Jika mengenai sejarah hidup Nabi Muhammad, tema yang diangkat biasanya mengenai perjuangan Muhammad menyampaikan ajaran Islam, mengangkat masyarakat yang bodoh dan jahat (jahiliah) menjadi masyarakat yang berbudi luhur.

Bisakah kita melihat dengan tema yang lain? tentu bisa.

Kali ini saya mencoba melihat sejarah hidup Nabi Muhammad menggunakan kacamata politik, kacamata seni meraih kekuasaan.

Ini tentu tafsir subyektif berdasarkan bahan-bahan yang ada, anda bisa setuju atau tidak setuju, dan bahkan punya tafsir sendiri berdasarkan bahan-bahan yang anda miliki sendiri.

Mekkah, Kota Pemilik Harta Karun

Harta karun? memiliki tambang emas atau logam dan batu berharga? memiliki kekayaan alam berlimpah?

Bukan. Harta karun itu berupa Ka’bah, rumah Tuhan yang berbentuk kubus.

Ka’bah adalah rumah bagi Tuhan Hubal atau Tuhan Bulan yang dibangun Qushay di sekitar abad 5M.

Kelak Muhammad akan mengabarkan bahwa Ka’bah sebenarnya dibangun Ibrahim bersama Ismail, dan sejak itu menjadi tempat yang ramai dikunjungi sebagai pusat ritual pemujaan Allah.

Namun sayangnya berdasarkan laporan Strabo, penjelajah yang mencatat jalur perdagangan dan kota-kota di Arab untuk Kerajaan Romawi, di sekitar tahun 20 M, tidak ditemukan pemukiman di area Mekkah yang sekarang ini. Sehingga kebenaran klaim bahwa Ka’bah punya akar sejarah hingga ke era Ibrahim (3000 SM) tidak mendapatkan bukti yang kuat.

Di dalam Ka’bah bersemayam patung Tuhan Hubal beserta tiga Tuhan anaknya yaitu Al-Lat, Al-Uzza, dan Al-Manat. Namun disamping patung Tuhan pemilik Ka’bah, juga diletakkan patung Tuhan-Tuhan yang lain. Keseluruhannya ada 360 patung.

Patung Al-Lat, Al-Uzza, dan Al-Manat. Tiga Putri Tuhan Hubal yang berasal dari abad 2M, disimpan di musium Iraq.

Masing-masing Tuhan tersebut mempunyai penyembahnya masing-masing yang tersebar di seantero tanah Arab. Dan itu berarti secara rutin kota Mekah mendapatkan kunjungan dari para ribuan penyembah Tuhan-Tuhan tersebut dari seantero Arab. Kunjungan ritual itu mereka mengenalnya sebagai ibadah Haji.

Bersama datangnya jamaah tersebut, hidup industri akomodasi, makanan, minuman, jasa keamanan, perlengkapan ibadah, dan sebagainya yang menunjang aktivitas peziarah beribadah.

Arus tetap peziarah itu juga menghasilkan arus pedagang dan aktivitas perdagangannya. Kesemuanya tentu dipajaki oleh pengelola kota, yaitu Qushay dan keluarganya.

Itulah harta karun kota Mekkah. Sumber pemasukan yang mengalir melalui para jamaah haji yang berdatangan rutin dari seluruh Arab.

Elit Penguasa Tanpa Tahta

Muhammad adalah generasi ke 6 dari Qushay, tapi dari garis yang tidak mendapatkan warisan penguasaan kunci Ka’bah, yang berarti tidak menjadi pemimpin kota Mekkah.

Pemegang kunci Ka’bah yang juga berarti menjadi penguasa kota Mekkah adalah Abu Sufyan, kerabatnya dari garis Umayah.

Walaupun bukan dari keluarga inti pewaris kunci Ka’bah, namun Muhammad masih tergolong dalam lapisan elit masyarakat Mekkah.

Dalam kelompok keluarganya, Muhammad mungkin termiskin karena ia sebatang kara dan yatim piatu, namun di kalangan masyarakat Mekkah, ia bukanlah tergolong miskin.

Diceritakan ketika Muhammad, pemuda sebatang kara itu melamar Khadijah, seorang pengusaha kaya dari kelompok elit kaya, ia memberikan mahar berupa 20 ekor onta jenis unggulan yang saat ini seharga 12 hingga 50 juta. Bila dirupiahkan maharnya senilai antara 300 juta sampai 1 milyar rupiah.

Walaupun miskin di antara keluarganya, ia masih tergolong kaya raya di antara penduduk Mekkah lainnya.

Tanpa Perubahan, Masa Depan Adalah Suram

Muhammad masuk kelompok elit Mekkah, namun tanpa kekuasaan apa-apa, dan kelak saat keturunan Qushay beranak pinak semakin banyak, jatah kemakmuran akan semakin sedikit diterima keturunan Muhammad kelak.

Ia tidak beruntung, tidak mungkin menjadi penguasa Mekkah, dan mungkin keturunannya tidak akan beda dengan kebanyakan masyarakat lainnya. Hanya bisa kaya dengan kerja keras. Itu takdirnya dalam tatanan masyarakat Mekkah.

Apakah mungkin takdir berubah? mungkin, jika tatanan yang ada dirubah. Dirubah ke tatanan lain yang memungkinkan dirinya menjadi penguasa dan keturunannya makmur sejahtera.

Gua Hira, Awal Revolusi

Di usia ke 40, Muhammad sering berkontemplasi ke gua Hira, berhari-hari menyendiri, merenungkan berbagai hal di masyarakatnya, di dirinya.

Pada suatu hari, ia mendapatkan wahyu, ia mendapatkan dorongan berbuat sesuatu untuk dirinya, untuk perubahan masyarakatnya atas nama Tuhan. Ia akan all-out.

Promosi Tatanan Baru, Islam

Sepulang dari Gua Hira, Muhammad mulai membentuk lingkaran pengaruh.

Dari yang terkecil, istrinya dan keluarga terdekatnya, kemudian kepada siapa saja yang bisa didekatinya. Tak henti-hentinya ia mengabarkan ide-ide yang konsisten, ke semakin banyak orang, ke semakin besar lingkaran pengaruh di kota Mekkah.

Apa ide yang ditawarkan?

Bahwa Allah, Tuhan, menunjuknya sebagai utusan-Nya, untuk mengajak mereka meninggalkan tatanan yang ada, untuk menuju tatanan baru berdasarkan ajaran yang paling benar, ajaran yang paling sempurna, ajaran yang akan membawa penganutnya ke kebahagiaan surga, kebahagiaan setelah kematian.

Pada dasarnya masyarakat Mekkah adalah masyarakat plural yang toleran, di pusat kota mereka terdapat Ka’bah sebuah rumah Tuhan untuk banyak Tuhan, banyak agama.

Mereka terbiasa melihat dan melayani berbagai penyembah Tuhan yang berbeda-beda itu beribadah kepada Tuhan mereka masing-masing dengan cara yang berbeda-beda, dengan ajaran yang berbeda-beda.

Semuanya menawarkan janji kebahagiaan di kehidupan setelah mati. Semua Tuhan tinggal di rumah yang sama, dan semua pemeluknya bisa hidup berdampingan dengan damai.

Bagi banyak penduduk Mekkah, ajaran Muhammad tidaklah terlalu berbeda dengan agama-agama yang lainnya yang sudah ada. Sama saja, tentang Tuhan perkasa, tentang kesenangan setelah mati atau siksaan setelah mati.

Kegigihan Muhammad menawarkan ajaran baru itu ternyata tidak banyak mendapatkan sambutan dari penduduk Mekkah. Setelah bertahun-tahun pengikut Muhammad tidak banyak.

Menyerang Tatanan Yang Ada

Yang dihadapi Muhammad adalah masyarakat yang sudah nyaman dengan tatanan yang ada, sehingga membongkar tatanan yang ada untuk beralih ke tatanan berdasarkan ajaran Muhammad, bukanlah ide yang menarik.

Menyadari hal tersebut, maka Muhammad mengganti strateginya. Ia aktif menyerang tatanan yang ada.

Landasan tradisi haji di Ka’bah adalah penerimaan terhadap berbagai macam Tuhan untuk dihormati di Ka’bah. Maka ia menyerang berbagai macam Tuhan tersebut, ia katakan, bahwa semuanya hanyalah berhala mati yang tidak punya kekuasaan apa-apa, dan tidak patut di sembah.

Tradisi haji di Ka’bah sudah dilakukan turun temurun dan diwariskan oleh generasi-generasi sebelum mereka. Maka ia menyerang tradisi nenek moyang itu, ia katakan bahwa para nenek moyang tidak punya dasar kebenaran dalam membuat tradisi, mereka hanya punya persangkaan dan menuruti tradisi tanpa tahu dasarnya adalah kebodohan.

Menurut ajaran yang dibawa Muhammad, adat dan tradisi tidak boleh diteruskan saat Allah sudah mengajarkan tuntunan perbuatan yang benar sebagaimana yang disampaikan Muhammad. Jika mereka menolak tuntunan Muhammad, maka mereka sebenarnya sedang menutup diri dari kebenaran. Mereka sesat, dan seperti hewan ternak yang tidak berpikir.

Dan sungguh, akan Kami Isi neraka Jahannam banyak dari kalangan jin dan manusia.
Mereka memiliki hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami dan mereka memiliki mata tidak dipergunakannya untuk melihat, dan mereka mempunyai telinga tidak dipergunakannya untuk mendengarkan.
Mereka seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat lagi.
Mereka itulah orang-orang yang lengah.

Al-‘Araf: 179

Serangan terhadap tradisi, agama dan Tuhan yang ada tentu menimbulkan keresahan.

Selama ini berbagai agama dan berbagai Tuhan bisa hidup berdampingan dan bahkan berbagi rumah Tuhan, karena mereka saling menahan diri untuk tidak menyerang agama dan Tuhan yang lain. Yang dilakukan Muhammad telah merusak ketentraman yang ada selama ini.

Gangguan terhadap ketentraman kota Mekkah ini tentu merisaukan lingkaran penguasa kota Mekkah, penjaga tertib kota, yang notabene keluarga besar Muhammad sendiri.

Yang paling bersuara keras menentang dakwah Muhammad adalah pamannya sendiri yaitu Abu Lahab, namun mereka tidak bisa berbuat apa-apa ketika Abu Thallib paman Muhammad yang selama ini mengasuhnya, menyatakan akan melindungi penuh Muhammad, terlepas dari kenyataan bahwa ia sendiri tidak setuju dengan ajaran Muhammad.

Terhadap Abu Lahab, pamannya ini, Muhammad menyampaikan surat Qur’an yang secara khusus mencela Abu Lahab dan mengatakan hukuman apa yang kelak ia akan terima dari Allah.

Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa.
Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan.
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.
Yang di lehernya ada tali dari sabut.

Surat: Al-Lahab

Provokator Yang Mendapatkan Tekanan

Siapa yang tertarik dengan ide-ide itu? tentu terutama orang-orang yang posisinya tidak menguntungkan di tatanan yang sekarang. Para miskin, kelompok marginal yang tidak punya kuasa, para budak atau yang punya potensi tapi tidak kebagian kuasa. Mengguncang tatanan agar mendapatkan tatanan baru, sedikit memberi harapan akan perubahan nasib.

Semakin lama mereka mendengarkan dakwah Muhammad, semakin besar antipati mereka pada apapun yang ada.

Mereka semakin militan dan impian mendapatkan surga menjadikan mereka mulai tidak takut untuk menyuarakan dengan keras ketidaksukaan mereka pada penguasa dan kondisi yang ada.

Kelompok bersuara sumbang yang semakin vokal ini tentu mulai mengganggu.

Salah satu contoh gangguan tersebut diabadikan dalam Sirat Rasul karya Ibnu Ishaq hal 131-141, yang menceritakan Abdullah ibn Mas’ud yang mendatangi upacara keagamaan kaum Quraish dan tiba-tiba melantunkan beberapa ayat Qur’an dengan lantang di tengah acara mereka. Orang-orang Quraish berkata, ‘Apa gerangan yang dikatakan anak dari seorang budak perempuan ini?’ Dan ketika mereka menyadari bahwa ia sedang membaca beberapa doa yang diucapkan Muhammad, mereka bangkit dan memukul wajahnya; tetapi ia terus membaca selama yang Allah inginkan ia baca.

Kejadian tersebut jika diproyeksikan ke situasi sekarang akan mirip dengan seseorang penyembah Zeus yang memasuki masjid ketika sedang berlangsung khutbah Jum’at, lalu membacakan ayat-ayat untuk memuja Zeus dan mengatakan yang tidak menyembah Zeus adalah sesat, bodoh dan seperti hewan ternak. Sebuah provokasi.

Masyarakat yang sebelumnya tenang menjadi resah, dan tentu memberikan reaksi balik menentang para provokator tersebut. Mulailah terjadi berbagai konflik antara masyarakat yang dicela terang-terangan dengan pencelanya.

Menjadi Korban, dan Memanfaatkannya

Akibat konflik ini jelas.

Beberapa dari mereka mengalami berbagai macam persekusi yang mengancam keselamatan mereka. Sebagian besar pengikut Muhammad berasal dari kalangan marjinal, tentu mereka tidak cukup memiliki kekuatan untuk melindungi mereka sendiri.

Bagaimana dengan Muhammad? tentu ia aman. Ia ada dalam lingkar elit keluarga besar penguasa, dan disamping itu, ia dilindungi penuh oleh Abu Thalib, paman yang mencintainya. Tak ada yang berani menyentuhnya.

Namun bagi Muhammad, persekusi dan ancaman bagi keselamatan pengikutnya bisa dimanfaatkan lebih lanjut untuk mendapatkan bantuan dari pihak ketiga.

Ketika tekanan itu meningkat, di tahun ke 5 dakwahnya, Muhammad memerintahkan 126 pengikutnya yang menderita itu melarikan diri ke Habasyah (sekarang Ethiopia), sebuah Kerajaan Kristen yang diharapkan bisa memberikan bantuan.

Dan memang benar, raja Kristen itu setelah mendengan penderitaan pengikut Muhammad dan mendapati kemiripan ajaran yang dibawanya dengan agama Kristen, bersedia memberi suaka kepada pengikut Muhammad. Namun sayangnya cuma itu bantuannya. Pengikut Muhammad yang bertahan masih dalam tekanan di Mekkah.

Selain kepada Raja Habasyah tersebut, Muhammad juga secara aktif mendatangi para peziarah yang beribadah di Ka’bah.

Pada tahun ke 10 gerakannya, ia berhasil membujuk 6 jamaah Haji dari kota Yathrib untuk mendengarkan kisahnya. Mereka bersimpati pada derita yang dialami pengikut Muhammad, dan berjanji akan membantunya.

Musim haji berikutnya mereka datang lagi, kali ini menjadi 12 orang. Mereka bersumpah setia sebagai pengikut Muhammad, saat mereka kembali, Muhammad mengutus pengikutnya yang lebih senior untuk ikut dan berdakwah di Yathrib.

Hadiah Kekuasaan

Dakwah ke Yathrib berhasil, di tahun berikutnya rombongan dari Yathrib tersebut datang lagi. Kali ini dengan 75 orang yang bersumpah setia kepada Muhammad,

Selain membawa rombongan yang lebih besar, mereka juga membawa sebuah hadiah istimewa bagi Muhammad.

Hadiah itu adalah jaminan keselamatan bagi Muhammad bila ia melarikan diri ke Yathrib, dan mereka akan mengangkat Muhammad menjadi pemimpin mereka di Yathrib.

Sebuah hadiah kekuasaan.

Membangun Pemerintahan

Setelah jaminan keselamatan dan kekuasaan itu diberikan, Muhammad mengirimkan pengikutnya secara rahasia dan bergelombang ke Yathrib. Ia kemudian menyusul.

Peristiwa perpindahan ini, nantinya akan dikenal sebagai ‘Hijrah’, sebuah peristiwa yang menjadi tonggak terpenting pergerakan Islam.

Seperti yang telah dijanjikan sebelumnya, sesampai di Yathrib, Muhammad kemudian diangkat menjadi pemimpin bagi para pengikutnya.

Gabungan kelompok pengikutnya dari Mekkah dan dari Yathrib kemudian menjadi kelompok terkuat di kota Yathrib.

Mereka kemudian mengikat perjanjian dengan 8 kelompok Yahudi setempat untuk membentuk pemerintahan di bawah pimpinan Muhammad, mereka juga mengganti nama kota mereka menjadi Madinah.

Mereka menyebut dirinya sebagai kaum Mukmin, orang yang beriman.

Operasi Militer Melemahkan Mekkah

Muhammad tidak pernah melupakan Mekkah.

Setelah membentuk pemerintahan di Madinah, Muhammad tidak lupa untuk mengingatkan pengikutnya tentang masa-masa mereka dipersekusi di Mekkah.

Hal itu penting untuk membangun militansi pengikutnya untuk menghadapi langkah-langkah militer yang direncanakannya.

Ketika mereka siap, Allah (lewat Muhammad) menurunkan ayat perangnya.

Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya, dan sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuasa menolong mereka.
(Yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, tak lain karena perkataan mereka, ‘Tuhan kami hanyalah Allah.

All-Hajj: 39-40

Sasaran perang pertama Muhammad adalah rombongan sipil Mekkah, yaitu caravan pedagang yang kembali ke Mekkah.

Ternyata rombongan dagang ini mengetahui ada pasukan yang akan menghadang mereka. Mereka mengubah rute sehingga selamat dari sergapan dan mengirimkan permintaan bantuan ke Mekkah.

Mekkah kemudian mengirimkan tentara untuk menghadapi pasukan penyergap dari Madinah. Terjadilah perang terbuka pertama antara Mekkah dan Madinah, perang Badar.

Mekkah yang menganggap pasukan Muhammad hanyalah kumpulan orang buangan, sekelas gerombolan perampok, tidak terlalu serius mempersiapkan diri menghadapinya.

Mereka baru sadar ketika mereka tidak sanggup mengalahkan tentara Muhammad yang bertempur habis-habisan disemangati janji mendapatkan surga bila mati terbunuh.

Lukisan tentang Perang Badar, para Malaikat (digambarkan bersayap) ikut membantu Kaum Mukmin memenangkan perang.

Mekkah kalah. Paman kandung Muhammad, Abu Jahal, yang menentang ajaran keponakannya, tewas dalam pertempuran ini.

Kaum Mukmin menganggap kemenangan ini tonggak penting perjuangan mereka. Sampai saat ini Shalawat Badar yang memuji kemenangan Muhammad dalam perang Badar sering dilantunkan dalam acara keagamaan di Indonesia.

Setelah kekalahan Badar, Mekkah mencoba membalas kekalahan mereka dalam 2 serangan besar ke kaum Mukmin. Perang Uhud dan Perang Khandaq.

Dalam perang Uhud, Muhammad terluka parah. Mekkah mengira sudah berhasil membunuhnya, sudah menang dan lalu menarik pasukannya.

Sedangkan dalam perang Khandaq, Mekkah mengerahkan pasukan lebih besar untuk memastikan kemenangannya.

Namun kaum Mukmin yang kalah jumlah menggunakan pertahanan parit yang diadopsi dari teknik perang Persia, dan berhasil mencegah pasukan Mekkah untuk melakukan perang terbuka. Pasukan Mekkah mundur tanpa terjadi pertempuran yang sesungguhnya.

Melemahkan Mekkah

Jika Mekkah melakukan 2 serangan langsung ke Madinah, maka kaum Mukmin tidak melakukan serangan langsung ke Mekkah.

Sebagai gantinya, kaum Mukmin melakukan banyak operasi militer yang secara tidak langsung melemahkan Mekkah.

Kaum Mukmin melakukan beberapa kali perampokan terhadap rombongan dagang yang menuju Mekkah atau dari Mekkah.

Kaum Mukmin juga satu persatu menyerang suku-suku yang mempunyai hubungan baik dengan Mekkah atau dicurigai akan membahayakan kaum Mukmin di Madinah.

Serangan-serangan ini secara efektif melemahkan Mekkah, disamping meningkatkan kemampuan militer kaum Mukmin.

Menghabisi Oposisi

Apakah Muhammad dan pengikutnya dari Mekkah (Kaum Muhajirin) yang tiba-tiba menguasai dan mengendalikan Madinah, lalu mengajak perang berkali-kali, tidak mendapatkan perlawanan dari penduduk asli Madinah?

Ada beberapa kelompok yang tidak suka, namun melihat militansi pengikut Muhammad, mereka tidak berani menyampaikan protes terbuka.

Sebagai gantinya, mereka membuat puisi-puisi yang  bernada negatif mengenai Muhammad. Puisi tersebut beredar dari mulut ke mulut, di antara mereka yang tidak suka dengan kehadiran Muhammad.

Suara-suara sumbang itu akhirnya sampai ke Muhammad.

Muhammad kemudian bertanya kepada pengikutnya, “Siapa yang mau membunuh Si A?”, maka pengikutnya kemudian membunuh oposan tersebut. Yang terbunuh dengan cara ini adalah Asma bint Marwan, Abu Afak, dan Ka’b ibn al-Ashraf.

Pembunuhan para penyair oposisi ini terbukti efektif menghentikan usaha-usaha perorangan yang bersuara negatif terhadap Muhammad.

Di samping suara sumbang dari perorangan, ada juga kelompok yang dulunya mengikat perjanjian di bawah Muhammad yang mulai tidak suka dengan dominasi kaum Mukmin di Madinah. Terjadi beberapa kali insiden antara kelompok asli dari Madinah dengan kaum Mukmin.

Dalam salah satu insiden, seorang wanita Mukmin mengalami pelecehan dari sekelompok pemuda dari kelompok Yahudi Banu Qaynuqa. Sekelompok pemuda Mukmin kemudian menyerang kelompok pemuda tersebut. Terjadi korban jiwa, dan kemudian saling balas antar mereka yang akhirnya terjadi pengepungan kelompok Mukmin terhadap benteng Banu Qaynuqa. Insiden ini di akhiri dengan pengusiran Banu Qaynuqa dari Madinah.

Merebut Harta Karun

Usaha sistematis yang dilakukan Muhammad membuahkan hasil.

Di Madinah, tidak ada lagi kelompok oposisi. Sementara itu Mekkah mengalami pelemahan, karena arus perdagangan dan ibadah Haji tidak lagi seramai sebelumnya akibat gangguan kaum Mukmin, sedangkan satu persatu suku-suku pendukung Mekkah ditaklukkan Madinah atau bergabung dengan Madinah.

Dengan menyaksikan puluhan perang yang dimenangkan Muhammad, penduduk Mekkah melihat bahwa kaum Mukmin telah menjadi mesin perang mengerikan yang tak sanggup lagi mereka lawan.

Ketika Muhammad bersama 10,000 pengikutnya berbaris memasuki Mekkah, penguasa Mekkah tidak melakukan perlawanan.

Mungkin mereka merasa tak sanggup melawan, atau mereka tak ingin kota yang mereka cintai hancur oleh peperangan.

Mereka menyerahkan kunci Ka’bah ke Muhammad.

Era Baru, Memoles Harta Karun

Setelah mendapatkan kunci Ka’bah, yang dilakukan pertama kali oleh Muhammad adalah menghancurkan semua patung Tuhan yang ada di dalam Ka’bah. Konon hanya patung Bunda Maria yang diambil Muhammad agar tidak dihancurkan oleh pengikutnya.

Bagaimana dengan penguasa Mekkah dan penduduknya?

Hari itu terjadi transfer besar-besaran menjadi pengikut Muhammad. Entah karena mereka menyadari kebenaran ajaran Muhammad atau sekedar langkah pragmatis saja agar tak diusir dari Mekkah.

Bersama dengan hancurnya segala macam patung Tuhan, Mekkah memasuki era baru.

Mekkah yang toleran terhadap segala macam Tuhan, segala agama, menerima semua pemeluk agama, diubah menjadi Mekkah yang monolitik. Hanya yang percaya dengan ajaran Muhammad yang boleh memasuki Mekkah, selain itu diusir dari Mekkah.

Umat Islam melestarikan warisan intoleran ini hingga sekarang. Saat ini hanya yang beragama Islam saja yang boleh menginjakkan kaki di kota Mekkah dan Madinah.

Bersama dengan penguasaan Ka’bah, Muhammad mengadopsi peribadatan para penyembah Hubal, yaitu Tawaf sebagai bagian dari peribadatan untuk ajaran yang disampaikan Muhammad.

Bukankah ritual Arab itu tidak ada contohnya dalam agama Yahudi dan Kristen? Bukankah selama ini Muhammad mengklaim sebagai penerus Nabi-nabi Yahudi dan Kristen?

Sebuah narasi baru disampaikan, narasi yang sebelumnya tidak dikenal oleh penganut Yahudi dan Kristen.

Narasi itu mengatakan bahwa Ka’bah dan ritual haji sebenarnya bukanlah untuk Tuhan Hubal, melainkan itu buatan Ibrahim untuk Tuhan Allah. Hanya saja ritual itu terlupakan, dan orang-orang Arab terdahulu menyalah gunakan bangunan untuk Tuhan Allah itu sebagai bangunan untuk Tuhan Hubal.

Sebagai balasan sikap kooperatif para pemuka Mekkah, Muhammad mengembalikan kunci Ka’bah dan pengelolaannya kepada Abu Sufyan, sepupu jauhnya, pemegang kunci lamanya. Hanya saja sekarang Abu Sufyan menjadi bawahan Muhammad.

Mengembalikan Nilai Harta Karun

Nilai strategis Ka’bah sebenarnya adalah arus tetap jamaah haji yang dihasilkannya dari segala penjuru Arab, arus yang membawa kemakmuran kota Mekkah.

Jika Tuhan-Tuhan patungnya dibuang, akankah ia akan tetap menghasilkan jamaah haji bagi Mekkah? Bagaimana kalau para jamaah haji akan mengalihkan tujuan hajinya ke beberapa rumah Tuhan lainnya yang ada juga di beberapa kota Arab lainnya?

Akan tetapi Muhammad sudah mempunyai strategi penggantinya.

Kampanye militer yang selama ini dilakukannya untuk mengambil alih Mekkah, dilanjutkan untuk tujuan yang lain, yaitu menghancurkan semua rumah Tuhan yang ada di tanah Arab serta melakukan konversi besar-besaran agama penduduk Arab dari agama lama ke ajaran Muhammad.

Operasi militer penghancuran Rumah Tuhan yang tercatat adalah:

  • Oleh Khalid ibn al-Walid ke kota Nakhla untuk menghancurkan rumah Tuhan Uzza,
  • Oleh Amr bin Al-‘As ke wilayah suku Banu Hudhail untuk menghancurkan rumah Tuhan Suwa,
  • Oleh Sa’d ibn Zaid al-Ashhali ke wilayah Al-Mashallal untuk menghancurkan rumah Tuhan Manat,
  • Oleh At-Tufail ibn ‘Amr Ad-Dausi ke wilayah Dhul-Kaffain untuk menghancurkan rumah Tuhan Yaguth,
  • Oleh Ali ibn Abi Thalib ke wilayah Banu Tai untuk menghancurkan rumah Tuhan Al-Fuls,
  • Oleh Ukasha bin Al-Mihsan ke Banu Udhrah untuk menghancurkan rumah Tuhan al-Shams,
  • Oleh Abu Sufyan ibn Harb ke Taif untuk menghancurkan rumah Tuhan Allat/al-Tagiyyah,
  • Oleh Jarir ibn `Abdullah al-Bajali ke Tabalah untuk menghancurkan rumah Tuhan Dhul-Khalasa.

Bagaimana dengan penyembah Tuhan-Tuhan itu? mereka dipaksa untuk beralih memeluk ajaran Muhammad. Beberapa pertempuran terjadi dengan suku-suku yang menolak meninggalkan agama lama mereka, namun superioritas militer kaum Mukmin mampu mengatasi itu semua.

Perkecualian diadakan untuk pemeluk Kristen dan Yahudi, mereka bisa tetap dalam agama lama mereka, hanya saja mereka harus membayar pajak khusus ke kaum Mukmin.

Muhammad kemudian mewajibkan pengikutnya untuk melakukan ibadah Haji ke Mekkah paling tidak sekali dalam seumur hidupnya, kecuali kalau mereka tidak mampu.

Operasi militer ini menjadikan Mekkah menjadi satu-satunya pusat ibadah haji, dan Mekkah juga mendapatkan sumber baru jamaah haji dari wilayah-wilayah yang dikonversikan dari agama lama ke ajaran Muhammad.

Yang Kini Memegang Tahta

Muhammad berhasil mengubah tatanan Mekkah, dan lebih dari itu, tatanan seluruh Arab.

Ia yang tak mungkin menjadi penguasa Mekkah dalam tatanan lama, membentuk tatanan baru di mana ia kini berkuasa lebih dari penguasa Mekkah itu sendiri.

Sayangnya setelah berhasil menguasai Arab, Muhammad meninggal dunia.

Ia tidak sempat menyaksikan, bagaimana penerusnya mengembangkan usahanya, hingga Islam mampu menelan Persia dan Romawi, dua superpower dunia.

Jika ia hidup hingga sekarang, tentu ia takjub mengetahui bahwa sekitar 2,4 juta orang dari seluruh dunia datang tiap tahun sebagai jamaah haji, sebagai sumber kekayaan kota Mekkah, sumber kekayaan kerajaan Saudi.

Ka’bah saat ini. Dikunjungi sekitar 2,4 juta orang tiap tahun pada musim Haji. Selain itu selama sepanjang tahun dikunjungi pula untuk ibadah Umrah. Satu penghasilan tetap bagi Kerajaan Saudi, sebuah harta karun yang dikembangkan dan diwariskan oleh Nabi Muhammad.