nabi Elia selalu berkenaan dgn Allah, ia berdiri di tengah-tengah barisan nabi PL yg bersifat kesurupan, yang mulai pada zaman Samuel, dan ia juga seorang perintis dari barisan nabi yg menulis pada abad 8. Hubungannya dengan tradisi terdahulu dapat dilihat dalam hal ia seorang yg segera bertindak, dan gerakannya yg dikemudikan Roh Allah tak dapat diduga O/ orang lebih dahulu.(1 Raja 18:1, 4, 13; 2 Raj 2:3, 5, 7).
Rentetan cerita pedang Nabi Elia memenangkan Nabi2 Baal atas kehendak Tuhan sendiri (tentang Tuhan menghukum “dosa” ada dipostingan sebelumnya), Nabi Elia tdk termotifasi utk membela kepentingan pribadinya ataupun kepercayaan yg dianutnya, tapi perintah Allah semata
1Raj 18:18
Konfrontasi Elia yang berani dengan Ahab dan ketidakbenaran di Israel menjadikannya nabi teladan bagi Israel (Meleakhi 4:5-6; Luk 1:17).
(Meleakhi 4:5 Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.; 4:6 Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah.)
MENINGGALKAN PERINTAH-PERINTAH TUHAN.
1. Elia benar-benar seorang “abdi Allah” (1Raj 17:24), seorang yang berbicara bukan sekedar untuk menyenangkan orang lain tetapi sebagai hamba Allah yang setia (bd. Gal 1:10; 1Tes 2:4; –> Luk 1:17).
2. Sebagaimana Elia dipanggil untuk membela Allah Israel yang sejati, semua hamba Allah dari perjanjian yang baru dipanggil untuk membela Kebenaran Allah terhadap pemutarbalikan, kompromi, dan pencemaran ( Filipi 1:17; Yudas 1:3)
KALAU TUHAN ITU ALLAH, IKUTILAH DIA.
1Raj 18:21
Elia menantang bangsa itu untuk mengambil keputusan yang pasti di antara ikut Allah atau ikut Baal (bd. Yeh 20:31,39). Israel percaya bahwa mereka dapat menyembah keduanya sekaligus. Mereka bersalah karena bercabang hati (bd. Ul 6:4-5) dan berusaha untuk melayani dua tuan. Allah sendiri pernah memperingatkan terhadap sikap fatal ini (Mat 6:24; bd. Ul 30:1 – 30; Yos 24:14-15)
MEMBUAT HATI MEREKA TOBAT KEMBALI.
1Raj 18:37
Maksud konfrontasi Elia dengan para nabi Baal dan kemudian doanya ialah menyatakan kasih karunia Allah kepada umat itu; hanya ada “satu Allah Yang Maha Benar”. Ia ingin membalikkan hati mereka kepada Allah Yang Maha Benar”; “benar2 Tuhan, bukan Tuhan jadi2an” (ayat 1Raj 18:37). Demikian pula, Yohanes Pembaptis, adalah gambaran “Elia” PB (lihat 1Raj 17:1)
NABI ELIA VS NABI BAAL
1Raj 18:40
Hal-hal berikut mengenai pembunuhan nabi-nabi Baal ini:
1. Hukuman mati mereka itu adil karena dilaksanakan sesuai dengan hukum Musa (Ul 13:6-9; 17:2-5).
PB tidak memiliki perintah semacam itu; tindakan kekerasan terhadap nabi palsu dilarang (Mat 5:44), sekalipun Allah memerintahkan untuk menolak dan memisahkan diri dari mereka (Mat 24:23-24; 2Kor 6:14-18; Gal 1:6-9; 2Yoh 1:7-11; Yud 1:3-4).
2. Tindakan Elia terhadap para nabi palsu itu menunjukkan murka Allah atas mereka yang berusaha untuk menghancurkan iman dan warisan rohani umat pilihan-Nya, juga mengungkapkan kasih dan kesetiaan Elia bagi Allah. Jadi, roh dan hatinya selaras dengan Allah; kepekaan moral dan rohaninya marah sekali karena Israel secara tragis meninggalkan Allah perjanjian mereka, Yang telah mengasihi dan menebus mereka.
3. Pembunuhan para nabi palsu itu juga menunjukkan perhatian mendalam bagi orang Israel yang sedang dibinasakan secara rohani oleh agama palsu. Allah memiliki sikap yang sama (Mat 23:1-39; juga lih. Luk 19:27), demikian pula Paulus (Gal 1:6-9)
4. 1 Raja2 18 : 22: nabi-nabi Baal berjumlah 450 orang, nabi TUHAN hanya Elia. karena itu jangan heran kalau jaman sekarangpun nabi palsu jauh lebih banyak dari nabi asli!
5. 1 Raja2 18 : 23-24a: Elia mengajak bertanding untuk mendatangkan api. mengapa tidak mengadakan pertandingan untuk menurunkan hujan? Bukankah itu yang sangat dibutuhkan pada saat itu? Karena Tuhan tidak mau memberi hujan sebelum Ia diakui sebagai Allah.
mengapa Elia memilih pertandingan untuk menurunkan api? Karena Baal dianggap sebagai dewa kesuburan (jadi berkuasa atas hujan, petir, dsb), dewa matahari, dewa api, dan tuhan dari semua elemen dan kekuatan alam. Dengan demikian Elia mengajak melakukan pertandingan di daerah kekuasaan Baal, atau di titik kuat Baal, sehingga rakyat tidak mempunyai alasan untuk menolak pertandingan itu.
Selanjutnya, perhatikan bahwa murka Allah akan dicurahkan atas semua orang yang keras kepala dan tidak mau bertobat “pada hari waktu mana murka dan hukuman Allah yang adil akan dinyatakan” (Rom 2:5; bd. Rom 11:22; Wahy 19:11-21; 20:7-10).
Pertandingan ini bukan untuk menentukan mana allah yang lebih besar, tetapi untuk menentukan yang mana adalah “Allah yang maha benar”..”benar2 Tuhan/Allah”. Yang satunya bukan tuhan/allah!
Mungkin ada baiknya “Jangan meniru” apa yang Nabi Elia lakukan, dengan menantang orang agama lain atau orang yang mempraktekkan magic, tenaga dalam dsb, kecuali pribadi kita sungguh-sungguh diperintah oleh Tuhan! dan mempunyai iman seperti Nabi Elia…. 🙂
dengan alasan apapun mengatasnamakan Tuhan dan agama dgn menyalahkan / menantang agama/kepercayaan orang lain adalah tindakan yg keliru, “tidak benar” dan “dosa” . bandingkan dgn Allah Maha Benar, karena apa yg kita anggap “benar” belum tentu sehakekat dgn “kebenaran Allah” kecuali atas perintah dan sehakekat dgn Allah sendiri 🙂
terima kasih 🙂
@Paradise OK: terima kasih untuk memberikan penjelasan panjang lebar dari kacamata Perjanjian Lama.
Jika dibaca sekali lagi tanggapan anda, maka kisah Elia dapat diringkas dalam poin berikut:
Dari ringkasan cerita tersebut, tindakan Elia tidak jauh beda dengan premanisme ala FPI –> menghakimi dan menghukum orang lain tanpa proses pengadilan dan tanpa melalui otoritas hukum dan negara.
FPI atau Elia boleh saja klaim bahwa ia menjalankan mandat suci dari Allah, tapi hukum harus ditegakkan dengan adil, dan itu berarti salah dan benar harus ditetapkan oleh peradilan yang adil yang mendengar dari dua sisi, bukan hanya satu sisi (walaupun dari sisi yang mengaku membawa mandat Allah).
Satu contoh yang sangat buruk dari kitab suci untuk masyarakat modern (entahlah kalau untuk masyarakat kuno dan tanpa penegakan hukum yang jelas)
@Judhianto, terima kasih kembali
sayang alquran dan alkitab tidak menghasilkan hukum positif tata acara pidana dan perdata dgn menyesuaikan hukum acara pidana dan perdata di abad millenium sekarang utk bisa menyesuaikan dgn hukum positif tata acara pidana dan perdata abad milenium ,….. atau terlalu oon kah Allah sehingga tidak mampu mengeluarkan hukum positif seperti tata acara pidana dan perdata abad milenium?……..konteknya akan sedikit berbeda ketika saya menelaah dari sisi Alkitab
dari sisi Alkitab yg saya uraiakan pada postingan sebelumnya, tdk menyebutkan bahwa tindakan menyembelih nabi dewa baal atas kehendak pribadi nabi Elia. salah satu postingan yg saya kopaste disini : …….
Rentetan cerita pedang Nabi Elia memenangkan Nabi2 Baal atas kehendak Tuhan sendiri (tentang Tuhan menghukum “dosa” ada dipostingan sebelumnya), Nabi Elia tdk termotifasi utk membela kepentingan pribadinya ataupun kepercayaan yg dianutnya, tapi perintah Allah semata. Sehakekad dgn kehendak Allah
Jadi tidak berdasar membuat kesimpulan argument bahwa nabi Elia membuat keputusan pribadi utk kepentingan agama dan disejajarkan dgn perilaku premanisme di abad milenium …. 🙂
Adalah suatu kekeliruan menempatkan kesalahan dari sisi/pihak nabi Elia. ketika anda menafsirkan perilaku FPI di Indonesia dan perilaku2 negatif manusia lainnya di zaman milenium dgn tindakan Nabi Elia membunuh nabi dewa baal….. contoh perilaku FPI di Indonesia dan perilaku2 negatif manusia lainnya di zaman milenium konteksnya sangat beda jauh dgn apa yg dilakukan oleh Nabi Elia
dari sisi Alkitab benarkah tindakan menyembelih nabi baal itu atas kehendak nabi Elia sendiri ?; atau tindakan tersebut adalah bagian dari maksud dan tujuan utk membela keyakinan Nabi Elia ? …. Jawabnya tidak…. Mengapa ?….karena tindakan nabi Elia berdasarkan Firman/perkataan/perintah dari Allah sendiri, mari kita lihat buktinya (hukum positip Alkitab)
1. 1 Raja-raja 18:1 Dan sesudah beberapa lama, datanglah firman TUHAN kepada Elia dalam tahun yang ketiga: “Pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada Ahab, sebab Aku hendak memberi hujan ke atas muka bumi.” …. Rententan kisah selanjutnya kontes bersama nabi dewa baal.
Perhatikan kalimat : “datanglah firman TUHAN kepada Elia…” ini perintah Allah, “bukan “ kehendak Nabi Elia…” Allah datang sendiri langsung “ dgn Firman Allah untuk memberikan perintah kpd nabi Elia …. Dalam Alkitab ”tidak ditulis menurut idea/pikiran nabi Elia”…. Setiap tindakan dan perilaku nabi Elia selalu sehakekat dgn kehendak Allah. Beberapa contoh ayat2 berikut di bawah ini :
1 Raja-raja
17:2 Kemudian datanglah firman TUHAN kepadanya:…..
17:8 Maka datanglah firman TUHAN kepada Elia:…..
17:16 Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang diucapkan-Nya dengan perantaraan Elia……
17:22 TUHAN mendengarkan permintaan Elia itu, dan nyawa anak itu pulang ke dalam tubuhnya, sehingga ia hidup kembali……
19:9 Di sana masuklah ia ke dalam sebuah gua dan bermalam di situ. Maka firman TUHAN datang kepadanya, demikian: “Apakah kerjamu di sini, hai Elia?”
2. Hukum positif abad milenium vs hukum postif zaman nabi Elia :
a. 1raja-raja 18:13 Tidakkah diberitahukan kepada tuanku apa yang telah kulakukan pada waktu Izebel membunuh nabi-nabi TUHAN, bagaimana aku menyembunyikan seratus orang nabi-nabi TUHAN dalam gua, lima puluh lima puluh sekelompok dan mengurus makanan dan minuman mereka?
Ternyata ada pembunuhan secara sadis sebelumnya oleh penganut kepercayaan nabi dewa baal terhadap Nabi Allah; telah dilakukan tindakan premanisme sebelumnya yaitu tindakan membunuh oleh group nabi dewa baal cs, dan apabila ini tdk dihentikan perilaku tersebut akan tetap berlanjut ; toh sekalipun telah dihentikan perilaku tsb masih berlanjut di zaman ini .
“Fakta” Nabi Elia tdk langsung membalasnya, justru sebaliknya nabi Elia meletakkan perkara ini atas hukum acara Allah sendiri melalui kontes pembuktian di gunung Karmel dan “disaksikan” oleh ratusan/ribuan warga sebagai “saksi”
1 Raja-raja
18:21 Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.” Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun.
18:22 Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: “Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya …..
…..18:24 Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!” Seluruh rakyat menyahut, katanya: “Baiklah demikian!”……
b. Mazmur
106:36 Mereka beribadah kepada berhala-berhala mereka, yang menjadi perangkap bagi mereka.
106:37 Mereka mengorbankan anak-anak lelaki mereka, dan anak-anak perempuan mereka kepada roh-roh jahat,
106:38 dan menumpahkan darah orang yang tak bersalah, darah anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka, yang mereka korbankan kepada berhala-berhala Kanaan, sehingga negeri itu cemar oleh hutang darah.
106:39 Mereka menajiskan diri dengan apa yang mereka lakukan, dan berzinah dalam perbuatan-perbuatan mereka.
II Raja-raja
17:11 di sana di atas segala bukit itu mereka membakar korban seperti bangsa-bangsa yang telah diangkut TUHAN tertawan dari depan mereka; mereka melakukan hal-hal yang jahat sehingga mereka menimbulkan sakit hati TUHAN;
17:12 mereka beribadah kepada berhala-berhala, walaupun TUHAN telah berfirman kepada mereka: “Janganlah kamu berbuat seperti itu!”
Silahkan anda membuat hukum positif pembelaan terhadap contoh perilaku tersebut di atas (point 2 a dan b .. 1raja-raja 18:13; Mazmur 106 : 36 – 39;II Raja-raja 17 : 11 – 12)
Mungkin akan lucu hukum postitif abad milenium “membenarkan” perilaku jahat nabi dewa baal membunuh dan mengorbankan manusia sebagai tumbal untuk dewa baal dan dewa2 lainnya 🙂
Maka dgn hukum positif abad milenium juga menuntut perilaku nabi dewa baal dgn vonis hukuman mati …. maaf saya tdk paham hukum acara pidana/perdata, saya menggunakan hukum positif logika saya 🙂
3. Benarkah bahwa nabi Elia “tidak memberikan kesempatan” kepada nabi dewa baal utk melakukan pembelaan diri ?. Cerita kontes2an itu sendiri adalah bukan untuk menentukan mana allah yang lebih besar, tetapi untuk menentukan yang mana “Allah yang maha benar”..”benar2 Tuhan/Allah bukan tuhan/allah jadi2an”. Yang satunya bukan tuhan/allah!….. (hukum positif Alkitab pembuktian kebenaran)
1 Raja-raja
18:21 Lalu Elia mendekati seluruh rakyat itu dan berkata: “Berapa lama lagi kamu berlaku timpang dan bercabang hati? Kalau TUHAN itu Allah, ikutilah Dia, dan kalau Baal, ikutilah dia.” Tetapi rakyat itu tidak menjawabnya sepatah kata pun.
Dari ayat ini jelas nabi Elia tdk melakukan klaim pembenaran dari sisi keyakinannya tapi justru memberikan pilihan melalui pembuktian “kebenaran” dalam kisah selanjutnya
a. Cerita kontes2an itulah justru sebuah kesempatan yg diberikan oleh nabi Elia kepada nabi dewa baal utk “membela diri” menunjukkan “kebenaran” tuhan dewa baal dan justru yang menjadi saksi adalah ratusan/ribuan warga Israel yg hadir pada saat kontes tersebut dilaksanakan
1 Raja-raja
18:22 Lalu Elia berkata kepada rakyat itu: “Hanya aku seorang diri yang tinggal sebagai nabi TUHAN, padahal nabi-nabi Baal itu ada empat ratus lima puluh orang banyaknya …..
…..18:24 Kemudian biarlah kamu memanggil nama allahmu dan aku pun akan memanggil nama TUHAN. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah!” Seluruh rakyat menyahut, katanya: “Baiklah demikian!”……
b. Hukum positif waktu itu membuktikan bahwa para nabi dewa baal “tidak” mampu menunjukkan “fakta kebenaran” dari sisi dewa baal.
1 Raja-raja
18:26 Mereka mengambil lembu yang diberikan kepada mereka, mengolahnya dan memanggil nama Baal dari pagi sampai tengah hari, katanya: “Ya Baal, jawablah kami!” Tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab. Sementara itu mereka berjingkat-jingkat di sekeliling mezbah yang dibuat mereka itu.
18:28 Maka mereka memanggil lebih keras serta menoreh-noreh dirinya dengan pedang dan tombak, seperti kebiasaan mereka, sehingga darah bercucuran dari tubuh mereka.
18:29 Sesudah lewat tengah hari, mereka kerasukan sampai waktu mempersembahkan korban petang, tetapi tidak ada suara, tidak ada yang menjawab, tidak ada tanda perhatian.
c. Hukum postif waktu itu membuktikan bahwa nabi Elia mampu membuktikan “kebenaran” dari sisi Allah
1 Raja-raja
18:36 Kemudian pada waktu mempersembahkan korban petang, tampillah nabi Elia dan berkata: “Ya TUHAN, Allah Abraham, Ishak dan Israel, pada hari ini biarlah diketahui orang, bahwa Engkaulah Allah di tengah-tengah Israel dan bahwa aku ini hamba-Mu dan bahwa atas firman-Mulah aku melakukan segala perkara ini.
18:37 Jawablah aku, ya TUHAN, jawablah aku, supaya bangsa ini mengetahui, bahwa Engkaulah Allah, ya TUHAN, dan Engkaulah yang membuat hati mereka tobat kembali.”
18:38 Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.
18:39 Ketika seluruh rakyat melihat kejadian itu, sujudlah mereka serta berkata: “TUHAN, Dialah Allah! TUHAN, Dialah Allah!”
d. Hukum positif “pembuktian” Nabi Elia waktu itu “tidak menganjurkan/mengajarkan” anda dan saya utk melakukan kontes2an dalam kisah tersebut termasuk proses menyembelih nabi dewa baal. “Faktanya” anda, saya, FPI dan semua orang di abad millennium “mampu” melakukan kontes2an ala nabi Elia, tapi sayang “faktanya” anda, saya, FPI dan semua orang di abad milenium “tidak mampu” melakukan pembuktian seperti nabi Elia 🙂
Harap anda tidak meletakkan kesalahan terhadap Nabi Elia dgn membuat analogi contoh perilaku FPI di Indonesia dan perilaku2 negatif manusia lainnya di zaman milenium. Konteksnya berbeda, latar belakang dan motifasi tuduhan anda terhadap nabi Elia “jauh berbeda” dgn contoh perilaku FPI di Indonesia dan perilaku2 negatif manusia lainnya di zaman milenium.
Terima kasih 🙂
@Paradise OK: saya coba ringkaskan:
Dari poin-poin di atas, coba kita ganti Nabi Elia dengan FPI, Yahudi dengan Islam, agama Baal dengan agama Kristen (atau Syiah, Ahmadiyah, Hindu), poin 6 diganti dengan membakar Gereja, Masjid atau Pura.
Mengenai mukjizat (pembuktian) yang anda tunjukkan, bilamana ternyata FPI bisa menghadirkan semacam mukjizat seperti itupun, secara hukum itu bukanlah pembenar tindakan menghukum orang lain berdasarkan keyakinan sendiri. Esensinya sama – melanggar hukum negara – main hakim sendiri.
Anda masih melihat bedanya?
=============
Benarkah kisah pedang Nabi Elia adalah sebuah tindakan Premanisme ?
=============
kalau kita meletakkan kesejajaran perbuatan premanisme oleh oknum FPI, Kristen, Yahudi, Islam dan agama lainnya itu sama dgn pedang Nabi Elia konteksnya berbeda, latar belakang dan motifasi pedang Nabi Elia berbeda dgn tindakan premanisme oknum FPI, Kristen, Yahudi, Islam dan agama lainnya. Jadi tdk akan cocok posisi mencocokkan point 1 s/d 6 yang anda maksudkan.
Tulisan 1 Raja-raja 18 : 1 – 46 dalam Alkitab adalah murni kisah otoritas Allah bekerja melalui nabi Elia “bukan” kisah otoritas nabi Elia pribadi bekerja membela keyakinannya, perlu dipahami tulisan Alkitab dalam 1 Raja-raja 18 : 1 – 46 tidak menganjurkan/mengajarkan anda dan saya untuk mengangkat pedang ala Nabi Elia. Nabi Elia, anda dan saya sama-sama manusia, tapi ternyata walaupun sama-sama manusia anda, saya atau siapa saja lahir di zaman/waktu/budaya yang berbeda serta diberikan mandat/tugas/kuasa yg berbeda pula dgn manusia Nabi Elia atas “kehendak Allah sendiri”
Pedang nabi Elia bertindak atas otoritas Allah sendiri untuk menghukum “dosa” yg dilakukan oleh nabi baal dan Allah sendiri membuktikan bahwa Dialah Allah Maha Benar, namun sebaliknya ketika pedang dan klaim pembenaran pandangan/ajaran sebuah organisasi agama mengatasnamakan nama Allah itu “bukan” otoritas dan sehakekat dengan Allah tapi itu semata2 otoritas yang diciptakan dan lahir sendiri dari oknum FPI, Kristen, Yahudi, Islam dan agama lainnya
Dalam kitab2/pasal2/ayat2 lainnya di Alkitab menulis ajaran agama baal antara lain : Party sex, menyembelih, membunuh manusia untuk dijadikan tumbal pemujaan dewa baal, perilaku ini sangat bertentangan dengan hukum2 dan ketetapan2 Allah, ajaran2 agama baal itu adalah sebuah perbuatan “dosa”. sebuah contoh ajaran agama yg sangat buruk utk masyarakat waktu itu dan masyarakat modern.
Allah menghukum perbuatan “dosa” yang dilakukan oleh nabi dewa baal melalui pedang Nabi Elia, tidak ada otoritas pribadi Nabi Elia dalam merencanakan dan mengambil keputusan untuk menyembelih ke 450 orang nabi baal, semata2 peristiwa dalam 1 Raja-raja 18 : 1 – 46 itu adalah murni otoritas “rancangan” Allah sendiri yang bekerja melalui Nabi Elia untuk menunjukkan kemahakuasaan Allah yang Maha Benar dan dewa baal itu tuhan/allah kosong/jadi2an dan semua ajaran agama baal sangat bertentangan dgn budaya manusia normal bahkan bertentangan dengan hukum2 dan ketetapan2 Allah.
1 Raja-raja 18 : 1 – 46 tidak menceritakan esensi kepercayaan/keyakinan atau agama nabi Elia, tapi murni menceritakan otoritas kemahakuasaan Allah bekerja melalui nabi Elia, diluar kendali otoritas pribadi nabi Elia sendiri. Allah sendiri membuktikan bahwa Allah adalah pribadi yang “Maha benar”. Bukan nabi Elia mendatangkan api dari langit dan menurunkan hujan, bukan nabi Elia menurunkan hukum tabur tuai dosa mendatangkan hukuman maut melalui pedangnya, Tapi Allah sendirilah yang membuat hukum2 dan ketetapan2 Allah. Ketika hukum2 dan ketetapan2 Allah dilanggar maka Allah sendiri menjadi hakim membuat eksekusi melalui pedang nabi Elia.
Kisah Alkitab dalam 1 Raja-raja 18 : 1 – 46 yang menjadi hakim adalah Allah sendiri, karena putusan berasal dari Allah sendiri menghukum perbuatan “dosa” yg dilakukan oleh nabi baal, sedangkan kisah pedang nabi Elia menjadi salah satu media hukuman “dosa”. Pedang nabi Elia ini bisa dianalogikan dgn api neraka, tapi api nerakanya masih ditahan Allah untuk penghakiman hari kiamat 🙂
Apa yang diperbuat oleh nabi dewa baal cs bukan melanggar hukum2 agama yahudi, tapi “murni” melanggar hukum2 dan ketetapan2 Allah sendiri. Nabi Elia tidak memperjuangkan kaidah hukum2 kepercayaan agama yahudi. Murni Allah sendiri mendatangkan hukuman atas perbuatan “dosa” yang dilakukan oleh nabi dewa baal melalui pedang nabi Elia. Pedang nabi Elia ini bisa dianalogikan dgn api neraka, tapi api nerakanya masih ditahan Allah untuk penghakiman hari kiamat 🙂
Jika peradilan waktu itu diletakkan di bawah pemerintahan raja Ahab dengan hakim2nya, maka suatu hal yg tidak mustahil Ahab dengan hakim2nya akan membenarkan tindakan dan perilaku “dosa” yang dilakukan oleh nabi dewa baal sebab memang mereka sedirilah penganut agama baal waktu itu. Jadi ketika putusan raja Ahab dengan hakim2nya membenarkan perilaku “dosa” yang dilakukan oleh nabi baal : dimanakah kita menempatkan keadilan bagi jiwa2 yg telah ditumbalkan nyawanya secara paksa untuk dewa baal yg kosong alias tuhan/allah jadi2an ?, dimanakah kita menempatkan keadilan bagi orang2 yang suaminya, istrinya, anak-anaknya dijadikan budak sex secara paksa untuk pemujaan dewa baal yg kosong alias tuhan/allah jadi2an ?
Apakah cocok dan pantas kita harus mempersalahkan putusan hukuman Allah atas perbuatan “dosa” yang dilakukan oleh nabi dewa baal ? nabi Elia hanya pelaku perintah utk menegakkan hukum2 Allah atas perbuatan “dosa” yang dilakukan oleh nabi dewa baal. Yang membuat hukum2 dan ketetapan2 adalah Allah sendiri, bukan nabi Elia dan hakimnya adalah Allah yang sama pula, bukan nabi Elia. lalu apakah pada tempat dan layak kita mempersalahkan Allah dan nabi Elia ? tentu tidak bukan ?
Mungkin lebih adil pula kita mempertanyakan dan mempermasalahkan, dimanakah rasa tanggungjawab dewa baal dalam membela penganutnya ? bukankah dewa baal diyakini oleh pengikutnya mempunyai kuasa ?. Namun demikianlah faktanya dewa baal adalah tuhan/allah kosong/jadi2an; dewa baal sendiri tidak mampu membuktikan kebenaran dan menunjukkan keberadaannya 🙂
Agama baal dan dewa baal adalah hasil ciptaan imajinasi manusia yg ingin menentang Allah Yang Maha Benar
jadi jelas konteks cerita pedang nabi Elia dalam 1 Raja-raja 18 : 1 – 46 adalah berbeda dgn premanisme yang anda contohkan dari perilaku oknum FPI, Kristen, Yahudi, Islam dan agama lainnya
Terima kasih 🙂
@Paradise OK: saya kutip beberapa komentar anda:
–> Setiap agama memiliki standard perilakunya sendiri. Perbuatan sah dalam suatu agama bisa jadi dianggap dosa oleh agama lain, misalnya menyembah Yesus dalam Kristen akan dianggap sebagai dosa besar yang tak terampuni dalam Islam -> Musyrik, menyembah sesuatu selain Allah
–> Ini bisa juga dikatakan oleh penganut Kristen terhadap Islam, oleh penganut Islam terhadap Kristen, oleh penganut Buddha terhadap Islam dan setiap penganut agama terhadap penganut agama lainnya. Ini juga kata para atheis kepada semua pemeluk agama.
Kalau memang agama adalah imajinasi manusia, memang apa salahnya menganut agama? apa berhak para atheis membasmi semua pemeluk agama?
–> Ini klaim menang-menangan sepihak Nabi Elia, tidak ada perintah eksplisit Allah kepada Nabi Elia untuk menyembelih 450 orang lawannya. Allah hanya menunjukkan bahwa kurban Elia diterima, tidak lebih. Keputusan menyembelih 450 orang keluar dari Nabi Elia.
Lagipula yang pakai alkitab kan hanya Elia, yang lain kan nggak? kenapa paksa orang lain pakai alkitab?
Bagi saya, tiap orang boleh punya keyakinan bahwa agamanya paling benar dan agama lainnya jelas salah. Tapi keyakinan ini harus berhenti hanya pada keyakinan.
Menghakimi penganut agama lain dengan keyakinan agama kita adalah salah besar, apalagi sampai menghukum orang lain karena menurut anggapan kita (menurut agama kita) orang lain tersebut berdosa.
Seru banget dan membuka jendela pikiran kita, tapi kenapa orang Indonesia lebih suka barang Import ya. Dari teknologi sampe keyakinan ha..ha.. Sayapun tidak menyalahkan siapapun dengan Tuhannya masing2. Cuma para pemimpinnya wawasannya masih dangkal. Seperti saya muslim karena keadaan lingkungan saya ha..ha..saya menyembah Tuhan yg di ajarkan atau dikenalkan oleh lingkungan saya. Kalau saya baca dari tulisan mas judi, yg lainnya kita bangsa Indonesia sudah punya keyakinan cuma tidak ditulis seperti yang Import tadi. Dan tidak dikembangkan oleh masyarakat kita. Pada hal punya kesamaan. Tapi kembali lagi Tuhan aja kita mengompori ha..ha…
@Bima: setiap agama dibesarkan dan memperoleh energi dari imperium kuat yang menjadi pendukungnya. Kristen oleh imperium Romawi sedangkan Islam oleh imperium Arab. Jika bangsa Jawa tidak keburu loyo oleh imperialisme barat, dan Mataram berkembang menjadi imperium besar, mungkin filosofi wayang menjadi semacam agama baru yang merangkul Islam dan Hindu sebagai sub-sistemnya.
Mungkin saja 🙂
Pada prinsipnya Nabi Elia, Anda dan saya atau orang sepaham setuju bahwa pemaksaan keyakinan suatu agama dan keyakinan dengan kekerasan terhadap agama dan keyakinan orang lain adalah tindakan “salah”. Namun kisah Nabi Elia itu konteksnya berbeda dengan analogi perbedaan dan pertentangan antar agama dan kepercayaan zaman sekarang. Konteks 1 Raja-raja 18 : 1 – 46; khusus ayat 40 adalah Tuhannya orang Ibrani “menghukum dosa perbuatan” bangsa Ibrani sendiri “PADA ZAMAN ITU” melalui pedang Nabi Elia. Nabi Elia sendiripun “tidak” pernah memerintahkan orang2 pada zamannya itu untuk menyandang pedang seperti dirinya, kecuali atas penentuan Allah sendiri
Saya melihatnya dari konteks Fakta Alkitab berikut ini : (maaf kepanjangan ulasannya) 🙂
1. Kisah yang ditulis dalam Kitab 1 Raja-raja 18 : 1 – 46 tidak menceritakan tentang Nabi Elia membela agama; ini jelas berbeda dgn analogi anda tentang perbedaan dan pertentangan “ZAMAN SEKARANG” yang mengatasnamakan agama dan Tuhan
2. Nabi Elia terikat pula dengan hukum dan ketetapan Allah dalam Ulangan 5 : 17 “ JANGAN MEMBUNUH” (kenyataannya Nabi Elia membunuh dengan pedang)
Tetapi perlu kita bedakan disini bahwa “PADA WAKTU ITU/PADA ZAMAN ITU” Nabi Elia diberikan otoritas/“KUASA” langsung oleh Allah untuk menghukum dengan pedang kepada bangsa Ibrani yg “berdosa”, sebaliknya untuk orang2 zaman sekarang mengatasnamakan agama seperti analogi anda, “tidak” memiliki otoritas/“KUASA” yg sama yg dimiliki oleh Nabi Elia itu;
untuk itulah kisah tersebut ditulis dalam Alkitab bukan untuk mengajarkan/menganjurkan kita main pedang ala Nabi Elia di zaman modern ini; disinilah salah satu perbedaannya. Sebagai perbandingan beberapa contoh ayat dalam Alkitab
1 Raja-raja
….18:46 “Tetapi kuasa TUHAN berlaku atas Elia”. Ia mengikat pinggangnya dan berlari mendahului Ahab sampai ke jalan yang menuju Yizreel
Bandingkan saja dengan kalimat berikut ini : …. “Tetapi kuasa TUHAN berlaku atas Elia” … kalimat ini “hanya berlaku untuk dan zamannya Nabi Elia”; bukan untuk anda dan saya atau siapa saja dizaman modern ini.
Maleakhi
4:5 Sesungguhnya Aku akan mengutus nabi Elia kepadamu menjelang datangnya hari TUHAN yang besar dan dahsyat itu.
4:6 Maka ia akan membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya supaya jangan Aku datang memukul bumi sehingga musnah. (ayat ini juga ditafsirkan sebagai gambaran Nabi Elia di zaman PB tentang Rasul Yohanes dan Yesus kristus)
Adakah otoritas tugas yang sama berlaku pada anda, saya dan penganut agama2 lainya seperti tersebut di atas yang diberikan oleh Allah kepada Nabi Elia ? … tidak ada bukan ?
Allah memberikan otoritas kepada Nabi Elia dan seorang Nabi penggantinya (Elisa) serta orang2 lainnya untuk menghukum “dosa” bangsa Ibrani dengan pedang pada waktu itu (pada zamannya); otoritas itu “tidak” berlaku untuk orang2 di zaman sekarang dan selamanya.
1 Raja-raja
19:15 Firman TUHAN kepadanya: “Pergilah, kembalilah ke jalanmu, melalui padang gurun ke Damsyik, dan setelah engkau sampai, engkau harus mengurapi Hazael menjadi raja atas Aram.
19:16 Juga Yehu, cucu Nimsi, haruslah kauurapi menjadi raja atas Israel, dan Elisa bin Safat, dari Abel-Mehola, harus kauurapi menjadi nabi menggantikan engkau.
19:17 Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa.
19:18 Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.”
Elisa adalah “Nabi” pengganti “Nabi Elia” ; memang Alkitab secara tidak eksplisit menyebutkan perintah langsung dari Allah untuk menghukum dengan pedang kepada Nabi Elia, namun dalam 1 Raja-raja 19 : 18 menjelaskan dalam jabatan yang sama sebagai “Nabi” PADA WAKTU ITU, Elia dan Elisa diberikan mandat/otoritas oleh Allah untuk menghukum dengan pedang kepada bangsa Israel yg melakukan “dosa” ; dan hanya untuk contoh kasus/cerita itu saja dan berlaku pada zaman itu; Alkitab juga mencatat bahwa Allah menghukum “dosa” bangsa Israel dengan cara yang lain; bukan hanya dengan pedang, misalnya konon utk hari kiamat Allah akan menghukum dgn api neraka
Mandat/otoritas menghukum dengan pedang ini tidak berlaku untuk orang2 di zaman sekarang, hanya untuk dan pada zamannya Firman Allah turun kepada Nabi Elia
Hukum2 dan ketetapan2 Allah yang lebih pas untuk zaman modern ini (menurut ajaran kami) adalah “antara lain” beberapa contoh ayat2 Alkitab yg saya kutib di bawah ini :
Ulangan
5 : 17 “JANGAN MEMBUNUH”
5:18 Jangan berzinah.
5:19 Jangan mencuri.
5:20 Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu.
5:21 Jangan mengingini isteri sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya, atau keledainya, atau apa pun yang dipunyai sesamamu.
Imamat (Imamat 19 : 1 – 37)
19:18 Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.
19:34 Orang asing yang tinggal padamu harus sama bagimu seperti orang Israel asli dari antaramu, kasihilah dia seperti dirimu sendiri, karena kamu juga orang asing dahulu di tanah Mesir; Akulah TUHAN, Allahmu.
Alkitab PB-Matius
5:43 Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
5:44 Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.
3. Siapakah para nabi dewa baal ? mereka adalah orang Ibrani sendiri, demikian pula Nabi Elia adalah bangsa Ibrani juga
4. Cerita dalam 1 Raja-raja 18 : 1 – 46 adalah antara lain mengisahkan peristiwa yg terjadi antara Allah YHWH bangsa Ibrani dan Nabi Elia vs bangsa Ibrani yg meninggalkan kepercayaan terhadap Allah YHWH yaitu nabi dewa baal cs
jadi konteksnya adalah pedang Tuhannya bangsa Ibrani menghukum bangsa Ibrani yang “berdosa”;
dalam hal ini Nabi Elia pribadi tidak berhak dan berkepentingan untuk menghukum bangsa Ibrani yang “berdosa”. Kecuali tangan Allah sendiri lebih pantas menghukum melalui mandat dan otoritaas (KUASA) yg diberikan oleh Allah sendiri (tentang Tuhan menghukum, ini ada tafsirannya dalam ayat2 lainnya di Alkitab).
Sebagai ayat pembanding adalah berikut di bawah ini :
Yeremia
32:32 karena segala kejahatan yang dilakukan oleh orang Israel dan orang Yehuda untuk menimbulkan sakit hati-Ku, oleh mereka sendiri, raja-raja mereka, pemuka-pemuka mereka, imam-imam mereka, nabi-nabi mereka, orang Yehuda dan penduduk Yerusalem.
32:33 Mereka membelakangi Aku dan tidak menghadap kepada-Ku, dan sekalipun Aku mengajar mereka, terus-menerus, tiada mereka mau mendengarkan atau menerima penghajaran.
32:34 Mereka menempatkan dewa-dewa mereka yang menjijikkan di rumah yang di atasnya nama-Ku diserukan, untuk menajiskannya.
32:35 Mereka mendirikan bukit-bukit pengorbanan untuk Baal di Lembah Ben-Hinom, untuk mempersembahkan anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka kepada Molokh sebagai korban dalam api, sekalipun Aku tidak pernah memerintahkannya kepada mereka dan sekalipun hal itu tidak pernah timbul dalam hati-Ku, yakni hal melakukan kejijikan ini, sehingga Yehuda tergelincir ke dalam dosa.
Zakaria
13:2 Maka pada waktu itu, demikianlah firman TUHAN semesta alam, Aku akan melenyapkan nama-nama berhala dari negeri itu, sehingga orang tidak menyebutnya lagi. Juga para nabi dan roh najis akan Kusingkirkan dari negeri itu.
5. Bangsa Ibrani termasuk Nabi Elia dalam Alkitab dituliskan bahwa mereka adalah bangsa pilihan dan terikat dengan janji, hukum2 dan ketetapan2 Allah mereka sendiri
Ulangan
4:23 Hati-hatilah, supaya jangan kamu melupakan perjanjian TUHAN, Allahmu, yang telah diikat-Nya dengan kamu dan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang oleh TUHAN, Allahmu, dilarang kauperbuat.
4:24 Sebab TUHAN, Allahmu, adalah api yang menghanguskan, Allah yang cemburu. (bandingkan juga Ulangan 6 : 1 – 25 ) …….6:24 TUHAN, Allah kita, memerintahkan kepada kita untuk melakukan segala ketetapan itu dan untuk takut akan TUHAN, Allah kita, supaya senantiasa baik keadaan kita dan supaya Ia membiarkan kita hidup, seperti sekarang ini.
6:25 Dan kita akan menjadi benar, apabila kita melakukan segenap perintah itu dengan setia di hadapan TUHAN, Allah kita, seperti yang diperintahkan-Nya kepada kita.”
Bilangan
25:12 Sebab itu katakanlah: Sesungguhnya Aku berikan kepadanya perjanjian keselamatan yang dari pada-Ku
25:13 untuk menjadi perjanjian mengenai keimaman selama-lamanya bagi dia dan bagi keturunannya, karena ia telah begitu giat membela Allahnya dan telah mengadakan pendamaian bagi orang Israel.”
Adakah contoh janji, hukum2 dan ketetapan2 tersebut di atas berlaku untuk orang2 diluar bangsa Ibrani, tidak ada bukan ?
Bangsa Ibrani/orang Kristen terikat dengan janji, hukum2 dan ketetapan2 Tuhannya bangsa Ibrani/orang Kristen, “bukan” Tuhannya bangsa Ibrani terikat janji, hukum2 dan ketetapan2-Nya dengan penganut agama Islam, Budah dan agama2 lainnya.
6. Ketika perilaku menyimpang itu dilakukan oleh bangsa Ibrani, maka Allah akan menghukum “dosa” mereka tersebut, karena melanggar perjanjian dengan Allah ; maka Allah menghukum mereka melalui pedang Nabi Elia dan pedang-pedang lainnya;
Ketika bangsa Ibrani/orang Kristen melanggar hukum2 dan ketetapan2 Tuhannya, maka Tuhan yang sama akan menghukum bangsa Ibrani/orang Kristen yg sama pula; Alkitab sendiri memberi kesaksian bukan cuma pedang Nabi Elia, tapi lewat pedang orang2/bangsa2 lainnya Allah menghukum “dosa” bangsa Ibrani “pada zaman itu”. (tentang Tuhan menghukum, ini ada tafsirannya dalam ayat2 lainnya di Alkitab)
bandingkan dengan beberapa contoh kesaksian Alkitab di bawah ini :
Roma 6:23 (PB)
Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
1 Raja-raja
19:17 Maka siapa yang terluput dari pedang Hazael akan dibunuh oleh Yehu; dan siapa yang terluput dari pedang Yehu akan dibunuh oleh Elisa.
19:18 Tetapi Aku akan meninggalkan tujuh ribu orang di Israel, yakni semua orang yang tidak sujud menyembah Baal dan yang mulutnya tidak mencium dia.”
Yehezkiel
11:8 Kamu takut kepada pedang, tetapi Aku akan mendatangkan pedang atasmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
11:9 Aku akan menggiring kamu keluar dari dalamnya dan menyerahkan kamu di tangan orang-orang asing dan menjatuhkan hukuman-hukuman kepadamu.
11:10 Kamu akan berebahan karena pedang dan di tanah Israel Aku akan menghukum kamu; dan kamu akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN.
Keluaran
20:3 Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku.
20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi.
20:5 Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku,
20:6 tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku.
Yehezkiel
13:8 Sebab itu, beginilah firman Tuhan ALLAH, oleh karena kamu mengatakan kata-kata dusta dan melihat perkara-perkara bohong, maka Aku akan menjadi lawanmu, demikianlah firman Tuhan ALLAH.
13:9 Aku akan mengacungkan tangan-Ku melawan nabi-nabi yang melihat perkara-perkara yang menipu dan yang mengucapkan tenungan-tenungan bohong; mereka tidak termasuk perkumpulan umat-Ku dan tidak akan tercatat dalam daftar kaum Israel, dan tidak akan masuk lagi di tanah Israel; dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan ALLAH.
beberapa contoh hukum2 dan ketetapan2 di atas bukanlah hukum2 dan ketetapan2 yg dibuat oleh Nabi Elia, melainkan semata-mata dari Allah sendiri untuk bangsa Ibrani, termasuk Nabi Elia; sehingga Nabi Elia “tidak akan” pernah menyembelih ke 450 nabi dewa baal itu jika tidak mendapat mandat/otoritas langsung dari Allah sendiri “PADA WAKTU ITU” dengan mengangkat Elia sebagai seorang Nabi untuk bangsa Ibrani “PADA ZAMAN ITU PULA”
7. Cara Allah menghukum bangsa Ibrani itu bermacam-macam antara lain Alkitab menuliskan : dengan mata pedang; penyakit; kelaparan; dibuang dan di asingkan ke Mesir, Babel dan keseluruh penjuru dunia.
Beberapa contoh nubuat dalam Alkitab tentang “Hukuman” Allah atas perbuatan “dosa” bangsa Ibrani (Israel dicerai-beraikan dan dipersatukan kembali)
Imamat
26:33 Tetapi kamu akan Kuserakkan di antara bangsa-bangsa lain dan Aku akan menghunus pedang di belakang kamu, dan tanahmu akan menjadi tempat tandus dan kota-kotamu akan menjadi reruntuhan.(ayat ini menubuatkan pembuangan bangsa Israel ke Babel)
Yeremia
32:36 Oleh sebab itu, beginilah firman TUHAN, Allah Israel, mengenai kota ini, yang engkau katakan telah diserahkan ke dalam tangan raja Babel karena pedang, kelaparan dan penyakit sampar:
32:37 Sesungguhnya, Aku mengumpulkan mereka dari segala negeri, ke mana Aku mencerai-beraikan mereka karena murka-Ku, kehangatan amarah-Ku dan gusar-Ku yang besar, dan Aku akan mengembalikan mereka ke tempat ini dan akan membuat mereka diam dengan tenteram.
32:38 Maka mereka akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allah mereka.
32:39 Aku akan memberi mereka satu hati dan satu tingkah langkah, sehingga mereka takut kepada-Ku sepanjang masa untuk kebaikan mereka
Alkitab PB Injil Luka
21:24 dan mereka akan tewas oleh mata pedang dan dibawa sebagai tawanan ke segala bangsa, dan Yerusalem akan diinjak-injak oleh bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah, sampai genaplah zaman bangsa-bangsa itu.”
Zakaria
1:16 Sebab itu, beginilah firman TUHAN, Aku kembali lagi kepada Yerusalem dengan kasih sayang. Rumah-Ku akan didirikan pula di sana, demikianlah firman TUHAN semesta alam, dan tali pengukur akan direntangkan lagi di atas Yerusalem.
menurut beberapa penafsir Alkitab : PB-injil Lukas ini telah digenapi saat bangsa Israel ditaklukkan oleh imperium Romawi (bandingkan juga sejarah pembantaian/penderitaan bangsa Yahudi diperantauan pada zaman perang dunia II oleh rezim Nazi; sebelum mereka dipersatukan kembali) dan PL-Zakaria 1: 16; Yeremia 32 : 37 di atas telah “mulai” digenapi dgn berdirinya Israel sebagai sebuah Negara
Terima kasih 🙂
@Paradise OK: rumit amat…
Yang jelas, Nabi Elia melakukan pembunuhan 450 orang diluar hukum. Apakah ada pembenaran dari Allah, setan atau apapun? itu persoalan lain.
Apakah patut ditiru? tentu tidak…
Samakah “KUASA” dan “OTORITAS” Tuhan dengan Manusia ?
=======================================
Allah Yang Maha Kasih, mengasihi manusia dengan membuat perjanjian yang “mengikat” melalui antara lain hukum-hukum dan ketetapan2 Allah sendiri
Ketika hukum-hukum dan ketetapan2 Allah itu dilanggar maka melahirkan “dosa”; maka pada tempatnya Allah Yang Maha adil akan menghakimi dan menghukum setiap perbuatan “dosa” tersebut berdasarkan hukum2 dan ketetapan2 Allah sendiri
Cara Allah mendatangkan hukuman atas perbuatan “dosa” itu bermacam-macam; misalkan antara lain : melalui pedang; kelaparan; penyakit ; api neraka dll, tetapi tidak semua pedang; kelaparan; penyakit dll kecuali api neraka, itu oleh karena hukuman dari Allah, namun bisa juga sebagai ulah perbuatan manusia sendiri
Faktanya Nabi Elia sendiripun “tidak” pernah memerintahkan/mengajarkan orang2 pada zamannya itu untuk menyandang pedang seperti dirinya, kecuali atas penentuan Allah sendiri
Konteks/latar belakang pedang Nabi Elia dan pedang zaman modern
1. Pedang Nabi Elia adalah “symbol hukuman” Allah atas perbuatan “dosa” bangsa Ibrani “PADA WAKTU/ZAMAN ITU”. Murni berasal dari “KUASA dan OTORITAS” Allah sendiri ; Nabi Elia tidak pernah mengatasnamakan Allah dan keyakinannya, tetapi “Allah sendiri” menyatakan hukuman perbuatan “dosa” melalui pedang Nabi Elia “PADA WAKTU/ZAMAN ITU”.
2. Pedang zaman modern yang digunakan utk menghakimi agama dan keyakinan orang lain “BUKAN SYMBOL” hukuman Allah. Murni berasal dari “KUASA dan OTORITAS” manusia sendiri ; di zaman modern ini “tindakan premanisme” klaim membenarkan keyakinan dengan mengatasnamakan agama dan Tuhan, ini nyata adalah semata-mata “KUASA” dan “OTORITAS” oknum2 manusia itu sendiri
Samakah “KUASA” dan “OTORITAS” Tuhan dengan Manusia ? …. Menurut saya beda
Jadi ketika pedang Nabi Elia adalah “KUASA” dan “OTORITAS” Allah menghukum perbuatan “dosa” bangsa Ibrani pada waktu/zaman itu, maka
Analogi tindakan premanisme zaman modern yang mengatasnamakan agama dan keyakinan termasuk nama Tuhan; tidak akan pernah bisa disamakan dengan tindakan pedang Nabi Elia
Terima kasih 🙂
@Paradise OK: kuasa atau otoritas hanya permainan kata yang tak penting.
Jika ada yang membunuh 450 orang tanpa pengadilan, itu namanya melanggar hukum.
Kalau saya adalah penegak hukum, maka saya akan tangkap nabi Elia. Jangankah ada kuasa Allah, bahkan jika Allah sendiri turun perintahkan tindakan preman itu, saya akan tetap tangkap untuk adili nabi itu.
Hukum harus ditegakkan.
Seharusnya hal-hal itu tidak menjadi rumit ketika anda tidak melihat satu sisi “perbuatan/tindakan” yang nampak seolah2 jahat menurut kacamata anda padahal belum tentu itu salah; sebab sebelum kita menilai sesuatu “perbuatan/tindakan” itu benar atau salah harus dipertimbangkan konteks/latar belakangnya
Saya juga akan meminjam bentuk analogi anda sebelumnya dgn makna dan cerita yang sedikit berbeda:
Si A adalah seorang hakim,
si B melakukan tindakan kriminal berat : Party sex, menyembelih, membunuh manusia untuk dijadikan tumbal pemujaan dewa baal,
perilaku ini sangat bertentangan dengan “HUKUM POSITIF” zaman modern
hakim A menetapkan si B bersalah menurut “HUKUM POSITIF”, hakim A memvonis si B dengan hukuman mati; atas perintah hakim A berdasarkan “HUKUM POSITIF”, si C melakukan eksekutor tembak mati kepada si B
1. Apakah kita akan mempersalahkan “tindakan tembak mati” oleh si C karena alasan atas dasar putusan “HUKUM POSITIF” ?
2. Apa yang dianggap benar menurut hakim A dan si C atas dasar “HUKUM POSITIF”, belum tentu benar menurut pandangan si B; sebab si B memiliki standar hidupnya sendiri; menurut si B sah perbuatannya bisa jadi dianggap salah menurut hakim A dan si C karena alasan “HUKUM POSITIF”,
3. Menurut si C…ah yang jelas si B bersalah atas dasar “HUKUM POSITIF”, . Apakah ada pembenaran dari sisi “HUKUM POSITIF”, hakim A atau apapun ? itu persoalan lain
Apakah patut ditiru perilaku si C ? tentu tidak menurut si B atau mungkin Anda ?? ,,,, tapi lain lagi menurut “HUKUM POSITIF”
Sekarang anda ganti
“HUKUM POSITIF” dengan hukum Allah
hakim A sebagai Allah
Si B sebagai para dewa baal
Si C sebagai Nabi Elia
Bukankah “HUKUM ALLAH” jauh lebih sempurnah dari “HUKUM POSITIF” ?
rumit bukan ? …. 🙂
akan keliru jika kita menafsirkan 1 Raja-raja 18 : 1 – 46 mengajarkan/mencontohkan kita main hakim sendiri; lalu disejajarkan dengan contoh perilaku premanisme mengatasnamakan agama dan Tuhan
perlu dipahami bahwa konteks cerita 1 Raja-raja 18 : 1 – 46, samasekali tidak mengajarkan/menyuruh/mencontohkan anda untuk main pedang ala Nabi Elia, karena konteks/latar belakang Nabi Elia, anda, saya dan orang2 lainnya di zaman modern “sangat jauh berbeda”
mungkin sebagai perbandingan saja kisah tentang “pedang dan perang” pada zaman Nabi Muhammad
apakah “pedang dan perang” pada zaman Nabi Muhammad masih cocok untuk zaman anda dan saya saat ini ?
menurut pemahaman saya sudah tidak cocok lagi, jadi biarlah pedang Nabi Elia dan pedang Nabi Muhammad bertindak pada zamanya dan jangan dibawa ke model premanisme pada zaman modern
terima kasih 🙂
@Paradise OK: saya setuju dengan kalimat terakhir anda:
kita jangan memperumit permasalahan dengan cara mencampurkan agama dalam menyelesaikan masalah sehari-hari kita. Kalau ada sengketa hukum, ya gunakan undang-undang yang sudah disepakati bersama.
Kalau bicara Qur’an, silakan di masjid; kalau bicara Alkitab, silakan di gereja. Tidak rumit bukan?
kesepakatan bersama atau kehendak dan kepentingan salah satu golongan minoritas yang dipaksakan dan dilabeli kesepakatan bersama ?
@Truth Seeker: yang namanya kesepakatan tentu artinya disepakati semua pihak.
Kalau sudah sepakat tapi merasa dipaksa, ya goblok sekali waktu ngomong sepakat…
Saya sangat setuju dengan pernyataan “jangan mencampurkan agama dalam menyelesaikan masalah sehari-hari”, biarlah hukum dan keadilan ditegakkan
Pada zaman Nabi Elia, hukum Allah-lah yang ditegakkan; dan itu berlaku pada zaman itu
Bukankah sejak awal saya menyampaikan perbedaan konteks/latar belakang Nabi Elia dengan premanisme zaman modern ?
Jadi Nabi Elia ya Nabi Elia, premanisme zaman modern atas nama Tuhan dan agama tetap namanya premanisme, “tidak ada sangkut pautnya dengan Nabi Elia
Terima kasih 🙂
Saya salut dengan mas judhianto,dengan pengetahuan yang luas dan selalu berusaha objektif dalam berdiskusi dengan para komentator.
Cuman dalam bagian diskusi ini saya sebagai penonton merasa tergelitik juga ingin komen,bahwa dalam hal alkitab(bible) tidak bisa dipandang seperti muslim memandang al quran.maaf,tanpa mengurangi hormat terhadap perbedaan,saya hanya ingin menyampaikan bahwa pembicaraan tentang nabi Elia di atas sebenarnya ga nyambung pemahamannya antara mas Judhianto dengan Paradise.salam.
@Lilis: terima kasih untuk ikut berkomentar, namun agar bisa dipahami, mohon dijelaskan: