
Bagaimana gambaran hubungan sains dan Tuhan? macam-macam.
Ada yang bilang semakin banyak sains mengungkapkan fakta baru yang sebenarnya sudah lama ditulis dalam kitab suci. Itu bukti kebenaran kitab suci, itu bukti keberadaan Tuhan yang menurunkan kitab suci tersebut.
Ada yang bilang: ah itu cocokologi! kalau kita baca konteks tulisan yang dianggap cocok tersebut, akan terlihat bahwa kitab suci tidak bermaksud sama sekali sedang membicarakan fakta sains yang mereka maksud. Itu hanya upaya memalukan untuk mencocok-cocokan dengan sains, tak lebih. Lagi pula kenapa para ahli kitab suci itu tidak menemukan lebih dulu “fakta sains” tersebut sebelum ditemukan saintis? bukankah kitab suci mereka sudah mengatakannya ribuan tahun yang lalu?
Kedua pendapat di atas saling bertolak 1800, saya tidak akan mengurai lebih jauh dua pendapat tersebut, saya hanya akan menggajak pembaca untuk menelusuri sejarah yang menggambarkan hubungan Sains dan Tuhan.
Tuhan Adalah Sains
Di awal peradabannya, manusia adalah mahluk yang serba ingin tahu yang terdampar di dunia yang tak dimengertinya.
Manusia sama sekali tak punya penjelasan teknis tentang apa dan bagaimana matahari bisa memberi cahaya, kehangatan dan muncul dengan teratur. Manusia sama sekali tidak punya penjelasan tentang pepohonan, hewan-hewan, angin, hujan, dan bintang-bintang.
Manusia sama sekali tidak bisa memperkirakan nasibnya hari ini, apakah mendapat buruan atau bahkan tewas diburu binatang buas. Alam begitu tak tertebak, apa yang akan dialaminya hari ini seolah-olah semuanya diluar kontrolnya.
Di ketidaktahuan tentang alam disekelilingnya, di ketidakmampuan untuk memastikan nasibnya, manusia menemukan Tuhan sebagai jawaban.
Mengapa matahari bersinar?, mengapa hujan jatuh?, mengapa ada binatang dan pepohonan?
Semuanya sudah terjawab oleh jawaban yang memuaskan: Semua itu atas ijin dan kehendak Tuhan yang serba maha (maha pencipta, maha pemelihara, maha tahu, maha kuasa dan segala maha).
Jika manusia tak bisa mengendalikan nasibnya, lalu siapa?
Semuanya sudah terjawab oleh jawaban yang memuaskan: Tuhan menentukan nasib semua mahluk, dari lebah yang mencari madu hingga manusia yang berangkat mencari penghidupannya. Mintalah pada Tuhan untuk nasib baikmu hari ini.
Jika sains adalah upaya manusia memahami segala sesuatu, maka di era ini Tuhan adalah sains itu sendiri.
Sains Untuk Memahami Tuhan
Ketika manusia mulai bisa menemukan bahwa ada keteraturan di alam, bahwa alam bergerak menurut sebab dan pola tertentu, maka manusia mulai merumuskan bagaimana cara membaca alam. Beberapa orang mulai mengkhususkan diri untuk meneliti dan merumuskan pola dan cara kerja alam, inilah berawalnya sains dan saintis.
Dengan pemahaman sainsnya manusia mulai tidak lagi menjadi mahluk yang sama sekali tidak berdaya dihadapan alam. Dengan mengerti cara kerja alam, manusia bisa menyesuaikan diri menghadapi alam dan bahkan memanfaatkan alam untuk keuntungannya.
Alam masih menjadi misteri bagi manusia, lebih banyak yang tidak diketahui manusia dibanding yang ia tahu. Kehendak dan ijin Tuhan masihlah menjadi jawaban yang paling memuaskan manusia. Sains? itu hanyalah alat untuk bisa memahami sebagian kehendak Tuhan, hanyalah alat untuk mengagumi Tuhan yang berada dibalik semua keteraturan alam ini.

Pada era ini kehendak untuk memahami Tuhan menjadikan agama menjadi pendorong utama semua usaha perolehan sains. Hampir semua penemuan besar sains di awal berkembangnya sains berasal dari lingkaran elit para agamawan, mereka ulama-ilmuwan atau pendeta-ilmuwan. Sistem pendidikan, sekolah dan universitas diseluruh dunia, pada mulanya berdiri dan berkembang untuk kepentingan agama. Mereka belajar untuk memahami Tuhan, untuk menemukan betapa sempurnanya Tuhan mengatur semesta.
Di era ini sains digunakan untuk memperkuat dogma-dogma agama. Ketika kitab suci mengatakan Tuhan menciptakan alam, maka sains bekerja untuk membuktikan betapa sempurnanya hukum yang mengatur alam. Sempurnanya hukum alam menjadi bukti yang kuat tentang betapa hebatnya Tuhan yang menciptakan hukum alam tersebut.
Di era ini sains adalah alat untuk memahami kebesaran Tuhan. Agama merupakan pendorong utama sains.
Tuhan Yang Butuh Sains
Ketika sains menjadi semakin maju, manusia mulai menyadari bahwa sains tidak hanya bisa menjelaskan sebagian dari fenomena alam, melainkan sains seharusnya bisa digunakan untuk menjelaskan semua fenomena alam. Bila masih ada fenomena yang belum terjelaskan, manusia yakin, itu hanyalah masalah waktu saja. Suatu saat manusia pasti bisa menjelaskan dengan sains.
Kepercayaan terhadap sains bahkan mencapai titik dimana kita percaya bahwa dengan sedemikian sempurnanya hukum alam, maka tidak akan ada satupun peristiwa yang bisa terjadi dengan melanggar hukum-hukum alam.
Penjelasan mistis atau mukjizat semakin tidak mendapatkan tempat, itu hanya untuk yang percaya tahayul, kurang pendidikan dan bahkan bodoh.
Bagaimana dengan campur tangan Tuhan? mungkin Tuhan bisa melakukan campur tangan terhadap suatu peristiwa, tetapi campur tangan-Nya tidaklah dilakukan dengan melanggar hukum alam.
Misalkan jika orang yang jatuh dari lantai 4 sebuah gedung, pasti orang tersebut mati. Tetapi atas campur tangan Tuhan, orang tersebut bisa selamat. Akan tetapi campur tangan Tuhan tersebut harus bisa dimengerti nalar dan tidak melanggar hukum alam.
Orang tidak akan percaya jika tiba-tiba orang yang jatuh tersebut tiba-tiba melayang dan mendarat dengan lembut di tanah karena ada malaikat tak terlihat yang membantu mendaratkannya.
Orang akan percaya jika tiba-tiba ada truk dengan bak berisi penuh dengan busa yang berhenti tepat di mana orang yang jatuh tersebut mendarat, orang tersebut selamat karena mendarat di tumpukan busa. Tuhan membantu dengan mengatur truk tersebut melintas disaat yang tepat.
Pada titik ini sains sedemikian kuatnya, hingga agama merasa butuh mendapatkan dukungan sains agar bisa diterima masyarakat. Maka banyak agamawan yang berusaha menunjukkan bahwa agama mereka benar karena apa yang dikatakan agama yang mereka anut bisa dicocokkan dengan sains.
Ada banyak sekali ulama dan situs web yang “hobi” mengutip segala macam kata ilmuwan penemu “fakta sains” yang sesuai dengan ayat ini dan itu atau dogma ini dan itu. Sebagai contoh, kita bisa mengunjungi http://id.harunyahya.com/ untuk Islam atau http://www.gotquestions.org/Indonesia/index.html untuk Kristen.

Dengan menmpatkan Tuhan dan Agama dalam kerangka sains, secara tak sadar para agamawan mulai melucuti sifat Maha Kuasa dari Tuhan. Tuhan tidak bisa lagi semena-mena melakukan tindakan yang melanggar hukum alam dan diluar nalar. Kalaupun terpaksa untuk campur tangan, Tuhan hanya bisa campur tangan sebatas diijinkan oleh hukum alam, oleh nalar.
Di era ini, sains menjelma menjadi lebih kuat dan lebih penting daripada Tuhan.
Sains Yang Membuang Tuhan
Ini adalah era kita.
Ilmu Kosmologi mengatakan awal semesta bisa dirunut ulang awalnya pada sebuah bigbang. Bergunung bukti dari pergerakan bintang, galaksi dan sebaran radiasi semesta yang mendukung peristiwa bigbang tersebut.
Ilmu Fisika Nuklir mengatakan kompleksitas beragam atom di semesta ini pada awalnya berawal dari atom Hidrogen yang sederhana. Gravitasi dan beragam gaya semesta mengolah Hidrogen tersebut dalam rangkaian evolusi yang melibatkan reaksi nuklir dalam bintang untuk berkembang menjadi beragam atom yang ada di alam. Materi yang sederhana ini juga berevolusi dalam periode milyaran tahun membentuk galaksi, bintang, planet dan segala isi semesta ini.
Ilmu Biologi mengatakan semua kompleksitas mahluk hidup di bumi ini tercipta melalui proses evolusi yang panjang. Evolusi biologi ini mendapat dukungan dari berbagai fakta arkeologi, analisa DNA dan bahkan simulasi seleksi alam yang dapat dilakukan manusia untuk meniru evolusi alami.
Ilmu Anthropologi, Sosial dan Budaya menunjukkan bahwa proses budaya dapat menjelaskan proses pembentukan agama dalam berbagai peradaban dunia. Tak ada aktor supranatural atau alam supranatural yang bisa dibuktikan dan terlibat dalam pembentukan agama-agama tersebut.
Ilmu Psikologi dan Neurosains menunjukkan bahwa fenomena mistis dan bahkan Tuhan dapat dijelaskan sebagai hasil proses dalam otak.
Ilmu Mekanika Quantum menunjukkan bahwa materi, ruang, waktu, dan hukum alam seperti yang kita alami ini bisa muncul spontan tanpa campur tangan siapapun dari kekosongan mutlak. Bigbang yang menciptakan semesta ini dan hukum alamnya muncul begitu saja dari ketiadaan. Alam semesta dengan hukum alamnya yang seperti kita diami ini hanya satu dari jutaan kemungkinan alam semesta lain dan hukum alam yang lain yang bisa tercipta. Bisa jadi ada semesta lain yang komposisi materi dan hukum alam di dalamnya tidak memungkinkan terciptanya planet dan mahluk hidup.
Gabungan semua sains terbaru itu menunjukkan bahwa semua proses di alam ini bisa dijelaskan oleh sains saja. Lebih jauh lagi Stephen Hawking salah satu ilmuwan utama dunia mengatakan “Tuhan tidak diperlukan dalam penciptaan semesta”.

Akibat perkembangan terbaru ini, secara praktis gambaran Tuhan agama-agama kuno yang secara aktif menciptakan dunia, dengan tangannya sendiri menciptakan manusia, melibatkan diri melalui mukjizat dalam berbagai peristiwa di dunia dan menjanjikan surga neraka; menjadi tidak relevan dan tergusur oleh sains.
Tergusurnya Tuhan oleh sains dapat dilihat dari hasil survey mengenai Tuhan terhadap anggota National Academy of Sciences, organisasi ilmuwan Amerika Serikat. Hasil survey tersebut mengejutkan karena 93% dari ilmuwan tersebut tidak percaya lagi pada Tuhan.
Beberapa saintis melangkah lebih jauh dengan menyatakan Tuhan dan agama hanyalah delusi masyarakat kuno, mempertahankannya hanyalah menjadikan penyakit bagi peradaban manusia. Ilmuwan seperti Richard Dawkins, Sam Harris dan banyak lagi bahkan dengan gigih mengkampanyekan penghapusan agama.
Di era ini, sains membuang Tuhan.
Tamatkah Tuhan Dan Agama?
Jika sains sudah membuang Tuhan sebagai aktor yang mengatur dunia, apakah Tuhan akan dilupakan? Apakah agama akan tamat?
Ah, anda meremehkan keuletan Tuhan.
Tuhan personal ala agama-agama kuno mungkin tersingkir, tapi Tuhan dan agama akan kembali dengan format yang mungkin tidak diduga oleh banyak orang.
Bagaimana Tuhan akan kembali? Saya akan coba tuliskan dalam artikel terpisah.
Bacaan:
- Buku: Lawrence Krauss, A Universe from Nothing
- Buku: Karen Armstrong, A History of God
- Buku: Robert N. Bellah, Religion in Human Evolution
- Buku: Richard Dawkins, The God Delusion
- Stephen Hawking’s Final Book Says There’s ‘No Possibility’ of God in Our Universe
Faktanya begitulah Tuhan. Tuhan tidak bisa diukur dengan sains 😀 — ukurlah sains dengan sains —- carilah Tuhan dengan iman 😀
SEBUAH ILUSTRASI
=============
suatu hari seorang profesor bertanya kepada muridnya:
Profesor:”Apakah kalian pernah melihat tuhan?”
Mahasiswa:”Tidak!!!”(dengan suara yang lantang)
Profesor:”Apakah kalian pernah memegang tuhan?”
Mahasiswa:”Apalagi!”(dengan serentak)
Profesor:”Jadi kita dapat mengambil kesimpulan tuhan itu tidak ada”
lalu salah seorang mahasiswa menyeletuk :”Apakah kalian pernah melihat otak profesor?”
mahasiswa lainnya:”Tidak!”
salah seorang mahasiswa:”Apa kalian pernah memegang otak profesor ?”
mahasiswa lainnya:”Tidak!”
salah seorang mahasiswa: “Jadi kita dapat mengambil kesimpulan bahwa profesor itu tidak punya otak”
terima kasih 😀 😀
@Paradise OK: jika kita kita ganti kata “Tuhan” dengan “Monyet bersayap”, maka kalimat di atas akan bisa digunakan sama persis untuk menyimpulkan bahwa “Monyet Bersayap” itu ada.
🙂
Ilustrainya menggambarkan Mahasiswanya bodoh itu, kasihan profesor punya mahasiswa semacam itu, paling paling dalam ilustrasi kedepannya jadi mahasiswa penganguran atau top topnya jadi teroris.
Can We Believe God in the Age of Science :
====================================================
Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatan-Nya yang kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karya-Nya sejak dunia diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. – Roma 1:20
“Kita melihat bagaimana Allah, bagaikan seorang arsitek, menciptakan dunia sesuai tatanan dan pola yang mengatur semua sedemikian sempurna”. – Johanes Kepler
Who is Johanes Kepler ? http://id.wikipedia.org/wiki/Johannes_Kepler
Hawking , Stephen W., “Teori Segala Sesuatu : Asal-usul dan Kepunahan Alam Semesta “, Penerbit Pustaka Pelajar 2004.
Indarto, “Allah Sang Ilmuwan Agung “, Kolom President Jurnal Sains Penciptaan, No 23, Desember 2007,pp 3-5.
Jason, Lisle “Does Distant Starlight Prove the Universe Is Old” AIG – US,2009
Jason, Lisle “Feedback: Stellar Evolution and Millions of Years, AIG-US,2009
Morris , John D. “Is the Big Bang Biblical”, Master Books Publisher, March 2003, pp137-139.
Morris , John D. “Tackling The Big Problem –Dr, Russ Humphreys Joins ICR” http//www.icr.org,2009
Seorang profesor ahli fisika yang luar biasa jenius menyusun rumus-rumus fisika yang begitu kompleks dan mengagumkan, suatu ketika sang ilmuwan meninggal dunia. Ketika kita membedah tulang tengkorak sang profesor, di dalam anatomi otaknya yang begitu kompleks kita tdk akan pernah menjumpai susunan rumus-rumus yang begitu kompleks dan mengagumkan
Kalau saya menemukan sebuah jam tangan di tengah lapangan, saya tidak akan menganggap bahwa jam tangan tsb “muncul” begitu saja, atau memang sudah ada dengan sendirinya. Berdasarkan desain dari jam tangan tsb saya mengasumsikan bahwa ada orang yang mendesain jam tangan itu. Namun saya melihat ada desain dan ketepatan yang lebih agung dalam dunia sekitar kita. Cara kita menghitung waktu bukan berdasarkan pada jam tangan, namun berdasarkan karya agung Tuhan, perputaran bumi (dan kandungan radioaktif dari atom Cesium-133). Alam semesta menyatakan desain yang luar biasa, dan semua ini memperlihatkan adanya sang Desainer Agung.
Jikalau saya menemukan berita yang disandikan, saya akan mencari seorang pemecah sandi untuk memecahkan kode berita itu. Asumsi saya adalah bahwa pasti ada seorang pengirim berita, seseorang cerdas yang menciptakan kode itu. Bagaimana kompleksnya “kode” DNA dalam setiap sel tubuh kita? Bukankah kompleksitas dan tujuan dari DNA menyatakan adanya Penulis kode yang berakal budi ?
Tuhan tidak bisa diukur dan diuji dengan sains, karena memang fakta membuktikan sains tidak mampu membuktikan keberadaan Tuhan; Sains hanya mampu terukur sampai pada ukuran sains. Keberadaan Tuhan tidak dapat dibuktikan atau disangkal. Setiap akibat pasti ada penyebabnya. Alam semesta dan segala isinya adalah akibat atau hasil. Pastilah ada sesuatu yang mengakibatkan segalanya ada. Pada akhirnya, haruslah ada sesuatu yang “tidak disebabkan” yang mengakibatkan segala sesuatu ada. Sesuatu yang “tidak disebabkan” itu adalah Tuhan.
Setiap kebudayaan dalam sejarah selalu memiliki sejenis hukum/peraturan. Setiap orang memiliki perasaan benar dan salah. Pembunuhan, berbohong, mencuri dan imoralitas hampir selalu ditolak secara universal. Dari manakah datangnya perasaan benar dan salah ini kalau bukan dari Tuhan yang suci ?
Asalkan dengan kecanggihan tekhnologi sains jangan menciptakan monyet terbang untuk tujuan teroris. 😀 😀 😀 😀
Terima kasih 😀
@Paradise OK: ada problem mendasar dari cara anda mengambil kesimpulan. Beberapa problem tersebut adalah:
Anda memaparkan jika A bersifat X maka B pasti bersifat X, tanpa memperhitungkan bahwa analogi itu bisa digunakan dengan jika A bersifat Y maka B pasti bersifat Y juga.
Sebagai contoh:
Jadi analogi/perumpamaan bukanlah bukti yang bisa diandalkan. Itu hanya bukti untuk membujuk anak-anak atau orang-orang yang sama sekali tak berpikir.
Untuk fakta atau bukti sains anda melakukan pencocok-cocokan fakta dengan dogma yang anda percayai, sehingga fakta yang lemah (bahkan palsu) akan anda pilih mengalahkan fakta kuat agar sesuai dengan dogma anda.
Sebagai contoh:
— Dengan tegas ia menyatakan Tuhan tidak diperlukan dalam penciptaan semesta —
— Dengan tegas ia menyatakan bahwa manusia tercipta melalui proses evolusi. Dan dengan tegas menyatakan Tuhan tidak ada, itu hanya delusi —
http://www.stephenjaygould.org/ctrl/news/file002.html
Jadi mayoritas saintis (paling tidak di USA) dan ilmuwan rangking atas, menurut survey tidak percaya adanya Tuhan.
Anda mengatakan bahwa kreasionisme atau Tuhan didukung oleh sains, itu saintis yang mana? yang 7,9%? apakah itu bisa mewakili komunitas saintis?
Mana yang sesuai sains? Evolusi tanpa Tuhan atau Kreasionisme dengan Tuhan?
Jika yang dimaksud dengan sains adalah yang dikeluarkan oleh orang dengan otoritas tertinggi dibidang sains, sudah diuji dan dibahas di forum sains terpercaya, dan dipercaya oleh komunitas sains –> maka jawabnya adalah Evolusi tanpa Tuhan.
Jika yang dimaksud sains adalah yang sesuai dengan dogma agama, dikhotbahkan di forum agama, dan dipercaya oleh komunitas agama –> maka jawabnya adalah Kreasionisme dengan Tuhan.
Saya memilih percaya Evolusi tanpa Tuhan, karena untuk sains saya percaya hasil penelitian saintis, bukan dogma dan dongeng kitab suci.
mantab pak judhi!
ayo2,, kapan lanjutan artikel ini di posting?! hehe
@Mokhamad Khozin: hehe ide ada di kepala, tinggal cari waktu nulis, smoga gak kena penyakit nglantur 🙂
Anda berkata SEMOGA itu saja, sudah menunjukkan manusia ini adalah makhluk yg butuh kepada TUHAN. Krn manusia tdk mengetahui apa2 yg terjadi kpdnya setelahnya
@Gusti Narasangsa: jadi tiap kata ‘semoga’ itu diartikan butuh tuhan? ya sudah deh kalau tuhan hanya bisa dibela melalui klaim-klaim sepele seperti itu.
Kashan juga kalau gak bisa dibela melalui argumen-arguman yang logis dan berdasarkan fakta 🙂
1. Bersandarkan pada perumpaan atau analogi dan asumsi ?
=====================================
Betul kentutmu, ketuntku dan kentut semua mahkluk adalah ciptaan Tuhan.
Tuhan memberikan akal dan pengertian kepada otak manusia melalui sains tentang fisiologis proses terbentuknya kentut dalam anatomi fisiologi system pencernaan manusia. Tapi jangan lupa Tuhan pula menempatkan diotak anda, saya dan semua orang untuk memilih yang baik dan tidak baik. Akal yang diberikan oleh Tuhan itulah memberikan hikmat kepada kita untuk tidak menjadikan kentut itu sebagai parfum dll 😀 😀
Apakah proses kentut bermanfaat untuk kesehatan ? “Ya” 😀 😀 : … koq bisa ? 😀 😀
————————————————————————————-
Tanyakanlah ke dokter terdekat dgn anda. Kalau anda sudah tidak pernah kentut itu adalah salah satu indikasi bahwa dalam tubuh anda telah mengalami disfungsi anatomi fisiologi, khusus system pencernaan.
Tuhan menciptakan proses pembentukan gas dalam system anatomi fisiologi tubuh anda yang keluar dalam bentuk kentut agar menjaga keseimbangan fungsi fisiologis system pencernaan dalam tubuh anda. Dijamin anda tetap sehat asalkan anda tetap kentut dengan normal dan tidak menjadikan kentutmu sebagai parfum dll. 😀 😀
2. Pilih – pilih fakta / cocologi ? 😀
=======================
Apakah saya melakukan cocologi ? 😀 😀 😀 😀 —- mungkin perlu anda pertimbangkan argumen2 saya yang pernah dipostingkan dalam topic dialog yang berbeda dgn anda
Permasalahan mendasar antara paham ilmuwan evolusionis dan kreasionis adalah “penciptaan”. Penciptaan membuktikan adanya Tuhan atau tidak ada Tuhan. Sebelumnya saya bermohon kepada anda sebagai pemilik blog untuk memperkenankan membagi link untuk menanggapi postingan anda.
Untuk lengkapnya silahkan baca di link berikut di bawah ini (postingan2 komentar saya), masih dalam blog yang sama tapi dalam topik yang berbeda. Sebelumnya saya bermohon izin kepada anda sebagai pemilik blog untuk memperkenankan membagi link untuk menanggapi postingan anda
https://www.nontondunia.net/2012/02/27/adam-sebuah-cerita-manusia/
BERPARADE DENGAN UKURAN KREDIBILITAS SAINS ILMUWAN YANG PERCAYA TUHAN DAN ILMUWAN YANG TIDAK PERCAYA TUHAN 😀 😀
===============================================
Karena anda berparade dengan krdibel sains para ilmuwan disertai contoh ilmuwan yang kredibel menurut ukuran anda. Maka saya menguraikan contoh para ilmuwan yang percaya Tuhan dan penciptaan. Untuk kredibelnya secara sains, silahkan pengunjung yang membaca menilai sendiri
Contoh para ilmuwan yang percaya Tuhan :
1. Nicholas Copernicus (1473-1543)
2. Sir Francis Bacon (1561-1627)
3. Johannes Kepler (1571-1630)
4. Galileo Galilei (1564-1642)
5. Rene Descartes (1596-1650)
6. Blaise Pascal (1623-1662)
7. Isaac Newton (1642-1727)
8. Robert Boyle (1791-1867)
9. Michael Faraday (1791-1867)
10. Gregor Mendel (1822-1884)
11. William Thomson Kelvin (1824-1907)
12. Max Planck (1858-1947)
13. Albert Einstein (1879-1955)
Untuk lengkapnya silahkan baca disini :
http://www.godandscience.org/apologetics/sciencefaith.html
Atau
50 ilmuwan besar penerima penghargaan nobel, yang percaya adanya Tuhan
http://www.adherents.com/people/100_Nobel.html
Agar adil silahkan baca situs pembanding lainnya :
http://nobelists.wix.com/god
http://atheismexposed.tripod.com/nobelistsgod.htm
http://2012daily.com/?q=node/202
Semoga bermanfaat
Terima kasih 😀 😀 😀
@Paradise OK: saya coba mengulang komentar saya terakhir dan menunjukkan respon anda.
Anda memaparkan jika A bersifat X maka B pasti bersifat X, tanpa memperhitungkan bahwa analogi itu bisa digunakan dengan jika A bersifat Y maka B pasti bersifat Y juga.
Sebagai contoh:
… dan seterusnya…
Tanggapan anda:
Betul kentutmu, ketuntku dan kentut semua mahkluk adalah ciptaan Tuhan.
–> saya bahas analogi peciptaan dan kentut, anda bahas penciptaan kentut dan gunanya
–> benar-benar salah fokus
Untuk fakta atau bukti sains anda melakukan pencocok-cocokan fakta dengan dogma yang anda percayai, sehingga fakta yang lemah (bahkan palsu) akan anda pilih mengalahkan fakta kuat agar sesuai dengan dogma anda.
…
Saya tunjukkan tentang fakta terakhir
1. Ilmuwan rangking atas dibidangnya yang menunjukkan bahwa Tuhan tidak diperlukan bahkan Tuhan tidak ada.
2. Hasil survey tahun 1998 di antara anggota organisasi utama ilmuwan amerika (National Academy of Sciences), yang menunjukkan 93% diantara mereka yang tidak percaya dengan Tuhan
–> data tersebut bisa dibaca: pada tahun 1998, hampir semua saintis amerika tidak percaya Tuhan, sedikit sekali diantara saintis yang percaya Tuhan.
…
Tanggapan anda:
Anda menyampaikan daftar ilmuwan top yang anda yakini percaya Tuhan, tapi sayangnya tokoh termuda dalam daftar anda adalah Einstein yang meninggal tahun 1955.
–> ayolah .. ini tahun 2013, daftar anda mungkin cocok untuk argumen di tahun 1955, tapi bukan saat ini.
–> anda melakukan cocokologi yang parah, anda mengabaikan fakta tahun 1998 (15 tahun lalu) dan sebagai gantinya memilih fakta tahun 1955 (52 tahun lalu)
Untuk Einstein sendiri, jika anda menganggap sebagai tokoh pendukung Tuhan, maka saya bisa sampaikan pendapatnya yang bisa dianggap berlawanan:
Saya tidak menganggap Einstein tokoh anti Tuhan, tapi memasukkannya sebagai pendukung Tuhan adalah contoh lain dari cocokologi — anda ambil pendapatnya yang seolah pro Tuhan sambil menutup fakta bahwa ia menganggap ide Tuhan adalah kekanak-kanakan
Berdiskusi adalah berusaha mempertemukan dua pendapat yang berbeda, dan itu berarti memperhatikan dan merespon apa yang disampaikan lawan diskusi. Mohon maaf, anda sepertinya terbiasa bermonolog (berkhutbah mungkin?) dan kurang terbiasa bertukar argumen; sehingga cenderung untuk tidak memperhatikan poin dan konteks pendapat lawan bicara anda.
Terima kasih
Dalam konteks ketuhanan mungkin sains hanya bisa menemukan bukti adanya tuhan , dan sains hanya bisa di cerna oleh fikiran, ketuhana hanya bisa dirasakan dengan keimanan yang ada dalam hati, karena hanya hati yang bisa merasakan dan yakin akan ketuhanan, fikiran hanya alat pembantu untuk menemukan bukti-bukti kebesarannya, kekuasaannya, dan dengan adanya fikiran dapat membantu keyakinan kita terhadap ketuhanan.
Mungkin lebih baik kita kaji diri kita sendiri dulu.
@Muhammad Zamyuni: yup benar sekali pendapat anda
“ketuhana hanya bisa dirasakan dengan keimanan yang ada dalam hati, karena hanya hati yang bisa merasakan dan yakin akan ketuhanan”
–> Tuhan itu rasa dan rasa itu subyektif, sementara sains itu ditarik dari fakta yang obyektif.
Jadi sains tidak menemukan Tuhan, ya memang Tuhan bukan fakta obyektif.
Tapi bukankah fakta obyektif hanya bagian kecil dari hidup kita?
Ada perasaan, prasangka, cinta, kasih sayang yang semuanya subyektif dan penting bagi kita. Kenapa memaksakan diri untuk memasukkan Tuhan sebagai suatu yang nyata dan obyektif?
Selamat Pagi Pak Judhianto. Bagaiman dengan, “Jika meinginkan Tuhan, sains adalah sebuah keniscayaan”. Terimakasih
@Ahmad Yani: jika maksud keniscayaan adalah keharusan, saya tidak setuju dengan kalimat tersebut.
Tuhan hanya membutuhkan sikap percaya dan tidak bertanya lebih lanjut, sesuatu yang betolak belakang dengan penggerak sains yaitu ragu, bertanya dan mencari bukti.
Pengetahuan yang bisa dijelajahi seorang manusia dalam hidupnya selalu terbatas. Saat batas itu tercapai, seorang saintis akan menyebut apa yang diluar yang ia tahu sebagai “tidak diketahui”. Saat ia berhenti bersikap sebagai seorang saintis, ia menyebutnya sebagai Tuhan atau misteri Tuhan.
Seorang saintis/(orang yang menggunakan ilmu pengetahuan ilmiah) berangkat dari sebuah keragu-raguan akan keberadaan Tuhan, berusaha memahami kebenaran kebenaran dari Tuhan dengan menjadikannya sebagai semangat penggerak untuk menemukan bukti keberadaan Tuhan. Tentu saja kesimpulan dari sebuah sains belum bisa membuktikan secara tepat akan keberadaan Tuhan dan bahkan tidak akan mungkin pernah bisa sains yang pernah terukur oleh manusia dapat membuktikan keberadaan Tuhan. Perjalanan membuktikan keberadaan Tuhan melalui sains akan menemui jembatan – jembatan penghubung yang hilang. Itulah sebuah batas.
Seorang saintis, yang menggunakan sains nya untuk menemukan keberadaan Tuhan secara sadar dengan kehendak dari jiwanya yang tanpa sebuah paksaan, tanpa intervensi dan tanpa bujuk rayu dari siapapun, pastilah saintis tersebut orang yang sangat menginginkan Tuhan. Demi sebuah keyakinan dan pemahaman kebenaran tentang memiliki Tuhan maka sains adalah sebuah keharusan.
Manusia menjalani kehidupan – “memahami apa yang terjadi” – mendekat – “menghadap” TUHAN beserta pemahaman yang dimiliki.
Kita toh tidak akan bisa “menghadap” Tuhan dengan kebenaran yang tidak kita fahami.
@Ahmad Yani: pandangan anda tentang motif saintis masih bias agama.
“Kebenaran dari Tuhan” itu motif dan kesimpulan yang ingin didapat seorang religious untuk meneliti sesuatu, akibatnya jika arah penelitiannya tidak sejalan dengan tujuannya, maka ia berusaha untuk mengembalikannya ke kesimpulan yang ingin ia capai. Kadang dengan mengabaikan data yang tak sesuai atau bahkan jatuh ke cocokologi.
Jika anda tanyakan pada ilmuwan yg bekerja pada pemecah partikel atau pemetaan galaksi, tentang motif mereka, saya yakin mereka hanya “ingin tahu”, banyak dari mereka yang ateis kok. “Kebenaran dari Tuhan” gak masuk dalam kosakata mereka.
sy mencoba menambahkan lagi,
Sains adalah sebuah alat pembuktian akan keberadaan Tuhan.
Al-quran adalah Ensiklopedia alam semesta. Yang mana kita tahu, untuk membuat sebuah Ensiklopedia tentu saja sains adalah sebuah keniscayaan.
Apa yang dapat diketahui oleh teknologi dan pengetahuan modern saat ini ternyata sudah ada sejak 1400 tahun silam dimana saat itu pengetahuan modern belum terbentuk sebagai sebuah sains ilmiah modern.
Saya yakin, sains dapat menunjukkan keberadaan Tuhan secara harfiah dimana Tuhan berada. Akan tetapi sains yang akan memungkinkan untuk itu tidak akan pernah bisa dijangkau oleh otak manusia.
Ayat pertama dari Al-quran adalah pintu masuk bagi sains, bacalah. Itu sebuah Fondasi yang absolut bagi sains.
Karena ketidak mampuan manusia menciptakan sains yang menunjukkan secara mutlak keberadaan Tuhan maka, dengan meyakini Al-quran sebagai Ensiklopedia, rangkuman dari Alam semesta itu saja sudah cukup untuk membuktikan bahwa Tuhan itu memang benar – benar Ada.
demikian, terimakasih pak judhianto bersedia berinteraksi
@Ahmad Yani: ada masalah di pernyataan anda berikut:
–> pernyataan ini mungkin cocok untuk manusia yang lahir seribu tahun yang lalu, dimana memang hanya lembaga gereja atau khilafah adalah pemberi utama dana dan fasilitas untuk pengembangan sains. Di jaman modern sains telah membuktikan kegunaannya, sehingga penyokong utama penelitian sains adalah industry, lembaga kesehatan, militer dan pemerintah. Lembaga agama saat ini adalah justru menjadi penghambat utama sains.
Anda bisa lihat berapa banyak dana untuk penelitian untuk mencari obat kanker, AIDS atau flu burung; semuanya bertujuan mencari obat untuk penyakit.
Anda bisa lihat betapa besar dana untuk mengirim robot ke Mars atau fasilitas luar angkasa lainnya; semuanya bertujuan untuk mengetahui rahasia semesta dan memanfaatkannya. Begitu juga dana riset yang dikeluarkan perusahaan pembuat chip computer; semuanya untuk keperluan membuat computer yang lebih cepat.
Untuk mengenal Tuhan? waduh itu omongan orang seribu tahun yang lalu. Sekarang sudah gak laku, gak ada perlunya..
–> Ini pasti pernyataan orang yang hanya tahu Al-Qur’an dan tak pernah buka ensiklopedia sains beneran.
Al-Qur’an bukan buku sains dan bila dipaksakan sebagai buku sains, maka jauh lebih banyak fakta ngawur dari pada fakta yang cocok dengan sains. Sebagai contoh:
Jadi apa yang anda nyatakan mungkin hanya cocok untuk masyarakat seribu tahun yang lalu, atau masyarakat modern yang sama sekali buta terhadap perkembangan sains.
yang sy katakan adalah, sains adalah sebagai wahana, alat untuk membuktikan dari keberadaan Tuhan (bahwa benar Tuhan itu ada). semisal, yang dikatakan teori relativitas. sampai saat inipun teori relativitas hanya cuma sekedar sebatas sebuah teori yang tanpa ada seorang manusia pun yang mampu membuktikan bahwa teori itu benar. Klaim dari teori relativitas adalah mampu memindahkan/ berpindahnya sesuatu materi ketempat ruang dan waktu yang jaraknya tak terhingga dan waktu yang tak terdefinisi. Jika berfikir secara islami, seperti yang sudah dijelaskan di dalam Al-quran sebagai ensiklopedia alam semesta, maka teori relativitas sudah ada yang menjalankannya/ melakukannya. tetapi belum dapat dibuktikan secara hitung hitungan rumus teoritis keilmiahan. nanti akan ada masanya semua rahasia terungkap, ilmu pengetahuan yang tidak dapat dijangkau otak manusia akan diperlihatkan oleh Tuhan si Pemilik Pengetahuan tersebut. Allah akan menjelaskannya kepada semua manusia agar mereka tidak lagi menjadi sombong dengab akal yang dimiliki yang hanya sedikit sekali pengetahuan dari Allah yang diketahuinya, jika anda percaya Allah tentu anda tidak akan mengingkari ayat-ayatNya karena tidak ada kebengkokan sama sekali yag anda temukan pada Alquran itu.
@Ahmad Yani: anda sepertinya harus banyak baca bacaan ilmiah, ada kesalahan fatal tentang pandangan anda tentang sains modern:
–> Teori Relativitas bukan hanya teori , melainkan sudah diaplikasikan dalam berbagai peralatan yang kita pakai sehari-hari. Salah satu contoh yang mudah adalah molornya waktu yang disebabkan oleh pengaruh gravitasi dan kecepatan. Aplikasi yang nyata adalah pada penggunaan GPS di gadget kita. Untuk menentukan posisi dengan GPS, gadget menghitung lokasi kita berdasarkan triangulasi dari paling tidak 3 satelit GPS yang tertangkap sinyalnya. Ada puluhan satelit yang memancarkan sinyal waktu dan posisi mereka secara akurat ke bumi (dalam orde milidetik dan millimeter). Untuk bisa menjaga akurasinya, satelit-2 tersebut harus memasukkan koreksi perlambatan waktu yang diakibatkan beda pengaruh gravitasi di angkasa dibandingkan di muka bumi. Jika tidak ada koreksi waktu, maka akan ada kesalahan posisi hingga puluhan meter di gadget kita. –> itu fakta yang ditemukan teori relativitas. Banyak lagi penerapan teori relativitas dikehidupan nyata –> silakan anda cari sendiri.
Harus banyak baca sains ayo, nonton discovery, dimana perkembagan didunia sains sangat pesat, dengan bebagai macam keilmuwannya. kalau kita hanya baca kitab suci bakal mampet dan heran2 bahwa diluar sudah banyak perubahan “biarpun kita ada didalamnya”. Akhirnya selalu membuat prasangka berdasarkan pandangan kebenaran pribadi berdasrkan kitab suci yang dibacanya. Apakah kitab suci mengalami perubahan “tidak” karna keangkuhannya dan merasa segalanya telah ada dan termuat didalamnya, agamawan memutar balikkan fakta, seakan2 manusia/sains sombong dengan otak/akal yang dimilikinya. Bukankan yang sombong si kitab suci yang dibacanya. Setiap penemuan sains selalu diklaim sudah dituliskan! tapi kenapa para agamawan yang rajin mengaji tidak pernah menemukan hal2 yang ditemukan sains di dalam quran pada waktu membaca. Berarti membuktikan bahwa agamawan kita hanya membeo seperti kegiatan tahunan pelombaan baca quran berbunyi tapi tidak mengerti yang dibunyikan.
Ilmu pengetahuan dan sains yang telah dicapai manusia sekarang adalah sebagai salah satu alat bukti yang membenarkan Firman-firman Tuhan dan tentunya membenarkan bahwa Tuhan itu ada.
Bahwa ilmu yang telah mampu dicapai(dimiliki manusia) manusia adalah sangat sedikit sekali. “dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya.” (Al Baqarah : 255). Manusia saja yang terlalu sombong dan selalu berprasangka bahwa kemampuan itelegensi, pengetahuan otak nya telah lebih pintar di atas manusia lainnya yang mana jika dihadapkan dengan ilmu milik Allah adalah sangat tidak sepadan.
Pembuktian – pembuktian ilmiah, beberapa penelitian dan sains modern telah membenarkan apa yang sudah disebutkan Al-quran sejak 1400 tahun yang lalu. Dalam hal ini, sangat mustahil seorang manusia yang belum mengenal penelitian ilmiah dan sains moderen bercerita tentang semua hal yang baru bisa dibuktikan kebenarannya setelah ribuan tahun berlalu. Adalah Tuhan Sang Pencipta, yang maha mengetahui segalanya yang telah menceritakan apa – apa yang belum dapat diketahui oleh manusia melainkan harus dengan pembuktian penelitian ilmiah dan sains moderen sebagai pembenar atas pernyataan Tuhan tersebut.
Sekarang apakah mungkin menyuruh seseorang percaya sesuatu tanpa menyampaikan bukti-bukti yang nyata, yang dapat diterima akal logika. Jika Tuhan tidak mampu membuat manusia membuktikan apa – apa yang sudah dikatakan Nya melalui firman – firmanNya bukankah dengan kata lain Tuhan adalah Pembohong dan asal ngomong saja tanpa harus membuktikan omongannya.
Jika hanya untuk sampai ke bulan saja manusia melakukan penelitian yang begitu rumit dan rumus – rumus yang begitu kompleks, maka serumit apakah penelitian dan se kompleks apakah rumus – rumus perhitungan sain moderen agar manusia mapu mencapai tepi dari galaksi bimasakti kita ini. Artinya, tentu saja dibutuhkan perhitungan yang sangaat luar biasa kompleks jika manusia ingin membuat rumus perhitungan dari perjalanan Jibril bolak balik dari langit dunia ke langit ke tujuh.
Al-quran itu berisi tentang kisah – kisah yang telah terjadi di masa lalu, menyampaikan keadaan umat sekarang dan mengabarkan berita masa yang akan datang. Kalau yang anda maksud tentang kisah kisah dari masa lalu dan anda memaksakannya dengan zaman saat ini, tentu saja sangat tidak relevan dan sangat tidak masuk akal jika memaksakan cerita yang pernah terjadi di masa lalu untuk menggambarkan keadaan pada masa ini.
Dan saya kira jika kita beriman kepada Allah tentu tidak akan pantas untuk menempuh jalan yang sesat dengan mendustakan Ayat-ayatNya, dan berprasangka bahwa terdapat pertentangan (kebengkokan) antara satu ayat-dengan ayat lainnya.
Bukankah ; “Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya (1); sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman, yang mengerjakan amal saleh, bahwa mereka akan mendapat pembalasan yang baik, (2); mereka kekal di dalamnya untuk selama-lamanya.(3); Dan untuk memperingatkan kepada orang-orang yang berkata: “Allah mengambil seorang anak.” (4); Mereka sekali-kali tidak mempunyai pengetahuan tentang hal itu, begitu pula nenek moyang mereka. Alangkah buruknya kata-kata yang keluar dari mulut mereka; mereka tidak mengatakan (sesuatu) kecuali dusta. (5); Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). (6); Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik perbuatannya. (7); Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus. (8); Atau kamu mengira bahwa orang-orang yang mendiami gua dan (yang mempunyai) raqim itu, mereka termasuk tanda-tanda kekuasaan Kami yang mengherankan?(9); (Ingatlah) tatkala para pemuda itu mencari tempat berlindung ke dalam gua, lalu mereka berdoa: “Wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami (ini).” (10) (AL-KAHFI).
@Ahmad Yani: anda sangat yakin dengan Qur’an sebagai ensiklopedi sains, saya tidak – itu dongeng.
Untuk ketidak-yakinan saya, di komentar saya sebelumnya saya dengan jelas memberi contoh (dari poin a sampai g) tentang detil pernyataan di Qur’an yang tidak sesuai dan bahkan dibantah oleh penemuan sains. Silakan anda pelajari poin-poin tersebut untuk bisa memahami pendapat saya. Jika saya tidak bisa diyakinkan bahwa detil sains yang saya sampaikan salah, dan Qur’an yang benar, maka bagaimana mungkin saya mengubah pendapat saya.
Disisi lain, anda berkali-kali menyebutkan Qur’an mengungkapkan pengetahuan jauh sebelum sains mengungkapkannya, tapi anda tidak pernah menyebutkan secara spesifik ayat mana itu dan fakta sains mana yang dimaksud. Bagaimana saya bisa yakin bahwa anda tidak berbeda dengan para pembual yang klaim sana-sini tanpa bisa tunjukkan dimana kebenaran klaimnya.
Bila anda berbicara dengan anak TK yang bisa dengan mudah ditipu dengan dogma dan klaim muluk-muluk, mungkin banyak yang mengangguk-angguk mengiyakan. Tapi saya dan pembaca blog ini bukanlah anak TK atau gerombolan sapi yang dengan mudah digiring untuk setuju dengan klaim-klaim. Silakan anda tunjukkan fakta dan ayat yang bisa mendukung klaim-klaim anda. Atau yang lebih sederhana, tanggapi saja contoh-contoh a sampai g yang sudah saya sampaikan di komentar saya sebelumnya.
Klaim sederhana butuh bukti sederhana, klaim luar biasa tentunya butuh bukti yang luar biasa pula. Sajikan bukti anda, mungkin saya bisa percaya.
Truth claim, apologetik…..pokoke….ciri orang yang tidak mau berpikir dan tidak menggunakan akal.
Ilmuwan yang jujur selalu dengan terbuka mengakui kekurangan atau kesalahan temuan atau teori mereka, begitu ditemukan hal hal baru….mereka mengakui bahwa ilmu tidak ada batasnya mereka akan mencari dan mencari terus kebenaran ilmiah, kalau mereka mati akan ada yang mneruskan….hasil temuan mereka akan bermanfaat bagi kesejahteraan dan kehidupan manusia , sebaliknya kalau disalahgunakan,menjadi tidak bermanfaat.
Sedangkan ciri kaum apologetik selalu mencari dan mencari terus pembenaran terhadap truth claim mereka…….mereka tidak pernah salah…karena rujukan mereka berkata begitu…..kata para apologetik bahwa Tuhan telah menjamin bahwa apa yang dikatakan dalam kitab mereka adalah mutlak benar , kata mereka karena otak manusia saja yang tidak/belum bisa memahami dan menjangkau….kata kaum apologetik kalau Tuhan mau apapun bisa terjadi…termasuk manusia yang dikehendaki bisa bicara dengan semut, bisa berusia 950 tahun bahkan immortal….tidak ada yang tidak mungkin bagi Tuhan,itu bukan dongeng, itu fakta kata mereka, ilmuwan saja yang belum menemukan fosil manusia yang berumur panjang tsb.
Ciri lain adalah ” JONGKOK DIATAS TAHI KEBO”….mengklaim bahwa tahi kebo yang gede tersebut adalah maaf tahi yang keluar dari perut mereka..artinya .mengklaim bahwa temuan ilmu pengetahuan adalah temuan mereka, sudah lama ada ditulis dalam kitab suci rujukan mereka, tanpa perlu susah payah mengeluarkan beaya dan keringat untuk riset …. tidak perlu susah susah menuntut ilmu sampai kenegeri China atau kenegeri Sind ?…..padahal kita selalu diperintahkan untuk menggunakan akal dan berpikir….
Orang bisa terbang dengan pesawat ? Ah kecil, kata Ki Dalang, Gatotkaca Satrio Pringgondani dari dulu juga sudah bisa terbang…Wright Bersaudara dan penerusnya yang nemukan BOEING dan AIRBUS cuma nyontek Gatotkaca….dari dunia pewayangan.
Mas Judhi, sampeyan jangan sewot…dunia ini pepak…ada yang gayanya seperti sampeyan..ada yang apologetik…ada yang begini dan ada yang begitu …membuat Dunia ini semakin enak ditonton…..desa mawa cara negara mawa tata….belahan pane belahan paso ade ne kene ade ne keto, celebingkah batan biyu, gumi linggah gelah ajak liyu….artinya dunia yang kita huni ini milik kita bersama….jangan diklaim milik sendiri.
Mari kita bersama sama Memayu Ayuning Bawana…how to make this world fit to live in.
Bravo mas Judhi, bravo semuanya…tancap nulis terus, tak entini tulisane meneh mas …ARS LONGA VIVA BREVIS…….
Baiklah sy cukup hanya menunjukkan 2 bukti saja keterangan dari ayat Al-quran yang menjelaskan sesuatu yang sampai saat ini ilmu pengetahuan modern, sains ilmiah dan masing – masing cabang pendukungnya belum mampu untuk membuktikan bahwa hal yang di jelaskan al-quran itu adalah benar. Karena, bagi orang beriman tidak perlu bukti yang banyak untuk membuat mereka yakin akan kebenaran Al-quran. Walaupun sejuta bukti disampaikan bagi orang yang mendustakan Al-quran tetaplah tidak akan berpengaruh, malah akan menambah keingkaran mereka dengan meminta bukti seperti halnya Yahudi meminta para nabi mereka menunjukkan Mukjizat yang harus disaksikan oleh mata kepala mereka sendiri.
1.
رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ [٥٥:١٧]
Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya. [Surah: 55 – Ayat: 17]
لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَمَا بَيْنَهُمَا وَمَا تَحْتَ الثَّرَىٰ [٢٠:٦]
Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah. [Surah: 20 – Ayat: 6]
Beberapa orang menyebutnya Hollow Earth/Rongga Bumi, dalam Al-Qur’an disebut sebagai Dua Matahari Terbit dan Dua Matahari Terbenam. Di sinilah surga bumi di dalam bumi yang berbeda dari surga langit. Sesuai dengan ayat Al-Qur’an:
وَإِن كَانَ كَبُرَ عَلَيْكَ إِعْرَاضُهُمْ فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَن تَبْتَغِيَ نَفَقًا فِي الْأَرْضِ أَوْ سُلَّمًا فِي السَّمَاءِ فَتَأْتِيَهُم بِآيَةٍ ۚوَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَمَعَهُمْ عَلَى الْهُدَىٰ ۚ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ الْجَاهِلِينَ [٦:٣٥]
Dan jika perpalingan mereka (darimu) terasa amat berat bagimu, maka jika kamu dapat membuat lobang di bumi atau tangga ke langit lalu kamu dapat mendatangkan mukjizat kepada mereka (maka buatlah). Kalau Allah menghendaki, tentu saja Allah menjadikan mereka semua dalam petunjuk sebab itu janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang jahil. [Surah: 6 – Ayat: 35]
Adakah penelitian ilmiah sekarang sudah menunjukkan hal tersebut dan di publikasikan ke segenap manusia di penjuru dunia. Dan jika pun ada yang sudah melakukan penelitian dan perjalanan jelajah ke sana tentu saja Al-quran sudah terlebih dahulu menceritakan keberadaan tempat tersebut. Dan perlu diketahui disanalah Yakjuj dan Makjuj tingggal, di hollow earth atau yang dikenal di dalam Al-quran sebagai Jannah A’dn atau Nasrani menyebutnya Taman Eden. Yakjuj adalah keturunan Iblis (Marut) dan Makjuj adalah keturunan malaikat yang sudah menjadi manusia yang ditugaskan menggantikan Adam sebagai pewaris A’dn tetapi ia ingkar dengan mengikut nafsunya jadilah ia pengikut iblis yang mana dia adalah bernama Marut. Sebentar lagi mereka akan keluar karena janji Allah akan terpenuhi dengan terbukanya dinding yang dibangun oleh Zulkarnain atau dikenal sebagai Ibrahim bin Ismail Bin Ibrahim. Dinding itu lah yang menutupi dua pintu masuk ke rongga bumi, ianya berada di kutub utara dan kutub selatan.
أعوذُ بالله العلي العظيم من الشيطان الرجيم
بسم الله الرحمن الرحيم
{ كَلاَّ وَالْقَمَرِ (32) وَاللَّيْلِ إِذْ أَدْبَرَ (33) وَالصُّبْحِ إِذَا أَسْفَرَ (34) إِنَّهَا لَإِحْدَى الْكُبَرِ (35) نَذِيرًا لِّلْبَشَرِ (36) لِمَن شَاء مِنكُمْ أَن يَتَقَدَّمَ أَوْ يَتَأَخَّرَ (37) }
صدق الله العظيم [المدثر]
Aku berlindung kepada Allah -yang Maha Tinggi lagi Maha Agung- dari syaitan . yang direjam. Dengan nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Mengasihani
Sebenarnya! Demi bulan, (32) Dan malam apabila ia balik melenyapkan diri, (33) Dan waktu Subuh apabila ia terang-benderang, (34) Sesungguhnya Neraka Saqar itu adalah salah satu (malapetaka) yang amat besar, (35) Yang menjadi amaran bagi umat manusia, (36) (Iaitu) bagi sesiapa di antara kamu yang mahu maju (dalam mengerjakan kebaikan) atau yang mahu mundur (daripada mengerjakannya). (37
Maha Benar Allah
(Al-Muddaththir)
فَلَمَّا جَاءَ أَمْرُنَا جَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهَا حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ مَّنضُودٍ [11:82]
Maka tatkala datang azab Kami, Kami jadikan negeri kaum Luth itu yang tinggi ke bawah, dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar dengan bertubi-tubi. [Surah Hud : 82]
تَرْمِيهِم بِحِجَارَةٍ مِّن سِجِّيلٍ [105:4]
yang melempari mereka dengan batu (tanah yang terbakar) dari Sijjil.
[Surah: Al-Fil : 4]
سَأُصْلِيهِ سَقَرَ [74:26]
Aku akan memasukkannya ke dalam (neraka) Saqar.
وَمَا أَدْرَاكَ مَا سَقَرُ [74:27]
Tahukah kamu apakah (neraka) Saqar itu?
لَا تُبْقِي وَلَا تَذَرُ [74:28]
Saqar itu tidak meninggalkan dan tidak membiarkan.
لَوَّاحَةٌ لِّلْبَشَرِ [74:29]
(Neraka Saqar) adalah pembakar kulit manusia.
Ayat terakhir membuktikan bahwa dia tidak akan menabrak bumi, tapi hanya melintasinya seperti yang sudah terjadi sebelumnya. Hingga sampai saat ini belum ada pemberitaan resmi dari pemerintah negara manapun mengenai objek langit yang sangat besar ini (saqar) yang dengan nama lain nibiru oleh orang awam. Lihat betapa Al-quran itu mengagumkan dia berisi tentang kisah kejadian yang penah terjadi di masa lalu, berisi tentang keadaan sekarang dan memberitakan keadaan di masa datang. Untuk membuktikan keberadaan objek langit yang disebut neraka saqar itu manusia harus menggunakan daya upaya mereka, sains adalah suatu keharusan. Lihat, sains melakukan cocologi terhadap Al-quran sedang Al-quran telah lebih dahulu mengabarkannya dimana semua manusia sibuk dengan kesombongan dan kecongkakannya dengan membawa sebuah misi untuk menghilangkan keberadaan Tuhan.
Planet Nibiru/Saqar/Sijjil akan menyebabkan bumi berputar terbalik secara bertahap, matahari akan terbit dari barat, ini akan menaikkan suhu (panas) matahari sebagai musim kemarau. Dan tanda lain yang menyertainya adalah terbukanya dinding yakjuj makjuj di kutub. Bukan hanya sebagai ensiklopedi sains, tetapi al – quran lebih dari itu ianya adalah Firman Tuhan Yang Maha Kuasa.
[Bukan demikian] sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir”. (Az-Zumar :59)
Dan senantiasalah orang-orang kafir itu berada dalam keragu- raguan terhadap Al Quran, hingga datang kepada mereka saat (kematiannya) dengan tiba-tiba atau datang kepada mereka azab hari kiamat.
(Al Hajj:55)
Dan mereka bertanya: “Bilakah kemenangan itu [datang] jika kamu memang orang-orang yang benar?” (28) Katakanlah: “Pada hari kemenangan itu tidak berguna bagi orang-orang kafir iman mereka dan tidak [pula] mereka diberi tangguh.” (29) Maka berpalinglah kamu dari mereka dan tunggulah, sesungguhnya mereka [juga] menunggu (30)
(As-Sajdah)
Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; (Al Kahfi:1)
Maha Benar Allah
@Ahmad Yani: astaga! anda ini pernah sekolah apa tidak sih?
Secara umum yang disebut ilmiah adalah yang:
Saya akan gunakan 2 hal tersebut untuk menguji klaim Qur’an yang anda sodorkan.
–> Jika Nobita mengatakan: “Doraemon yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Doraemon yang memelihara kedua tempat terbenamnya” ; apa yang membedakan dengan pernyataan Qur’an?
Yang dimaksud memelihara itu apa? prosesnya bagaimana? Yang dimaksud kedua tempat terbenamnya itu apa? Jika memang itu ada proses pemeliharaan, bagaimana membedakan bahwa yang melakukan pemeliharaan itu Allah, bukan Wisnu, bukan Zeus, bukan Odin, bukan Doraemon, bukan Sponge Bob atau Harry Potter?
–> Lah yang omong kosong itu anda, kok suruh saintis yang teliti? apakah kalau ada orang gak waras klaim aneh-aneh, para saintis juga disuruh cari buktinya?
Kalau anda ingin orang lain yakin bahwa ada hollow earth, ya tunjukkan saja buktinya, agar orang lain tidak menganggap itu omongan orang ngelindur…
Saya tidak menanggapi lebih lanjut pernyataan anda yang lain, dua hal di atas saja menunjukkan betapa parahnya pemahaman anda tentang apa yang dimaksud dengan ilmiah.
Oh ya, yang anda sampaikan adalah ayat-2 yang tidak menyampaikan secara eksplisit tentang fakta ilmiah, itu hal yang multi-tafsir. Sedangkan contoh-contoh a sampai g dalam komentar saya sebelumnya adalah hal eksplisit (tidak multi-tafsir).
Jika Qur’an mengatakan Semut dan Burung bisa bicara dengan manusia (Nabi Sulaiman), silakan saja (atau siapa saja yang bisa bantu anda) berkeliling dunia untuk mencarikan seekor semut atau seekor burung yang bisa bicara. Seekor burung atau semut yang bicara sudah cukup untuk buktikan bahwa kisah tersebut benar untuk bagian semut dan burung bicara pada Sulaiman. Kalau tidak, ya jangan salahkan orang yang menganggap cerita Sulaiman itu dongeng belaka.
Oh ya, satu hal lagi, mengutip banyak ayat tanpa korelasi yang jelas hanya menunjukkan ketidak mampuan anda meyakinkan orang dengan nalar. Itu cuma menyembunyikan ketidak mampuan anda berpikir di balik ayat-ayat suci. Banyak orang memang jadi takut mengkritisi lebih jauh, tapi bagi saya tidak. Itu tipuan yang sudah kedaluarsa.
Seintis meneliti berdasarkan keingintahuan manusia dalam rangka mencari solusi pencapaian kesejahteraan umat manusia dan bukan berdasarkan kitab suci manapun. Seandainya seintis diminta membuktikan segala sesuatu yang ada di alquran itu kurang tepat, seharusnya yang meyakini yang membuktikan hal tesebut, agar orang lain mempercayai bahwa ayat2 yang terkandung didalamnya benar adanya sehinga orang2 akan percaya dan berduyun duyun mengimaninya. Kalau hanya sebatas klaim ini itu, sama aja cerita gombal. Apa lagi dengan ilmu menyama nyamakan hasil dari seintis (cocokologi), itu arogan banget.
Cukup. terlihat jelas disini saya berada diantara orang – orang yang ingin meniadakan Allah sebagai Tuhan yang maha Tunggal, yang maha berkuasa. sebagai Pencipta alam dan segala isinya. Tunggulah Azab karena keingkaran kalian pada ayat – ayat Allah.
[Bukan demikian] sebenarnya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang yang kafir”. (59)
Maha Benar Allah
(Az-Zumar)
Maka janganlah kamu mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al Qur’an dengan jihad yang besar. (52)
Maha Benar Allah
(Al-Furqon)
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab [Al Qur’an] kepada kamu. Di antara [isi]nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah Ummul Kitab pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain [ayat-ayat] mutasyaabihaat. Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: “Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan kami.” Dan tidak dapat mengambil pelajaran [daripadanya] melainkan orang-orang yang berakal. (7)
Maha Benar Allah
(Ali Imron)
Pada hari datangnya sebahagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfa’at lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia [belum] mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah: “Tunggulah kalian sesungguhnya kamipun menunggu [pula].” (158)
Maha Benar Allah
(Al-An’aam)
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Q.s. an-Nahl: 18).
@Ahmad Yani: terima kasih.
Sebenarnya saya berharap anda bisa menyumbangkan argumen nalar sebagaimana manusia yang mampu berpikir, namun sayangnya anda cuma melakukan copy-paste ayat-ayat sebagaimana mesin fotocopy yang memang tidak berpikir.
Saya percaya 100% adanya tuhan, tapi saya hanya percaya 30% tehadap kitab2. Itupun yang saya anggab rasional, baik bagi sesama, memotifasi dan bisa dipertanggung jawabkan. Selebihnya kisah dongeng belaka. Karena kalau di runtut kitab2 tadi hanyalah hasil karya manusia. Entah yang di kait2kan dengan wahyu alllah kepada para nabi. Jadi kalau ada orang2 yang selalu menyampaikan bahwa ilmu ini itu, teori ini itu sudah di tulis dalam kitab suci, itu hanyalah orang nglindur yang pingin medapatkan kepercaya untuk mencari pengaruh para umatnya, tanpa perlu bersusah payah untuk membuktikan kebenaran atas apa yang disampaikannya dengan membawa2 namaNya (mulut besar atau pembohong katagorinya). Sedangkan seintis tidak membutuhkan kepercayaan orang lain. Tapi dengan sendirinya dipercaya atau kredibel dengan bukti2 yang disajikan. Dan seintis lebih fair dimana ada teori baru dan dan bukti2 yang disajikan kredibel dan lebih lengkap dari sebelumnya, maka teori sebelumnya dengan sendirinya ditinggalkan. Dan seintis selalu memperbaiki diri sesuai dengan perubahan. Dan selalu terpercaya dan dipercaya. Perbedaan yang lain kalau tuhan banyak versi dan yang mempercayai terbagi bagi atas kelompok2. Sedangkan sains hampir dipercaya semua manusia dan tidak terkelompok kelompokan.
Tuhan itu ruh,letaknya didalam rasa,tercermin dalam budi terwujud dalam pribadi.iman itu percaya diri sepenuhnya tanpa keraguan,iklas itu tulus tanpa pamrih,taqwa itu tegar dalam segala kondisi.Agama itu nasehat,surga itu ketenangan batin,neraka itu kegelisahan batin.Kitab suci itu hanya buatan manusia untuk mengungkapkan segala sifat yang ada dalam diri manusia yang terlepas dari pengamatan manusia awam.Kitab suci itu tuntunan moral,bukan kitab sain dan tecnologi.Jadi jangan jadikan kitab suci sebagai kitab sain.Jangan jadikan kitab sain sebagai kitab suci.Semua mempunyai kedudukan yang berbeda.
Dengan Nama Allah yang Maha Pengasih, Maha Penyayang
sebenarnya saya merasa tidak pantas untuk komentar, karena melihat kekritisan dan keluasan ilmu penulis yang luar biasa buat saya, “da akumah apa atuh”, hidup-pun masih belum bener ‘n cuman tau dikit-2 aja. hehe
tapi saya mohon untuk menanggapi. mohon maaf jika ada kesalahan.
Al-Quran itu bukan “Book of Science” melainkan “Book of Signs”
Islam merupakan “way of life”. jadi bukan sekedar keyakinan kepada Sang Pencipta yang dibuktikan dengan Ibadah khusus.
dan bahasa Al-Quran itu bukanlah bahasa Arab Kontemporer, melainkan bahasa Arab Klasik Quraisy, yang karenanya dibutuhkan Tafsir-2 yang disandarkan pada asbabun nuzul(asal muasal turunnya ayat), Hadits, perkataan para sahabat, dan Ijtihad.
#Lalu beberapa masalah unik yang baru saya ketahui saat ini adalah:
cocokologi
jujur ini merupakan suatu istilah dengan nama yang lucu yang disematkan oleh orang yang berkata bahwa kitab suci itu tidak bermaksud membicarakan science atau Tuhan membutuhkan science
Lalu kenapa Science yang saat ini cocok dengan Al-Quran tidak ditemukan oleh Umat Islam 1400 tahun yang lalu?
Hal itu karena Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, adalah sebagai “book of signs” (akan Makna hidup, keberadaan Allah, pelajaran kehidupan, dan pembatas antara yang benar dan salah)
jadi mayoritas Umat Muslim hanya fokus pada masalah Ibadah dan muamalah/sosial, karena memang, mau itu hidup pada zaman pra-klasik, klasik, dan modern masalah sosial adalah masalah praktis, dan untuk Umat Islam Ibadah sebagai misinya.
Lalu dimanakah posisi ayat-ayat Science ketika itu?
jika melihat sejarah, setahu saya, masa itu merupakan masa dimana Syair-syair menjadi suatu hal yang luar biasa, dan ayat-ayat mengenai Alam pun menjadi salah satu hiasan akan keindahan Ayat-ayat Al-Quran.
Dan hal yang luar biasa menurutku adalah perkataan dalam Al-Quran yang bermaksud kepada suatu hal yang dihiasi dengan science yang hanya dapat dipahami ribuan tahun yang akan datang. apakah hal ini biasa-biasa saja?
padahal orang-orang yang hidup di tengah gurun tak butuh kata-kata yang harus dipahami dengan Quantum Dynamics. sehingga saya sempat berpikir kata-2 “sudah imani saja” itu disematkan untuk orang-orang di zaman itu ketika misal mendengar ayat
“Kemudian Dia menuju ke Langit dan (Langit) itu masih berupa asap… QS. 41:11”
Dan ini mukjizat bagi saya (hal yang menjatuhkan saya) karena jikalau Imperium Romawi dan Persia begabung ketika itu, kelak mereka tidak akan pernah bisa membuat alat yang dapat memperlihatkan Nebula yang masih berupa asap.
Dan bukankah mukjizat realistik merupakan mukjizat terbaik di zaman modern ini?
Lalu mengapa Tuhan membutuhkan mukjizat science? apakah Tuhan tunduk terhadap Hukum Alam?
Allah swt. Maha Mengetahui, dan manusia sangat bodoh dan dzalim.
Dipandang dari Sejarah dalam Al-Quran ====> orang-orang yang diperlihatkan hal yang tidak masuk akal mengatakan, ini sihir!
Lalu jika Dipandang dari segi Psikologi ====> bagaimana manusia akan beriman, jika hal yang masuk akal pun mereka masih sulit mempercayainya?
Padahal mereka hanya disuruh untuk menyembah Allah swt.
“Science Facts” membuktikan Tuhan tidak ada.
Sebenarnya saya berpendapat bahwa “science facts” tidak membuang konsep Tuhan, melainkan “memelarkan” konsep hakikat keberadaan Tuhan sehingga se-fasa dengan ilmu itu sendiri.
misalnya jika ada pertanyaan, “darimana hujan turun?”
A = hujan itu diturunkan oleh Allah swt. dari awan yang berada di langit.
B = sebenarnya hujan berasal dari proses “evaporasi ‘n evapotranspirasi” air di laut dan di darat, yang kemudian mengalami kondensasi dan terbentuklah awan. lalu angin membawa awan tersebut ke suatu tempat hingga terjadilah transipitasi.
kita melihat B sebagai orang yang berilmu dan dia mengatakan secara tersirat bahwa hal ini adalah proses alamiah, dan tentu perlu pertanyaan lebih lanjut sesuai kapasitas ilmunya, yaitu
“mengapa air dapat berevaporasi?” dan saya yakin akan ada jawabannya dan seiring dengan jawabannya, pertanyaan pun harus diajukan “mengapa,mengapa, dan mengapa…?” hingga bisa-bisa pertanyaan pun akan menuju ke “mengapa gravitasi (Stefen Hawking) atau tembakan energi (CERN) penyebab Big Bang ada?”
Ingat Al-Quran adalah “Book of Signs” sehingga tidak perlu ada hal-hal spesifik di dalamnya, karena apalah artinya akal untuk manusia.
Sehingga keberadaan Allah pun akan dimengerti bagi orang-orang yang berilmu.
Sangat Tidak Bijaksana membuang keberadaan Tuhan hanya karena penyataan-2 orang yang ilmunya terbatas.
jangan seperti orang yang mengatakan “aku tahu bahwa sebenarnya aku tidak punya rumah”, lalu, kenapa kau tidak mengatakan “planet bumi adalah rumahku” bukankah kau sedang berada di ruang angkasa?
Sifat Alamiah yang terjadi di Alam Semesta merupakan keteraturan dan perhitungan yang luar biasa, bahkan jika kau membuat garis asal-2an, hal yang diketahui adalah “garis itu dibuat” dan “garis itu mempunyai fungsi matematis”
Ketika Stefen Hawking mengatakan “Tuhan tidak dibutuhkan untuk terjadinya Big Bang” dia sebenarnya masih belum memikirkan
“mengapa graviton ada…” atau “mengapa Bintang Besar ada…”
Wallahu a’lam bishowab.
@Agan: saya komentari beberapa komentar anda
–> jadi menurut anda memang benar kitab suci berbicara tentang sains dan cocok dengan sains? saya sih ribuan kali dengar klaim kosong seperti ini.
Kalau mau orang percaya dengan klaim ini, ya silakan saja dibuat tabel tentang ayat apa saja yang cocok dengan sains, apa konteks ayat tersebut? apakah itu pernyataan eksplisit atau hanya pernyataan sumir yang bisa ditafsirkan macam-macam? siapa ilmuwan di bidang sains tersebut yang sudah melakukan verifikasi terhadap ayat itu.
–> jika anda berpendapat al-Qur’an mengatakan kebenaran (atau sesuai sains), maka ada beberapa kisah Al-Qur’an yang dapat dikatakan ngawur luar biasa dan salah sama sekali. Beberapa hal yang ngawur dalam Qur’an adalah:
Secara genetis, ada mekanisme biologis yang membuat sel tubuh berhenti membelah pada usia tertentu. Dengan mekanisme ini, sesehat apapun seseorang tidak akan mampu hidup lebih dari kira-kira 150 tahun. Usia Nuh 950 jelas tak mungkin dan ngawur.
Untuk mampu berbicara, ada prasyarat ketrampilan otak yang harus dimiliki, yaitu kesadaran diri, berpikir abstrak, menggunakan simbol. Kemampuan ini membutuhkan bagian otak prefrontal cortex yang maju, dan semut serta burung sama sekali tidak memilikinya. Jadi Sulaiman berbicara dengan semut dan burung jelas dongeng ngawur.
Meteor hanyalah batu luar angkasa yang jatuh masuk atmosfir bumi. Panah api untuk setan? jelas ngawur
Komunitas sains menganggap penciptaan instan manusia dari lempung itu dongeng. Ngawur kalau menganggap itu fakta. Ingin percaya itu fakta? ya tunjukkan saja buktinya atau kemungkinan peristiwa itu nyata.
Allah menawarkan amanah, dan langit, bumi serta gunung menolaknya. Jadi menurut Qur’an langit, bumi dan gunung bisa punya kesadaran, bisa menolak tawaran amanah. Kan ini jelas dongeng. Gak mau disebut dongeng? ya buktikan saja langit, bumi dan gunung itu punya kesadaran.
–> Silakan anda punya pendapat sendiri, setiap orang boleh punya kok.
Tapi tentunya orang lain bisa menilai anda, apakah anda mewakili saintis? saya kira bukan.
–> Yang paling tepat mewakili pikiran Stephen Hawking, ya tentunya dirinya sendiri. Ketika Stephen Hawking mengatakan Tuhan tidak diperlukan dalam penciptaan semesta, sedangkan anda mengatakan “sebenarnya Stephen Hawking belum memikirkan ini-itu dan bla..bla..bla..” , tentu saya perduli pendapat Stephen Hawking sendiri, bukan pendapat anda tentang dia. Memangnya anda pengasuhnya Stephen Hawking?
Kalau anda mau menunjukkan Stephen Hawking salah, ya tunjukkan saja salahnya dimana, dasarnya apa. Bukan mengaku-ngaku tahu pikirannya Stephen Hawking terus mengatakan: “sebenarnya dia mikirnya gini lho…”
Belajarlah punya argumen, bukan klaim sana-sini..
Dengan berbagai ketidak tahuan saya, saya coba menanggapi
Nabi Nuh bisa dikatakan hidup pada periode awal atau mendekati awal terciptanya manusia. berdasarkan pengutusannya Adam—>Idris—>Nuh.
terus apa buktinya kalaui Nabi Nuh Ada?
coba deh search aja “Prof. Ron Wyatt noah’s ark”
mungkin anda berkata. “kalau gitu tetep aja ngawur tuh fakta” buktinya umur rata-rata manusia 150 tahun?
anda membuat kesimpulan dari rata-2 manusia selama berapa milenium terakhir sih? mungkin ini yang merupakan cocokologi.
Anda sepertinya harus ngerti arti berbicara atau mungkin bahasa ilmiahnya komunikasi.
lalu mungkin anda membantah,”sama saja burung dan semut tidak bisa berkomunikasi”.
—>tinggal search aja “ants talk” dan “bird talk”.
bahkan nenek moyangmu mungkin ngerti kalau binatang bisa berkomunikasi berdasarkan perangkat komunikasinya. atau dengan kata lain “bahasanya sendiri”
atau mungkin anda mengatakan, “terjemah standar ganda.”
mungkin anda harus baca kembali komentar saya yang menyinggung “tulisan Al-Quran”.
bahkan di nomor ini anda mengatakan kesalahan Al-Quran dengan mengikuti “penafsiran sembarang” komet?, memalukan.
terus apa maksudnya? “entahlah, saya belum tahu, karena ini berkaitan dengan Jin/Setan yang gaib, jadi entah gambaran nyata atau gambaran gaib”
“Jadi keberadaan jin dan setan itu apa buktinya?”
salah satu buktinya adalah dengan adanya bisikan-bisikan buruk di dalam pikiran. sedangkan hati nurani berkata lain.
“bukankah itu masalah psikologi?” ya sekarang kita mengenalnya dengan nama tersebut, namun tugas setan itu hanya “pendorong” kepada hal-hal buruk seperti yang dijelaskan Rasulullah.
Memang semakin berilmu semakin “melar hakikat Keberadaan dan Penciptaan Allah”.
coba ikuti web “http://luolabs.bee.cornell.edu/gel.html” denger-2 sih tanah liat membentuk hidrogel.
saya belum sempat bener-bener cek. kalaupun tidak ada, pernyataan manusia berasal dari tanah liat pun tidak bisa langsung disalahkan, Toh gak ada bukti kalau itu salah. sama halnya seperi keberadaan “dark energy”. namun bagaimanapun bukti-bukti luar biasa yang sudah ditemukan dalam Al-Quran sudah menjadi pembenaran yang kuat.
Apakah langit, bumi, dan gunung punya kesadaran?
ini baru panyanggahan yang berkualitas, tidak seperti nomor 2. dan saya pun belum tahu “faktanya”. tapi jika dilihat dari struktur dasar keberadaan segala benda di Alam Semesta, “kita semua terbentuk dari struktur atom yang bermacam-macam”
dan mengapa manusia punya kesadaran? apakah hal ini karena kita atau orang lain mengerti tentang perilaku sesama kita (jenis makhluk yang sama)
Ah sudahlah…
##Lalu Komentar terakhir anda..
sedihnya anda memandang saya begitu saja, bukan perwakilan dari saintis 🙁
terus anda menganggap bahwa saya mengatakan bahwa Stefen Hawking salah 🙁 padahal saya tidak bilang seperti itu. coba deh baca lagi.
Well, jadi kesimpulannya saya “terlalu cepat”; memuji anda kalau “anda itu sangat kritis”,
Anda tak lebih dari orang yang mencari-cari kesalahan tanpa memikirkan lebih dalam “hal yang mengganggu anda”. suatu alasan yang logis jika saya tidak menanggapi jika anda berkomentar dengan prinsip yang sama, toh anda sebenarnya tidak melihat perkataan saya.
bagaimana seorang yang hidup di gurun yang tandus yang hidupnya bergembala lalu berdagang mengetahui bahwa langit dan bumi dahulu pernah menyatu? bahkan bagaimana mungkin dia mengetahui suatu konsep yang sekarang kita kenal dengan istilah Big Crunch?
﴾ Faathir:37 ﴿ …. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir bagi orang yang mau berfikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolong pun.
@Agan: Ron Wyatt? jika alkitab mengisahkan dongeng para nabi, maka Ron Wyatt adalah spesialis menciptakan bukti-buktinya.
Karya-2 Ron Wyatt antara lain:
Dengan sedemikian banyaknya penemuan Ron Wyatt, tentunya dia bisa menerima penghargaan tinggi dibidang arkeologi. Tapi nyatanya tidak, semua bukti-bukti yang ditemukannya ternyata tak bisa diverifikasi secara ilmiah. Ron adalah pahlawan bagi para fundamentalis Kristen dan Islam, tapi tak dianggap dalam komunitas arkeolog yang betulan.
Khusus untuk perahu Nuh, National Geographic pernah mengeluarkan film dokumentasi khusus tentang penemuan Ron Wyatt dengan meneliti semua bukti-2 lewat uji forensik, mewawancarai tim yang menyatakan menemukan bukti-2 tersebut. Akhirnya sungguh mengecewakan karena dari analisa radioisotop perahu yang ditemukan ternyata bahannya berasal dari era modern, dan beberapa “penemu” mengaku menciptakan bukti-bukti tersebut.
http://scienceblogs.com/dispatches/2006/06/30/ron-wyatt-collosal-fraud/
http://www.noahsarksearch.com/ronwyatt.htm
Saat ini ada 2 landasan untuk menolak dongeng umur 950 tahun Nuh:
Ilmuwan telah melakukan uji forensik pada ribuan kerangka manusia yang berasal mulai dari 30ribu tahun yang lalu hingga masa modern untuk menentukan usia kematian mereka. Dari data forensik tersebut diketahui usia harapan hidup manusia disekitar 30 tahun pada masa akhir paleolithic dan meningkat ke sekitar 75 tahun pada 1980. Kita juga bisa membaca data statistik yang dimiliki PBB tentang usia harapan hidup manusia yang semakin membaik akibat kemakmuran dan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan. Jika Nuh hidup ribuan tahun yang lalu, dipastikan harapan hidupnya pasti jauh lebih pendek dari harapan hidup kita sekarang.
Lihat di: http://www.beyondveg.com/nicholson-w/angel-1984/angel-1984-1a.shtml dan http://en.wikipedia.org/wiki/Life_expectancy
Ilmuwan telah menemukan bagian dari DNA yang disebut telomere. Telomere berfungsi mengikat ujung kromosom agar tidak terurai. Pada tiap pembelahan sel, telomere dibagi diantara sel-sel anak. Telomere tidak bisa bertambah panjang, jadi setiap kali dibagi ke sel anak, ia menjadi semakin pendek. Pada batas tertentu telomere menjadi sedemikian pendeknya sehingga tak mampu lagi mengikat kromosom. Akibatnya sel berhenti membelah diri. Karena tak ada lagi sel pengganti, maka sel yang mati tak bisa diganti. Efeknya pada manusia adalah proses penuaan. Ujung penuaan adalah kematian karena rusaknya sel2 tubuh.
Lihat di http://www.tasciences.com/what-is-a-telomere/
Saya punya landasan sains dan bukti untuk menolak dongeng umur Nuh yang 950 tahun, anda punya landasan apa? hanya dongeng kitab suci?
Silakan baca An-Naml 17 s/d 27, di situ dikisahkan Sulaiman merespon pembicaraan seekor semut dan dilanjutkan dengan Sulaiman mendengar cerita burung Hud-hud dan meresponnya dengan memberikan perintah kepada burung tersebut. Jika anda ingin saya menganggap ini kejadian yang mungkin, ya silakan saja tunjukkan seseorang yang bisa berkomunikasi timbal balik seperti itu pada burung atau semut.
Saya kutip salah satu yang gamblang berikut:
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.(QS. Al-Mulk: 5)
Jadi itu bukan tafsiran, melainkan pernyataan jelas, eksplisit dan sayangnya salah (atau tak bisa dibuktikan) dari Qur’an. Anda gak setuju? ya silakan saja buktikan mahluk imajiner yang disebut syaitan sedang dilempar dengan bintang.
Lah kalau bekal anda hanya “denger-2”, kok bisa langsung percaya bahwa manusia dibuat dari tanah liat? percaya klaim Qur’an sesuai dengan sains? sepertinya keyakinan anda sekelas denger-2 juga ..:)
Kalimat anda ini intinya apa? tentang anda yang belum tahu “faktanya”?
Jadi kalau anda belum tahu “faktanya”, kenapa anda yakin dan bahkan mengajak orang lain untuk yakin seperti anda?
denger-2… ah sudahlah…
Ya sudah, tapi saya butuh klarifikasi sikap anda tentang pernyataan Stephen Hawking:
1. Anda menolak pernyataan Stephen Hawking bahwa Tuhan tidak diperlukan dalam penciptaan semesta
2. Anda setuju pernyataan Stephen Hawking bahwa Tuhan tidak diperlukan dalam penciptaan semesta
Kalau anda menyalahkan saya yang menganggap anda menyalahkan Stephen Hawking, tentu gak salah kan kalau sekarang saya menyimpulkan anda sependapat dengan Stephen Hawking? 🙂
…..Data statistik PBB usia harapan hidup manusia meningkat karena kemakmuran dan peningkatan bidang kesehatan…..
Kayanya gak juga. Buyut saya dan orang se angkatannya umurnya sampe 90 masih sehat. Meninggal diatas 90an.
Mbah gotho, sragen, meninggal thn 2017 di usia 146.
Lagipula tiap teknologi baru berarti menghilangkan / mengurangi kemampuan alami manusia. Misal kemampuan perjalanan jauh manusia secara fisik berkurang dengan adanya alat transportasi. Ditambah dengan kenyataan bahwa mahkluk hidup cenderung menyederhanakan atau menghilangkan fungsi bagian tubuh yang tidak perlu. Misal manusia dulu berbulu banyak untuk menghadapi cuaca dingin. Dengan berubahnya iklim bumi dan ditemukannya teknologi pelindung tubuh berupa baju, maka bulu2 tsb berkurang. (boleh dicoba kok. tinggal di siberia gak pake baju selama dua turunan. Ntar cucunya bulunya agak tebel).
@Kuciang Karuang: data statistik dan data perorangan tidak harus sama.
Tiap orang tentu punya data individu, itu bisa sama atau berbeda dengan data orang lain.
Data statistik itu data rata dari kumpulan data individu yang seperti anda miliki. Data statistik PBB itu data rata-rata dari jutaan orang dari wilayah seluruh dunia.
Paham bedanya kan?
Bung Judhianto. Saya salut dengan keluasan pengetahuan anda. Perkembangan sains saat ini merambah mulai dari mekanika kuantum hingga ke ruang angkasa. Pada percobaan dua celah disimpulkan bahwa cahaya itu adalah gelombang. Sementara itu efekfoto listrik hanya dapat dijelaskan apabila cahaya itu adalah partikel (foton). Khusus pada percobaan dua celah, apabila kita ingin mengetahui lewat celah yang mana cahaya itu melintas, justru sifat gelombangnya jadi hilang. Seolah-olah cahaya itu tahu kalau ia sedang diamati. Seakan-akan cahaya itu punya kesadaran. Dalam mempercayai Al Quran saya bersikap, kalau satu ayat betul,maka ayat yang lain akan betul semua. Al Quran itu juga berisi catatan sejarah. Sejarah masa lalu dan sejarah masa depan. Saya ulangi sekali lagi. SEJARAH MASA DEPAN. Anda pasti tahu sejarah Kerajaan Romawi dikalahkan oleh Persia. Selang beberapa tahun kemudian gantian Persia dihantam oleh Romawi seperti diisyaratkan oleh Al quran dalam surat Rum.
@Edriandi: terima kasih komentarnya. Ada tiga hal yang menarik dalam komentar anda.
Pertama: Anda menyebutkan eksperimen celah ganda (double slit experiment), ini eksperimen yg pasti dikenal oleh orang mengikuti perkembangan ilmu quantum.
Banyak penafsiran tentang fenomena ini. Secara umum para ahli mengangkat isu apakah alam ini obyektif atau subyektif. Maksudnya apakah realitas itu independent keberadaannya tanpa terpengaruh oleh adanya pengamat atau realitas itu ada karena adanya pengamat. Ada banyak varian lebih lanjut dari tafsir-2 ini.
Kalau membaca tafsir anda, ini mirip seperti tafsir budaya pra-modern yang biasa kita sebut animisme, dimana orang mengandaikan bahwa tidak hanya manusia dan mahluk hidup lainnya yang memiliki kesadaran, bahkan benda mati-pun dianggap berkesadaran dan punya kehendak. Misalkan gunung, batu besar, matahari, bulan dan bahkan perempatan jalan. Qur’an sendiri punya tafsir semacam itu, misalkan pada kisah bumi dan langit yang ditanya Allah apakah mau mengemban amanah.
Kedua:
Tentu hal ini akan jadi masalah bila misalkan kita menemukan salah satu yang dikatakan Qur’an ternyata salah, tentunya dengan prinsip anda, maka semua Qur’an berarti salah dong? Padahal banyak ayat Qur’an ternyata tak ada buktinya, misalkan penciptaan manusia ala sim-salabim, semut dan burung yang bisa berdialog interaktif dengan manusia (Sulaiman), umur manusia yang 950 tahun (Nuh).
Ketiga: Menafsirkan masa depan? kok mentok cuma Romawi yang kalahkan Persia dalam satu front terbatas? Persia dan Romawi memang kalah dan menang secara silih berganti antar mereka, menebak Romawi menang lawan Persia itu tidak terlalu beda peluangnya dengan menebak Persia menang lawan Romawi, untung-untungan yang bisa diduga. Lagian Persia gak benar-benar kalah lawan Romawi, mereka hanya kalah besar di salah satu front, wilayahnya masih luas dan tak tersentuh Romawi.
Persia disebut kalah justru oleh tentara Islam di bawah Umar bin Khattab yang menghancurkan tentara Persia di semua front, membunuh rajanya dan mencaplok 100% wilayah Persia. Tak ada yang tersisa dari imperium Persia. Ini yang baru hebat, anak kemarin sore mengalahkan Imperium lama yang bahkan Romawi tak mampu menghabisinya. Kok gak ini yang diramalkan?
Kemenangan tentara Islam atas Persia dijelaskan oleh hadist Nabi.
“Kerajaan Persia akan hancur, dan takkan ada lagi Raja Persia setelahnya. Kekaisaran Romawi juga akan hancur, dan tak ada lagi Kaisar Romawi setelahnya. Kalian akan membagi harta simpanan mereka di jalan Allah. Karena itu, perang adalah tipu daya.”
(HR Bukhari dan Muslim)
Kemenangan Romawi terhadap Persia dan juga kemenangan tentara Islam yang menaklukkan Romawi timur (Istambul) dan Persia itu hanyalah contoh sejarah masa depan yang terjadi di dunia ini saja. Peristiwa hebat lainnya akan segera menyusul. Malah komplit dengan dialog yang terjadi di masa depan itu. Kalau ada yang berminat mau membuat film layar tentang masa depan itu, tidak usah bersusah-payah membuat teks dialognya. Tinggal dihafalin saja.
Bung Judhianto.
Saya berpendapat, semakin maju kemajuan sains malah semakin membuktikan kebenaran informasi yang tertera di dalam Al Quran itu. Misalnya Big bang. Coba anda buka surat al Anbiya 30. Sedangkan Edwin Hubbel baru mengetahuinya pada awal abad ke 20. Terus ending universe ini juga akan berakhir dengan Big Crunch. Al Quran menyebut langit ini kelak akan dilipat. Dibagian lain dikatakan akan digulung. Mirip seperti balon kempes.
@Edriandi: wih hebatnya…
Jadi big-bang juga sudah ada di Qur’an?
He-he-he…
Mungkin kita tinggal cari semut dan burung yang bisa bicara, membuktikan bahwa DNA lempung pasti jauh lebih sama dengan DNA manusia dibandingkan DNA simpanse yang cuma sama sekitar 95% dari DNA kita.
Dari pada mengklaim sains yang ditemukan orang kafir (dan orang Islam gak tahu) sebagai sudah ada dalam Qur’an, apa gak sebaiknya ilmuwan Qur’an mengajari apa yang orang kafir tak tahu. Misalkan tunjukkan saja planet yang bisa dihuni manusia, daripada orang kafir keluarkan duit luar biasa banyak untuk kirim penjelajah antariksa untuk mencarinya.
Atau tunjukkan saja resep ajaib dari Qur’an yang bisa sembuhkan kanker, AIDS atau penyakit mengerikan lainnya, kan gak perlu keluar dana riset milyaran dolar untuk itu.
Dana riset yang milyaran dolar itu kan bisa dimasukkan ke kotak amal masjid?
Wuih hebaaatnya———-Siapa dulu dong Nabinya….!
Ada keterangan dalam Al Quran yang menyebutkan bahwasanya “langit itu kami luaskan dengan kekuasaan Kami”. Saya memaknainya dengan Big bang. Langit ini kelak akan dilipat atau digulung. Ini berarti Big Crunch (penciutan hebat). Anda pasti sudah membaca tentang itu.
Al Quran adalah firman yang tertulis, sedangkan universe adalah firman yang tercipta. Keduanya berasal dari satu sumber yang sama. Tidak mungkin ada pertentangan antara satu sama lain. Demikianlah keyakinan saya. Kalau ada yang bertentangan dengan akal sehat karena tidak semuanya bisa dipahami akal manusia. Ibaratnya kita ini seperti semut kecil yang berada dibalik tumpukan daun kering yang berusaha untuk memahami berapa besarnya alam persada ini.
Pada skala kuantum saja para ahli masih kebingungan. Tidak ada yang mengerti mekanika kuantum kata Richard Feyman. Elektron bisa jadi gelombang, bisa juga jadi partikel. Dua hal yang sangat bertolak belakang. Ajaibnya aplikasinya malah berlaku.
Pada skala makro para saintist masih terperangah dengan hakikat materi gelap dan energy gelap yang mendominasi universe ini. Sekarang semua fisikawan sedunia berlomba-lomba untuk mewujudkan teori medan terpadu yang akhirnya menelurkan string theory dan M-theory. Ketemunya dimensi ruang waktu ini tidak hanya 4 (x,y,z,t). Tetapi lebih banyak lagi.
Teori medan terpadu yang ingin diwujudkan oleh para fisikawan sedunia itu menurut saya hakekatnya adalah bersatunya informasi apa yang tertulis dalam Al Quran dan apa yang tercipta. Yaitu universe dengan segala isinya. Tidak ada dongeng di sini.
Ada satu hal pokok yang sering diulang-ulang dalam Al Quran. Yaitu langit 7 lapis. Kalau ada ilmuwan Islam yang mempunyai kapabilitas seperti Stephen Hawking ia akan dapat mewujudkannya dalam bentuk persamaan. Theory of everything.
@Edriandi: menarik sekali melihat cara anda mengambil kesimpulan, anda mengambil ayat-ayat yang bisa dicocok-cocokkan dengan sains lalu menganggap bahwa itu berarti Qur’an bicara sains. “Langit diluaskan” lalu diartikan big-bang, “langit digulung” lalu diartikan big-crunch.
Lha kalau caranya seperti itu apa bedanya dengan pembaca mimpi, peramal lotre?
Tahukah anda, suatu pendapat ilmiah sebelum dapat diterima atau diakui, harus melalui satu proses yang dinamakan peer review (penilaian sejawat). Yaitu proses penilaian dari ilmuwan lain (atau lembaga ilmiah) dibidang yang relevan dengan pernyataan tersebut. Hal ini untuk memastikan bahwa pendapat itu tidak memiliki kesalahan prosedur atau kesalahan lainnya untuk dapat sampai pada kesimpulan itu.
https://id.wikipedia.org/wiki/Penelaahan_sejawat
Untuk kesimpulan bahwa Qur’an bicara big-bang atau big-crunch, bisa anda tunjukkan ilmuwan kosmologi mana atau lembaga riset mana yang sudah melakukan verifikasi pernyataan itu? saya yakin tidak ada 🙂
Mungkin pernyataan bahwa Qur’an itu ilmiah, itu ilmiah menurut kelompok pengajian anda, tidak lebih. Karena tidak ada lembaga ilmiah yang berpendapat sama.
Ini mirip seperti tukang ojek membicarakan secara detil cara kerja mesin mobil setelah mengamati mesin motornya. 🙂
Oh ya, itu kan mengenai cocokologi untuk hal yang multitafsir.
Kok anda gak membahas pendapat qur’an yang tak multitafsir, seperti semut dan burung yang bisa bicara, manusia yang umurnya 950 tahun, meteor yang kata Qur’an adalah alat pelempar setan? itu kan gampang dibuktikan.
Semua orang tahu bahwa semut dan burung tak bisa bicara interaktif dengan manusia, itu hanya ada dalam dongeng anak-anak.
Jika Qur’an mengatakan Sulaiman bicara dengan semut dan burung, maka kesimpulannya Qur’an itu dongeng. Anda gak setuju kalau Qur’an itu dongeng? tinggal tunjukkan saja seekor semut dan seekor burung yang bisa bicara (bukan menirukan bicara, seperti beo), jika ada maka tentu orang tak ragu lagi cerita ajaib itu bukan dongeng 🙂
Yang terakhir, anda persis sekali menggambarkan betapa Tuhan membutuhkan sains.
Karena keberadaannya tak bisa dibuktikan, maka ajarannya dicocok-cocokkan dengan sains untuk sekedar mengatakan “Ini lho, Tuhan itu benar, buktinya firmannya cocok dengan sains”.
Tuhan yang keberadaannya begitu lemah, sehingga butuh dicarikan dukungan dari sains.
Bung Judhianto terima kasih atas jawabanya yang responsif, interaktif dan komunikatif.
Orang yang mengatakan isi Al Quran itu adalah dongeng sejak zaman dahulu kala sudah ada. Yaitu semenjak zaman para Nabi. Sekarang juga masih banyak dengan warnanya masing-masing. Pada saat diperlihatkan mukjizat sebagai bukti seperti yang selalu mereka minta, mereka akan mengatakan “ah itu adalah sihir”. Karena terlihat melanggar akal sehat dan bertentangan dengan hukum alam yang biasa mereka alami.
Universe dengan segala isinya ini adalah bayangan kebesaran dari sang Pencipta. Secara harfiah saya kasi tamsilan kalau ada sebuah bayang-bayang pastilah ada benda sebenarnya yang disinari oleh cahaya. Mudah-mudahan paham dengan yang saya maksud.
Agar dapat berkomukasi interaktif dengan semut dan burung hanya level para Nabi dan orang soleh yang diberi anugerah yang mampu seperti itu. Manusia biasa seperti anda dan saya yang belum sampai maqamnya ini tidak bisa berkomunikasi dengan hewan tersebut. Semut bertubuh kecil dengan organ otak juga kecil tidak bisa mengeluarkan suara. Apa bedanya dengan ikan paus berukuran besar dengan organ otak besar juga tidak mengeluarkan suara.? Namun, saya percaya percaya semut dengan semut bisa berkomunikasi satu sama lain. Demikian juga ikan dengan ikan.
Perihal umur Nabi Nuh 950 tahun, Nabi Sulaiman berbicara dengan burung dan semut, Nabi Daud bertasbih bersama gunung dll. Hanya satu kata saya katakan. Mukjizat…..! Yang misteri biarlah tetap misteri. Ini sudah menyangkut wilayah keimanan. Sudah harga mati bagi umat Islam. Tafsir itu levelnya sekelas dengan sains. Ia akan berubah terus sesuai dengan perkembangan iptek. Tuhan tidak butuh sains.
Kalau seumpama isi Al Quran itu memang ada yang cocok dan sesuai dengan temuan para ilmuwan kenapa masih tetap menutup mata dan menutup diri. Sediakanlah waktu untuk bersandar ke belakang sejenak sambil merenung “kenapa cocok ya….?” Coba anda buka surat Al Maarij, anda akan menemukan relativitas waktu di situ. Kalau Al Quran mengatakan bahwa manusia itu berasal dari sperma (nuthfah) lalu sesuai dengan kenyataan yang ada, apakah masih tetap juga dikatakan al Quran itu tidak ilmiah.
Hirarki menafsirkan ayat Al Quran adalah dengan ayat Al Quran itu sendiri. Nomor 2 baru dengan hadist. No 3 baru dengan sains dibantu dengan teknologi teranyar supaya bisa diitung, diamati dibuatkan simulasi dst. Akurasi sebuah tafsiran tergantung dari kedalam ilmu dan kecerdasan si penafsir. Tafsiran itu levelnya sejajar dengan sains. Ia akan berubah terus sesuai dengan perkembangan sains. Kalau zaman dulu orang mengatakan zarah itu sebesar biji sawi. Maka zaman sekarang orang mengatakan zarah itu sebesar quark. Anda boleh tidak sependapat dengan saya. No problem….
Mencocok-cocokkan benda atau sesuatu dan mencari hubunganya satu sama lain adalah cara paling mudah dan praktis dalam hidup ini. Di perusahaan lama tempat saya pernah bekerja, saya sering melihat mekanik Caterpillar memperbaiki alat berat. Pada saat memasang baut kadang kala mereka mengambil baut dari produk Komatsu, Hitachi atau yang lain. Yang penting ukurannya sama, bentuk ulirnya sama sehingga cocok untuk dipasang.
Saya lebih suka menyebut dalam menapak kehidupan di dunia ini ibarat bermain bongkar pasang (puzzle). Manusia berusaha merakit kepingan-kepingan informasi yang bertaburan di bawah kolong langit sambil dibimbing dengan kitab suci untuk membentuk satu pemahaman yang utuh. Kalau bisa dibuat simulasi maka dibuatkan simulasinya. Trial and error.! Jatuh-bangun dan salah dalam mencari kebenaran itu adalah biasa. Nabi Ibrahim sendiri juga pada awalnya salah-salah dalam mencari kebenaran yang hakiki.
Saya selalu bersifat open mind terhadap pemikiran baru. Saya tidak ingin mengulang kesalahan seperti yang dilakukan oleh Gereja Roma yang menganut paham geosentris. Butuh waktu ratusan tahun untuk membuat gereja Roma beralih ke paham heliosentris.
Saya tidak pernah melakukan riset. Tapi saya memberikan satu pertanyaan kepada anda. Kenapa sidik jari manusi tidak ada satupun yang sama…? Dimana database sidik jari itu tersimpan?
Pertanyaan kedua. Saya mengambil atom-atom C, H, N, O, P dan S sehingga membentuk molekul organik. Bayangkan saya mengambil 6 buah kelereng beda warna. Lalu kelereng itu saya masukkan ke dalam kantong plastik. Entah bagaimana caranya kumpulan kelereng itu berubah menjadi makhluk ber sel satu yang HIDUP, punya free will, free act, lalu membelah diri alias berkembang biak. Pertanyaan, dari mana datangnya Hidup Dan Kehidupan itu……?
Terus terang saya tergelitik untuk mengulang percobaan yang sudah pernah dilakukan oleh Masaru Emoto. Saya tinggal ambil 4 gelas air. Dengan kondisi percobaan yang tetap sama lalu:
1. Pada gelas 1 saya katakan Tuhan itu 0 (alias tidak ada).
2. Pada gelas ke 2 saya katakan Tuhan itu SATU.
3. Pada gelas ke 3 saya katakan Tuhan itu dua.
4. Pada gelas ke 4 saya katakan Tuhan itu banyak.
Dinginkan air itu, lalu lihat dengan mikroskop electron. Bandingkan pola-pola kristal yang terbentuk. Saya ingin tahu apakah Masaru Emoto itu sekedar jual kecap, ataukah air itu memang betul merespon atas suara atau tulisan yang diperlihatkan padanya.
@Eriandi: ok, sepertinya ini hanya masalah perbedaan kosa kata saja.
Semut dan burung berbicara dengan manusia itu tidak ada buktinya, dan manusia kebanyakan akan menyebutnya “tidak masuk akal”.
Namun manusia beriman tidak menggunakan kosa kata yang pasaran itu, alih-alih mereka mengatakan “itu mukjizat”.
Yah memang para beriman itu mempunyai kekhususan sendiri, mereka memiliki wawasan eksklusif yang tidak akan sama dengan masyarakat awam.
Begitu juga yang disebut ilmiah oleh masyarakat ilmiah atau oleh masyarakat awam, tentu berbeda dengan sebutan ilmiah oleh masyarakat yang telah disinari iman. Untuk itu maka tak heran jika kita tak akan melihat kejeniusan ilmuwan-beriman macam Harun Yahya yang sangat masyhur dikalangan muslim, namun tak satupun ada karyanya berjejak di jurnal ilmiah atau diperdebatkan di lembaga ilmiah macam NASA atau pusat riset dunia.
Masaru Emoto, itu juga contoh lain. Ia adalah Doktor di bidang pengobatan alternatif, yang gelarnya didapat di sebuah universitas terbuka di India yang tidak terakreditasi. Kenapa gak di Jepang? oh ia di Jepang lulusan S1 hubungan internasional.
Di negara Jepang yang riset sainsnya maju, Masaru Emoto dapat gelar lain lagi, yaitu nise kagaku (sains palsu), bahkan ada yg menganggapnya nihon no haji (aib buat jepang).
https://asruldinazis.wordpress.com/2006/12/14/kritikan-tuk-pak-masaru-emoto-yang-nulis-the-power-of-water/
http://www.cp.cmc.osaka-u.ac.jp/%7Ekikuchi/nisekagaku/index.html
http://atom11.phys.ocha.ac.jp/wwatch/appendix/app33.html
http://kxk.makibishi.jp/hado_s.html
Jadinya sama seperti Harun Yahya, Masaru Emoto itu ilmiah dan sudah membuktikan kehebatan agama, namun ya itu, cuma di akui oleh kalangan agama. Untuk yang belajar sains serius, keduanya cuma hiburan saja.
Ini masalah kosa kata saja.
Saya ikut kosa kata para ilmuwan saat berbicara tentang ilmiah, mungkin anda ikut kosa kata agamawan saat berbicara tentang ilmiah.
Itu pilihan saja kok, gak ada yang mewajibkan harus ikut ini atau yang itu.
Bung Judhianto.
Anda belum menjawab dua pertanyaan saya di atas.
@Edriandi: Oh oke
Nggak tahu.
Saat ini dari penelitian spektrum cahaya bintang, komposisi komet dan sampel yang diperoleh dari komet, molekul organik penyusun kehidupan diketahui ada berlimpah di semesta. Itu hasil proses alami.
Kemungkinan membentuk kehidupan secara alami, peluangnya ada. Dengan usia semesta 4 milyar tahun dan luasnya semesta, tinggal menunggu waktu dan kondisi yang tepat saja bahan-2 itu menjelma menjadi hidup.
Kalau anda membaca percobaan Craig Venter dan Eckard Wimmer, mereka berhasil menyusun organisme sistetis yang menggunakan DNA dan RNA rancangan mereka dari bahan-bahan mati. Organisme alien ini bisa hidup dan bereproduksi tanpa perlu campur tangan kekuasaan ghaib.
Ketidak-tahuan itu jantung dari sains. Karena tidak tahu, maka manusia memakai cara sains untuk mencari tahu. Kalau belum tahu ya bilang tak tahu. Kalau nanti hasil penyelidikan menemukan jawabnya, ya sukur. Intinya kalau belum ada faktanya, belum ada teori yang bisa menghubungkan faktanya, ya sains mengatakan: “tidak tahu”.
Bagi saya, lebih baik mengatakan tidak tahu utuk sesuatu yang memang saya tidak tahu, daripada percaya dengan sesuatu yang tak ada buktinya 🙂
Bung Judhianto. Terima kasih atas kejujuran anda.
Saya ekstrapolasi sedikit pertanyaannya. Bayangkan ada 10 butir telur ayam yang dierami oleh mesin tetas. Kita semua tahu sel-sel telur ayam itu semuanya adalah molekul organik. Ada 9 butir telur menetas. 1 butir gagal. Kalau dikupas telur yang tidak menetas itu tampaklah anak ayam itu mati dalam cangkangnya. Kalau diperiksa lagi anatomi tubuhnya sudah terbentuk sempurna. Pertanyaan: entitas apa yang ada pada ayam yang menetas. Dan entitas apa yang tidak ada pada anak ayam yang mati? Apakah entitas itu? Bagaimana sains menjelaskannya?
@Edriandi: ayam mati dan ayam hidup, itu saja.
Sains memang luar biasa. Yang lebih luar biasa lagi, adalah manusia pertama kali yang bisa mengatakan bahwa ini itu atom, ini itu partikel, dan lain-lain. Aneh rasanya? Dari mana dia tahu kalau namanya atom? Kalau saya yang pertama kali menemukannya, saya akan mengarang namanya menjadi oak, dan nama atom hanya akan menjadi sebuah fantasi.
Aneh rasanya, jika manusia mengklaim bahwa mereka harus berkutat kepada sains dan ke-realistis-an, padahal manusia sendiri tercipta secara tidak realistis. Dunia ini tercipta secara tidak realistis, kemudian manusia menerapkan dasar-dasar yang menjadi rujukannya, dan menganggap itu sebagai realistis sesuai dengan batas kemampuan, itulah sebabnya manusia tidak akan pernah bisa menciptakan alam semesta, manusia hanyalah sebuah konsumen alam yang cerdas. Manusia dan sains memang hebat.
Saya sangat mendukung sains dan ilmu pengetahuan, tapi saya memiliki pegangan teguh terhadap Tuhan. Hal itu membuat saya tidak menjadi “kacang yang lupa kulitnya”.
Saya tidak menyalahkan konsep “Sains mengalahkan Tuhan”, sebab memang hal ini sulit dipahami. Hal ini wajar terjadi, karena sains pada hakekatnya adalah “menduga-duga”.
@Dali Kewara: terima kasih komentarnya.
Manusia itu merdeka kok, gak ada yang memaksanya harus berkutat dengan sains, itu pilihan. Ada yang memilih sains, sebagaimana juga ada yang seumur hidupnya berkutat dengan kitab suci dan ritual.
Realistis atau tidak, hanya masalah persepsi orang yang menangkapnya. Bila ada seorang ilmuwan jaman mojopahit yang secara ajaib muncul di jaman ini, tentu ia sepanjang hari berteriak “Ini tak realistis!” saat melihat Smartphone, Mobil, Televisi, Pesawat Terbang dan sebagainya. Tentunya kita tak usah berteriak balik padanya “Ini realistis!”.
Oh ya sains bukan menduga-duga. Menduga hanya salah satu langkah sains yang disebut hipotesis, secara umum sains menggunakan langkah berikut: Pengamatan/pengukuran, hipotesis, prediksi, pengujian/eksperimen. Hipotesis yang lolos pengujian baru bisa disebut teori.
Bagaimana dengan agama? Agama itu keyakinan. Harus diterima begitu saja.
Kalau absurd? ya tetap harus diterima.
Kalau masih butuh fakta, pembuktian atau sesuai rasio, namanya gak yakin lagi 🙂
bagaimana bisa sesuatu yang diciptakan bisa melampui penciptanya..jgn lupa bahwa manusia itu hanya ciptaan yang terdiri dari jiwa, raga dan roh. jiwa berhubungan ke dalam dirinya sendiri,raga berhubungan dengan dunia luar, dan
roh berhubungan ke atas dengan allah. jika ketiganya itu berjalan seimbang tentu kita bisa merasakan eksistensi ketuhanan tetapi dalam sains jiwa dan raga yang lebih dominan. karena sains terbentuk dari perkembangan pola pikir manusia yg mengandalkan panca indera padahal jelas pancaindera itu terbatas.
@UtamyNurPassau: jangan lupa sains itu berhubungan dengan fakta dan pembuktian.
Jiwa, roh dan Tuhan itu sampai saat ini tidak pernah bisa dibuktikan. Dengan tidak didukung bukti, maka statusnya sama dengan dewa-dewi, siluman, kuda sembrani, dan berbagai makhluk mitologi dan dongeng lainnya. Jadi filosofi agama yang anda sampaikan tak ada bedanya dengan filosofi yang disampaikan para tokoh dongeng. Percaya boleh, tidak juga tidak apa-apa 🙂
Bukan bukti fisik Tuhan yg dimaksud tapi bukti yang membuktikan keberadaan maksudnya bro.
@Arhasel: bukti apa saja, fisik atau non-fisik tentang Tuhan itu gak ada yang bisa diverifikasi.
Atau anda bisa menunjukkan bukti yang diverifikasi yang anda maksud?
Ditunggu tulisan berikutnya Mas Judhi.
membosankan jika harus menganalisa isi otak profesor, jam tangan serta kentut yang maha bau.
Jelas, dengan mereka membaca tulisan anda sudah terlihat adanya pertanyaan di benak para analis kentut tentang keberadaan tuhan hanya saja meraka ingin pembutktian “apa buktinya tuhan itu tidak ada” bukannya membuktikan bahwa “tuhan itu ada”
Berapa persen sains (pengetahuan seluruh manusia digabungkan) mengetahui “segala sesuatu?” (rasio antara yang sudah diketahui, dengan misteri yang belum dipahami)
Bisa diukur dari tren jurnal ilmiah yang diterbitkan. Apakah semakin stagnan bahkan mengecil, atau sebaliknya.
Dapatkah pengetahuan seluruh manusia itu menyimpulkan dua hal ini dengan pasti?
A. TUHAN TIDAK ADA
B. TUHAN ADA
Bagaimana jika ada teks dari Tuhan? Sanggupkah sains menguji itu asli bukan buatan manusia?
@Muhammad Hanif Priatama: sains itu tidak bicara tentang “segala sesuatu” atau “kepastian”, itu kosa-kata agama yang mutlak-mutlakan.
Sains itu selalu berkembang, jurnal ilmiah yang diterbitkan tiap tahun selalu meningkat. Batasnya? tidak tahu.
Sains itu menyimpulkan dari fakta-fakta, yang sejauh ini diketahui adalah Alam Semesta ini bisa tercipta karena ada Hukum Alam dan berjalan berdasarkan Hukum Alam. Apakah Hukum Alam itu ada dengan sendirinya atau ada yang menciptakannya? itu tidak dibicarakan sains karena tidak bisa dibuktikan.
Jadi apakah Tuhan yang menciptakan Hukum Alam ada atau tidak ada, itu bukan urusan sains, karena keduanya tidak ada buktinya.
Itu wilayah keyakinan. Yakini saja, bukan karena terbukti benar atau salah.
Agama yang manusia anut saat ini itu adalah prodak dari ketidak tahuan atas jawaban dari suatu pertanyaan,berangkat dari kelemahan umat manusia pada saat itulah beberapa orang mencari kesempatan untuk mendapat kekuasaan,penghormatan dll. dengan membuat satu cerita bahwa Tuhanlah sang maha dan telah memberikan firman padanya lalu disebutlah ia nabi. Setelah jadi nabi dan mendapat pengakuan dari banyak orang sang nabi pun menuliskan aturan-aturan dan imajiner lalu Anda menyebutnya Kitab suci. itulah sebabnya kenapa dizaman setelah sains berkembang tak lagi ada Kitab yang baru muncul, karena otak udah pada pintar karena sains, kini tinggal para pengikut masing-masing kitab itu yang mencocok-cocokkan dengan sains, mencoba tetap eksis tetapi berbangga dengan tafsir yang berubah-ubah mengikuti perubahan sains.
Aku yakin… Suatu saat nanti sains dapat menciptakan otak yang utuh hasil dari perkembangan tegnologi
“AI” dan “organoid serebral”
Atau menciptakan janin di inkubator dari hasil ekstrak protein bukan sperma dan ovum.
Pada saat ini terjadi aku tidak tahu akan bagaimana lagi agama dalam kitab suci dapat bertahan atau dalih apalagi yang akan mereka gunakan untuk mencocok-cocokkan kitab dengan sains.
ini bukan isapan jempol.
Cari tahu di Wikipedia apa itu.
AI dan apa itu “organoid serebral” itu sudah nyata dan terbukti berfungsi dan bekerja.
Jadi saran saya…bagi Para pemertahan agama siap-siap kan saja asumsimu untuk 10-20 tahun kedepan, karena sains sudah menggebrak.
Salam damai.
(Suatu hari nanti) anda akan mati (dan menghendaki dikubur di dalam tanah). Dapatkah sains menjawabnya?
@M Nur Hisyam: setiap manusia nantinya mati. Mengenai dikubur, dikremasi atau apapun perlakuan terhadap mayatnya, itu cuma pilihan berdasarkan budaya.
Lalu apanya yang perlu dijawab sains?
Artikel nya bagus , tanya jawabnya luar biasa , saya tidak mau berspekulasi dalam hal tuhan ada atau tidak, karena pasti saintis akan mencari alasan dengan segala upaya begitu juga ahli tafsir akan menjawab dengan segala upaya,
Tapi Saya mau ikutan bertanya aja , buat pak judhi bagaimana tentang “first cause” ??
Terimakasih assalamualaikum , semoga sehat selalu
@Arya: fakta yang sudah ditemukan melalui sains adalah bahwa semesta kita ini tidak acak atau bebas aturan.
Semua yang bisa diamati dan diukur di semesta ini bisa dijelaskan oleh berbagai macam hukum alam, entah itu hukum gravitasi, relativitas, mekanika quantum, evolusi, dan sebagainya. Hukum-hukum alam itu juga makin berkembang sebanding dengan semakin canggihnya manusia dalam melakukan pengamatan pada semesta.
Kalau ditanya tentang “First Cause”? sejauh ini, “First Cause” yang bisa dijangkau manusia adalah hukum alam itu sendiri.
Apakah hukum alam ada dengan sendirinya?, atau hasil dari satu “First Cause” yang belum dapat kita jangkau? ataukah ada rangkaian tanpa ujung yang menyebabkan hukum alam? Itu semua ajang spekulasi dan keyakinan, karena kita tidak dapat membuktikannya.
Dalam wilayah spekulasi ini, saya sependapat dengan agama bahwa ada kesadaran yang menciptakan hukum alam, dan disebut Tuhan.