Ini tidak terkatakan, namun ini yang terjadi.

Dalam sejarah, wilayah-wilayah yang mengalami Islamisasi, pada gilirannya juga mengalami Arabisasi dalam kadar yang berbeda-beda.

Semakin dekat dengan tanah Arab, semakin ter-Arab-kan.

Budaya Arab sudah menggantikan budaya Persia di Iran dan Irak.

Budaya Arab menggantikan budaya Romawi dan Yunani di Suriah, Turki, Tunisia, Lebanon dan wilayah-wilayah Timur Tengah.

Budaya Arab menggantikan budaya India di Pakistan dan Bangladesh.

Begitu juga yang terjadi di wilayah-wilayah Asia Tengah dan Afrika.

Mereka mengadopsi nama, baju, bahasa dan tulisan Arab.

Di Indonesia dan Asia Tenggara proses Arabisasi ini keburu terhenti saat kolonialis Eropa menjajah wilayah ini.

Gantinya kita mengalami semacam Eropa-nisasi.

Tulisan Pegon (aksara Arab untuk bahasa lokal) cuma bertahan di pesantren-pesantren tradisional, selebihnya digantikan tulisan alfabet ala Eropa.

Baju sehari-hari kita tidak sempat ter-Arab-kan karena keburu ter-Eropa-kan.

Sepertinya saat ini, Arabisasi yang pernah terjeda oleh kedatangan Belanda dan proses pembentukan Indonesia, bakal dilanjutkan lagi.

Generasi akhi-ukhti yang memakai kostum Arab dan saat berbicara penuh dengan sisipan kosa kata Arab, mulai berkembang di kota-kota Indonesia.

Mereka tak lagi tahu bagaimana Sutowijoyo membabat Alas Mentaok untuk mendirikan cikal bakal kerajaan Mataram. Sebagai gantinya mereka hafal kisah-kisah diseputaran para sahabat Nabi dan sejarah Arab.

Berapa lama lagi Arabisasi menyeluruh selesai di Indonesia? 30 tahun lagi?