Bilangan i, Cinta dan Tuhan. Apa maksudnya?
Ketiga hal tersebut adalah sesuatu yang berbeda tapi dalam suatu hal mereka memiliki kemiripan.
Saya akan coba jelaskan satu persatu untuk memudahkan kita mendapat gambarannya.
Bilangan i
Kalau anda tidak mempunyai background kuliah di Matematika, Elektro, atau Fisika teoritis mungkin anda tidak familiar dengan bilangan i ini.
Bilangan i adalah pengganti untuk akar dari minus satu.
Dalam logika normal semua bilangan bisa dicari akarnya kecuali bilangan minus, karena tidak ada bilangan yang jika dikalikan dengan dirinya sendiri menghasilkan bilangan minus.
Bilangan ini tidak ada dalam realitas. Bila semua angka anda jejerkan dalam suatu garis yang sangat panjang, anda tidak akan dapat menemukan tempat yang cocok untuk bilangan i. Ini adalah bilangan khayalan (=imaginer) hasil akal-akalan ahli matematika untuk membantu berbagai perhitungan sangat rumit.
Ia tidak ada dalam realitas, tetapi tanpa dia, kita tidak dapat mendapatkan perhitungan yang tepat untuk mengukur daya listrik, kuat medan elektromagnet yang dihasilkan radar, perhitungan lintasan atom dalam akseletaror partikel dan banyak perhitungan rumit lainnya.
Bilangan i adalah bilangan Ghaib, tetapi ia nyata pengaruhnya dalam realitas.
Cinta
Sebagai mahluk hidup, salah satu tujuan biologis kita adalah berkembang biak untuk melestarikan spesies kita. Tujuan ini tercetak dalam gen kita, tertanam di alam bawah sadar kita.
Ketika secara biologis kita siap, alam bawah sadar mulai menyetir kita. Saat kita bertemu dengan lawan jenis yang secara biologis sesuai sebagai pasangan seksual serta cocok secara sosial, alam bawah sadar kita membisiki kita: “Gila… dia cakep banget…”. Sistem hormon mulai kita membanjiri pusat-pusat kesenangan kita di otak dengan dopamin. 1)
Kita menjadi ketagihan. Siang-malam kita tak henti berpikir tentang sang buah hati. Kita jatuh cinta.
Setelah mempunyai anak, persekongkolan rumit ini bekerja dengan tujuan yang lain. Sukses tidaknya kita sebagai spesies ditentukan dengan berhasil atau tidaknya kita melakukan pengasuhan terhadap anak kita. Ikatan keluarga, ikatan kasih sayang orangtua terhadap anak sangat penting.
Ketika anak kita yang baru belajar menendang kita, sistem hormon kita kembali membangkitan pusat-pusat kesenangan otak kita. Kita tertawa, bukannya marah.
Apakah anda bisa menemukan lokasi cinta dalam tubuh anda? di jantung, seperti yang digambarkan orang atau di otak?
Anda tidak akan bisa menemukannya. Cinta adalah organ abstrak dalam tubuh kita, ia adalah hasil persekongkolan dorongan reproduksi, sistem hormon dan realitas dunia kita.
Cinta adalah Ghaib, tetapi tak ada orang yang menyangkal pengaruhnya dalam kehidupan kita. Anda tak bisa mengabaikannya.
Tuhan
Anda pernah bertemu Tuhan? atau anda bisa menunjukkan saya orang yang pernah bertemu Tuhan?
Saya yakin anda tidak pernah bertemu Tuhan, juga milyaran manusia yang hidup saat ini di muka bumi. Mereka yakin ada Tuhan karena mereka diberitahu oleh para Nabi. 2)
Berdasarkan data sains terbaru, Fisikawan nomor satu duniia Stephen Hawking mengatakan Tuhan tidak diperlukan dalam penciptaan semesta, surga itu tidak ada. Ilmuwan lain Richard Dawkins seorang ahli Biologi terkemuka mengatakan semua proses kehidupan dapat dijelaskan dengan teori evolusi, Tuhan tidak ada, ia adalah hasil kreasi spektakuler terbesar manusia.
Ilmuwan membuktikan Tuhan tidak ada, tetapi apakah anda menyangkal jejak Tuhan yang spektakuler di dunia ini? Ribuan tahun peradaban Mesir di barat, ribuan tahun peradaban China di Timur, Khilafah Islam dengan pencapaian ilmu yang gemilang, Kerajaan-kerajaan Kristen di Eropa; semuanya digerakkan oleh kekuatan kreatif agama, kekuatan yang berintikan penyembahan kepada Tuhan. 3)
Tuhan tidak terbukti ada dalam realitas yang kita alami, ia ada dalam realitas yang lain.
Tuhan itu Ghaib, tetapi karena kepercayaan kepada Tuhanlah kita sampai kepada peradaban yang luar biasa saat ini.
Apakah Kita Bisa Mengabaikan Yang Ghaib?
Buang bilangan i dari semua perhitungan kita, dan kita tidak akan pernah bisa menemukan radio, televisi, internet dan perjalana manusia ke bulan.
Abaikan cinta dari proses perjodohan kita dan pengasuhan anak, dan kita akan menjadi robot bengis yang menjalani hidup dengan hampa, atau bahkan dengan hati remuk redam.
Abaikan Tuhan dalam kehidupan kita, dan kita akan menggantikan tempat Tuhan di hati kita dengan nafsu kita, kegilaan kita terhadap kekuasaan.
Ini seperti yang ditunjukkan oleh pengaruh filsafat Nietze terhadap kegilaan Nazi pada Perang Dunia II.
Ini yang juga ditunjukkan oleh rezim psikopat Korea Utara yang menjadikan pemimpin Kim sebagai dewa mereka dengan segala macam ritual yang tak masuk akal.
Tantangan Untuk Yang Ghaib Di Masa Depan
Dari tiga hal yang saya sebut, ada kecenderungan yang bisa kita lihat tentang sikap kita terhadapnya di masa depan.
Bilangan i akan mendapatkan lebih banyak teman dari hasil kerja para saintis. Posisinya akan semakin kuat.
Fisika teoritis menyumbangkan banyak sekali hal-hal ghaib baru, yang hanya terbukti secara teoritis tetapi belum atau bahkan tidak akan bisa dibuktikan secara nyata.
Fisika quantum meramalkan adanya semesta pararel dengan versi diri kita yang lain didalamnya, realitas yang subyektif. Semuanya nyata dalam perhitungan dan efeknya didunia tetapi tidak pernah bisa dibuktikan keberadaannya, kecuali dalam film-film fiksi.
Cinta akan mendapat tantangan dari kemampuan kita untuk sepenuhnya mengontrol proses reproduksi. Seks yang menjadi inti proses reproduksi telah bisa reduksi menjadi semacam kesenangan saja. Seks tidak lagi membutuhkan tanggung jawab karena tidak lagi terhubung langsung dengan proses pengasuhan anak.
Ikatan jangka panjang dalam keluarga terancam oleh godaan untuk mendapatkan kesenangan seks yang terlepas dari tanggung jawab.
Cinta yang agung sepertinya terancam jatuh menjadi cinta picisan yang murahan.
Tuhan akan mendapat banyak perlawanan karena agama menjadi semakin ketinggalan jaman. Semakin banyak klaim-klaim agama yang diruntuhkan oleh sains, fundamentalisme agama yang mengancam kemanusiaan dan susahnya ajaran agama untuk berubah.
Problem pada agama-agama formal inilah yang saat ini menjadi serangan bulan-bulanan para pendukung atheisme garis keras yang menyerukan dihapuskannya agama-agama.
Tugas Kita
Dari tiga hal di atas sepertinya Cinta dan Tuhan mendapat tantangan yang berat. Cinta dan Tuhan adalah pembentuk utama kemanusiaan kita. Tanpa Cinta dan Tuhan sepertinya kita tidak lagi menjadi manusia yang utuh.
Sepertinya tugas kita ke depan adalah mencari cara, bagaimana kita bisa mempertahankan Cinta dan Tuhan dalam hidup kita.
Benarkah pendapat saya?
Bagus mas tulisannya nanti saya baca lagi untuk judul judul yang lain.
Mas spiritualis juga ya ?
Pratomo: Terima kasih untuk pujiannya.
Apakah spiritualis? saya cuma orang yang gelisah …
saya setuju Mas Judhianto….
Tak peduli ada benar atau tidak, eksistensi Tuhan tetap kita perlukan, sebagai “pagar” sekaligus “tujuan”. Dengan begitu hidup manusia tidak jadi tak karuan, dan dengan sebuah titik akhir yang bernama Tuhan, ada dorongan untuk selalu hidup baik, agar kelak diterima sang Tuhan masuk dalam istananya (meski keberadaan surga juga belum tentu benar adanya)
salam.
@Vera: benar kita dapat memanfaatkan sosok Tuhan untuk menjalani hidup secara optimal. Tetapi tentu itu bukan satu2nya jalan mengoptimalkan hidup.
Terima kasih komentarnya.
Alhamdulilah, aku telah menemukan premis ini yang merupakan tangga yang secara deduktif dalam menjalani hidup di sekitar masyarakat yang majemuk, dan diharapkan menemukan kedamaian.
Sesuatu yang kucari semejak berada didunia ini. Semoga terbaca oleh mereka yang menggunakan agama untuk mencari setumpuk duit, wanita, dan kedudukan.
Terimakasih Judhianto.
@H. Bebey: terima kasih komentarnya, semoga tulisan saya bisa memberi manfaat.
Dalam renunganku dimalam sepi, dingin, guna memahami pencerahan yang kudapati dari ‘nonton dunia’ hanya bisa terluncurkan pujian…luar biasa.
Mas Judhi katanya bekerja sendiri, tapi hasanah keilmuannya begitu luas, sesuatu keputusan cerdas dalam mengamalkan ilmunya tanpa takut diteror, seperti al Qimni dari universitas Alazhar, sehingga timbul dalam diriku dalam mewujudkan keinginan membuat biografi diriku, ….apakah diijinkan mensitir buah pikiran mas Judhi, terutama bilangan i itu.
Pesan yang tersirat sering aku kemukakan pada anak didik apakah itu s1, s2, s3 dalam memahami kehidupan di dunia ini sebelum aku bertemu dengan ‘nonton dunia’, dan alhamdulilah pemahaman yang begitu sederhana dan bermakna bagi diriku.
Wassalam
H. Bebey
@H. Bebey: saya tersanjung, sungguh.
Silakan diambil yang bermanfaat, dikritisi yang mungkin salah.
woooowwww . . . keren , sangat realistik . . .
Veki Lerik: wooww terima kasih…
assalamualaikum. warohmatullah wabarkah warahmah
@Ahmad Yani: wa’alaikum salam warohmatullohi wabarokatuh
ada satu agama yang tidak memiliki tuhannya. Yaitu Buddhism.
Sang Buddha tidak pernah menyebut dirinya sebagai Tuhan, juga tidak pernah meminta kepada pengikutnya untuk men-Tuhan kan beliau.
para pengikut ajaran SAng Buddha (khususnya para Bhikku yang sudah mencapai meditasi tingkat tinggi) sudah hidup tanpa tuhan sama sekali, tetapi mereka mampu untuk hidup damai, tenteram dan bebas dari segala nafsu.
Silahkan kunjungi beliau beliau (forest monks) di vihara vihara hutan (Forest temples) baik di Thailand, Myanmar, Srilanka… atau gak usah jauh jauh.. bisa juga di temui di Bali, Batu Malang atau di Candi Mendut.
Bilangan i , Cinta dan Tuhan .. betul betul tidak berarti bagi beliau beliau ini atau bahkan bisa jadi sudah tidak exist lagi didalam diri mereka.
bingung ??
@Joseph: benar sekali, Buddhism tidak berbicara tentang Tuhan. Agama ini membuang (atau tidak menganggap penting) pusat imajiner yang dinamakan “Tuhan” dalam kehidupan penganutnya. Akan tetapi Buddhism menciptakan pusat imajiner lain yang disebut “bebas dari keterikatan dengan segala sesuatu”.
Sebagaimana dengan agama lainnya, pada satu titik optimumnya, pusat ini akan mampu mengalirkan energi positif pada kehidupan manusia seperti dorongan beramal, mengabdi tanpa pamrih, kedamaian dan ketentraman hati, berkorban demi kemanusiaan dan lain=lain.
Akan tetapi pada sisi ekstrimnya, kedua varian sistem imajiner ini mempunyai efek merusak yang lainnya.
Pada agama bertuhan, obsesi akan kesempurnaan Tuhan bisa mendorong penganutnya untuk memaksakan kesempurnaan pada dunia mereka. Sikap “sok benar sendiri”, tidak toleran kepada yang beda, hingga mengabaikan kemanusiaan untuk memusnahkan yang dianggap musuh Tuhannya; adalah manifestasi ekses berlebihan umat bertuhan ini. Pada sisi ekstrim ini, mereka akan menjadi ancaman bagi masyarakat umum.
Pada agama tanpa Tuhan, obsesi akan “bebas dari apapun” bisa mendorong penganutnya untuk meninggalkan sama sekali dunia dan kehidupan mereka sendiri. Tekad menjadi “pertapa” membuat mereka bisa mengabaikan sama sekali kebutuhan diri mereka sendiri sebagai mahluk hidup dan sebagai mahluk sosial. Karena tak terikat dengan apapun didunia, mereka bisa sama sekali meninggalkan pekerjaannya, keluarganya beserta semua tanggung jawab sosial yang melekat dalam hubungan tersebut. Pada sisi ekstrim ini, mereka bisa sangat asyiknya dengan “kedamaian batinnya” sehingga seolah-olah “hilang” dari kehidupan masyarakat. Pada “para pertapa” ini, masyarakat sudah tak bisa mengharapkan kontribusi sosial mereka.
Kedua tipe agama ini, mempunyai sisi buruk pada sisi ekstrimnya.
Jadi harus bagaimana?
Bagi saya, apapun agamanya, beragamalah dengan santai…
Agama adalah alat kehidupan anda, jangan sampai agama memperalat hidup anda..
Agree with you, “Beragamalah dengan santai..tanpa diperalat oleh agama itu sendiri”
Free from attachment and LEt it Be.!
Music Mode ON (Beatles) : “Let it be… let it be.. let it be.. Whisper words of wisdom.. let it be..”
MENCARI TUHAN:Setiap benda atau zat pasti memiliki sifat.Sifat melekat pada zat,zat dan sifat tak pernah berpisah.Sekecil apapun zat atau partikel pasti bisa di jumpai,dilihat atau dikenali.Setiap zat yang bisa dijumpai pasti bukan TUHAN.Lalu pantaskah jika manusia mengaku pernah berjumpa dengan TUHAN?….Jika TUHAN tak dapat dijumpai lantas dimanakah DIA? TUHAN ada dalam pikiran kita.Lho lho lho wah ini kafir nomer wahid.Tunggu dulu…..mari kita renungkan.Jika anda punya uang disaku lalu hilang,pasti anda mencari sampai ketemu,jika tak kunjung ketemu apa lantas uang anda hilang? wah ya pasti dong.Memang uang anda hilang secara fisik,tapi pada hakekatnya uang anda masih ada,uang anda telah masuk dalam pikiran anda.Begitu juga TUHAN,DIA ada dalam pikiran kita.TUHAN ada jika kita anggap ada,TUHAN tidak ada jika kita anggap tidak ada.Masih pantaskah jika ada manusia yang mengaku bisa berjumpa TUHAN…..pretttt pretttt pretttt itulah kata yang pantas untuk orang yang mengaku bisa bertemu TUHAN.