
Teis bilang: Tuhan itu ada. Tuhan itu begini-begitu.
Ateis bilang: Tuhan itu tidak ada. Tak ada yang bisa membuktikan Tuhan itu ada.
Agnostik bilang: tidak penting Tuhan ada atau tidak ada. Yang penting kita menjalani hidup sebaik-baiknya.
Astaga! bagaimana bisa ada berbagai macam kesimpulan tersebut?
Sebenarnya jalan ke Tuhan itu yang mana? sehingga timbul tafsiran bermacam-macam?
Wahyu Sebagai Jalan Ke Tuhan
Tuhan ada karena begitulah yang dikatakan kitab suci. Para Nabi telah menerima wahyu dari Tuhan sendiri dan dibukukan sebagai kitab suci.
Karena wahyu berasal dari Tuhan pencipta semesta, maka pastilah semua apa yang ada dalam wahyu itu benar, dan itu juga tentang apa itu Tuhan dan bagaimana Tuhan itu.

Pada kitab suci kita temukan rincian yang sangat lengkap tentang Tuhan. Sifat-sifatnya, apa yang Dia suka dan apa yang Dia berikan kepada yang Dia suka, apa yang Dia benci dan apa yang Dia timpakan pada yang Dia benci, bagaimana mematuhi Dia dan segala sesuatu tentang Dia.
Dengan kitab suci, Tuhan menjadi sesuatu yang sangat terjelaskan.
Nalar Sebagai Jalan Ke Tuhan
Saat ini kita ada di era penalaran. Semua yang tak bisa dibuktikan dan tak bisa dinalar akan jatuh pada kategori dongeng, mitos atau hayalan. Dan kita semua berusaha sekeras mungkin untuk tidak dianggap sebagai penghayal.
Tentang Tuhan, kita juga bisa melihat betapa banyak argumen yang berusaha membuktikan bahwa Tuhan bisa dibuktikan dengan nalar keberadaannya.
Berikut ini konsep utama yang bisa kita temukan dalam usaha tersebut:
Sebab-Akibat
Semua yang ada di semesta ini terikat kepada hukum sebab-akibat. Segala sesuatu terjadi karena ada sebabnya.
Kursi ada karena dibuat manusia, tidak mungkin dia ada begitu saja. Jika kursi yang sederhana tidak akan bisa muncul dengan sendirinya, bagaimana mungkin manusia dan semesta ini muncul tanpa ada yang menyebabkannya?
Semua rangkaian sebab-akibat ini bertingkat-tingkat, akan tetapi pasti ada awalnya yang tidak disebabkan oleh apapun. Penyebab awal (causa-prima) inilah yang disebut Tuhan.
Analogi
Analogi adalah menganggap apa yang terjadi pada satu hal, terjadi pula di hal lain.
Jika manusia mempunyai kehendak, pasti Tuhan juga berkehendak. Jika manusia bisa mengubah sesuatu, pasti Tuhan bisa mengubah segalanya. Jika bisa berkuasa, pasti Tuhan lebih berkuasa atas segalanya.
Semua asumsi-asumsi tentang sifat Tuhan bukan karena manusia tahu pasti bahwa Tuhan begini-begitu, akan tetapi karena manusia/mahluk bisa begini-begitu maka Tuhan yang pasti lebih lebat lebih mampu untuk begini-begitu.
Masalah Dengan Wahyu Dan Nalar
Apakah dengan wahyu dan penalaran, manusia sudah menemukan Tuhan dengan sebenarnya?
Wahyu yang mana?
Ternyata wahyu tidak hanya ada dalam satu kitab suci, dalam satu agama. Wahyu ada dalam berbagai macam kitab suci dan berbagai agama pula. Tuhan juga ternyata berbeda-beda menurut berbagai macam wahyu tersebut.
Kalau berbeda-beda, yang mana yang benar diantara para wahyu itu?
Apa wahyu mengabarkan kenyataan?
Selain mengabarkan tentang Tuhan, kitab suci juga mengabarkan banyak hal lain, misalnya penciptaan alam dan manusia, kisah para nabi terdahulu serta hukum untuk manusia.
Dengan kemajuan pengetahuan manusia dan bukti-bukti yang bisa diperoleh, beberapa hal yang ada dalam kitab suci mulai mendapatkan tantangan.
Ilmuwan memperkirakan big-bang merupakan awal terciptanya semesta kita ini, dan itu berbeda dengan apa yang dikisahkan dalam kitab suci.
Ilmuwan yakin bahwa proses evolusi yang membentuk manusia sekarang ini, dan itu berbeda dengan penciptaan manusia dalam kitab suci.
Tidak ada bukti yang menguatkan kejadian-kejadian luar biasa dikitab suci, seperti banjir dunia yang dialami Nabi Nuh, laut terbelah yang dilakukan Nabi Musa dan kejadian luar biasa lainnya.
Jika untuk beberapa hal, kitab suci tidak mengabarkan realitas yang sebenarnya, bagaimana kita bisa yakin bahwa kitab suci mengabarkan hal yang benar tentang Tuhan?
Bukti nalar? Hanya teori…
Konsep nalar tentang Tuhan yang dibangun dengan logika sebab-akibat dan analogi adalah konsep yang abstrak. Obyek pembicaraan tersebut yaitu Tuhan tidak bisa diamati atau diukur.
Pengetahuan modern sebenarnya juga telah terbiasa berbicara tentang sesuatu yang abstrak yang tak bisa diamati langsung.

Konsep tentang kelengkungan ruang, ruang dimensi 7, relativitas ruang dan waktu, semesta pararel, struktur partikel elementer dan banyak lainnya merupakan konsep abstrak yang awalnya dirumuskan ilmuwan berdasarkan perhitungan matematis murni tanpa ada realitas nyatanya.
Tetapi berbeda dengan konsep tentang Tuhan, konsep ilmiah di atas dapat digunakan untuk meramalkan apa yang terjadi di dunia nyata dengan akurasi yang tinggi.
Berdasarkan konsep abstrak matematika, ilmuwan bisa membuat bom nuklir, mendeteksi black hole, menemukan partikel Higgs, menciptakan navigasi GPS yang memasukkan perhitungan perlambatan waktu di satelit-satelit guna mendapatkan posisi yang sangat akurat.
Apa yang terjadi dengan konsep tentang Tuhan? semuanya tak bisa dibuktikan. Kita tak bisa melakukan sesuatu percobaan untuk meramalkan apa yang akan dilakukan Tuhan.
Misalkan jika kita mengumpulkan semua kitab suci dan memasukkan ke dalam blender dan melumatnya, kita tak akan bisa mengharapkan suatu petir akan menyambar kita karena kurang ajarnya kita.
Jika kita tanya juru dakwah, ia akan berkata
“tindakan kurang ajarmu itu akan dibalas kelak di akhirat, bukan di bumi ini”.
Terus apakah ada akhirat?
“kamu akan tahu akhirat kalau kamu mati”
Nah lo… gak ada bukti bukan?
Jadi bila menyangkut Tuhan, semuanya tidak akan bisa diuji, semuanya hanya berdasarkan keyakinan.
Lalu?
Jika wahyu para teolog tentang Tuhan ternyata tidak meyakinkan, jika teori para filsuf tentang Tuhan juga tak bisa dibuktikan, maka bagaimana lagi kita akan menemukan Tuhan?
Tuhan Yang Dialami
Di ujung kebuntuan petunjuk para teolog dan filsuf, kita mendapati satu kelompok yang mencari Tuhan dengan cara yang berbeda, yaitu para mistikus agama dan para sufi.
Para sufi dan mistikus agama adalah orang-orang yang membaktikan dirinya menjalankan ritual agama dengan dedikasi tinggi. Pada ujung tingginya intesitas ritual, mereka mengalami pengalaman mistis yang membuat mereka menangkap realitas yang diluar realitas nyata sehari-hari. Seolah tabir alam ghaib diangkat dari pandangan mereka.
Ketika bersentuhan dengan realitas ini, mereka menyadari bahwa apa yang mereka alami dalam realitas ini sama sekali tidak ada padanannya dalam dunia nyata. Bahasa dan nalar yang biasa digunakan dalam alam nyata tidak lagi memadai untuk menggambarkannya.
Jika nalar dan bahasa adalah alat untuk menggambarkan dunia nyata, maka nalar dan bahasa akan menyesatkan bila digunakan untuk menggambarkan realitas yang bukan nyata.
Jika Tuhan adalah realitas yang berbeda dengan semua realitas nyata, maka setiap penggambaran Tuhan dengan nalar dan bahasa pasti akan gagal.
Kita bisa gunakan nalar dan bahasa untuk menjelaskan apa yang bukan Tuhan, dan bila kita mengetahui sesuatu melalui nalar dan bahasa, maka sesuatu itu pasti bukan Tuhan.

Bagaimana dengan gambaran Tuhan?
Kalau begitu bagaimana dengan segala bentuk gambaran tentang Tuhan dan segala sifat-sifatnya yang dijelaskan oleh wahyu para teolog dan nalar para filsuf?
Bagi para sufi, semua gambaran agama tentang Tuhan hanya berguna untuk mengarahkan manusia ke Tuhan, tetapi itu sama sekali bukan tentang Tuhan. Setiap gambaran tentang Tuhan pasti menggambarkan sesuatu yang bukan Tuhan.
Bagaimana menemukan Tuhan?
Jika kita memaksa memakai nalar(sains) sebagai jalan ke Tuhan, maka ujungnya adalah: Tuhan tak bisa dibuktikan.
Jika kita memaksa memakai bahasa sebagai jalan ke Tuhan, maka ujungnya adalah: Tuhan sangat absurd dan tak bisa dimengerti.
Bila Tuhan diseberang wilayah nalar dan bahasa, lalu bagaimana Tuhan bisa ditemukan?
Ikuti jalan para sufi.
Khusuklah dengan ritual (ibadahmu), tinggalkan semua konsepsimu tentang manfaat ibadahmu, bagaimana Tuhan itu. Dengan tenggelam dalam ritual dan meninggalkan semua konsep nalar dan bahasa, maka kita akan terbuka menerima pengalaman yang bukan nalar dan bahasa. Tuhan ada di wilayah itu.
Bacaan:
- Muhammad Al-Fayyadi, Teologi Negatif Ibn’Arabi – Kritik Metafisika Ketuhanan, LKIS, 2012
“Tidak ada bukti yang menguatkan kejadian-kejadian luar biasa dikitab suci, seperti banjir dunia yang dialami Nabi Nuh,…”
BAGAIMANA PENDAPAT ANDA TENTANG PENEMUAN BANGKAI PERAHU BESAR DAN HASIL PENELITIAN ahli geologi kelautan William Ryan dan Walter Pitman (yang menerbitkan sebuah hipotesis populer secara ilmiah berjudul hipotesis banjir Nuh) yang menyajikan bukti bahwa pernah terjadi banjir sekitar 7.500 tahun lalu.
“…laut terbelah yang dilakukan Nabi Musa…”
Seorang Arkeolog bernama Ron Wyatt pada ahir tahun 1988 silam mengklaim bahwa dirinya telah menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur kuno didasar laut merah. selain menemukan beberapa bangkai roda kereta tempur berkuda, Wyatt bersama para krunya juga menemukan beberapa tulang manusia dan tulang kuda ditempat yang sama. pengujian yang dilakukan di Stockhlom University terhadap beberapa sisa tulang belulang yang berhasil ditemukan,memang benar adanya bahwa struktur dan kandungan beberapa tulang telah berusia sekitar 3500 tahun silam,dimana menurut sejarah,kejadian pengejaran itu juga terjadi dalam kurun waktu yang sama.
Mungkin itu saja. Saya tertarik dengan tulisan2 Anda?
Gugun: dalam tradisi ilmiah, suatu kesimpulan sains akan disebut kuat bila kesimpulan yg sama juga dikuatkan oleh peneliti lain dengan penelitian yg terpisah.
Mengenai Musa, Mesir kuno adalah peradaban maju tertua di sekitar timur tengah. Ketika Ibrahim masih mengembara, kota2 besar sudah berdiri di Mesir. Salah satu yg menonjol dr Mesir adalah akurasi mereka mencatat sejarah. Dari catatan Mesir, kita tahu persis usia raja-2 mereka. Kita bisa tahu rata-2 raja Mesir mati di usia 40 th.
Jika Mesir sangat akurat, peradaban di sekitarnya sangat senang mencatat dg berlebih-lebihan. Dlm catatan Asyiria dan Sumeria, beberapa raja disebut memerintah ratusan tahun, bahkan ada yg 600 th. Ngaconya kebiasaan ini juga diteruskan dlm tradisi semit. Dalam Bible usia Adam 930, Nuh 950 dan beberapa lainnya ratusan tahun juga. Peristiwa sejarah dilaporkan berlipat-lipat kali hebatnya.
Laut terbelah merupakan peristiwa luar biasa hebatnya. Jika itu terjadi, tentunya itu ada dalam catatan sejarah akurat Mesir yg terkait langsung atau Yunani yg juga dekat dan mempunyai tradisi sejarah yg bagus. Kenyataannya peristiwa hebat tersebut hanya ada di Bible. Catatan tentang Yusuf sebagai mentri hebat di Mesir, Musa sang pangeran pemberontak dan kutukannya juga tidak ada di Mesir.
Terima kasih.
Makasih Mas artikelnya bagus-bagus! Meski belum kenal, kalau saya lihat, filsafatnya kuat sekali ya dengan penalaran yang bagus sekaligus bebas mencari kebenaran. Salut! Saya jadi ingat waktu kuliah dulu, dipesan oleh dosen; jangan lupa mengakhiri setiap hari kerja otakmu dengan bersimpuh dalam doa.
@The truth will set you free: terima kasih. Mengetahui fakta dan kebenaran merupakan awal, selanjutnya terserah anda.
Maaf, sptx balasan Anda tidak menjawab mengenai bagaimana para ilmuan (yang saya sebutkan) mengklaim bahwa ada bukti dari (setidaknya) dua kejadian yang Anda katakan tidak memiliki bukti itu (dongeng),benar-benar terjadi. Apakah suatu hasil penelitian ilmiah tidak dapat dipercaya daripada sebuah catatan kuno?
“Jika itu terjadi, tentunya itu ada dalam catatan sejarah akurat Mesir yg terkait langsung atau Yunani yg juga dekat dan mempunyai tradisi sejarah yg bagus. Kenyataannya peristiwa hebat tersebut hanya ada di Bible. Catatan tentang Yusuf sebagai mentri hebat di Mesir, Musa sang pangeran pemberontak dan kutukannya juga tidak ada di Mesir.”
Lalu adakah catatan yang kemudian menegasikan pernyataan di atas, sehingga diambil kesimpulan kejadian2 itu tidak benar2 terjadi? Saya rasa, hanya karena tidak ada/ditemukan sebuah catatan kuno, tidak berarti suatu kejadian benar2 tidak terjadi. apakah sumber sejarah hanya terpaku pada catatan kuno?
@Gugun: mengenai informasi anda:
Bukti banjir & perahu Nuh
* Dari catatan geologis, memang pernah ada peristiwa banjir akibat kenaikan muka laut hitam secara mendadak sekitar 9.400 tahun lalu. Ahli Geologi William Ryan mengatakan kenaikan ini sekitar 50-60 m dan meliputi wilayah 100.000 km persegi. Banjir ini mendukung berbagai cerita rakyat seperti mitologi banjir Gilgamesh dan banjir Nuh. Akan tetapi penelitian lebih lanjut menunjukkan banjir itu hanya 5 – 10 m dan meliputi wilayah 2.000 km persegi. Dari waktunya, juga tidak cocok dengan waktu yg ditunjukkan Bible. 9.400 tahun yang lalu, bahkan Adam belum muncul, karena dari Bible ia ada di sekitar 6.000 tahun lalu.
* William Ryan dan Walter Pitman juga “menemukan” bekas perahu besar di puncak gunung Ararat pada 1998. Segera setelah penemuan tersebut, banyak peneliti lain ingin melakukan penelitian juga terhadap bukti-bukti ini, akan tetapi pemerintah Turki tidak mengijinkan lagi penelitian lanjutan. Ketika tahun 2001 National Geographic memperoleh ijin untuk membuat dokumentasi penelitian bukti tersebut, ada banyak kejanggalan fakta yang ditemukan. Salah satu yang terpenting adalah uji isotop karbon pada kayu bahan perahu menunjukkan kayu yang dipakai memang kayu tua tapi usia kayu tersebut hanya 200 tahun bukan ribuan tahun seperti seharusnya.
Setelah sanggahan tersebut, William Ryan sendiri tidak mau lagi diwawancarai untuk topik ini.
Frauds, Myths, and Mysteries: Science and Pseudoscience in Archaeology
“Noah’s Flood” Not Rooted in Reality, After All?
*
Bukti Kereta Di Dasar Laut
Sumber yang anda sebut Ron Wyatt. Ron Wyatt adalah sumber utama berbagai hoax yang biasa dipakai kelompok fundamentalis kristen untuk membuktikan kebenaran Bible.
Apa yang sudah ditemukan orang ini?
* Darah Yesus dan hasil analisisnya yang menunjukkan kromosom dalam darah ini cuma 24 pasang dan bukan 46 pasang sebagaimana umumnya manusia. Kesimpulannya ini pasti dari ibu yang perawan, karena kromosom sisanya biasanya berasal dari ayah. Ia tidak menjelaskan bagaimana darah ini bisa awet selama 2.000 tahun, bagaimana ia melakukan tes dan bagaimana ia memastikan itu darah Yesus.
* Penemuan perahu Nuh di atas gunung Ararat. Penemuannya ini yang kemudian ditindak lanjuti oleh William Ryan dengan ditambahi kesimpulan tentang banjir 9.400 tahun lalu.
* Penemuan roda kereta perang di dasar laut merah pada 1978. Bukti ini eksklusif milik Ron Wyatt, karena sampai saat ia meninggal, ia tidak pernah menunjukkan dimana lokasi tepatnya “bukti” ini.
* Penemuan tanda di dasar laut yang dibuat Nabi Sulaiman untuk menandai tempat laut terbelah.
Egyptian Chariot Wheels Found at the Bottom of the Red Sea
RON WYATT: ARE HIS CLAIMS BONAFIDE?
Ron Wyatt: Collosal Fraud
Ternyata tuhan itu banyak, sebanyak agama yang ada ketika turun wahyu. Salah satu agama yang baru lahir mengklaim hanya Alloh satu-satunya Tuhan. Padahal nama Allah ini telah digunakan oleh Yahudi dan Kristen. Apa ini bentuk plagiat suatu agama. Apakah Muhammad bercakap-cakap dengan tuhan itu nyata adanya, ato hanya dongeng. Mas Yudhi tak pikir-pikir ternyata agama ini perusahaan jasa, jasa dongeng yang dibumbui dengan ancaman-ancaman dan iming-iming hadiah. Karena perusahaan/bisnis, maka pabrik agama berusaha mencari nasabah/jamaah sebanyaknya. Bila perlu orang yang sudah jadi nasabah gak boleh keluar, kalo kluar rsikonya fatal, ngeri banget ya kayak jadi anggota geng aja. Oh ya agama itu sebenarnya gak bertanggung jawab soal hadiah, dimana katanya ktika kiamat nanti maka agama juga buyar. Nah ktika kita sdah menjalankan printah agama sperti membunuh orang yg tdk seiman, mengobrak warung, ngebom trnyata tdk bisa masuk surga siapa yg bertabggubg jawab wong agamanya dah buyar…capek deh. Pabrik agama terus berusaha bertahan, apalagi saat ini tergser oleh kecanggihan teknologi dan ilmuwan cerdas seperti Mas Yudhi.
@Geloaku: agama adalah salah satu ekspresi budaya yang muncul dalam setiap peradaban. Tiap agama itu merekam dan dipengaruhi oleh tantangan sosial masyarakat dan konsep religius yg ada pada saat itu.
Pada budaya semit, muncul agama Yahudi di jaman kapak (Axial Age – 800 BC). Agama ini berpusat pada tuhan yang satu yaitu Yahweh atau Allah, agama ini mengalami penyempurnaan dari masa ke masa lewat wahyu yang diterima oleh para nabi pembaru ajarannya. Yesus dan Muhammad merupakan nabi pembaharu dalam tradisi ini. Keduanya membawa perubahan yg begitu drastis, sehingga apa yg mereka bawa melahirkan agama yang baru. Tidak ada plagiarisme di situ, melainkan evolusi agama yang menggunakan semua bahan-bahan agama yg lama untuk dikembangkan lebih lanjut.
Para Nabi ini menerima wahyu dalam kondisi yang mencekam (Nabi Muhammad sering menerimanya dalam bentuk dentang lonceng yang tiba-2 ia dengar, para nabi ada yg mengalami melalui suara-suara atau penampakan visual yg tak bisa dimengerti). Saat menerima wahyu, mereka seolah-olah terenggut dari dunia nyata dan masuk dalam suasana yg asing. Mirip keadaan trance. Para ahli psikologi menganggap fenomena tersebut adalah saat dimana alam bawah sadar mengintervensi kesadaran para nabi tersebut guna menyampaikan pesan-2 moral dan sosial.
Pada tahap selanjutnya agama menjadi sumber legitimasi politik dan kekuasaan, sehingga memperbanyak pengikut dan mempertahankan yang sudah ada menjadi sangat penting dan mengalahkan kandungan utama agama, yaitu solidaritas sosial, membela kaum lemah dan tertindas dan memperjuangkan kepentingan bersama.
Kalau kita ingin tetap mempertahankan agama, mau tak mau kita harus menolak syahwat politik dari agama yang membuatnya menjadi memuakkan serta mengembalikannya sebagai rahmat untuk semua.
Buku yang dengan baik membahas alam bawah sadar sebagai sumber agama adalah Agama Skizofrenia
Penganut agama, mungkin banyak yg ikut memahami atau mengikuti jalan yg ditempuh para ilmuan dalam menyimpulkan keberadaan Tuhan, Tapi mungkin ada keengganan ilmuan menempuh jalan yg ditempuh penganaut agama. saya hanya mengira-ngira.
@Dizal: kita hidup di jaman teknologi, sains telah terbukti menunjukkan superioritasnya untuk menaklukkan alam.
Superioritas sains ini membuat orang yg berkecimpung di sains merasa bahwa sains adalah segalanya dan agama/spiritualisme hanyalah mengada-ada.
Disisi lain para juru dakwah seperti merasa inferior ketika berhadapan dengan sains, sehingga berusaha sebisa mungkin mendapatkan legitimasi dari sains. Contohnya banyaknya pendakwah yg dengan gigih berusaha mencocok-cocokkan ayat-ayat agama dengan sains modern. Di sisi orang yg tidak mendalami sains, itu hal yang mengagumkan, tetapi bagi yg sudah biasa dengan kerangka pikir ilmiah, itu hanya klaim-klaim yg tak berarti.
Terima kasih.
Di satu sisi, manusia ingin hidup abadi. Tapi di sisi lain ia sungguh tak berdaya untuk lari dari kematian. Kasihan memang. Tapi kenyataan yang pahit itu kemudian terobati dengan adanya informasi ilahi dari segelintir manusia pemimpi yg mengabarkan bahwa dibalik kematian masih ada kehidupan yg abadi. Terlepas dari benar atau tidaknya informasi tersebut yg jelas semua itu telah mampu meninabobokan bermilyar manusia dari kenyataan hidup yg hampa tanpa makna dan tujuan. Seefektif apapun khasiatnya itu tapi tuhan, terutama agama, fungsinya lebih seperti OBAT PLASEBO daripada bagaikan obat paten ataupun obat generik. Bagi yg SADAR dengan kepalsuan obat itu, mungkin ia akan beranggapan bahwa mencari jalan ke tuhan atau percaya pada tuhan atau mengimani suatu agama dengan menjalankan ritualnya yg ribet, hanyalah isapan jempol belaka.
@Galecok: dari kacamata sains, tak ada yg istimewa dalam hidup manusia.
Hidup kita adalah hasil proses alam yang tak bertujuan. Kesadaran kita yang seolah segalanya, akan musnah tak berbekas saat kita mati. Setelah mati kita akan segera dilupakan. Tubuh kita terurai, dan kelak mungkin diproses ulang menjadi bagian dari kecoa. Sejuta tahun lagi mungkin bahkan manusia tak ada lagi, sementara semesta yg sudah berdetak 14 milyar tahun melanjutkan prosesnya ada atau tanpa manusia.
Dalam realitas, kita gak penting, hidup kita gak bertujuan, jadi presiden atau garong, mati sekarang atau besok gak ada pengaruhnya bagi semesta. Baik atau jahat itu ilusi, gak ada pengaruhnya bagi semesta.
Realitas itu tai kucing!
Tapi manusia mampu melampaui realitas. Jika realitas itu tai kucing, buat saja realitas lain yang menyenangkan. Hidup hanya sekali, kenapa kita sudi hidup dalam tai kucing?
Maka manusia menciptakan realitas buatan yang menyenangkan. Sakralkan ikatan keluarga, cinta, tanggung jawab dan kita mendapati hidup kita bertujuan, ada yang ikut menangis saat kita terluka, ada yang memeluk saat kita sedih, ada yang hendak kita bahagiakan. Ciptakan Tuhan, maka kita lihat hidup kita penting. Salah dan benar diperhatikan oleh yang ciptakan semesta.
So..
Mau meratapi hidup dalam realitas nyata yang tai kucing
Atau
Telan plasebo cinta, keluarga atau tuhan untuk merayakan hidup?
Hidup hanya sekali, buat apa menganggap serius tai kucing dan hidup di dalamnya? Tenggak plasebo-mu!
Terima kasih
Assalamualaikum
1. Tuhan Yang Maha Esa yang aku ketahui Allah SWT itu tidak beragama, jadi Ia berlaku adil bagi semua manusia. Seperti Allahnya Ibrahim, ada Allahnya Isa, ada Allahnya Muhamad, dan banyak lagi.
2. Tingkat pencapaian puncak pemahaman agama adalah suatu sikap hatinurani, batin, dan pikiran manusia yang selalu diarahkan kepada perbuatan baik, kasih sayang, kebenaran, dan keadilan.
3. Banyak orang bijak berkata: “bukan agama yang dicari, melainkan kitab sucinya, dan bukankah kitab suci itu sangat terbatas dalam mencari kebenaran / ke depan Allah akan selalu dicari”.
4. Allah itu demokratis, sedangkan agama seringkali otoriter.
5. Allah tidak melarang manusia untuk tidak beragama, karena Allah sendiri pada dasarnya tidak beragama, tapi mengharapkan manusia harus perbuatan baik, kasih sayang, kebenaran, dan keadilan.
6. Agama bukan jaminan moralitas, kesejahteraan, kedamaian, dan keadilan; bahkan kadang-kadang agama justru dapat melunakan moral, etika dan hukum suatu negara melalui persepsi / penafsiran yang ngawur/salah.
7. Agama harus menghormati budaya setempat, bukan me”wahabi”kan.
8. Agama mudah diperalat oleh para elit politik, ustad preman, preman berjubah maupun penipu biasa.
9. Agama dapat menghambat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
10. Semakin udara suatu bangsa penuh polusi doa puja-puji kepada Allah, semakin rusak moral bangsa itu.
11. Agama tidak akan berguna apabila rakyatnya lapar, miskin dan bodoh, kecuali berguna bagi elit politik untuk mendapatkan suaranya.
Wassalam
@H. Bebey: dalam tradisi sufi, Agama hanyalah wasilah (jalan) dan bukan ghayah (tujuan) sebagaimana Tuhan itu sendiri.
Agama tidak boleh dimutlakkan, kita harus berani menafsirkan ulang agama bila tafsir yg ada malah menjauhkan diri kita dari sifat Allah yang merahmati semua mahluk tanpa pandang bulu.
Terima kasih.
Pemeluk agama mungkin kasihan melihat orang yg tidak percaya Tuhan, sebaliknya yg tidak percayapun kasihan melihat ribetnya pemeluk agama. Rasa kasihan tsb. seandainya dirawat dengan baik mungkin akan berkembang menjadi saling menghargai. Yg jadi pertanyaan saya, apakah ada rasa kasihan bagi orang yg tidak percaya Tuhan, apalah artinya perasaan dalam kehidupan?
@Dizal: terima kasih. Saling menghargai itu kuncinya.
Dizal yg naif, tolong camkan! CINTA TULUS ITU JUSTRU HANYA MILIK ATEIS. Mana ada orang ”beriman” punya hati. Tai kucing itu! Mereka itu egois. Nilai-nilai positif apapun yg mereka kerjakan, ucapkan, dan niatkan, semua itu didasari oleh satu mimpi yaitu berharap dapat surga atau takut neraka. Sementara bagi orang ateis bin kafir bin murtad bin penghuni neraka: cinta, kasih sayang, tolong menolong, dll, bukan saja hanya dilakukan dengan tulus tapi juga merupakan nilai-nilai positif yg mutlak ada. Karena visi misi para-penampakan-iblis tsb di dunia ini adalah hidup SEBAHAGIA DAN SELAMA mungkin. Adalah suatu keharusan bagi mereka untuk menjauhi permusuhan, penindasan apalagi peperangan. So, kalau penghuni bumi ini sudah menjadi iblis semua, pasti suasananya tentram, damai, aman, sejahtera.
@Galecok: @Dizal: cinta dan agama keduanya alat manusia untuk mengakali realitas. Terlalu menyederhanakan kalau kita menyimpulkan bahwa yang tidak beragama tidak memiliki cinta, seperti juga mengatakan yang beragama tidak memiliki cinta. Cinta dan beragama tidak saling menihilkan, keduanya bisa saling komplementer.
Terlalu menyederhanakan juga mengambil kesimpulan surga dan neraka merupakan satu-satunya pusat perhatian orang beragama, sehingga mustahil menemukan kebaikan tulus dari umat beragama.
Para ateis mungkin bisa mengklaim cintanya tulus, akan tetapi karena fokusnya hanya pada yang real dan berdampak langsung, seringkali mereka tidak mampu melampaui diri mereka sendiri.
Tokoh seperti Rabiah Adawiyah, Bunda Theresa, Mahatma Gandhi, Nelson Mandela dan Gus Dur merupakan tokoh yang pemihakannya kuat pada cinta kasih, kemanusiaan dan keadilan. Mereka berani berdiri sendiri mempertahankan sikap mereka, bahkan bila perlu berhadapan dengan institusi negara atau agama yang mereka anut. Sikap sekeras ini saat ini masih dimonopoli oleh orang-orang yang terinspirasikan oleh agama dan melihat bahwa ada sesuatu yang lebih mulia dari sekedar diri mereka sendiri.
Galecok, justru kenaifan sy memandang yg Ateis sama dengan pandangan anda terhadap yg beragama. Ketika anda mengatakan cinta tulus yg anda miliki, itu sudah cukup dan memberikan kebahagiaan bagi saya
salam . .
seperti yg anda katakan diatas bahwa konsep nalar yaitu dengan pripsip kausalitas dan analogi ternyata hanya sesuatu yang abstark dikarenakan objekx yaitu tuhan tidak bisa diukur dan diamati . .
menurut hemat saya sesuatu yang bisa diukur dan damati itu terlalu sangat empiris skali dan meniscayakan terbatasx tuhan dan sangat bertolak belakang dengan pemahaman saya mengenai tuhan . .
dalam konsep filsafat . .
wujud itu ada 2 yaitu:
internal dan ekstenal . .
dan ketika dihubungkan ke 2 nya ini menghasilkan lagi 3 konsep
1.wajib;ketika internal dan ekstenal mesti adanya ms:tuhan
2.mungkin;ketika internal tidak memiliki eksitensi dluar ms:persekutuan khayal yang menyekutukan antara gunung dan warna emas.
3.mustahil:ketika internal dan ekstenal tidak memiliki eksistensi
nah sekatrang kategori wajib terbagi lagi menjadi 2 ;
1.wajib karna dirinya sendiri;sebab akhir(sebab yang tidak bersebab)
2.wajib karna yang lain(akibat dari sebab);hakikinya wajib karna yang lain adalah mungkin . .
dengan penjelasan diatas . .
z akan mengajukan pertayaa kepada kanda juliantho:
apakah alam semesta bersebab???
seuatu yang bersebab itu sifatnya terbatas ataukah tidak terbatas??
apakah sesuatu yng tidak terbatas dapat diukur dan diamati????
@WardimanBK: anda mengutarakan apa yang dinamakan spekulasi filsafat. Itu adalah konsep-konsep yang terlihat masuk akal, namun sekali lagi ia tidak berbicara “apa adanya” tentang segala sesuatu, ia berbicara “seharusnya” tentang segala sesuatu.
Mengenai pertanyaan anda:
* Apakah semesta bersebab? ya! paling tidak adalah ada hukum alam (misalnya mekanika quantum) yang memungkinkan keberadaannya. Kalau anda mengatakan Allah yang menciptakan hukum alam, ya itu spekulasi baru lagi. Buktinya apa?
* Apakah anda bisa menunjukkan contoh yang tidak terbatas?
Terima kasih.
@Judhianto: klu anda beranggapan bahwa pemaparan saya diatas mengenai “segala sesuatu” itu bernilaI “seharusnya” BERARTI sama halx bahwa kita mengatakan “segala sesuatu ni bersifat subjektif dan tidak ada realitas objektif” itu z tangkap dari pemaparan anda . .
dan mengenai perdebatan diatas tu sdh dimulai sejak zamannya kaum sophist yang mengatakan bahwa “segala sesuatu itu adalah ketiadaan” karna realitas bersifat subjektif dan kemudian dipatahkan oleh socrates yang mengatakan bahwa “realitas itu bersifat objektif”
kemudian dengan pertanyaan anda yang pertama mengenai bukti bahwa apakah tuhan yang menciptakan hukum alam semseta,menurut z bahwa diskusi anda dan saya sekarang adalah pembuktian tuhan dengan menggunakan konsep nalar bkn mengenai apa2 yang dciptakan oleh tuhan . .
kemudian . .
pertanyaan anda yang kedua mengenai contoh yang tidak terbatas,,?
=yang mampu menpunyai pridikat tersebut hanyalah Tuhan(wujud wajib karna diri sendiri) dengan asumsi bahwa setiap sesuatu yang membutuhkan sebab pastilah terbatas karna masih bersandar pada sebab tersebut,beda dengan wujud tuhan sendiri yang tidak membutuhkan lagi sebab dikarenakan
– jikalau segala sesuatu tidak mempunyai sebab akhir(sebab yang tidak membutuhkan sebab pastilah yang adalah adalah ketiadaan)
– jikalu begitu haruslah sesuatu yang bersebab harus mempunyai sebab akhir(sebab yang tidak membutuhkan lgi sebab)
. .
– atau dengan kata lain yang terbatas(membutuhakn sebab) haruslah bersandar pada yang tidak terbatas(tidak membutuhkan sebab)
Gmana Mas???
@WardimanBK: seperti yang saya tulis, anda menguraikan spekulasi filsafat.
Problemnya adalah sama sekali tak ada pembuktian yang bisa kita tarik dari silat lidah logika semacam ini.
Apa buktinya semua sebab-akibat ini bermula pada sebab pertama? bagaimana jika ini semacam rantai sebab-akibat tanpa ujung? bagaimana jika sebab-akibat ini bersifat seperti lingkaran seperti rantai makanan, dimana pemangsa terkuat akhirnya mati dan menjadi makanan kuman-2?
Bagaimana jika penyebab pertama bukan Allah, akan tetapi seekor monyet raksasa bergigi emas dan tak terlihat? Keduanya tak bisa dibuktikan.
Dalam standar metode ilmiah modern, semua spekulasi filsafat ini tak beda dengan omong kosong dan tahayul karena sama sekali tidak dapat dibuktikan.
Bisakah anda bisa buktikan Allah dengan standar metode ilmiah?
@Judhianto:seperti yang saya uraikan diatas tu berlandaskan prisip kausalitas,yang dimana yang saya ketahui ini merupakan prisip yang dipercaya oleh semua orang buktinya anda menjawab komentar saya misalkan . .
karna komentar saya merupakan sebab dan balasan anda merupakan akibatx,klu saja tidak ada yang namanya prinsip kausalitas bisa repot dehh misalkan ketika saya mengomentari postingan anda maka saya akan jadi presiden . .
itu salah satu bukti bahwa prisip kausalitas tu bersifat niscaya bukan sekedar spekulasi filsafat
kemudian mengenai pertanyaan anda yang pertama:
=jikalau silsilah(rantai makanan) tersebut tidak berakhir pada sebab yang tidak bersebab,maka keberadaan tidak akan ada.sebab semua silsilah sebab – sebab itu akan dibantu oleh mata rantai yang lain yang tidak mampu mewujudkan dirix sendiri dan kalau begitu mustahil sesuatu yang tidak mampu mewujudkan dirinya sendiri dapat mewujudkan yang lain maka dari itulah dibutuhkanlah sebab yang tidak membutuhkan sebab lagi . .
kemudian pertanyaan kedua:
=jikalau penyebab pertama atau sebab yang tidak membutuhkan sebab lagi adalah seekor monyet raksasa bergigi emas dan tak terlihat maka itu akan mustahil adanya karna ia masih terbatas dikarenakan
1.klu ia monyet berarti ia mempunyai sebab lagi misalkan monyet adalah binatang yang tidak rasional,binatang disebabkan lagi oleh benda hidup dan begitu seterusx sampai kepada sebab yang tidak membutuhkan sebab lagi.
2.klu ia raksasa berarti ia terbatas pula karna bagaimanapun besarx sesuatu ia akan terikat oleh 3 dimensi :panjang,tinggi dan lebar.
3.bergigi emas,maka dia sungguh bukanlah sesuatu yang berbeda denga manusia karna ada juga manusia bergigi emas misalkan!!
kemudia pertanyaan anda yang ketiga:
= z mau balik nanya yang seperti bagaimana itu pembuktian menggunakan standart metode ilmiah??
@WardimanBK: sekali lagi, anda tidak bisa membedakan antara yang seharusnya dan apa adanya
Karena saya menjawab pertanyaan anda, bagi anda bukti kausalitas, kemudian menurut anda seharusnya logika kausalitas anda benar.
Bagi saya itu lompatan kesimpulan yang tidak berdasar. Logika kausalitas anda harus dibuktikan di elemen pernyataan penyusunnya bukan karena pernyataan lain benar maka berarti pernyataan anda benar.
Sekali lagi, yg anda ungkap adalah silat lidah nalar yang sama sekali tak berakar pada kenyataan apa adanya. Dan itu sama dengan omong kosong yg diperindah.
Pembuktian ilmiah?
Seperti contoh di tulisan saya, bisakah anda tunjukkan sesuatu hal yg membuat Allah melakukan sesuatu yg membuktikan itu tindakannya. Dan bila hal tersebut bisa diulang dgn hasil sama bila dilakukan oleh org yg beda.
@Judhianto: setuju standar metode ilmiah modern tidak mampu membuktikan penyebab pertama Allah. Bahkan tidak bisa membuktikan secara ilmiah Allah itu ada. Object metode ilmiahnya adalah sesuatu yang “abstract” tidak mungkin melakukan riset untuk ini. Jadi Allah itu, omong kosong juga, menurut metode ilmiah.
Sebaliknya agamawan dengan kepercayaannya, menuding itulah kelemahan metode modern, tidak bisa membuktika Allah itu ada. Jadi omong kosong juga.
Bagi saya, pikiran-pikiran yang ada dalam diri kita juga tidak bisa dibuktikan secara ilmiah. Seperti sesuatu yang ada, tetapi tidak ada. Diketahui ada kalau dinyatakan, dan diketahui orang lain. Jelasnya “Hanya dirinya sendiri yang mampu mengatakan bahwa dia punya pikiran” Orang lain tidak tahu, walau sesungguhnya orang tersebut merasakan eksisnya dalam benaknya.
Ayakusni
@judhianto:klu begitu coba anda paparkan apa perbedaan “seharusnya” dan “apa adanya”
karna setahu saya jikalau anda mengatakan bahwa filsafat tu membahas mengenai “seharusnya” dan bukan “apa adanya” itu sama halnya kita kembali kepada zaman kaum sophist
kemudian klu anda mengatakan bahwa lompatan kesimpulan saya tidak berdasar saya malah bingung sendiri dengan anda karena pernyataan saya diatas mempunyai isi(logika formal yang rasional) buktinya tadi saya mengatakan bahwa
ketika saya mengomentari postingan anda (peryataan awal/sebab)
anda pun menjawab (peryataan kedua/akibat)
dan hubungan anatara “pernyataan awal/sebab dan peryataan kedua/akibat” dinamakan hubungan kausalitas
kemudian pertanyaan anda yang terakhir:
= bukti pertama
keberadaan bumi ini dengan asumsi mustahil segala sesuatu yang ada,tidak ada yang mengadakan dan yang mengadakan harus lah merupakan yang tidak diadakan seperti argumen saya diatas
kemudian klu anda mau mengatakan bahwa tindakanx harus bisa dilakuka oleh selain allah itu merupakan proposisi yang sangat mustahir kebenaranya . . dikarenakan
1.sesuatu hanya sama dengan sesuatu tersebut
2.sesuatu tidak akan pernah sama dengan bukan sesuatu itu
bagaiman mas???
@WardimanBK: beda “seharusnya” dan “apa adanya” adalah di sisi bukti.
Sebagai contoh pernyataan anda “mustahil segala sesuatu yang ada tidak ada yang mengadakannya”.
Apakah anda pernah menguji segala sesuatu? tidak. Anda hanya menarik kesimpulan dari banyak hal bahwa sesuatu ada sebabnya, bukan dari segala sesuatu.
Anda juga mengatakan “kemudian klu anda mau mengatakan bahwa tindakanx harus bisa dilakuka oleh selain allah itu merupakan proposisi yang sangat mustahir kebenaranya . . ”
Ini juga spekulasi omong kosong, karena selain silat lidah berumit-rumit, Allah sama sekali tak terbukti ada.
Sekali lagi jika anda bisa memberi demonstrasi keberadaan Allah dan demonstrasi ini bisa diulang oleh siapa saja, maka keberadaannya akan sesuai dengan standar ilmiah.
@judhianto:
bisa anda sebutkan sesuatu yang tidak membutuhkan sebab selain tuhan(sebab yang tidak bersebab)?
kemudian klu allah tak terbukti ada sama halx kita katakan klu dia tidak ada . .
klu dia tidak,pertanyaan saya kenapa anda bisa mengucapkan kata Allah karna setahu saya sesuatu yang tidak ada itu tidak mustahil ada baik itu dipahaman maupun diluar pahaman(eksternal).tolong diberikan penjelasan pada statemen anda ini.
@WardimanBK: dalam sains, hukum alam merupakan pangkal keberadaan segala sesuatu. Materi (termasuk semesta) bisa muncul spontan dari ketiadaan melalui mekanisme hukum alam murni. Anda bisa baca karya Lawrence M Krauss, A Universe From Nothing.
Kalimat kedua anda kusut, saya tak bisa menangkap dengan gampang.
Saya yakin pernyataan
kemudian klu allah tak terbukti ada sama halx kita katakan klu dia tidak ada . .
sama tak bisa dimengertinya dengan
kemudian klu
allahSpiderman tak terbukti ada sama halx kita katakan klu dia tidak ada . .@judhianto:klu anda mengatakan bahwa hukum alam merupakan pangkal keberadaan saya malah mengatakan bahwa itu hanya sedikit kuasa tuhan yang ia perlihatkan,knapa??
krna klu qt menggunakan variabel hukum,sepengetahuan saya hukum sama dengan aturan dan berbicara aturan berbicara tentang pengaturan kemudian berbicara mengenai pengaturan berarti ada yang mengeluarkan perangaturan siaappa??? “sang pengatur” yang dimana berbicara mengenai “sang pengatur” berarti merupakan sakh satu sifat kemudian berbicara sifat pati ada sang pemilik sifat siapa??yaitu dzat tuhan
kemudian kalimat saya yang kedua itu begini “klu anda katakan allah itu tak terbukti keberadaan atau sama halx dengan tidak ada,,,
pertanyaan saya bisa tidak sesuatu yang tidak ada bisa muncul dalam pemahaman seseorang”??
@WardimanBK: Anda harus bisa membedakan antara spekulasi logika dan fakta.
Fakta yang ada adalah hukum alam merupakan pangkal terjauh yang bisa dibuktikan oleh sains.
Bahwa hukum alam ada yang menciptakan atau tercipta dengan sendirinya, kita tidak bisa mengeceknya.
Pernyataan:
** Allah menciptakan hukum alam,
atau
** Gorilla berkacamata emas menciptakan hukum alam,
keduanya spekulasi yang tak bisa dibuktikan. Keduanya setara dengan omong kosong tanpa bukti.
Dari pertanyaan: bisa tidak sesuatu yang tidak ada bisa muncul dalam pemahaman seseorang?
Tentu saja bisa! lha wong banyak yang bisa menerangkan tentang Spiderman yang jelas gak ada, tentang kuda sembrani yang jelas gak ada, tentang naga terbang yang jelas tak ada.
Saya geli membaca tulisan WardimanBauKencur yg mungkin terlalu “ngeyel” tentang apa yg kurang dia dipahami 🙂
@UclukUcluk: terima kasih.
Saya masih banyak dibantu belajar dari pertanyaan teman-teman.
🙂
@judhianto:sangat miris ketika anda mengatakan bahwa apa yang saya sampaikan hanya berupa sebatas spukulasi saja
dan sangat miris pula ketika anda mengatakan bahwa sebab dari adanya alamsemesta ini adalah hukum alam karna sebatas pengetahuan saya hukum alam hanya sebatas pemahaman semata yang diambil dari wujud eksternal berati tanpa wujud eksternal hukum alam tidak dapat terpahami(hukum alam terbatas) . . .
pertanyaan saya bisakah sesuatu yang terbatas(hukum alam) itu mencipatakan sesuatu???
coba anda buktikan secara rinci bahwa hukum alam penyebab segala sesuatu??
dan sangat miris pula klu anda mengatakan bahwa hukum alam tidak bisa dicek apakah dia ada dengan sendirinya ataukan hukum alam merupakan sebuah cipataan karna sebatas pengetahuan saya sesuatu itu dikatakan penyebab segala sesuatu keika kita bisa membuktikan bahwa dia sesuatu yang ada dengan sendirinya karna klu dia tercipta berati dia bukan penyebab segala sesuatu.
kemudia klu anda mengatakan allah yang menciptakan hukum alam adalah penyimpulan yang tanpa bukti jadi komentar yang saya sampaikan diatas bukan bukti???klu komentar saya diatas tdk benar coba anda sanggah dimana ketidak benarannya??
kemudian yang terakhir klu anda mengatakan spiderman dan naga tu tdak ada klu saya tidak sepakat karna sebatas pengetahuan saya dia ada ddalam pahaman yang karna persukutuan alam khayal yatu mengsekutukan laba2 dan manusia jadilah spedirman kemudia ular dan burung jadilah naga jadi dia ada hanya sebatas pahaman
klu yang tidak ada itu seperti segitiga bersisi empat bisa tidak da ada dalam pahaman dan diluar??
@WardimanBK: kalau anda menganggap Spiderman nyata, Naga penyembur api nyata, Kuda sembrani nyata; ya sudah, memang kita berbeda dalam memberi definisi ‘Nyata’, ‘Dongeng’, atau ‘Omong kosong’.
Dengan perbedaan tersebut, diskusi lebih lanjut mungkin hanya akan memunculkan ungkapan-ungkapan tidak bermanfaat seperti ‘Sangat miris’ atau penilaian kepada personal dan bukannya materi diskusi.
Terima kasih.
@judhianto:tolong anda komentari juga pernyataan dan pertanyaan saya yang pertama dan kedua jgn hanya yang ketiga . . !!!!
@WardimanBK: definisi ‘Nyata’, ‘Dongeng’ atau ‘Omong Kosong’ merupakan pijakan lebih lanjut diskusi kita.
Saya anggap Spiderman, kuda sembrani dan naga terbang hanya dongeng atau omong kosong yang jelas tidak ada, sedangkan anda menolak bersepakat dengan anggapan saya ini.
Yang saya anggap ‘Nyata’ adalah yang bisa dibuktikan, bisa diukur secara obyektif, sedangkan bagi anda ‘Nyata’ tidak membutuhkan bukti obyektif, sehingga obyek imajinasi-pun bisa anda golongkan ada.
Jika untuk pijakan dasar saja kita tidak bisa bersepakat, saya tidak percaya bisa menemukan argumen yang bisa anda terima untuk pertanyaan lainnya.
Terima kasih.
@judhianto:
terima kasih atas diskusix
@WardimanBK: terima kasih kembali.
Salam kenal Bung Judhianto,
Nikmat membaca tulisan2 Anda (baru baca beberapa)
Spirit ‘Iman’ dan ‘Ilmu pengetahuan’ sejauh saya pahami memang bertolak belakang.
Iman itu percaya tanpa adanya bukti, spiritnya ‘yakin’.
Sementara ‘Ilmu Pengetahuan’ itu spiritnya ‘ragu’.
Jadi soal tuhan, definisi saya sebatas ‘meneketehe’.
@Thomas: salam kenal balik…
Saya setuju dengan pendapat anda:
Iman itu percaya tanpa adanya bukti, spiritnya ‘yakin’.
Sementara ‘Ilmu Pengetahuan’ itu spiritnya ‘ragu’.
Mungkin saya tambahi: Ilmu pengetahuan mengungkap realitas, agama memberi makna pada realitas.
Orang kemudian bisa yakin, karena telah terbebas dari keraguan. Ilmu pengetahuan adalah salah satu sarana menuju keyakinan melalui keraguan.
@Sesesorang: keyakinan itu pilihan, kadang keberanian memutuskan ditengah ketidak-tahuan kita.
Kita menikahi pasangan kita bukan karena ada jaminan bahwa kita tak akan menderita atau susah bersamanya, kita menikahinya karena kita yakin dia adalah penggenap hidup kita.
keyakinan itu pilihan? saya rasa tidak. keyakinan itu butuh proses. tidak mungkin anda menikahi siapa saja yang baru anda temui ditengah jalan lantaran tidak ada jaminan anda tidak akan menderita jika bersamanya. PASTINYA melalui proses dengan saling mengenal, pacaran kemudian mengorek informasi tentang pasangan masing-masing. kenapa harus ribet? ya tentu saja, jawabannya karena anda masih “RAGU”. kalo keraguan sudah hilang, anda pasti merasa yakin. si dia pasangan yang anda tunggu.
ragu adalah jalan menuju yakin. berimanlah menurut keraguan masing-masing
@Seseorang: yup kita yakin mengenal pasangan kita, akan tetapi kita tidak punya jaminan kebahagiaan dimasa depan. Artinya kalau untuk yakin kita harus tahu semua parameter keyakinan kita, maka kita tidak akan pernah yakin pada apapun. Kita tidak akan pernah keluar rumah, karena kita tidak pernah dapat jaminan bahwa kita tidak akan mengalami kecelakaan di jalan.
Banyak orang beragama yakin pada Tuhan bukan karena mereka tahu persis Tuhan itu apa dan bagaimana, tapi karena tahu keyakinan itu bermanfaat bagi hidup mereka.
Keyakinan itu pilihan untuk menentukan di atas keraguan.
saya sependapat, jika orang beragama yakin pada Tuhan bukan karena tahu persis. tetapi….
saya rasa bukan juga karena keyakinan. banyak orang yang beragama hanya sebatas formalitas.
banyak juga karena faktor keturunan atau lingkungan. dan yang anda katakan keyakinan itu bermanfaat bagi dirinya,
coba tanya saja orang-orang yang merasa yakin itu. apa mereka merasakan manfaat dari keyakinan formalitas mereka?
berbeda dengan mereka yang memiliki iman berdasarkan keragu-raguan. mereka akan senantiasa mencari jalan menuju keyakinan. hingga mereka benar-benar menemukan manfaat sejati beragama bagi mereka.
btw,, situsnya sering susah dibuka ya gan…
@Seseorang: 🙂
Susah dibuka? memang lagi ada masalan dengan servernya, saya coba betulkan dulu..
kpd penulis; anda itu tdk beriman/atheis… islam butuh org yg beriman/yakin terhadap ajarannya, dlm artikel anda, anda selalu mmbandingkan dgn sains dan kitab suci agama lain itu artinya anda termasuk org yg meragukan islam.
@Gulman: keimanan itu urusan pribadi seseorang dengan Tuhannya, dan tak ada seorangpun yang bisa mewakili Tuhan untuk menilai orang lain.
Terima kasih atas penilaiannya.
Salam kenal mas Judhi. Setelah membaca beberapa tulisan mas Judhi, saya tertarik untuk mengajukan beberapa pertanyaan yang mohon maaf mungkin gak ada hubungannya dengan postingan anda dihalaman ini. Sungguh tujuannya bukan untuk “ngetes ilmu” tapi hanya karena saya ingin belajar lebih banyak.
Berikut pertanyaannya :
1. Kalau misal saya hidup pada zaman Majapahit (1300-an), lalu saya berkata pada teman saya bahwa saya baru saja tidak sampai 1 hari yang lalu berkomunikasi dan meminta nasehat dari guru saya yang ada di Cina, padahal posisi saya sekarang di pulau jawa, maka kira2 menurut logika anda apakah dia akan berkomentar saya normal atau saya gila (atau sakti)?
2. Kalau saat sekarang, setelah ratusan tahun perkembangan teknologi komunikasi, saya berkata pada mas Judhi bahwa saya baru saja tidak sampai 1 hari yang lalu berkomunikasi dan meminta nasehat dari guru saya yang ada di Cina, padahal posisi saya sekarang di pulau jawa, maka kira2 menurut logika anda apakah saya normal atau gila (atau sakti)?
3. Kalau sekarang saya berkata pada mas Judhi bahwa saya baru saja tidak sampai 1 hari yang lalu meminum obat yang membuat DNA saya bermutasi menjadikan saya seorang SPIDERMAN, maka kira2 menurut logika anda apakah saya normal atau gila (atau sakti)?
4. Adakah kemungkinan walaupun sekecil apapun Teknologi manusia suatu ketika akan menemukan teknik untuk mengubah DNA manusia sehingga menghasilkan makhluk hidup seperti SPIDERMAN?(Ingat, evolusi dan mutasi gen alami saja bisa menghasilkan hal yang mengejutkan seperti hidung gajah yang bisa berfungsi seperti tangan. Bayangkan kalau nenek moyang kita gajah bukan monyet)
5. Ada 5 orang saya minta untuk masing-masing melempar sebuah dadu. Kemudian yang lemparannya menghasilkan angka 6 saya beri hadiah. Berapa kemungkinan semuanya mendapat hadiah? “99,99% ke atas” atau “1% ke bawah”.
6. Jika ke-5 orang tersebut saya beri kesempatan sebanyak 1 milyar kali. Kemudian yang lemparannya menghasilkan angka 6 saya beri hadiah. Berapa kemungkinan semuanya mendapat hadiah? “99,99% ke atas” atau “1% ke bawah”.
7. Jika kemungkinan sebesar “1% ke bawah” diberi kesempatan sangat banyak menjadi “99.99% keatas” dan saya berasumsi pertanyaan No 4 mas Judhi jawab “ya ada kemungkinan walaupun sangat kecil” (Maaf kalau sudah mendahului dan mungkin ternyata salah), maka yang benar yang mana? (“SPIDERMAN itu tidak ada dan khayalan belaka” atau “SPIDERMAN itu sementara ini belum ada dan masih khayalan tapi kita lihat aja nanti”)
(Sekali lagi ingat, evolusi dan mutasi gen alami selama jutaan tahun saja bisa menghasilkan hal yang mengejutkan seperti hidung gajah yang bisa berfungsi seperti tangan, Bayangkan evolusi yang dapat
dipaksakan oleh teknologi manusia jika diberi jutaan atau milyaran tahun kesempatan untuk teknologi tersebut berkembang/dikembangkan)
Mohon maaf kalau pertanyaan saya membuat saya terlihat (“terbaca” mungkin lebih cocok) seperti Fans Fanatik SPIDERMAN yang tidak terima dikatakan SPIDERMAN itu tidak ada (hahaha…). Tapi inti dari Pertanyaan-pertanyaan tersebut sebenarnya menggambarkan kegundahan saya, bahwa walaupun sains telah menjelaskan banyak hal kepada saya haruskah saya berhenti atau terpaku pada penjelasan yang bisa diberikan oleh sains pada saat ini. Haruskan saya berhenti open minded dan berhenti mencari alternatif terhadap kebenaran yang sedang berlaku untuk kebenaran lain yang lebih besar.
Sedikit cerita tambahan
Setelah memfomulakan persamaan matematika untuk teori relativitas umumnya, Einstein merasa tidak puas. Ini karena persamaannya tidak sejalan dengan alam semesta yang terlihat statis menurut pandangannya. Hasil dari persamaan yang ia buat harusnya menggambarkan alam semesta yang berkembang kemudian menciut karena kekuatan gravitasi. Untuk mengatasi ini ia menambahkan Konstanta Kosmologi pada persamaan tersebut sebagai suatu kekuatan anti gravitasi yang menahan agar alam semesta tetap statis. Tak lama kemudian pengamatan Edwin Hublle mengindikasikan kalau alam semesta ternyata tidak statis tetapi berkembang. Einstein kemudian menyatakan bahwa Konstanta Kosmologi adalah “Kesalahan Terbesar” yang pernah ia buat.
Selanjutnya selama puluhan tahun dipahami kalangan ilmuwan bahwa alam semesta berkembang melambat setelah Big Bang kemudian akan menciut karena kekuatan gravitasi seperti yang diprediksi persamaan matematika teori relativitas umum Einstein.
Lalu pada tahun 1998 dari pengamatan ditemukan kalau alam semesta berkembang semakin cepat, hal ini tidak sejalan dangan prediksi persamaan matematika teori relativitas umum Einstein. Sesuatu menciptakan ruang kosong diantara galaksi melawan kekuatan gravitasi. Para Ilmuwan pun menoleh kembali ke Konstanta Kosmologi yang diakui Einstein sebagai “Kesalahan Terbesar”-nya. Saat ini Konstanta Kosmologi selalu Diikutkan untuk perhitungan standar model alam semesta.
@Zman: kemampuan manusia menjelaskan sesuatu berkembang menurut jaman.
Jika kita gunakan skala persen, maka:
* Pada era pra-sejarah mungkin manusia cuma bisa memastikan penyebab terjadinya sesuatu sebesar 5%, sedangkan 95% ketidak tahuan tersebut dijelaskan melalui mitos, ulah dedemit, ulah dewa atau segala macam hal ghaib dan khayalan.
* Ketika sains mulai berkembang, manusia mungkin bisa memastikan 50% sumber terjadinya sesuatu, mitologi dan dedemit mungkin sudah digantikan oleh yang dinamakan mekanika fisika, hukum biologi atau banyak penjelasan ilmu yang lain. Yang ghaib mungkin tinggal takdir, karma, Tuhan atau sedikit khayalan.
* Sains terus berkembang dan semakin menggerus penjelasan ghaib ke sudut-sudut gak penting dan digunakan hanya oleh orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan yang luas.
Gerak sains menggusur yang ghaib ini adalah ekspansi satu arah, yang tidak akan berbalik.
Jika suatu saat ada teori sains yang ternyata salah, yang menggantikannya adalah teori sains lain yang lebih baik, bukan khayalan mistis dan ghaib.
Untuk Quiz yang anda ajukan, berikut ini jawabannya:
1. Di era Majapahit, saat anda cerita baru dibisiki guru anda dari Cina, pasti banyak yang percaya. Karena logika yang belum canggih, berbagai macam mitos dan khayalan bisa saja diterima tanpa filter logika. Asalkan meyakinkan, andapun bisa mengungkapkan fakta bahwa anda adalah titisan dewa, atau anda ceritakan bahwa semalam menjelma jadi babi ngepet misalnya. Lha wong sekarang saja masih banyak TV yang siarkan liputan hantu-hantu, pocong atau kuntilanak – lebih gilanya, kok masih ada yang percaya dan takut pada yang begituan?
2. Jika saat ini saya sedang nonton TV, dan anda cerita hal yang sama, maka mungkin saya justru besarin volume TV sambil bilang: “yang gak penting gitu aja kok cerita”, “ini Obama yang sedang siaran live pidato di amerika sepertinya lebih penting dari cerita tentang guru anda”…
3. Kalau saat ini anda cerita kemarin minum obat yg bisa ubah anda jadi Spiderman, tentu saya ambil buku trus baca gak pedulikan anda, lha wong secara teknologi saat ini belum mungkin perubahan DNA bisa terjadi hanya karena minum obat. Saya gak ingin terganggu atau ganggu keasyikan anda bermain imajinasi di kepala anda.
4. Mungkinkah Spiderman di masa depan? sumpah saya belum pernah ke masa depan!. Mengubah manusia dengan mengubah DNA-nya mungkin saja, tapi mengubahnya jadi Spiderman? ayolah… memangnya ada yang sekonyol itu? buat aja yang lebih berguna..
5. Lakukan seharian, kalau belum puas bisa sebulan penuh…
6. Ini pertanyaan mudah, ikut saja pelajaran statistik anak SMP.. mungkin anda segera akan dapat wangsit..
7. Spiderman mungkinkah ada? ya tentu mungkin saja, kadang kita under-estimate dengan kegilaan seseorang. Di Ripley’s Believe Or Not, ada orang yang terobsesi jadi harimau sehingga melakukan segala macam implan yang menyakitkan guna mewujudkan kegilaannya. Di masa depan teknologinya jauh lebih memungkinkan untuk mewujudkan kegilaan seseorang dengan batasan-batasan teknis tentunya.
Terima kasih (saya dapat hadiah quiz gak?)
Terima kasih atas tanggapannya.
Semoga semua ilmu yang sudah, sedang dan akan saya dan mas Judhi dapatkan dapat terus membuat kita semakin dekat dengan kebenaran yang Hakiki, Apapun itu.
Mengenai hadiahnya saya beri berupa rasa hormat dan salut kepada apapun yg sudah dicapai mas Judhi saat ini.
(
sebenarnya hadiah berupa apapun akan terurai habis dalam beberapa juta tahun, kemudian perasaan
atau akibat apapun yang pernah ditimbulkan akan hilang tak berbekas saat atom terakhir alam semesta
meluruh sekitar 10^40 tahun lagi.
Memang benar kata mas Judhi, “Realitas itu tai kucing!”.(Menurut sudut padang pengetahuan saat ini)
Ironis (hiks….) T_T.
)
@Zman: amin.., terima kasih do’anya
analogi manusia yang mencari tuhan mungkin seperti ikan di dalam air yang bertanya tanya mana air,,? padahal air meliputi di luar dan di dalam dirinya ,yang diperlukan ikan hanya menyadarinya saja,,,,
@Nor: pencarian dan pembuktian Tuhan dengan cara apapun pasti gagal.
Mungkin kita bisa renungi pesan Allah dalam hadits qudsi berikut:
Maka buatlah prasangka ideal tentang Tuhan menurut anda. Yakini dan hayati prasangka anda, maka anda akan bisa menemukan Tuhan dalam pengalaman kehidupan anda sendiri.
Seru banget. I do like this. Thank you mas Judhianto
@Jordy Danies: terima kasih..
Tuhan itu maha adil maha besar dan maha segalanya. ya namanya aja Tuhan zat yg paling segalanya, klo kita bisa melihat dia,berkomunikasi langsung dan meramalkan apa yg akan diperbuat olehnya perlu dipertanyakam tuhan itu bisa aja palsu, kyk firaun yg mengaku2 tuhan padahal dia manusia biasa. Kita tidak mungkin bisa liat langsung wujudnya melihat lamgsung matahari yg merupakan ciptaanya aja kita ga mampu harus pake kaca mata anti sinar UV dulu. Itulah manusia terlalu sombong dengan penalaranya yg katanya tak terbatas. Boleh saja kita berfikir bebas tapi kita renungkan dulu kita ini siapa, siapa yg memberi kecerdasan, punya otak alangkah lebih baik disumbangkan buat kepentingan kebaikan umat manusia. Drpd memperdebatkan keberadaan tuhan, yg mau jadi atheis monggo, yg mau percaya tuhan monggo balik lagi ke pilhan masing2 tidak perlu ada yg dipaksakan toh nanti akan sadar sendiri mana benar dan salah tanpa harus melakukan fitnah dan membolak balikan logika serta menganalisa hasil sience khayalan kecuali ada hasilnya seperti teknologi gps, dlldll. Seharusnya anda tidak percaya samanteori big band, blue band atau apa namanya itu oh ya big bang, mana buktinya cuma perhitungan matematis aja mana black hole saya ga perna lihat sama seperti pertanyaa anda mana tuhan saya ga perna lihat.
@Difa Kresnawan: yang anda sampaikan hanya satu di antara banyak versi Tuhan. Ada sekitar 3000 versi Tuhan yang dikenal dalam peradaban manusia.
Mana yang benar? repotnya tak satupun versi Tuhan itu bisa diverifikasikan dengan fakta yang bisa disetujui oleh semua orang.
Jadi pilih yang mana? terserah anda. Pilih saja salah satu versi, lalu murtad terhadap ribuan Tuhan yang lain. Gak masalah kok.
Takut ancamannya? lah bukankah dengan memilih salah satu Tuhan, berarti sudah mengabaikan ancaman Tuhan yang lainnya?
Jadi masalah dengan para Tuhan ini adalah mereka tidak berpijak pada fakta. Tuhan adalah murni produk dogma, pilihannya percaya atau tidak, tidak perlu dan tidak ada pengujian yang valid atas dogma-dogma tersebut.
Ini beda dengan teori ilmiah. Titik berangkatnya adalah fakta atau fenomena alam yang tak dimengerti. Ilmuwan membuat hipotesa tentangnya, mengujinya dan kalau lolos ujian, baru diterima sebagai teori. Jadi teori ilmiah adalah produk dari kenyataan.
Untuk pilihan, ada 2 macam
1. Percaya dogma yang tak bisa berubah, tapi tak berpijak pada kenyataan.
2. Percaya teori yang bisa setiap saat direvisi, tapi berpijak pada kenyataan.
Terserah anda kok..
Saya no komen bang! Tapi tulisan abang sdh dari dulu saya baca,telaah dan mencaei pengertiannya via nalar sederhana yang saya punya! Keep menulis, anda memiliki 1 pembaca yang tengah belajar mencari “tuhan” versi nya sendiri!
@Suana Beto: selamat mencari ! 🙂
Tuhan hanya sebuah imajinasi manusia, kesrakahan disematkan kepada mahluk yang disebut tuhan tadi dengan menyebut maha segalanya, akan tetapi bila dicermati, tuhan yang dibuat/imajinasikan tadi sifatnya tidak berbeda jauh dengan manusia cuma dilebihkan Saja. Manusia melihat tuhan maha melihat, manusia mendengar tuhan maha mendengar, manusia serakah dan pemarah, tuhan maha serakah dan maha pemarah. Jadi tuhan tadi tidak penah ada karena tidak bisa dibuktikan sama sekali keberadaannya, keberadaannya hanya diyakini dan dibentuk dari delusi yang meyakini tanpa bisa diklarifikasi kebenarannya.
kalau ada yang bertanya ada berapa tuhan di dunia, pasti banyak jawabannya. kalau ditanya siapa yang paling berkuasa, pasti manusia akan menjawab tuhannyalah yang paling berkuasa menurut keyakinan yang mereka anut. apakah ada asosiasi tuhan seperti PBB? mungkin aja, apakah mereka saling ber-kompromi? mungin aja. apakah hukumun untuk manusia dibicarakan dahulu sesama mereka? mungkin saja. apakah kematian satu manusia disepakati dahulu antar sesama tuhan mungkin saja. Tapi semua kemungkinan itu akan terjadi kalau tuhan terbukti ada dan ada tuhan diatas segala tuhan.
Salut pak yudhi… blh ikut nimbrung…???
Apakah alam semesta ini berawal & terbentuk dari ENERGI yg nihil ??
@Supri Yadi: salah satu penjelasan ilmiah tentang awal semesta adalah teori bigbang, yaitu massa, ruang dan waktu yang tercipta saat sebuah singularitas meledak.
Dari mana asal singularitas? bisa dari pusat lubang hitam atau tercipta begitu saja dari kehampaan akibat efek quantum fluctuation.
Jadi secara ilmiah memang ada kemungkinan semesta ini tercipta spontan dari kenihilan.
Menginspirasi bangeeet…..