Manusia itu disebut sebagai Homo Religius, makhluk beragama, begitu yang pernah saya dapatkan dalam mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.
Mata kuliah ini wajib diajarkan dalam semua jurusan di perguruan tinggi di Indonesia. Jadi siapapun yang pernah kuliah pasti pernah mendengar bahwa manusia itu makhluk beragama (tentu kalau masih ingat).
Makhluk Beragama?
Secara sederhana maknanya adalah manusia di manapun berada selalu mempercayai adanya sesuatu yang sakral sebagai pusat yang tak bisa diganggu-gugat dan menjadi sumber segalanya.
Sumber segalanya?
Ya. Dan itu berarti sumber terhadap semua kenyataan di semesta ini, sumber segala makna hidup, dan sumber aturan hakiki yang mengatur hidup mereka.
Masihkah relevan?
Tapi bukankah ada ateis yang jumlahnya meningkat? masih relevankah klaim Homo Religius?
Jika pusat yang sakral itu dibatasi pada Tuhan, Dewa-Dewi atau sosok supranatural lainnya, tentu munculnya generasi ateis dan yang tak percaya segala macam makhluk supranatural ini akan membuat klaim Homo Religius menjadi semacam omong kosong.
Akan tetapi, jika kita meninjau ulang definisi pusat yang sakral itu dengan kacamata yang lebih jernih, kita akan terkejut mendapati bahkan pada orang yang paling ateispun, mereka tetap makhluk religius, hanya pusat sakralnya saja yang tidak lagi diisi dengan Tuhan, Dewa atau makhluk supranatural seperti yang pernah kita kenal.
Dengan definisi ulang terhadap pusat sakral itu, kita akan bisa melihat bahwa peradaban manusia sudah meninggalkan satu jenis agama untuk menganut jenis agama yang lain serta menghadapi satu jenis agama baru lagi yang akan mulai muncul.
Jenis agama mana saja?
Saya akan mulai dengan agama yang sudah mulai kita tinggalkan, agama dengan Tuhan di pusat sakralnya, saya sebut Agama Tuhan.
Agama Tuhan, Agama Yang Kita Kenal
Semua jenis agama formal yang kita kenal saat ini masuk dalam kategori ini.
Pusat sakral agama ini adalah sosok supranatural. Bukan manusia, bukan hewan dan bukan apapun yang pernah kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Pusat sakral itu bisa bernama Allah, Syiwa, Zeus, Marduk, Odin atau apapun panggilannya. Secara umum mereka disebut Tuhan atau Dewa.
Tuhan, Pusat Sakral
Dalam sejarah ada sekitar 3000 Tuhan atau Dewa yang disembah. Begitu seseorang memilih salah satu Tuhan atau Dewa sebagai sesembahannya, maka Tuhan atau Dewa sesembahannya akan menempati posisi sakral dalam hidupnya.
Sakral artinya dilindungi dari segala pertanyaan tentang eksistensinya.
Kepada Tuhan atau Dewa lain yang tidak disembahnya, mungkin orang itu akan menanyakan pertanyaan semacam ini: “Kok bisa muncul begitu saja, darimana logikanya?”, “Maha Kuasa? apakah juga berkuasa membuat batu yang tak kuasa diangkatnya?”, “Lalu siapa yang menciptakan Tuhan itu?”
Selogis apapun pertanyaan, menjadi tidak patut ditanyakan pada sosok yang sudah dipilih menjadi Tuhan. Tuhan itu sakral, hanya boleh diterima dan tak boleh dipertanyakan.
Tuhan, Pusat Segalanya
Bagaimana mengetahui bahwa dalam Agama Tuhan, pusat segalanya adalah Tuhan?
Kita bisa menengok kembali ke peradaban manusia di abad pertengahan, ketika ada Islam dengan Khilafahnya dan Kerajaan-kerajaann Kristen berjaya di Eropa. Itu adalah periode emas Agama Tuhan.
Apakah yang disebut fakta?
Bila Qur’an atau Alkitab mengatakan sesuatu tentang alam, itulah fakta yang sejati. Manusia diciptakan secara instan dari lempung, itulah fakta. Alam semesta baru bermula sekitar 6000 tahun yang lalu ketika Allah menciptakannya dalam 6 hari/periode, itulah fakta. Bumi adalah pusat semesta dan segala benda langit berputar mengelilinginya, itulah fakta.
Jika ada yang tak bisa dimengerti, bukan karena Qur’an atau Alkitab yang salah mengabarkan, melainkan karena pengetahuan manusia belum bisa memahami kebenaran sejati itu. Pengetahuan Allah tak terbatas dan meliputi segalanya, sedangkan pengetahuan manusia terbatas dan sering salah.
Apa itu nilai moral, baik dan buruk?
Bila Qur’an atau Alkitab mengajarkan nilai moral, itulah yang harus diterima manusia. Manusia itu tempat salah dan lupa, mereka terlalu rapuh menghadapi hawa nafsunya sendiri dan mudah tertipu bujuk rayu setan; maka tak patut menjadikan pertimbangan manusia sebagai rujukan moral.
Ketika Qur’an atau Alkitab mengatakan lelaki adalah pemimpin wanita, dan karenanya hak-hak wanita dibatasi dan diletakkan dibawah hak-hak lelaki, itulah kebenaran. Perbudakan manusia itu konsekwensi wajar dari peperangan, dan karenanya bisa diterima, itulah kebenaran. Bahwa cinta sejati itu hanya kepada Tuhan dan para utusannya, jika harus memilih, orang tua, anak dan keluarga harus ditinggalkan demi Tuhan, itulah kebenaran. Pernikahan itu untuk Tuhan bukan untuk kepentingan rendah manusia, maka pertimbangan agama lebih utama daripada masalah sepele seperti cinta.
Mengatur dunia, bagaimana caranya?
Tuhan mengatur segalanya, maka melalui Kitab Sucinya dan para wakilnya di dunia inilah, cara mengatur dunia bisa didapatkan.
Ketika Paus menetapkan siapa yang berhak menjadi raja, maka itulah yang harus dilakukan. Dan para Raja Kristen Eropa berburu untuk mendapatkan restu Paus untuk kebijakan yang mereka putuskan.
Khalifah adalah pemimpin tertinggi umat Islam, maka bagi rakyat di Khilafah Ottoman, mematuhinya menjadi kewajiban agama dan menentangnya adalah bukti kemurtadan yang harus diperangi.
Melalui Paus dan Khalifah, Allah memerintah dan memutuskan aturan di bumi ini.
Siapa pusat kekaguman orang kebanyakan?
Tuhan adalah pusat kebenaran, kekuasaan dan kekaguman, maka orang-orang yang dianggap mewakilinya mendapatkan kekaguman dari khalayak ramai. Para Nabi dan tokoh-tokoh suci menjadi sosok ideal kehidupan mereka. Mereka menamakan bayi-bayi yang baru lahir dengan para nama orang-orang suci tersebut, mendongengkan kehidupan orang-orang suci tersebut pada anak mereka, mengubah syair-syair yang bagus untuk para tokoh suci. Karya seni dan budaya adiluhung pada saat itu adalah karya-karya yang diperuntukkan memuja Tuhan dan agamanya.
Senjakala Agama Tuhan
Masihkan Tuhan menjadi pusat segalanya? sepertinya tidak.
Di bidang ilmu alam, masihkan ada perguruan tinggi sains di dunia yang mengajarkan bahwa manusia tercipta instan dari lempung? tak ada lagi. Mereka mengajarkan evolusi.
Masih adakah hukum negara yang mendiskriminasi wanita? memang masih ada, namun secara pasti mereka mengadopsi hukum-hukum sekuler yang memberi wanita hak dan kedudukan yang sama dengan lelaki.
Masih adakah negara yang membutuhkan restu Paus untuk mengangkat pemimpin negaranya? tidak ada. Masih adakah negara Islam yang menggunakan sistem Khilafah? tidak ada.
Masih adakah karya seni adiluhung diperuntukkan bagi Tuhan dan Agama? masih, namun dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan dan dihasilkan oleh film, perhelatan musik ternama dan pertandingan olah raga, itu sudah tak lagi berarti.
Masih adakah bayi-bayi yang dinamakan dengan nama para tokoh suci? masih ada namun sudah ada pesaingnya dari tokoh dunia hiburan, olahraga dan politikus yang mereka kagumi.
Era ketika Tuhan adalah segalanya sudah berlalu. Tuhan masih ada dan dihormati di seluruh dunia, namun cuma itu, Tuhan tidak lagi memimpin dunia ini.
Agama Baru. Gajah Di Pelupuk Mata?
Apakah peradaban manusia mulai meninggalkan agama? kalau yang dimaksud agama adalah Agama Tuhan, iya, memang itu yang terjadi.
Namun bila kita meneliti lebih jauh dari apa yang dipercaya dalam sains, apa yang dijadikan rujukan moral, apa yang digunakan untuk mengatur hukum dan negara serta isi lagu dan film yang populer saat ini; kita bisa mendapati bahwa ada pusat sakral baru yang menjadi sumber segalanya itu.
Manusia tetaplah Homo Religius, makhluk beragama. Makhluk yang percaya pada suatu pusat sakral, dan menggunakannya untuk mengatur seluruh hidupnya. Tapi pusat sakral itu bukan lagi Tuhan.
Sudah ada agama baru yang lahir dan dipeluk hampir semua manusia di bumi ini. Agama baru ini tak kalah besarnya, tak kalah marak dakwahnya, tak kalah banyak pendukung fanatiknya, bahkan kita telah mengalami perang antar sekte dalam agama baru ini yang jauh lebih dahsyat dari pada Perang Salib di abad pertengahan dulu.
Saya akan menulis tentang Agama Baru ini dalam tulisan selanjutnya.
Bacaan:
- Buku: Yuval Noah Harari, Homo Deus – A Brief History of Tomorrow
- National Geographic: The World’s Newest Major Religion: No Religion
Penasaran mas tunggu kelanjutannya, mantap
awaiting…
Harus nya merujuk pada agama, kalau rujukannya atheis ini adalah pengingkaran manusia pada tuhan maha pencipta. Ini sesat sesungguhnya.
@Bambang: saya menuliskan realitas.
Sesat? Tolong ditunjukkan bagian mana tulisan saya yang menurut anda sesat, lalu yang benarnya bagaimana.
wah, jadi nebak-nebak sendiri agama baru yang mas Judhi maksud itu apa hahaha tapi tebakan saya, mungkin kepercayaan yang jadiin diri sendiri jadi porosnya. salam
Self centris maksudnya kita ciptakan/kendalikan diri kita sendiri ?
lebih dari 80% dari tubuh kita saja sendiri masih nggak ngerti/misteri, gak usahlah kita sombong utak-utik Alloh itu seperti apa.
jika kita bisa kendalikan diri kita, maka tentu kita sudah immortal, ganteng/cantik/seksi, tak pernah sakit. tapi sayangnya kita kita tidak seperti itu, kita terbatas, universe ini terbatas (big bang). Dibatasi Waktu.
Alloh bisa dicapai oleh seseorang sendirian dari suku yang terasing di pulau terpencil sekalipun melalui fitrahnya sebagai manusia karena salah satu nama Alloh adalah Ahad (Satu).
disini seorang akan berpikir bahwa telor itu dari ayam, kemduian ayam dari telornya induknya, dst-dst. ditambah lagi kemudian jika semuanya berantem dan universe hancur lebur tanpa sisa (si terasing vs spiderman, vs ironman vs Thanos Vs Galactus Vs Odin Vs Zeus dll). Satu yang tersisa tetap hidup itulah Alloh Yang Satu yang tidak terpengaruh waktu. Bukti adanya Alloh adalah WAKTU (Wal Ashri).
@Drake: anda menulis:
lebih dari 80% dari tubuh kita saja sendiri masih nggak ngerti/misteri
–> 80% itu diukur dengan cara apa? bisa sebutkan 80% bagian tubuh yang tidak anda mengerti? anda sudah tanya dokter? anda sudah google? gak mengertinya dimananya?
Kalau anda tidak mengerti, bukan berarti semua orang di dunia ini sama tidak mengertinya seperti anda.
universe ini terbatas (big bang)
–> anda ngerti nggak sih maksud dari universe atau big bang? kok mencampur adukkan seperti itu
disini seorang akan berpikir bahwa telor itu dari ayam, kemduian ayam dari telornya induknya, dst-dst. ditambah lagi kemudian jika semuanya berantem dan universe hancur lebur tanpa sisa (si terasing vs spiderman, vs ironman vs Thanos Vs Galactus Vs Odin Vs Zeus dll). Satu yang tersisa tetap hidup itulah Alloh Yang Satu yang tidak terpengaruh waktu.
–> yang ini sepertinya saya setuju, memasukkan Alloh kedalam kelompok tokoh-tokoh imajiner semacam Spiderman, Ironman, Thanos, Galactus (ini semacam kaktus ya?), Odin, Zeus
Maaf saya masukkan tokoh imajiner soalnya saya tak ingin menyinggung agama lain soal deity mereka, saya masukkan dua yang ada pernah disembah oleh orang yunani dan Viking yaitu odin dan zeus.
mengenai tubuh manusia : apakah anda anggap atom itu yang terkecil ? atau proton atau netron yang terkecil ? masalahnya science itu tidak sempurna, bahkan untuk yang besar saja seperti zona abisal di laut baru bisa diselidiki 1% dengan science sekarang. itu baru di bumi belum di universe.
Masalahnya adalah apa itu big bang menurut anda ? apa itu universe ? coba jelaskan menurut teori anda soalnya sampai saat inipun big bang dan universe melalui science masih berupa teori.
@Drake: jadi fix ya, bahwa memang Allah anda masukkan ke dalam kelompok tokoh imajiner 😀
Lah siapa yang bilang bahwa atom itu terkecil? Sejak abad 19, ilmuwan sudah menemukan elektron yang menyusun atom, dan dengan akselerator partikel ada puluhan lagi partikel elementer semesta. Belum lagi mekanika quantum dan string theory yang membongkar ulang definisi unsur penyusun semesta ini.
Saat ini cuma orang goblok di bidang sains yang bilang atom adalah unsur terkecil. Anda masuk kelompok itukah?
Yang nyebut-nyebut universe dan big bang itu anda kok, coba terangkan dong, mungkin saya terhibur 😀
Sayangnya tidak fix. Saya tidak pernah menyebutkan kalau Alloh itu imajiner. Andalah yang menyebut nyebut itu. Bacalah kalimat-kalimat anda jika anda lupa. Saya seorang pelupa, tapi saya cukup heran, ternyata ada yang melebihi saya.
Saya tidak seperti anda yang begitu saja menghina sesembahan dari semua agama.
Dan ternyata anda tahu bahwa masih ada lagi yang lebih kecil dari neutron elektron dan proton (salut), dan mungkin saja besok Science yang tak sempurna ini berkembang lagi ketemu lagi yang lebih kecil lagi dan lebih kecil lagi dan entah apa namanya, mungkin pico elektron kah atau nano neutron kah. Silahkan anda namai sendiri.
Dan dari pendapat anda itu perlu saya ralat ucapan saya, bukan 80 persen lagi kok, tapi lebih dari 90 persen kalau begitu yang masih misteri dari tubuh manusia. belum lagi misteri-misteri lain yang ada di sekitar kita. (Zona Abisal misalnya)
Big bang adalah ledakan level energi raksasa pertama yang memulai universe yang berkembang, apakah sekarang ledakannya sudah berhenti? sayangnya belum, universe yang berkembang itulah ledakannya. baru akan berhenti apabila energi ledakannya habis. dan apa yang terjadi setelah energi ledakannya habis ? Kiamat. (supernova/singularity beruntun dari semua bintang)
Benar-benar ledakan yang berbeda. yang menyebabkan galaksi-galaksi bergerak saling menjauhi sebagai pecahan ledakan.
Alloh yang paling tahu mengenai ilmu milik-Nya.
@Drake: anda menulis
yang anda rujuk itu dongeng imajiner sequel film Avengers, lalu kenapa anda kok masukkan Alloh ke dalam dongeng tersebut? gitu aja
anda ngerti nggak sih kredo utama dalam pencarian sains? yaitu keraguan, yang berarti proses tanpa henti untuk mencari bukti-bukti baru. Tidak ada yang sempurna dalam sains, untuk itu tidak ada satupun saintis yang mengatakan teori ini atau teori itu sudah final. Mereka akan mengatakan teori ini yang paling tepat saat ini untuk menggambarkan realitas, bila ada fakta-fakta baru dan teori baru yang lebih tepat menggambarkan realitas, maka mereka akan menerima teori yang baru lagi itu, tanpa perlu ada yang siap berperang sampai mati berjihad membela teori yang lama.
Bedakan dengan dogma agama. Para penganutnya ber-ilusi bahwa dogma mereka yang paling benar, sehingga bila ada yang mengatakan berbeda atau punya tafsir berbeda, mereka siap berperang sampai mati menghabisi orang yang berbeda itu. Sungguh kekanakan 🙁
Oh ya, komentar anda sudah keluar dari topik tulisan ini. Saya tidak akan menanggapi lagi, kecuali jika anda membahas yang terkait dengan isi tulisan saya.
Terima kasih.