Agama. Maknanya Apa?

Bapak yang duduk di samping saya mengaji. Ia membaca sebuah Qur’an yang kecil. Guncangan kereta Commuter Line yang sedang melaju tidak mengganggunya.

Bulan ini Ramadhan. Banyak pemandangan serupa anda temui di tempat-tempat shalat dekat perkantoran. Banyak pegawai yang mengganti waktu makan siangnya dengan membaca Qur’an.

Qur’an yang dibaca bapak di sebelah saya itu sudah agak lusuh, pasti sudah sering dibaca ulang. Kalau itu sebuah novel atau buku pelajaran, pasti dia sudah sangat mengerti isinya.

Membaca Qur'an
Membaca Qur’an

Apakah bapak di sebelah saya sudah sangat mengerti isinya? Saya tidak yakin.

Qur’an itu tidak dilengkapi dengan terjemahan Indonesia dan saya tidak yakin bapak itu paham bahasa Arab.

Lha kalau dibaca berulang-ulang tanpa mengerti isinya, untuk apa?

Qur’an: Dibunyikan Bukan Dimengerti

Qur’an memang sebuah buku, dalam salah satu ayatnya menyatakan: “Petunjuk bagi orang yang bertakwa”, yang berarti Qur’an adalah sebuah kumpulan informasi.

Tetapi dalam konteks keseharian kaum muslim, bukan itu fungsi utama Qur’an.

Kitab ini dibaca, dihafalkan, didengarkan bukan untuk dimengerti atau sebagai sumber informasi.

Hal ini juga tercermin dari ilmu-ilmu yang biasanya ditekankan saat kita belajar Qur’an. Ilmu Tajwid, Qiro’ah, Adab yang kita dapatkan adalah berkaitan dengan cara membunyikan Qur’an dengan baik dan benar dan sedekat mungkin sesuai dengan cara membaca penutur asli Qur’an yaitu orang Arab. Penekanannya pada bagaimana membunyikan Qur’an.

Ini sangat berbeda dengan bila kita mempelajari bahasa Inggris misalnya, dimana vocabulary, grammar, tenses menjadi titik berat pengajaran. Masalah tentang bagaimana menghilangkan cengkok Jawa kita dalam berbahasa Inggris, bukan hal yang terlalu penting. Belajar bahasa Inggris adalah belajar mengerti dan bisa menggunakannya,

Lha apa gunanya bunyi tapi gak ngerti? Apa tujuan hidup kita adalah menjadi loudspeaker? Jangan sinis gitu deh…

Agama Itu Kumpulan Ritual

Membaca Qur’an adalah salah satu ritual agama, sebagaimana halnya dengan Sholat, Puasa, Haji dan hal lainnya.

Muslim praying in Prayer Hall in Amman airport, Amman, Jordan, Middle East
Sholat, nilainya bukan pada fungsi gerakannya

Ritual agama itu memang mempunyai kegunaan praktis, seperti fungsi menyampaikan informasi pada Qur’an, akan tetapi kegunaan praktis itu bukanlah yang terpenting dari membaca Qur’an.

Makna ritual agama bukanlah pada mengambil kegunaan praktis dari tindakan ritual itu sendiri, akan tetapi lebih kepada aktivitas emosional untuk menundukkan diri dan mendekatkan diri pada Tuhan.

Membaca Qur’an berguna karena membuat kita menjadi lebih dekat kepada Allah dan bukan karena kita memahami apa makna ayat-ayat yang kita baca.

Melaksanakan sholat berguna karena membuat kita menjadi lebih dekat kepada Allah dan bukan karena sholat itu adalah semacam senam yang menyehatkan.

Melaksanakan ibadah Haji berguna karena membuat kita lebih dekat kepada Allah dan bukan karena kita lebih memahami sejarah Nabi Ibrahim atau makna lainnya.

Agama secara umum adalah kumpulan disiplin ritual yang akan membuat diri kita dekat kepada Tuhan, memberikan ketenangan hidup dan membuat kita merasa bahwa hidup kita bermakna.

Memandang agama sebagai kumpulan ritual, membuat kita bisa memahami bagaimana Islam bisa dijalankan oleh semua lapisan masyarakat.

Untuk bisa mengambil manfaat membaca Qur’an, tidak diperlukan kemampuan bahasa Arab, kemampuan memahami konteks sosial saat suatu ayat diturunkan, dan lain-lain.

Untuk bisa mengambil manfaat sholat, tidak diperlukan pemahaman anatomi manusia kenapa gerakan itu begitu, apa manfaat kesehatannya dan lain-lain.

Untuk bisa mengambil manfaat Haji, hanya diperlukan kemampuan finasial dan jasmani, pemahaman tentang asal-usul ibadah Haji, fungsinya bagi membentuk persatuan umat dan lain-lain tidaklah begitu penting.

Syarat utama untuk memperoleh manfaat ritual adalah kita mau melakukannya dengan sungguh-sungguh dan teratur. Jika syarat itu dipenuhi, maka perasaan dekat kepada Tuhan akan tumbuh, yang pada gilirannya akan membangkitkan manfaat-manfaat lain bagi jiwa kita.

Kedekatan Dengan Tuhan, Apa Pentingnya?

Jika hidup adalah ukuran realitas saja, maka hidup kita adalah kekecewaan, sebuah tragedi.

Betapa tidak, ada banyak orang yang hidupnya jauh lebih beruntung dari kita, banyak orang yang menjalani hidupnya dengan pengalaman yang jauh lebih menarik dari hidup kita, banyak orang yang lebih dihormati dari kita.

Hidup sepertinya berarti hanya untuk orang yang berkecukupan, terkenal dan dihormati. Tak ada gunanya hidup ini bila kita menjalani dalam kekurangan, kesusahan.

Tetapi ada hal lain setelah realitas, dan itu hanya bisa kita dapatkan bial kita mau berpartisipasi dalam mendekati Tuhan.

Seorang pengemis cacat masih bisa berterima kasih kepada Allah ketika ia menerima derma dari orang lain. Ia menganggap kesialannya adalah cobaan dari Allah yang suatu saat digantikan dengan yang lebih baik.

Jika ia tidak dekat dengan Allah, ia mungkin mengumpat: “Kenapa aku berterima kasih kepada Allah atas recehan ini, sementara Allah mengambil kesehatanku dan memberikan hidup yang serba kekurangan ini?”

Dalam ukuran realitas, hidup seorang pengemis cacat adalah tak berguna bagi siapapun. Bagi sang pengemis yang dekat dengan Allah, hidupnya tidak sia-sia, ia bersyukur dengan cobaan yang telah diberikan Allah kepadanya dan yakin kesabarannya akan diganti dengan kebahagiaan hidup di akhirat kelak.

Bagi seorang beragama yang dekat dengan Tuhannya, tak ada yang sia-sia dengan hidup ini. Ia akan bisa menemukan sekecil apapun alasan untuk berbahagia, untuk berterima kasih kepada Allah.

Bukankah bisa menemukan makna hidup dan menemukan kebahagiaan atas sekecil apapun alasan adalah tujuan yang patut diperjuangkan?

Harus Bagaimana?

Jika anda ingin mendapatkan pengalaman dekat dengan Allah, endapkan sejenak rasionalitas anda saat menjalankan ritual agama. Laksanakan dengan sepenuh hati.

Saat anda sholat, jangan berpikir tentang manfaat sholat, jangan berusaha menerjemahkan bacaan sholat itu dalam hati. Lakukan saja dan nikmati pengalamannya.

Saat anda puasa, jangan pikirkan tentang manfaat puasa atau persiapan diri agar tak sakit. Jalankan saja dan nikmati pengalamannya.

Ritual harus dilakukan sepenuh hati dan buka diri anda untuk untuk menikmati pengalamannya.

Saya yakin anda akan mengalami perasaan dekat dengan Allah, khusyu’ dan tenang.

Suatu pengalaman yang tak akan anda temui saat berdiskusi tentang makna Qur’an, atau manfaat sholat dan puasa bagi kesehatan.

Makna Lain Agama

Bagaimana dengan apa yang sering diungkapkan pengkhotbah: “Islam adalah petunjuk kehidupan yang lengkap?”

Lupakan saja dahulu…

Saya akan tuliskan dalam artikel yang berbeda. Tulisan ini sudah cukup panjang.

Judhianto

Pencari jawab amatir, bertanya apa saja...

40 Respon

  1. riand berkata:

    kalo berdasarkan hadis kata rasulullah agama itu adalah nasehat 🙂

  2. Hartono berkata:

    Bpk Judhianto Ysh,

    Jujur baru 2 minggu ini saya menemukan situs ini dan saya sangat menikmati saat membaca-baca tulisan Bapak. Belum banyak yang saya bisa baca karena kesibukan rutinitas sehari-hari.

    Ada hal yg sampai dengan saat ini masih menjadi pertanyaan dalam pikiran saya. Hampir semua agama didasarkan pada prinsip “causa prima”, ada sebab ada akibat. Anda berbuat jahat, anda masuk neraka. Anda berbuat baik, anda masuk surga.

    Pertanyaan saya, apakah prinsip “causa prima” ini memang merupakan prinsip utama alama semesta?

    Mohon pencerahan, terimakasih.

    • Judhianto berkata:

      @Hartono: apakah “Causa Prima” merupakan prinsip semesta?

      Ini masalah keyakinan saja.

      Causa Prima mengatakan bahwa semua yang ada di semesta ini merupakan hasil rangkaian sebab-akibat, dan di pangkalnya ada pribadi penyebab yang tidak disebabkan oleh apapun. Pribadi ini disebut Tuhan.

      Apakah ada bukti yang bisa diverifikasi untuk mendukung pandangan ini? Tidak ada.

      Dasarnya hanya keyakinan saja.

      Kenyataannya? Bisa jadi ada pribadi tersebut, bisa jadi ini adalah rangkaian tanpa ujung, bisa jadi ini loop tertutup yang berulang pada dirinya sendiri, bisa jadi pangkalnya berupa hukum universal yang bukan sesuatu pribadi.

      Banyak kemungkinannya, dan saat ini semuanya di luar pembuktian kita.

      Jadi, Causa Prima itu cuma salah satu keyakinan yang belum bisa dibuktikan kebenarannya. Yakin boleh, yakin dengan yang lainnya juga tak jadi masalah, karena akhirnya toh tak bisa diverifikasi.

Perkaya tulisan ini dengan pendapat Anda

error: Hargai hak cipta penulis !!
%d blogger menyukai ini: