Apa yang membedakan manusia dengan hewan lainnya? dengan simpanse misalkan?

Apakah kemampuan otaknya dalam menyelesaikan masalah? ya dan bukan.

Pengukuran kemampuan menyelesaikan masalah yang biasanya diukur dengan skor IQ pada simpanse, gorilla dan beberapa mamalia cerdas lainnya menunjukkan, mereka yang paling cerdas setara dengan anak manusia umur 3 tahun.

Ya memang mereka kurang cerdas dibandingkan dengan rata-rata manusia dewasa, namun bukan itu yang terutama membedakan mereka dengan manusia.

Di usia 3 tahun, anak manusia sudah bisa menangkap cerita fabel atau peri dan jin sakti yang didongengkan ke mereka, sementara simpanse tidak.

Monyet tidak bisa menangkap makna surga yang imajiner, sehingga tidak bisa dibujuk dengan imbalan surga. Hanya manusia yang bisa.

Simpanse yang cerdas bisa diajari bahasa isyarat untuk berkomunikasi dengan manusia, namun yang mereka bicarakan adalah hal-hal yang nyata, tentang apel, sungai, batu atau tentang perasaan marah, senang, atau lapar.

Sementara anak manusia bisa membicarakan tentang hal-hal yang tidak nyata adanya seperti kancil yang bisa bicara, jin sakti milik Aladin yang bisa mengabulkan semua permintaan atau hantu yang menakut-nakuti anak yang nakal.

Hewan hidup di alam nyata dan merespon apa yang terjadi di alam yang nyata, sedangkan manusia selain hidup di dalam dan merespon alam nyata, ia juga mampu menangkap imajinasi dan merespon apa yang ada dalam imajinasinya.

Pentingkah Imajinasi?

Pentingkah hidup dengan imajinasi? sangat penting.

Dalam kehidupan seekor simpanse, seekor teman adalah simpanse lain yang ia kenal secara pribadi ciri-ciri fisiknya serta tabiatnya.

Jika ia memerlukan bantuan atau bekerja sama, maka ia akan memilih teman simpansenya, bukan simpanse yang sama sekali asing baginya.

Syarat pertemanan pribadi inilah yang menghambat simpanse untuk mencapai apa yang mungkin bisa dilakukan manusia.

Di alam liar, simpanse biasa membentuk kelompok untuk menguasai suatu wilayah tertentu di hutan.

Kelompok ini harus mempertahankan wilayahnya jika ada kelompok lain yang ingin masuk atau sebaliknya, jika melihat ada wilayah lain yang lebih subur milik kelompok lainnya, kelompok ini mungkin akan mengadakan perang untuk merebut wilayah itu dari kelompok pemilik lamanya.

Seberapa besar kelompok yang bisa dihimpun simpanse ini? dari catatan para peneliti satwa, tidak lebih dari 150 ekor.

Mereka butuh kenal satu persatu anggotanya secara pribadi, dan batas kemampuan simpanse mengenal secara pribadi di sekitar angka 150, selebihnya mereka susah mengenalnya secara pribadi.

Di sekitar itu angka maksimum yang bisa dilakukan oleh simpanse mengorganisasi diri, mencapai tujuan bersama.

Bagaimana dengan manusia?

Manusia bekerjasama tidak hanya mendasarkan pada pengenalannya secara pribadi, namun juga berdasarkan pada sesuatu yang abstrak, yaitu penerimaan bersama terhadap suatu imajinasi.

Imajinasi bersama itu adalah sesuatu yang abstrak, yang tidak ada dalam kenyataan, namun eksis dalam pikiran manusia. Imajinasi itu, di masa lalu bisa berupa suku, bangsa, dewa, agama, tuhan.

Dengan penerimaan terhadap imajinasi bersama itu, seseorang yang sama sekali tidak kenal secara pribadi mau bekerja sama dalam gerakan bersama mencapai suatu tujuan.

Sebagai contoh, ketika Paus Urbanus II menyerukan perang untuk merebut kota suci Jerusalem dari tangan Muslim, ratusan ribu ksatria dan warga biasa berangkat membawa senjatanya menuju Jerusalem untuk berperang menghadapi hidup dan mati.

Apakah mereka saling kenal terlebih dahulu sebelum bekerjasama? tidak, yang menyatukan mereka adalah kepercayaan mereka bahwa Paus Urbanus II mendapat mandat suci mewakili Yesus dan Tuhan Bapa untuk memerintahkan perang, mereka percaya mendapat ganjaran Surga, mereka percaya kuasa Yesus.

Mereka tidak saling kenal, tapi kepercayaan mereka, yaitu penerimaan mereka pada imajinasi yang sama tentang Paus, Yesus, Surga dan agama Kristen, membuat mereka bisa mempercayai orang-orang yang punya kepercayaan sama.

Apakah mandat suci, kuasa Yesus dan Tuhan Bapa, Surga itu ada di alam nyata? bukan, itu kepercayaan yang hanya bisa diterima di otak manusia. Simpanse tercerdas tak akan paham, karena Simpanse hanya hidup di alam nyata.

Lukisan tentang pertempuran Hattin, di mana puluhan ribu pasukan Saladin bertempur melawan pasukan Kerajaan Yerusalem. Pertempuran ini berakhir dengan jatuhnya Yerusalem ke tangan Muslim. Hanya manusia yang mampu menggerakkan puluhan ribu orang yang tak saling kenal secara pribadi untuk tujuan yang sama, demi Tuhan, sosok yang tidak akan dimengerti seekor monyet.

Contoh lainnya adalah kerjasama manusia dalam menciptakan mobil.

Ada ratusan ribu petani di wilayah-wilayah tropis menanam pohon karet, yang kelak digunakan sebagai bahan ban. Ada ribuan pekerja kilang minyak yang kelak produknya akan digunakan sebagai bahan bakar mobil. Ada ribuan penambang besi, aluminium, dan berbagai logam yang akan digunakan sebagai mesin dan badan mobil. Dan berbagai macam pengolah bahan, pengrajin, atau pemikir yang diperlukan jasanya dalam pembuatan mobil.

Apakah mereka saling kenal? tidak. Mereka bekerjasama dengan satu kepercayaan yang kuat pada satu imajinasi, yaitu uang.

Mereka percaya uang itu berharga, dan bisa ditukarkan untuk memperoleh kebutuhan hidup mereka, dan untuk itu mereka bekerja keras untuk mendapatkan uang sebagai imbalannya.

Apakah selembar uang seratus ribu bergambar Bung Karno itu memang berharga bahannya? tidak.

Uang itu berharga karena kita percaya pada Republik Indonesia, kita percaya pada cerita bahwa Indonesia menjamin bahwa uang itu bisa ditukarkan dengan barang senilai seratus ribu.

Kalau tiba-tiba Republik Indonesia bubar atau Bank Indonesia menyatakan bahwa uang tersebut tidak berlaku lagi, apakah ada nilainya? tidak ada.

Nilai uang tersebut tidak ada pada bahan atau fisiknya, melainkan kepercayaan kita terhadap Republik Indonesia, sesuatu entitas abstrak yang hanya hidup di kepala manusia.

Republik Indonesia atau nilai mata uang tersebut adalah sesuatu yang abstrak, imajiner, tidak nyata — namun berlandaskan sesuatu yang imajiner tersebut, perekonomian ratusanjuta penduduk Indonesia berjalan.

Sekali lagi, pada hakekatnya Agama, Tuhan, Akhirat, Negara, Suku, Uang, Demokrasi, Hukum adalah sesuatu abstrak, imajiner, dan tidak terkait secara fisik dengan alam atau secara biologis dengan manusia.

Hal-hal tersebut adalah kepercayaan atau cerita yang diterima dan dipercaya seperti sesuatu yang nyata, semakin banyak yang percaya, maka semakin kuatlah hal tersebut dianggap sebagai sesuatu yang nyata.

Dan sepanjang sejarahnya, manusia akan terus menciptakan lapisan-lapisan cerita baru di atas cerita yang lama dan pada gilirannya menjadikan manusia semakin mampu melakukan kerjasama yang semakin kolosal.

Dahsyatnya imajinasi inilah yang membuat manusia bisa menerbangkan robotnya ke Mars, sangat berkembang jauh dibandingkan leluhurnya dulu yang hidup berburu di padang untuk makan, sementara itu Simpanse terpuruk pada keadaan yang sama seperti saat mereka pertama kali ada.

Karena simpanse hanya punya realitas, sedangkan manusia mampu memperkaya realitas tersebut dengan imajinasinya.

Imajinasi Yang Setara Dengan Kenyataan

Jika imajinasi adalah ciptaan manusia, akankah imajinasi itu bisa setara atau lebih kuat dari penciptanya? bisa.

Dalam sistem hukum modern, seorang manusia yang nyata bisa mendaftarkan suatu makhluk imajiner yang disebut badan hukum ke sistem peradilan.

Jika badan hukum itu disahkan, maka makhluk imajiner itu akan diakui hak-haknya setara dengan manusia yang nyata di depan hukum.

Setelah disahkan, badan hukum bisa bertransaksi, memiliki asset, dituntut atau menuntut manusia di depan pengadilan.

Dalam banyak contoh, badan hukum bahkan bisa menguasai asset dan kekuasaan jauh melebihi manusia biasa yang nyata dan bahkan lebih berkuasa daripada penciptanya.

Sebagai contoh, Steve Jobs pada tahun 1976 mendirikan Apple, sebuah perusahaan berbadan hukum, perusahaan itu kemudian berkembang dengan pesat, namun pada tahun 1985, Steve Jobs dipecat dari Apple karena dianggap tidak sejalan dengan manajemen perusahaan. Walaupun kelak dia kembali lagi ke Apple, namun fakta tersebut membuktikan bahwa badan hukum, sesuatu makhluk imajiner, pada titik tertentu bisa mempunyai kekuasaan melebihi manusia nyata, penciptanya sendiri.

Steve Jobs mendirikan badan hukum perusahaan Apple. Kelak Apple mendepak keluar pendirinya itu.

Pada kenyataanya, saat ini jika dalam daftar orang terkaya di dunia memasukkan juga badan hukum sebagai individu yang setara, maka pemilik kekayaan terbesar di dunia adalah perusahaan seperti Google, Microsoft, Tesla, Apple atau Amazon, bukan pribadi seperti Bill Gates, Larry Page, Jef Bezoz dan para pemegang saham perusahaan tersebut.

Imajinasi Yang Menggantikan Kenyataan  

Beberapa tahun ini kita mendengar berita tentang beberapa artis yang bunuh diri setelah dibully di internet.

Di internet? di medsos? bukankah itu dunia virtual yang tak nyata?

Bagi seorang selebritis internet, dalam sehari mungkin ia akan bertemu dan bertegur sapa dengan maksimal 10 orang, namun begitu ia memposting sesuatu di medsos, bisa ribuan orang yang akan merespon. Bila ia memonetize medsosnya, bisa jadi jutaan rupiah uang akan masuk ke rekeningnya.

Artis Korea yang bunuh diri akibat bullyan di internet.

Benar, medsos atau internet adalah dunia virtual yang tak nyata, namun pada kenyataannya ia mendapatkan lebih banyak respon dari dunia maya itu daripada respon dari dunia nyata. Juga dalam hal penghasilan.

Tingkat interaksi dengan dunia maya yang lebih tinggi dari dengan dunia nyata inilah yang membuat beberapa orang merasakan bahwa dunia maya lebih penting daripada dunia nyata, dan ketika ribuan orang membully-nya di internet, terasa hancurlah kehidupannya. Beberapa tak tahan, lalu bunuh diri.

Masa Depan: Meninggalkan Alam Nyata

Pada February 2011, majalah Time menampilkan judul sampul yang provokatif, “2045, The Year Man Becomes Immortal”. Majalah ini bukanlah majalah kelas abal-abal yang serampangan menampilkan berita provokatif demi menaikkan oplahnya, mereka tentu telah berusaha mendalami topik ini sebelum melemparkannya sebagai berita utama mereka.

Ramalan majalah Time, tahun 2045 manusia akan bisa mengupload hidupnya ke dalam mesin.

Apa dasar ramalan ini?

Pertama, adalah perkembangan komputer. Di tahun 2045, komputer Quantum diperkirakan sudah menjadi teknologi yang matang, dan itu berarti jutaan bahkan milyaran kali kemampuannya dibandingkan komputer tercepat saat ini.

Kedua, kemajuan virtual reality. Saat ini Facebook menyediakan sebuah virtual reality yang bisa diakses menggunakan perangkat Oculus. Dalam virtual reality ini user Facebook bisa menjelajah dan berinteraksi dengan user lainnya di sebuah alam buatan. Interaksi ini tentu menawarkan lebih banyak kemungkinan dibandingkan tampilan timeline standar yang biasanya hanya berupa teks dan informasi multimedia.

Di masa depan, dengan bantuan komputer yang jauh lebih dahsyat, virtual reality akan bisa mensimulasikan alam dengan lebih realistis dan dengan lebih banyak orang yang bisa ditampungnya.

Ketiga, kemajuan simulasi otak. Otak adalah mesin pemroses data, sebuah komputer biologis. Para ahli mengasumsikan bahwa kesadaran dan pikiran kita adalah hasil dari kerja otak kita. Jika kita bisa menirukan semua proses di otak, maka kita bisa memindahkan kesadaran kita dari komputer biologis (otak) ke komputer.

Saat ini ilmuwan telah mampu menirukan otak tikus, dengan lompatan teknologi komputer dalam beberapa dekade tahun ke depan, diharapkan kita bisa menirukan otak manusia selengkapnya.

Jika ketiga hal tersebut tercapai, maka manusia bisa sepenuhnya masuk ke dunia virtual dan meninggalkan tubuh biologisnya.

Apa untungnya?

Dengan hidup di dunia virtual, maka manusia tidak lagi terkurung oleh keterbatasan tubuh biologis. Misalkan tidak mati, dan bisa memilih ulang diri kita yang dulunya ditentukan takdir. Misalkan memilih rupa, ras dan memilih jenis kelamin.

Di alam virtual, manusia juga akan tidak akan mengalami masalah yang hanya ada di dunia nyata, yaitu bencana alam. Tidak akan ada hal yang tak terduga seperti gempa, tsunami, badai dan sebagainya, karena manusia sepenuhnya mengendalikan apa yang akan terjadi di alam virtual buatan mereka.

Apa artinya?

Manusia meninggalkan dunia yang dihuni dan dimengerti para hewan, yaitu alam nyata, dan sepenuhnya hidup di dunia yang tak tampak bagi mereka, dunia Imajinasi.

Sebuah Tanya Yang Mungkin Terjawab

Jika hidup di alam virtual menjadi tujuan manusia, mungkin ini juga menjadi jawaban sebuah pertanyaan klasik yang belum terjawab oleh para ilmuwan kita.

Jika semesta ini sedemikian luas, dengan trilyunan planet dan bintang di luar sana, kenapa tak ada satupun tanda tentang kehidupan maju ditemukan di luar sana?

Jawabannya: mungkin setiap peradaban maju akan melalui tahap dimana mereka bisa mencipta ulang realitas imajiner, dan memutuskan bahwa lebih aman dan menguntungkan bagi mereka untuk pindah ke alam imajiner yang bisa dikendalikan dibandingkan tetap hidup di alam nyata yang tak terduga.

Mungkin saja..

ET, sebuah film tentang makhluk luar angkasa. Kenapa kita tidak menemukan makhluk luar angkasa? mungkin mereka sudah Go Virtual, itu saja.

Bacaan: