Masih ingat Trilogi Film Matrix?

Dalam film itu, betapa seluruh kehidupan manusia saat itu hanyalah terjadi dalam jaringan komputer raksasa.

Seluruh sensani fisik yang menyertai realitas alam, tidak lagi berasal dari indera kita, tetapi dimasukkan oleh komputer yang terhubung ke sistem syaraf manusia.

Luar biasa. Sejuknya angin berhembus, nikmatnya makanan yang ditelan dan segala sesuatu yang tampak dan terasakan; ternyata hanyalah hasil dari sinyal komputer yang disuntikkan langsung ke dalam sistem syaraf para manusia di Matrix.

Film The Matrix, realitas dalam mesin
Film The Matrix, realitas dalam mesin

Secara logika konsep yang ditawarkan film tersebut masuk akal. Problemnya adalah teknologi kita saat ini masih belum mampu mewujudkannya.

Simulator Super Canggih

Apa kesulitannya?

Harus ada program super rumit yang mampu menirukan semua parameter suatu obyek yang ditampilkan.

Sebuah batu, misalnya akan mempunyai parameter ukuran, berat, bahan pembentuknya, kekerasannya dan lain lain. Parameter diperlukan untuk menyediakan reaksi realistis pada manusia bila misalnya batu itu dilemparkan kepada seseorang.

Kenyataannya, agar simulasi yang dihasilkan realistis, semua obyek yang ada dalam lingkungan seseorang harus diperhitungkan secara cermat. Batu yang diinjak, angin yang berhembus, pakaian yang dipakai dan sebagainya. Ribuan bahkan lebih obyek yang harus diproses. Butuh simulator super canggih untuk memprosesnya.

Simulator canggih harus memasukkan realitas langsung ke otak
Simulator canggih harus memasukkan realitas langsung ke otak

Itu untuk satu orang. Untuk jutaan orang seperti dalam film Matrix, ribuan super komputer saat inipun rasanya belum mampu menyediakannya.

Matrix Di Masa Depan Mungkinkah?

Ingat Moore’s Law. Ramalan ini mengatakan bahwa setiap antara 18 sampai 24 bulan  jumlah transistor yang dapat dimasukkan dalam mikroprosesor meningkat 2 kali.

Moore’s Law dinyatakan pada tahun 1965, dan ternyata terbukti kebenarannya lebih dari 45 tahun sampai sekarang.

Bagaimana jika ramalan itu terus bertahan di masa depan? Suatu super komputer yang mampu menyediakan realitas Matrix mungkin bisa terwujud.

Jika Terwujud, Untuk Apa?

Banyak yang bisa kita bayangkan untuk penggunaan Matrix di masa depan.

Paling tidak untuk meningkatkan derajat realitas simulator yang selama ini sudah banyak dibunakan di bidang militer, kedokteran dan sains. Saya tidak akan membahasnya.

Saya tertarik bercerita tentang penggunaannya diperjalanan antariksa.

Perjalanan Antariksa

Menjelajahi wilayah baru untuk mencari penghidupan baru merupakan panggilan yang kuat dalam diri manusia.

Pada masa lalu, ribuan manusia mengambil resiko menyeberangi lautan dari Eropa menuju Benua Amerika untuk mencari kehidupan baru. Mereka menanggung resiko menghadapi alam yang masih liar, suku-suku indian yang marah serta gerombolan koboi jahat yang mengambil keuntungan.

Pada masa depan menurunnya daya tampung bumi mungkin bisa memicu penjelajahan antariksa serupa untuk mencari masa depan baru.

Saat ini di tatasurya, belum ditemukan lokasi sebagus bumi yang mendukung kehidupan manusia. Harapan mungkin terletak di planet lain yang berada di luar tatasurya kita.

Masalahnya adalah jarak dan waktu.

Bintang terdekat, Alpha Centauri, sejauh 4,2 tahun cahaya.

Dengan kendaraan tercepat yang secara teoritis bisa dibangun saat ini, yaitu roket dengan teknologi Nuclear Pulse Propulsion, jarak itu bisa ditempuh dalam 85 tahun. 1)

Dengan Nuclear Pulse Propulsion, kita bisa capai bintang terdekat, Alpha Centauri dalam 85 tahun
Dengan Nuclear Pulse Propulsion, kita bisa capai bintang terdekat, Alpha Centauri dalam 85 tahun

85 tahun adalah lebih dari waktu satu generasi manusia. Para penjelajah akan meninggal sebelum pesawat sampai. Konsekwensinya, mereka harus beranak pinak selama dalam perjalanan tersebut, sehingga saat mendarat kelak pesawat berisi generasi baru keturunan penjelajah yang berangkat.

Generasi yang dibesarkan dalam Matrix

Untuk berkembang normal secara psikologi, manusia membutuhkan lingkungan hidup yang seperti di bumi. Hidup melayang dalam pesawat yang terbatas tidak akan memberikan pengalaman yang ideal bagi generasi baru yang akan dilahirkan.

Matrix dapat digunakan untuk memberikan sensasi pengalaman hidup di bumi, dengan budaya masyarakat bumi.

Generasi baru mungkin akan menghabiskan sebagian besar waktunya hingga masa remaja dalam Matrix.

Bayi yang lahir dan diasuh dalam Matrix
Bayi yang lahir dan diasuh dalam Matrix

Mengenal bumi secara fisik seperti merasakan  sinar matahari, berlarian di padang rumput, naik sepeda dan basah kuyup dibawah hujan deras tidak akan mereka temui dalam pesawat antariksa.

Begitu juga mengenal budaya bumi dengan bersekolah, berinterasi sosial, hidup dalam budaya orang tua serta budaya lainnya tidak akan mereka alami dalam pesawat.

Mereka akan mengalaminya dalam Matrix.

Matrix juga akan digunakan untuk mengenalkan lingkungan planet baru yang akan mereka datangi. Mereka akan berlatih hidup di planet tujuan berdasarkan informasi kondisi planet baru mereka. Diharapkan mereka akan segera siap menghadapi apapun yang terjadi saat mereka benar-benar menginjakkan kaki di planet baru mereka.

Mimpi Buruk

Bagaimana bila ternyata dari Matrix bisa muncul karakter semacam Agen Smith yang berniat menghancurkan manusia?

Agent Smith, intelegensi buatan yang berambisi menjadi penguasa Matrix
Agent Smith, intelegensi buatan yang berambisi menjadi penguasa Matrix

Waduh… saya juga kuatir…


Referensi:
1)
How Long Would it Take to Travel to the Nearest Star?