Pelajaran Cinta? Apa gak salah?

Kalau ulasan tentang betapa ajaibnya kisah Isra’ Mi’raj, tentu bisa anda dapatkan dari para para pendakwah. Tapi kalau melihat Isra’ Mi’raj dari sisi yang lain, tentu gak banyak yang bisa mengisahkannya, apalagi mengambil pelajaran cinta darinya.

Jadi ini tentang apa?

Tentang sisi manusiawi dari seorang Nabi dalam percintaannya.

Yang Tumbuh Bersama

Nama gadis itu Fakhitah, Muhammad dibesarkan bersamanya.

Ayahnya, Abi Thalib, mengasuh Muhammad sejak kecil sebagai pengganti orang tuanya semenjak Muhammad kehilangan ibu kandungnya, yang membuatnya menjadi anak yatim-piatu.

Fakhitah lebih muda beberapa tahun dibandingkan Muhammad. Mereka berdua dibesarkan layaknya sebagai saudara kandung, tumbuh bersama dan menjadi sangat dekat. Tak ada gadis yang lebih dekat dan mengerti dia sebagaimana Fakhitah.

Namun kedekatan saja tidaklah cukup, ada perasaan lain yang tumbuh. Muhammad menginginkan lebih dari sekedar persahabatan atau persaudaraan.

Ilustrasi pemuda dan pemudi Arab

Ketika merasa sudah cukup dewasa, Muhammad menghadap pamannya untuk melamar Fakhitah sebagai istrinya. Namun pamannya menolaknya, ia sudah menganggap Muhammad sebagai anak sendiri dan saudara bagi Fakhitah dan Ali. Ia juga sudah memiliki rencana sendiri untuk putrinya, menjodohkan putrinya dengan pemuda lain, Muhammad kecewa, patah hati.

Hidup Terus Berjalan

Waktu berlalu, Fakhitah menjalani hidupnya bersama suaminya, bersama 4 anak mereka. Anak sulungnya bernama Hani, lalu nama ini menjadi identitas barunya, ia lebih dikenal sebagai Ummu Hani (ibunya Hani). Sebuah panggilan yang mengubur nama gadisnya, masa ketika ia memiliki hubungan yang dekat dengan Muhammad.

Ilustrasi arak-arakan pengantin Arab

Muhammad, menjalankan hidupnya sebagai pegawai dari Khadijah, seorang janda, pengusaha yang kaya raya. Kelak, Khadijah menjadi jatuh cinta kepada pegawainya ini, dan mengajaknya menikah. Muhammad akhirnya menjadi suami Khadijah, sekaligus mengelola bisnisnya.

Fakhitah dan Muhammad menjalani kehidupannya masing-masing, rumah tangga masing-masing. Kedekatan mereka harus dikuburkan.

Jalan Yang Berkelok

Namun hidup tidaklah selalu serupa dengan jalan yang lurus. Suatu saat, ada satu peristiwa yang mengubah jalan hidup mereka.

Muhammad yang sering melakukan khalwat (tirakat atau bertapa) di gua Hira, suatu hari dalam pertapaannya didatangi malaikat Jibril yang menyampaikan perintah dari Allah untuk mengabarkan ajaran baru, Islam.

Ini kelokan jalan hidup yang tajam bagi Muhammad. Sejak itu, Muhammad menyebut dirinya sebagai Nabi, dan gigih menyebarkan ajaran barunya.

Muhammad mendekati semua orang, mulai dari yang terdekat dengannya, dibujuk ikut ajarannya. Tak terkecuali keluarga Abi Tholib, pamannya.

Pamannya yang mendidik Muhammad sejak kecil tidak tertarik dengan ajaran sang Nabi, menolak mengikutinya namun sebagai pengasuhnya yang memiliki kekuasaan di Mekkah, siap melindungi keselamatan keponakannya dengan ajaran barunya. Sedangkan dua anak Abi Thalib, Fakhitah dan Ali adiknya, bisa dibujuk, dan mereka memilih mengikuti ajaran Nabi.

Pusaran Kesulitan

Ajaran baru Nabi membuat para pengikutnya tidak sejalan lagi dengan budaya yang mereka jalani selama ini, dan ini membuat pengikut Nabi menjadi orang aneh yang dijauhi semua orang. Mereka kehilangan banyak teman dan saudara, ada yang kehilangan pekerjaannya, mendapat perlakuan kasar dan bahkan terancam keselamatannya.

Ummu Hani tidak luput dari kesulitan yang diakibatkan mengikuti ajaran Muhammad. Suaminya tidak lagi bisa menerima pilihan Ummu Hani, dan memilih untuk meninggalkannya.

Ummu Hani mendadak menjadi single parent yang harus membanting tulang untuk menghidupi ke empat anaknya.

Khadijah, saudagar kaya yang menjadi istri Nabi mengalami hal yang sama. Sejak menjadi Nabi, Muhammad berubah menjadi pendakwah full time, semuanya untuk Allah. Ia tidak lagi mengurus perniagaan Khadijah, bahkan menggunakan kekayaannya untuk urusan dakwah.

Muhammad yang tidak lagi mengurus bisnisnya, serta adanya penolakan dari masyarakat, mengakibatkan bisnis Khadijah menjadi kolaps. Kekayaan mereka menyusut dengan cepat.

Ajaran Muhammad membawa dirinya dan pengikutnya terseret memasuki pusaran kesulitan.

Puncak kesulitan terjadi saat Khadijah dan Abu Thalib meninggal. Nabi kehilangan penyokong ekonominya serta penyokong keselamatannya.

Ditolak Tapi Dekat

Setelah Khadijah meninggal, Nabi teringat kembali ke cinta pertamanya yang juga mengalami kesulitan, ia ingin berbagi beban.

Nabi melamar Ummu Hani untuk menjadi istrinya, menggantikan Khadijah.

Ummu Hani menolak. Ia sudah terlalu sibuk menghidupi empat anaknya, Nabi tidak akan meringankan bebannya, dan bahkan akan menjadi beban tambahan baginya. Ia bukan Khadijah yang kaya raya, yang mampu memberi dukungan kekayaan bagi dakwah Nabi.

Walau tidak terikat perkawinan, hubungan mereka sangat erat. Eratnya hubungan mereka dapat dilihat dari dua riwayat yang terabadikan dalam sejarah.

Yang pertama adalah tentang deskripsi Ummu Hani tentang bentuk perut nabi yang seperti lipatan-lipatan kertas (mungkin jaman sekarang disebut six-packs). Tidak semua bisa melihat nabi bertelanjang dada, catatan itu menunjukkan kedekatan mereka.

Yang kedua adalah catatan tentang Isra’ Mi’raj. Dalam riwayat yang sampai kepada kita, malam itu Nabi menginap di rumah Ummu Hani. Ketika Nabi keluar dari rumah Ummu Hani, ia bertemu dengan beberapa pengikutnya, dan sebelum mereka bertanya tentang keperluan Nabi, Nabi bercerita tentang pengalaman menakjubkannya.

Tentang kuda berkepala wanita dan bersayap, lalu tentang dirinya yang menunggangi kuda tersebut dari Mekkah ke Yerusalem, menembus 7 lapis langit, ke akhirat melihat Surga dan Neraka, ke singgasana Allah, ke Yerusalem lagi dan kembali ke Mekkah, lalu tentang pertemuannya dengan Jibril, dengan para Nabi yang telah wafat dan dengan Allah, lalu tentang Allah yang memberikannya perintah shalat, lalu tentang Musa yang mengajarinya menawar jumlah shalat kepada Allah.

Lukisan Buraq makhluk yang ditunggangi Nabi saat melakukan perjalanan dari Mekkah, ke Yerusalem, ke luar angkasa, menembus tujuh lapis langit, mengunjungi Surga dan Neraka dan menghadap Allah di singgasanaNya – semuanya dalam satu malam.

Jadi

Pelajaran cinta apa yang didapat?

Lamaran ditolak? Jangan jadi kiamat-mu, Nabi saja ditolak dua kali oleh orang yang sama…


Bacaan: