Dalam perjalanan sejarahnya, bila disederhanakan Islam selalu tampil dalam dua versi utama. Sekompleks apapun aliran-aliran Islam yang ada, bisa kita kategorikan dalam dua versi ini.

Apa dua versi itu?

Islam Orisinal

Versi pertama, saya sederhanakan dalam sebutan Islam Orisinal. Ini istilah saya, kalau kurang sreg, anda bisa gunakan istilah sendiri yang bagi anda mungkin lebih cocok.

Apa Islam Orisinal?

Yaitu Islam yang dianggap asli, seasli-aslinya, sebelum dipengaruhi oleh segala macam ijtihad, tambahan atau inovasi yang datang belakangan setelah Nabi Muhammad wafat.

Dalam Islam versi ini, yang disebut Islam adalah apapun yang dilakukan Nabi atau ada dalilnya dalam Qur’an. Di luar itu? itu bid’ah yang hanya akan mengotori kemurnian Islam dan mendatangkan azab di akhirat kelak.

Apa jargon-jargon mereka:

  • Islam diturunkan sebagai sesuatu yang sempurna dan final.
  • Karena berasal dari Allah sang perancang manusia dan semesta, maka Islam akan cocok untuk semua orang di manapun dan kapanpun.
  • Tak ada yang boleh ditambahkan atau dikurangkan pada Islam, itu hanya merusak kesempurnaannya.
  • Kalau ada yang salah dengan Islam, itu salah manusianya, atau cara hidupnya, atau apapun juga, selain Islam. Karena Islam sudah sempurna dan tak mungkin salah.
  • Kunci utamanya adalah kembalikan segalanya pada Qur’an dan Sunnah, karena lewat keduanyalah Allah memberikan petunjuknya.

Islam Modifikasi

Ini juga istilah saya, ganti saja bila kurang cocok.

Apa Islam Modifikasi?

Yaitu Islam yang sadar akan ruang dan waktu. Yang sadar bahwa Islam datang kepada Nabi Muhammad, seorang manusia biasa yang hidup dalam budaya Arab di abad 7 Masehi, tentu sedikit banyak adalah ajaran yang sudah disesuaikan dengan kehidupan seorang Arab di abad 7 Masehi.

Dalam rentang 1500 tahun, tentu sudah banyak bagian dari kehidupan yang berkembang dan berubah, sehingga beberapa bagian dari ajaran Islam sudah tidak sesuai dengan praktek kehidupan sehari-hari manusia jaman sekarang. Ketidak-cocokan itu juga terjadi karena Islam juga berkembang di bangsa-bangsa yang bukan berbudaya Arab dan sangat berbeda dengan budaya orang Arab, seperti misalnya adalah Islam di Indonesia atau Islam di Amerika.

Karena keadaan tersebut, maka Islam mau tak mau harus menerima penyesuaian sana-sini agar tetap relevan dengan kehidupan sehari-hari pemeluknya.

Islam modifikasi punya jargon-jargon sendiri sebagaimana berikut:

  • Peradaban manusia selalu berkembang, tidak ada yang berhenti berubah, juga Islam.
  • Yang ada pada Adam, Ibrahim, Musa dan Isa, itu juga Islam sebagaimana yang ada pada Muhammad, hanya bentuknya saja disesuaikan dengan jamannya.
  • Tugas manusia adalah mengenali esensi Islam dan mencari bentuknya yang paling sesuai dengan kehidupannya sendiri.
  • Allah memberikan petunjuknya melalui ayat-ayat kalamiah (Qur’an) dan ayat-ayat kauniah (tanda alam).
  • Bila ada masalah dengan Islam, itu artinya perlu ada penafsiran baru untuk membawa Islam agar cocok dengan jamannya.
  • Kunci utamanya adalah membuka wawasan seluasnya dan meneliti alam, karena ayat-ayat kauniah hanya bisa dibaca lewat ilmu pengetahuan.

Duo Yang Bertarung

Dalam perjalanan sejarah, dua versi Islam ini bertarung untuk memenangkan dominasinya.

Ketika Islam Modifikasi dominan, orang Islam menggali sebanyak-banyaknya pengetahuan tentang alam dan kehidupan ini, dan menggunakan pengetahuan baru yang didapatkannya untuk mengubah hidup mereka dan menyesuaikan tafsir mereka tentang Islam sesuai dengan kehidupan mereka.

Karena ilmu pengetahuan itu luas, maka mereka tidak segan-segan menggunakan sumber ilmu pengetahuan dari mana saja, bahkan dari mereka yang kafir. Selama bermanfaat, mereka akan adopsi.

Ketika Islam Orisinal dominan, yang berharga cuma Qur’an dan Sunnah. Mereka menegaskan klaim kesempurnaan Islam, dan satu-satunya contoh yang mereka akui mengenai bagaimana Islam dijalankan dalam kehidupan nyata adalah kehidupan Nabi Muhammad. Agar tak salah, maka satu-satunya cara hidup yang Islami adalah mereplikasi cara hidup Nabi Muhammad dalam kehidupan mereka sendiri.

Kesempurnaan Islam sudah final, maka tidak perlu lagi modifikasi terhadap cara hidup yang sudah dicontohkan Nabi, apalagi mengadopsi sesuatu yang berasal dari kehidupan orang kafir. Kehidupan dunia ini sementara, sementara kehidupan akhirat itu yang kekal dan kehidupan yang sebenar-benarnya, maka jangan habiskan waktu untuk memikirkan sesuatu di luar persiapan ke akhirat. Itu mubazir.

Siklus Yang Berulang

Siapa yang menang? Silih berganti.

Sepertinya keduanya memiliki fungsi masing-masing. Islam Modifikasi mengembangkan peradaban, Islam Orisinal me-reset-nya kembali. Silih berganti.

Pada jaman Khalifah al-Makmun (tahun 813M sampai tahun 833M), beliau membuat terobosan strategis dengan memerintahkan Baitul Hikmah yag semula sekedar perpustakaan menjadi pusat pengumpulan dan penerjemahan semua literatur terbaik pada jamannya. Semua karya para kafir Persia, Yunani, India dan China diterjemahkan dengan bantuan ahli-ahli kafir pula ke dalam bahasa Arab.

Pada era sebelumnya berbagai macam ilmu-ilmu itu seperti hidup terisolir dalam wadah-wadah budaya dan bahasa yang terpisah dan tak terhubung, seperti Filsafat di Yunani, Matematika di  India, Metalurgi di China atau Kedokteran di Persia.

Maka ketika semua ilmu pengetahuan tersebut tersedia dalam bahasa Arab, dengan segera semua pengetahuan tersebut seolah-olah menjadi terhubung dan saling memperkaya satu dengan yang lainnya. Bahasa Arab menjelma menjadi bahasa pemersatu sains, dan memancing para cerdik pandai untuk menimba berbagai ilmu tersebut.

Yang terjadi kemudian terjadi revolusi dalam berbagai bidang ilmu. Berbagai macam penelitian dan penemuan baru timbul, yang membangkitkan era emas pengetahuan Islam.

Semua ilmuwan yang dibanggakan Islam lahir dan dibantu oleh terobosan strategis ini. Di era ini, Ibn Rusyd mengatakan akal dan wahyu itu posisinya sejajar, semuanya bisa digunakan untuk menemukan kebenaran.

Masa keemasan Islam. Ketika para cerdik pandai mencurahkan waktu untuk melakukan penelitian ilmiah. Era ini sudah tergantikan oleh majelis-majelis zikir yang memupuk kecintaan pada surga dan ketakutan pada neraka.

Tapi itu tidak berlangsung selamanya.

Ketika Islam Orisinal kembali menguat, gairah menimba ilmu – apapun ilmu itu, menjadi perlahan-lahan dipadamkan.

Para Ulama mengingatkan bahwa segala macam ilmu tersebut tak ada artinya di akhirat kelak dan kesibukan mengejar ilmu yang tak bermanfaat (menurut mereka) hanyalah menjauhkan manusia dari tujuan hidup yang sebenarnya, yaitu mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat yang abadi.

Arah pembalikan tersebut menjadi semakin kuat ketika al-Ghazali mengharamkan filsafat.

Umat Islam mengganti debat filsafat dan sains dengan majelis zikir, penelitian sains diganti oleh penelitian berbagai dalil yang bisa membawa manusia ke surga serta menjauhkan dari neraka.

Meneropong bintang digantikan dengan diskusi tentang panjang jenggot yang syar’i, tinggi celana yang syar’i, apa yang membatalkan wudhu dan sebagainya.

Orang Islam yang sedang bergairah meneliti segalanya di dunia, ditarik balik untuk meneliti yang dianggap lebih penting, yaitu cara masuk surga dan terhindar neraka. Kebebasan berpikir digantikan oleh ketundukan pada aturan-aturan yang dirumuskan ratusan tahun sebelumnya.

Hasilnya? Setelah abad 12M, nyaris tak ada lagi terobosan pengetahuan dari orang Islam, sebagai gantinya para kafir yang pernah terinspirasi oleh semangat menggali ilmu para ilmuwan Islam menjadi semakin maju — dan ini berlanjut sampai sekarang.

Itu siklus dalam skala yang besar, dalam skala yang kecil, siklus ini juga terjadi.

Iran, Afghanistan, Lebanon, Suriah, Maroko, dan berbagai wilayah Islam lainnya dulu pernah menikmati gaya hidup modern dan kemapanan sosial ekonomi.

Namun begitu kaum Islam Orisinal mendominasi, semuanya di-reset kembali jatuh ke kehidupan abad 7, ke era kebanggaan mereka. Perubahan itu bisa melalui ISIS, Taliban, Al-Qaeda, Al-Nusra, Ikhwanul Muslimin atau apapun organisasi yang berslogan “Kembali ke Qur’an dan Sunnah”.

Mahasiswi di Afghanistan pada sekitar tahun 80-an. Saat ini wanita hanya boleh ada di ruang publik menggunakan jilbab tertutup rapat dan didampingi muhrimnya. Sekolah juga dipersulit bagi wanita.

Indonesia Bagaimana?

Indonesia sepertinya akan melalui periode reset ini melalui kuatnya FPI, PKS, MUI, FUI, HTI yang secara pasti mendongkel Islam Modifikasi ala NU dan Muhammadiyah.

Secara guyonan banyak yang bilang Indonesia sedang dalam periode transisi menjadi Indonistan. Siklus di Indonesia sudah mulai. Para pembawa Islam Orisinal mulai mengarahkan peradaban Indonesia menuju peradaban Arab abad 7 M.

Jargon “Kembali ke Qur’an dan Hadis”, “Menegakkan Syariah”,  “Menegakkan Khilafah”, “Sosialisasi Poligami”, “Anti Feminisme”, “Anti Liberalisme” dan segala macam anti ini-itu mulai dijejalkan melalui mimbar-mimbar pengajian, atau pengkaderan di Rohis sekolah-sekolah.

Niqab, seragam wajib bagi wanita Muslim ala kelompok Islam Orisinal. Akankah ini menjadi seragam wanita masa depan Indonesia?

Jika trend ini berlanjut, maka persiapkan anda hidup dalam kehidupan tanpa kebebasan berpikir dan berekspresi karena cara hidup, cara berpikir dan berekspresi itu semuanya sudah ada pola bakunya dalam Qur’an dan Sunnah. Menyebal dari pola baku itu berarti anda tidak sungguh-sungguh menjadi Muslim, tidak kaffah, anda munafik karena anda mengaku Islam tapi tak taat pada yang telah ditetapkan Islam.

Mungkin hal itu tidak terjadi segera, bisa jadi yang akan mengalaminya adalah anak dan cucu anda kelak.

Anda siap?

Bacaan: