Cegah Zina, Peliharalah Budak Seks

“Cegah Zina, Peliharalah Budak Seks!”

Jika anda mendengar saran di atas, apa yang terpikir oleh anda tentang si pemberi saran ini?

Pasti terpikir dipikiran anda, si pemberi saran adalah seorang laki-laki hedonistik yang psikopat. Seorang maniak seks, pemuja dunia yang jauh dari kehidupan religius. Bila tebakan anda salah, profilnya pasti tak jauh dari bayangan di atas.

Terkejutlah! ya, siapkan diri anda untuk terkejut!

Saran di atas datang dari seorang politikus. Ups… kok bisa.

Anggota parlemen Kuwait yang mengusulkan pelihara budak sex
Salwa al-Mutairi, anggota parlemen Kuwait yang pada tahun 2011 mengusulkan pelihara budak sex

Dan untuk melengkapi keterkejutan anda, politikus itu berasal dari negara Islam, Kuwait. Dia bahkan mengaku didukung oleh sejumlah mufti di Arab Saudi. Dan hebohnya lagi dia adalah seorang wanita!

Astaga….. Berita ini nyata dilaporkan pada tanggal 8 Juni 2011. Anda dapat membacanya di sini: [Tempo: Politikus Kuwait: Cegah Zina, Peliharalah Budak Seks].

Astaga… apakah pernyataannya ini tidak bertentangan dengan background Islam dari orang ini?

Sayangnya secara syariah, orang ini benar. Lha kalau begitu sebenarnya bagaimana aturannya dalam Islam?

Budak, Manusia Sebagai Properti

Akar pendapat aneh ini adalah akomodasi Islam terhadap sistem perbudakan.

Budak adalah manusia yang diperlakukan seperti hewan ternak.

Budak Persia yang diikat, dalam sebuah gambar kuno
Budak Persia yang diikat ke sebuah tonggak, dalam sebuah gambar kuno

Budak tidak beda dengan sapi. Anda dapat membelinya di pasar seperti anda membeli sapi.

Anda bisa menyuruhnya mengerjakan apa saja. Secara hukum ia harus patuh mutlak kepada pemiliknya apapun perintah pemiliknya. Anda mencambuknya, memisahkan dari anaknya atau apapun itu, adalah hak anda.

Nabi Muhammad di utus pada era dimana perbudakan adalah suatu hal yang wajar.

Para budak adalah tenaga kerja untuk semua pekerjaan kasar, berat dan berbahaya. Para budak adalah pendukung sistem ekonomi dan sosial saat itu.

Ajaran Islam tidak menyukai perbudakan dan bahkan menganjurkan pembebasan budak. Akan tetapi Islam tidak melarang perbudakan, suatu aturan yang mungkin bisa memberikan guncangan besar sistem ekonomi dan sosial saat itu, suatu hal yang bisa menggagalkan prioritas utama Nabi, yaitu menyampaikan Islam.

Budak Seks, Dari Mana Dalilnya

Jika budak boleh diperlakukan apa saja, apakah itu termasuk sebagai pemuas seks? Ya.

Suasana pasar budak. Calon pembeli memeriksa budak yang akan dibeli
Lukisan suasana pasar budak. Calon pembeli memeriksa budak yang akan dibeli

Dalam Qur’an dijelaskan:

Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak-budak yang mereka miliki, maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa yang mencari di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas [QS. Al-Mukminuun : 5-7]

Dan (diharamkan bagi kamu mengawini) wanita yang bersuami kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk dikawini bukan untuk berzina. …. [QS An-Nisaa’ :24]

Ayat diatas adalah landasan bolehnya berhubungan seks dengan budak wanita. Dibagian kedua, status perkawinan budak tidak menjadi halangan untuk mengambilnya sebagai budak seks.

Contoh Nabi: Maria al-Qabtiyya

Apakah ada contoh dari Nabi untuk hubungannya dengan budak wanita? Ada.

Setelah Nabi berkuasa di Madinah, beliau mengirim utusannya ke beberapa raja dan pemimpin di wilayah arab untuk mengajak masuk Islam. Salah satu utusannya dikirim ke Muqauqis, penguasa Mesir masa itu. Muqauqis menolak masuk Islam, akan tetapi mengirimkan beberapa hadiah kepada Nabi sebagai tanda persahabatan.

Diantara hadiah dari Muqaquis adalah dua orang budak wanita: Maria al-Qabtiyya dan saudarinya Sirin. Nabi mengambil Maria dan menghadiahkan Sirin ke sahabat yang lain.

Maria sangat cantik, sehingga menimbulkan kecemburuan istri-istri nabi yang lain,

Aisyah mengungkapkan rasa cemburunya kepada Mariyah, “Aku tidak pernah cemburu kepada wanita kecuali kepada Mariyah karena dia berparas cantik dan Rasulullah sangat tertarik kepadanya. Ketika pertama kali datang, Rasulullah menitipkannya di rumah Haritsah bin Nu’man al-Anshari, lalu dia menjadi tetangga kami. Akan tetapi, beliau sering kali di sana siang dan malam. Aku merasa sedih. Oleh karena itu, Rasulullah memindahkannya ke kamar atas, tetapi beliau tetap mendatangi tempat itu. Sungguh itu lebih menyakitkan bagi karni.”

Maria menjadi pergunjingan ramai diantara istri-istri Nabi. Allah sampai menurunkan teguran terhadap para istri Nabi dalam surah At-Tahrim :1–5.

Karena sikap para istrinya, Nabi menempatkan Maria tinggal di rumah yang terletak di pinggir Madinah, terpisah dari istri-istri Nabi lainnya yang tinggal bersama Nabi disamping masjid.

Setelah satu tahun, Maria hamil. Suatu hal yang membuat istri-istri Nabi yang lain semakin cemburu, karena pernikahan mereka dengan Nabi selama ini tidak menghasilkan keturunan. Maria melahirkan bayi laki-laki yang oleh Nabi diberi nama Ibrahim. Ibrahim meninggal di usia sembilan belas bulan karena sakit. Rasulullah mengurus sendiri jenazah anaknya kemudian beliau menguburkannya di Baqi’.

Status Maria tidak begitu jelas. Ada yang mengatakan Nabi akhirnya menikahinya, dan ada pula yang mengatakan Nabi tidak pernah menikahinya.

Selir Para Khalifah

Secara hukum, seorang Muslim boleh memiliki paling banyak empat istri. Akan tetapi tidak ada batas jumlah budak wanita yang boleh digaulinya.

Suasana di dalam Harem.
Lukisan suasana di dalam Harem.

Ketentuan diatas yang mendasari timbulnya tradisi memelihara selir dikalangan orang kaya dan juga Khalifah di negara Islam.

Dalam catatan sejarah, Ismail Ibn Sharif, Sultan Maroko 1672-1727, mempunyai lebih dari 500 orang selir dan lebih dari 1000 orang anak dari para selir itu.

Para selir adalah budak wanita cantik yang dibeli khusus untuk keperluan seksual. Dalam Khilafah Ottoman di Turki, para budak wanita itu dibeli saat menjelang remaja. Mereka mendapatkan perawatan dan pelatihan khusus agar bisa melayani Khalifah dengan sempurna.

Para selir pada Khilafah Ottoman, biasanya ditempatkan dalam istana Harem yang merupakan fasilitas khusus untuk Khalifah. Para penjaganya adalah budak laki-laki yang telah dikebiri untuk memastikan tidak terjadi skandal antara para selir dengan penjaganya.

Salahkah Memelihara Budak Seks?

Jadi bolehkah memelihara budak seks?

Jawabannya tergantung kepada siapa anda bertanya.

Jika anda bertanya kepada MUI, Hizbuth Tahrir atau Abu Bakar Ba’asyir, mereka akan menjawab secara hukum syariah boleh, karena itu berdasar hukum yang ada dalam Qur’an. Semua hukum Qur’an adalah mutlak benar dan tidak boleh dibatalkan oleh siapapun. Mungkin mereka akan mengajukan sedikit excuse, tapi intinya adalah hukum Islam sudah sempurna dan tidak bisa diubah lagi.

Jika anda bertanya kepada saya. Saya akan menjawab itu ide gila. Saya akan menentang hukum yang membolehkan manusia diperjual-belikan, saya menolak manusia diperlakukan sebagai binatang yang bisa diperlakukan seenaknya.

Bukankah ada hukumnya di Qur’an?

Tak ada yang abadi dan sempurna kecuali Allah. Termasuk juga Qur’an dan seluruh ajaran Islam. JIka sudah tidak masuk akal dan tidak sesuai dengan kemanusiaan, saya akan menolaknya.

“Anda sudah kafir”!… terserah pikiran anda.

Saya yakin Allah Maha Baik, Maha Mengasihi dan Allah Maha Bijaksana, saya tidak percaya dia tetap bersikukuh dengan aturannya, bila aturannya sudah berubah menjadi suatu kezaliman.

Judhianto

Pencari jawab amatir, bertanya apa saja...

Mungkin Anda juga menyukai

622 Respon

  1. abdullah berkata:

    dalam sebuah hadits Rasulullah SAW : setiap 100 tahun sekali Allah akan mengirimkan seorang pembawa kebenaran, yang membawa berita dan sejarah kebenaran. itulah ibnu katsir dan imam nawawi termasuk di dalamnya.
    jika masalah anda adalah soal waktu. jawab dengan tegas.
    “MANA YANG LEBIH DULU AL-QUR’AN ATAU REFERENSI2 YANG ANDA KATAKAN?”

    tentang anda menyenangi bid’ah, saya sudah bongkar selimut anda. bahwa anda bukanlah muslim. anda hanya misnionaris.
    dalam hati setiap muslim pasti mendambakan islam kaffah. dimasa para khalifah khulafur rasyidin adalah masa jaya umat islam. disanalah muslim2 kaffah. hanya muslim kaffah yg membawa ridho Allah yang melahirkan kejayaan. tidak ada muslim yg menyenangi bid’ah.

    jadi sekali lagi saya tanya.
    “MANA YANG LEBIH DULU AL-QUR’AN ATAU REFERENSI2 YANG ANDA KATAKAN?”

    • Judhianto berkata:

      @Abdullah: baik, kita kembali ke pokok soalnya saja 🙂

      • 1. Tulisan saya tentang perbudakan dan budak seks.
      • 2. Perbudakan dan budak seks ada aturannya dalam Qur’an, ada contoh dari Nabi dan ada dalam sepanjang khilafah Islam. Jadi perbudakan dan budak seks itu sesuai syariat Islam.
      • 3. Saya percaya Allah maha pengasih dan penyayang dan itu bertentangan dengan kekejaman perbudakan seks. Saya memilih menolak perbudakan dan budak seks.

      Jadi masalah anda dengan pendapat saya yang mana?
      Anda mau memperbudak orang dan menggunakan wanita sebagai budak seks?

  2. abdullah berkata:

    jawab dulu pertanyaan saya, mana yg lebih dulu Qur’an atau referensi anda.
    apa anda mau saya bikin malu soal referensi anda itu kitab2 apa?

    masalah saya dengan tulisan anda adalah :
    -anda mengintervensi hukum2 Allah.
    -anda menyebarkan bid’ah.
    -anda menyebarkan fitnah kepada Rasulullah dan Sahabat2 nya.

    • Judhianto berkata:

      @Abdullah: Qur’an lebih dulu, tapi konteksnya apa?

      Saya jelaskan sekali lagi:

      1. Hukum Islam mendukung perbudakan dan budak seks. Ada di Qur’an, contoh dari Nabi dan praktek 1200 tahun khilafah.
      2. Saya menolak hukum Islam tersebut, itu biadab.
      3. Saya percaya Allah pengasih dan penyayang, akan tetapi itu kontradiksi dengan perbudakan yang kejam.
      4. Saya memilih percaya Allah yang pengasih dan menolak hukum Islam yang kejam tentang perbudakan. Saya tidak perduli dalil-dalil untuk pilihan saya.

      Lalu apa yang mau anda sampaikan?
      Hukum Islam melarang perbudakan dan budak seks? jelas ngawur …
      Perbudakan dan budak seks itu baik? jelas ngawur juga, itu biadab …

    • saretah warlim berkata:

      mas Abdullah, jangan bawa2 bidah lah, diskusi pada subyek yg sedang didiskusikan saja,lagian yg menurut anda atau ulama anda “bidah” belum tentu menurut muslim atau ulama yg lain itu “bidah”, yg merasa benar sendiri dan merasa nyantri langsung dari Rosulullah itu biasanya wahabi atau ISIS

  3. abdullah berkata:

    “anda bilang konteks apa?” pertanyaan ini menjelaskan anda tak membaca Qur’an. hanya mendengar2 fitnah.
    jelaskan
    dalam surah dan ayat Al-qur’an yang mana berisi perbudakan seks?

    baiklah saya sampaikan poin2 kejahiliahan anda:
    -jelas tadi anda sangat yakin sekali dengan referensi anda (Al aghani karya abu Al-farj) adlah buku puisi dan lagu karya dari orang persia yg notabene agama syiah waah..waah.
    -tidak ada karya ibnu al qoyyim berjudul “Akbar Al nisa”
    -mau saya sebutkan satu2 referensi jahil anda ?
    – kemudian komentar terakhir anda berkata “saya tidak peduli dalil2 untuk pilihan saya.

    Audzubillah

    • Judhianto berkata:

      @Abdullah: bukankah sudah jelas di tulisan saya, landasan perbudakan seks ada di Al-Mukminuun:5-7 dan An-Nisa:24.
      Anda punya tafsir lain tentang ayat itu?

      Oh ya, sebagai masukan saja –> mengatakan lawan bicara anda sebagai jahil, bid’ah, murtad dan sebagainya tak membuat anda lebih benar kok. Itu hanya menunjukkan anda tak bisa berdialog dengan kepala dingin. Pakai saja logika 🙂

  4. abdullah berkata:

    Saya tafsirkan Qs Al-Mukminuun 5-7
    “dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki. Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu. Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al Mukminun : 5 – 7)

    “dan orang yg menjaga kemaluannya” berarti bahwa onani,pemerkosaan, itu di haramkan.
    kecuali kepada istri & budak yg mereka miliki.
    bahwa kata budak berarti pekerja yg di beri upah, sama seperti karyawan.
    bahwa islam boleh menikahi budaknya, atau antara Boss dan karyawan tidak ada bedanya, dan di perbolehkan menikah. dimana pada masa jahiliah dahulu. orang2 quraisy sangat memperhatikan kedudukan, bebet dan bobot , menikah hanya boleh antara sesama golongan atas saja. lalu datang lah Hukum Allah. yg menghapuskan perbedaan itu. bahwa antara boss(Majikan) dan karyawan(Budak) tidak ada bedanya di mata Allah dan boleh menikah.

    dan ini sebagai rujukan buat anda

    “Tetapi dia tiada menempuh jalan yang mendaki lagi sukar. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu ? ( yaitu ) MELEPASKANBUDAK DARI PERBUDAKAN “. ( QS.Al Balad : 11-13 )

    saya bisa siram rohani anda lebih banyak lagi, Agar semoga Allah memberi kelurusan kepada anda.
    saya mengatakan anda ahli bid’ah, merujuk kepada ilmu bid’ah anda. jahil merujuk kepada referensi2 yg anda bawa yg anda saja tak tahu asal usulnya.
    anda terlalu pakai logika tapi tak pakai taufik dan hikmah jadi melahirkan bid’ah. lihat kembali komentar2 saya yang mendoakan agar anda di beri iman dan pemahaman yang lurus.
    apa ada saya bilang anda murtad?
    saya sarankan kepada anda, pakai jiwa yg hanif dalam mempelajari islam. cari kebenarannya. mohon Taufik Nya. bukan cari celahnya. Insya Allah anda akan semakin Tawadu jika berbekal ilmu yg lurus.

    • Judhianto berkata:

      @Abdullah: saya jadi tertarik dengan pernyataan anda berikut:
      Anda menyebutkan bahwa kata budak berarti pekerja yg di beri upah, sama seperti karyawan, lalu mengutip ayat .. Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan.. Al-Balad:11-13.
      Dengan budak yang anda artikan sebagai karyawan, lalu melepaskan budak dari perbudakan itu maknanya apa ya? memecat karyawan?
      Di Qur’an juga banyak anjuran untuk membebaskan budak sebagai pengganti denda, apa itu bermaksud mendorong PHK para karyawan?
      😀

      Oh ya untuk istana harem di Khilafah Turki bisa baca di http://www.allaboutturkey.com/harem.htm

  5. abdullah berkata:

    Nah anda sangat tepat. itulah mengapa melepaskan budak disebut dengan jalan yg sukar. dalam QS Al balad ayat 11-13 tadi. karena melepaskan budak akan merusak perekonomian.
    pernyataan anda membuktikan antara surat Al-Mukminun dan Surat Al Balad Al-Qur’an membawa keseimbangan hidup.
    (Maha benar Allah dengan segala Firman Nya).
    secara tak sadar anda mengikuti benang yang saya pegangkan di tangan anda. dan akhirnya kita mengupas dialog tentang keseimbangan hidup dari surat Al-Mukminun dan Surat Al Balad tadi. 🙂

    anda buat icon tertawa, saya buat icon tersentum. bukankah kita telah berdialog dengan kepala dingin? 🙂

    • Judhianto berkata:

      @Abdullah: ya sudahlah kalau anda mendefinisikan budak itu sebagai karyawan. Mungkin makna baru itu perlu disosialisasikan, jadi misalkan ada berita ISIS memperjualkan para wanita Yazidi sebagai budak seks, itu maknanya bahwa ISIS sedang melakukan transfer karyawan wanita Yazidi yang akan dijadikan istri.

      Kalau itu membuat anda menjadi lebih tenang, berbahagia dan bertakwa; ya bagaimana lagi 🙂 🙂

      Saya sih 😀 😀 😀

    • Apatis berkata:

      kalo budak=karyawan, Dan disebutkan didalam Quran melepas budak adalah jalan yang sukar. Kenapa masih banyak karyawan/buruh kontrak 3 bulan?

      Jaman sekarang mana “jalan yang lebih sukar?”
      Nganggkat karyawan tetap atau karyawan kontrak yg di pecat kapan saja sesuka hati?

      Ko saya abis baca tabsir pak abdullah jadi mikir ya kalo Quran gak relevan lagi? (Kalo tafsiran budak memang sama dengan karyawan) mohon di pikir kembali pak abdullah, benarkah budak sama dengan karyawan?

  6. abdullah berkata:

    tentang harem saya jelaskan : Harem berarti Haram. harem adalah sebuah tempat untuk mendidik para wanita di Konstantinopel yg pada saat itu berkuasa sultan Muhammad Al-Fatih.
    setelah menaklukan konstantinopel dari kerajaan romawi sultan membolehkan semua umat beragama hidup damai dan dilindungi di konstantinopel (Sungguh sangat mulia). jadi harem di bangun oleh para pejabat2 kesultanan untuk wanita2 non muslim agar di didik. lihat saja lukisan2 itu, tanpa hijab semua, yg berarti mereka non muslim.
    tapi lama kelamaan sepeninggal sultan al fatih, banyak konspirasi bahwa harem juga di gunakan untuk wanita muslim, dan para pejabat turki menggunakan harem sebagai ajang politik untuk menarik perhatian sultan. seperti dalil dan referensi anda tadi, kisah dilema sinetron king sulayman. JADI KENAPA ANDA MENJADIKAN SINETRON SEBAGAI DALIL DAN REFERENSI? 😀
    saya yakin king sulayman tidak seperti di sinetron komersil itu.

    Alhamdulillah Allah memberikan saya petunjuk untuk menjawab tentang Harem.
    saya jadi senang dengan dialog ini. dan anda terus merespon dialog saya. terima kasih. saya akui anda adalah sahabat berdialog yg baik, ketidak tahuan anda mengajukan banyak pertanyaan yg bagus.

  7. abdullah berkata:

    dialog2 anda menunjukkan bahwa banyak yg anda tidak tahu, tapi anda malu bertanya. tapi dengan hati yg tertutup dan jiwa yg tidak hanif, mustahil taufik dan hidayah masuk.
    karena tujuan anda bukan mencari kebenaran, tapi mencari celah2.
    ya mau bagaimana lagi juga, andai tak berakhir seperti ini. tapi saya tak bisa meluruskan anda lagi, anda sendiri mengakui suka bid’ah. namun hati kecil anda tetap haus akan kebenaran.

    Wassalam

    • Judhianto berkata:

      @Abdullah: saya tidak menanggapi lebih lanjut bukan berarti karena setuju dengan pendapat anda. Dengan berkelit pada definisi dan kesenangan anda memberi cap lawan diskusi anda; saya tidak bisa mengharapkan ada pijakan bersama untuk diskusi yang produktif.

      Jadi biarlah pembaca lainnya yang menilai.
      Terima kasih.

  8. pembaca lain berkata:

    pembaca lain>>> biqiqiqiqi… abdulah ngotot sekali .. emangnya apasih yang abdulah tau tentang tuhan,,, pernahkah abdulah berkenalan langsung dengannya.. atau abdulah jangan2 intelijen tuhan sehingga begitu gamblang sekali penjelasannya yang 100% copypaste…

  9. pasuadji71 berkata:

    Alam akan.menjaga keseimbangan sendiri. Ada pria ada wanita. Ada pria seperti wanita ada wanita seperti pria. Ada poligami ada poliandri. Karena tidak ada pengakuan.pada poliandri maka muncullah.pelacuran. Silahkan muslim beralasan apapun tentang pria boleh menikahi banyak wanita termasuk budak atau babu atau apapun. Maka yang terjadi adalah.Karena ada pria yang ngeseks dengan.banyak.wanita.Maka ada juga wanita.yang.ngeseks.dengan banyak pria itulah pelacuran. Itulah alam yang mencari keseimbanganya sendiri.

  10. Kang Farhan berkata:

    Bener2 nonton … abdullah orang yg merasa suci, paling bener tafsirnya, paling banyak referensinya, paling berhak menilai orang seenaknya, trus akhirnya merasa yg paling harus diikutin, sederhananya orang ini hati nurani nya tertutup rapat, pake kacamata kuda. Mas Jud, anda semakin cerdas dan buat saya amanah

  11. Anang Sudarmono berkata:

    Monggo silahkan dikunjungi jika ingin mendapatkan jawaban mengenai pandangan dan sikap islam terhadapat perbudakan. Teruslah menggali islam, atau mencari cari kekurangan islam, lalu jatuhkanlah islam. Karena hal itu sudah banyak dilakukan oleh banyak tokoh dari barat. Tetapi ternyata mereka yang gencar mencari kelemahan islam, Alhamdulillah banyak yang mendapatkan hidayah (justru mengimani islam pada akhirnya).
    https://muslim.or.id/8903-islam-kejam-membolehkan-perbudakan.html

    Contoh teladan Rasulullah saw terhadap budak.
    Menjadikan budaknya, Zaid bin Haritsah sebagai anaknya [sebelum anak angkat dilarang dalam Islam].

    Dari Ibnu Umar radhiallahu ‘anhuma, ia berkata

    أَنَّ زَيْدَ بْنَ حَارِثَةَ مَوْلَى رَسُوْلُ اللهِ مَا كُنَّا نَدْعُوْهُ إِلاَّ زَيْدَ بْنَ مُحَمَّدٍ حَتَّى نَزَلَ الْقُرْآنُ ادْعُوْهُمْ لِآبَائِهِم

    “Zaid bin Haritsah maula Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, (Ibnu Umar berkata), “Dulu kami tidak memanggil Zaid kecuali dengna panggilan Zaid bin Muhammad, sehingga turunlah ayat; (panggillah anak-anak angkatmu dengan (menasabkan kepada) nama bapak-bapak mereka, karena itulah yang lebih adil di sisi Allah.” [HR. Bukhari no. 4782, dan Muslim no.2425]

    Dan yang mengagumkan lagi, ketika ayah Zaid bin Haritsah datang untuk menebus Zaid dan hendak membawanya pulang ke keluarganya, maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi pilihan kepada Zaid bin haritsah antara memilih ikut ayahnya atau tetap bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Zaid bin haritsah lebih memilih tetap bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ini bukti bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperlakukan budaknya sebagaimana anaknya.

    Semoga bermanfaat, aamiin..!!!

    • Judhianto berkata:

      @Anang Sudarmono: anda menunjukkan contoh perlakuan baik Nabi terhadap budaknya. Sepertinya itu kebaikan maksimal Islam dalam konteks perbudakan.

      Tapi berbuat baik terhadap budak itu tidak cukup.

      Silakan anda tanyakan ke orang-orang sekeliling anda, apakah mereka bisa menerima bahwa ada manusia dirampas hampir semua hak-haknya, sehingga tak beda dengan binatang atau sekedar sandal yang bisa diperjual-belikan? atau kalau wanita, bisa disetubuhi majikannya tanpa ikatan apapun?

      Itu biadab. Perbudakan sendiri adalah sistem yang biadab. Jika Islam menganjurkan berbuat baik kepada budak seperti yang dicontohkan Nabi, maka itu sekedar melakukan perbuatan biadab dengan baik.

      Yang diperlukan adalah memperlakukan manusia sederajat, dan itu berarti menolak sama sekali perbudakan. Bukan sekedar berbuat baik terhadap budak sebagaimana contoh Nabi.

      Dalam ukuran modern, sebaik apapun perlakuan Nabi terhadap budaknya, itu tergolong biadab. Orang beradab itu menolak perbudakan, bukan sekedar berbuat baik terhadap budak.

      Semoga paham…

  12. kobe berkata:

    lucu, saya sebenarnya mau komen bermutu tapi melihat tingkah agan abdullah..saya jadi mengurungkan niat untuk menanggapi komentarnya..circular reasoning is the way!

  13. dendy aja berkata:

    Budak tidak sama dengan pembantu
    Budak di dapatkan dari perang,so jadi anda harus berperang dulu dengan orang kafir
    Dan ingat,,,INGAT budak adalah bukan berasal dari seorang keturunan muslim,budak adalah dari bangsa kafir yg di tawan dalam perang
    Kafir bukan islam
    Jadi klo ada orang mengambil tawanan dari sesama islam lalu menggauli nya,itu adalah zina,karena dia bukan budak
    Tidak ada budak dalam sejarah nabi yg saat di tawan dia adalah islam sebelum nya

    Budak juga bisa di perjual belikan di pasar budak
    Budak diperintahkan diperlakukan baik
    Makan 1 meja makan sama majikan
    Diperintahkan diberi tempat tinggal
    Diperintahkan jangan kasar,kecuali dia melanggar perintah tuan nya
    Islam di perintahkan utk lebih mengutamakan memerdekakan budak

    • Judhianto berkata:

      @Dendy aja: jadi yang anda mau katakan apa? aturan perbudakan Islam?

      Sebaik atau seindah apapun aturan perbudakan Islam, konsep dasarnya: Islam mengakomodasi perbudakan dan konsep perbudakan Islam bagus.

      Tahukah anda, negara beradab saat ini sudah menolak sama sekali konsep perbudakan. Deklarasi Universal HAM PBB tahun 48 menegaskan perbudakan tidak bisa diterima, Konvensi Jenewa 1949 mengatur perlakuan pada tawanan perang – salah satunya melarang menyiksa dan memperbudak tawanan perang.

      Saat ini hanya negara kejam dan biadab yang masih bisa mentolerir perbudakan.

      Bagi norma keadaban dunia saat ini, sebagus apapun aturan Islam tentang perbudakan – itu kejam dan biadab. Dan saya sepakat dengan norma dunia saat ini.

  14. haidar berkata:

    ikut menilai saja:
    Abdullah terlalu sering memberi cap dan tdk fokus pd permasalahan cenderung tdk wajaadilhum billadzi hiya ahsan (tdk berdialog dgn cara yg baik). Lalu perbudakan yg difahami Abdullah mengukuti dalil normatif seakan2 tdk bisa dirubah, menurut saya dia tdk memahami konteks dulu dgn sekarang yg memberlakukan tatanan bernegara.

    Judhianto, dia baik dlm menyampaikan dialog dan fokus pd permasalahan. Hanya saja saat membandingkan hukum perbudakan antara Islam dan agama lain menurut sy kurang pas. Seharusnya Islam yg masih melegalkan perbudakan perang dibandingkan dgn yahudi, nasrani yg jg melegalkan perbudakan. Berbeda jika yg dibandingkan negara Islam dgn negara sekuler, ada negara Islam yg masih melegalkan perang dan negara seluler yg nelarangnya. Jd bandingkan antar kitabnya dan bandingkan antar negaranya. Disamping itu bagus jg Judhianto berusaha menyuarakan penghapusan perbudakan.

    Sekali lg ini cm penilaian sy, bila salah mohon maaf…….
    Kalau sy sendiri ingin perbudakan dihilangkan sebagaimana slh satu misi Islam. Dan salah satu jalannya melalui kesepakatan bersama baik ditingkat Nasional atau Internasional (yg telah terjadi). Karena kesepakatan termasuk ijma’ yg bisa dijadikan landasan hukum.

    Mungkin judhianto mau memberi informasi hukum perbudakan di Indonesia krn sy blm tahu. Terimakasih

    • Judhianto berkata:

      @Haidar: untuk hukum Indonesia, beberapa pasal di bawah bisa kita jadikan acuan:

      • Pasal 297 KUHP
        Memperdagangkan perempuan dan laki-laki yang belum dewasa dihukum penjara selama-lamanya enam tahun

      • Pasal 324 KUHP
        Barangsiapa dengan biaya sendiri atau orang lain menjalankan perniagaan budak belian atau melakukan perbuatan perdagangan budak belian atau dengan sengaja turut campur dalam hal itu, baik langsung maupun tidak langsung, dihukum penjara selama-lamanya dua belas tahun.

      • Pasal 4 UU HAM

        “Hak. untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kebebasan pribadi, pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dan persamaan di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun.”

      • Pasal 20 UU HAM
        (1) Tidak seorangpun boleh diperbudak atau diperhamba.
        (2) Perbudakan atau perhambaan, perdagangan budak, perdagangan wanita, dan segala perbuatan berupa apapun yang tujuannya serupa, dilarang.
      • om ee berkata:

        standar kebenaran tentunya universal!
        the truth is absolute!
        sebagai sesama manusia yg sama2 hidup dibawah matahari yg sama, secara pribadi tentunya saya lebih beriman kepada hukum2 persesuaian antar manusia yg telah disetujui oleh manusia secara global.
        apakah kita masih butuh aturan2 agama untuk bisa menentukan mana yg salah dan mana yg benar disaat ini?
        alasan2 gampang yg menolak pemakaian logika seperti ” ini semua karena Allah” atau ini semua adalah ketentuan dari Allah sepertinya sudah sangat irrasional!
        tapi apabila masih ada yg nyaman dengan hal tsb ya monggo. sejauh mana tidak menjadikannya individu yg menganggap selain hayalannya yg benar yg lain salah dan kafir!
        agama sudah gagal!
        berat memang menerima kenyataan ini !
        tapi fakta tidak bisa dipungkiri.

        salam kenal mas judhianto

        • Judhianto berkata:

          @Om Ee: salam kenal juga 🙂

          • okta aditya berkata:

            Selamat Siang Pak Judhiarto,

            Wah seru sekali ya bahasannya, mengingatkan dulu sewaktu saya masih aktif seni blogging filsafat dan agama, mengikuti forum-forum diskusi online, kompasiana, kaskus, faithfredoom etc. Pak Judhiarto serta merta mengingatkan saya juga sosok Erianto Annas seorang blogger underground yang kritikus soal keimanan, kepercayaan, syariat dsb di dalam Islam. Sosok yang selalu saya ikutin 3 tahun berbagai artikelnya, opininya yang meledakkan hati dan pikiran untuk memancing pemikiran agar terus menerus mencari tahu Ilmu dan Kalam dari tirai Dunia dan Akhirat. Walau pada akhirnya perjalanan beliau terhenti krn terbawa sampai ke real lifenya.

            Orang-orang semacam Pak Judhiarto dan Erianto Anas dan yg ” sejenisnya ” memang harus ada dan akan selalu menghiasi belantika jagad raya ini, bukan skrng tapi jauh jauh hari sejak peradaban ada sudah lumrah kritikan itu ada. Tuhan yang konon sempurna pun masih bisa dikritik dengan kita yang konon juga adalah ciptaan-Nya.

            Membahas soal artikel ini,

            Saya cuma bisa geleng geleng saja, topiknya sudah sgt jelas antara baik atau buruk, budak atau merdeka. Di artikel ini budak diartikan negatif walau apapun alasannya, sedangkan kemerdekaan adalah sesuatu yang sangat mutlak itu baik. Disini saja sebenernya sudah selesai, krn salah satu pihak ngotot dengan segala pemebelaannya, percuma mau meberikan penjelasan apapun dengan fakta dan data yang bergelimpangan juga bakal menjadi gudang data mati yang tak memiliki roh keyakinan otentik.

            Pada dasarnya agama mengajarkan hal yang baik, pasti baik. Pak Judhiarto tadi nyeletuk kitab Riyadhus Shalihin ya? Kitab Riyadhus Shalihin sangat melegenda dikalangan umat Islam, saya sangat suka kitab itu, kitab yang mengajarkan segala kebaikan, tata cara kita bermuamalah, hablum minannas hablum minallah. Jika Pak Judhiarto pernah baca dengan seksama menggunakan hati, saya kira pemikiran anda tidak akan sampai membahas hal hal yang seperti ini. Orang yang banyak ilmu saya yakin akan banyak diam, mungkin banyak sekali yang ingin membantah artikel ini, tapi mereka cukup senyum saja.

            Mengapa?
            Apa kunci bantahan artikel ini?

            Pertama yang akan saya jelaskan, disini bukan soal budak atau merdeka, tapi lihatlah Islam dulu, jika dirasa ke imanan kita sudah baik barulah pelajari sesuatu hal yang syubat, sesuatu hal yang meragukan, sesuatu perkara yang kita sendiri belum tahu apa hakikatnya.

            Islam mengatur hal baik itu paling tertinggi derajadnya, sangat tinggi dan sgt absolut. Kita bicara kotor ditulis berdosa, ngumpat dalam hati pun dosa, apalagi memperbudak orang? saya kira orang baik pun juga g akan sampai hati memperbudak dengan dosa yg bergelimpangan. Jadi kalau Islam memperbolehkan perbudakan ini sama saja Islam mengajarkan umatnya masuk ke nerakanya sendiri. ( konteks kalau percaya Islam ). Begitukan maksud dr artikel ini? Tentu sgt bertolak belakang, contoh Riyadhus Shalihin Bab pertama sampai akhir mengajarkan budi pekerti yang baik, disini kita kurang memahami antara halal dan haram bagaimana cara menjalaninya.

            Saya simplekan,

            Poligami adalah hal yang halal, lalu mindset orang salah kaprah mengatai Islam itu bejad begini dan begitu, padahal mereka tidak tahu apa sih syarat2 poligami? apa resiko dia jika dia poligami dilihat dr ke imanan dan kadarnya dia, apakah tidak berpotensi ke neraka jika dia nekad berpoligami? Poligami memang halal, tapi jujur dalam hati, se halal apapun dan se kuat apapun imam saya dalam islam, saya tidak berani mempertaruhkan iman saya untuk terjun ke dalam gemerlapnya cobaan dala, mengendalikan poligami. Bagaimana tidak, Islam menuntut adil jika kita berpoligami, kalau tidak bisa adil, Islam mengatakan saya akan diseret seret ke neraka. bikin istri satunya cemburu itu juga sgt berdosa bagi pelaku poligami, dan ganjarannya adalah neraka lagi, begitu ketatnya Islam menerapkan hukumnya bagi siapa saja yang mau coba coba sesuatu hal yang terlihat subhat dimata umatnya namun mereka nekad melakukannya.

            Begitu juga soal Budak atau merdeka.

            Saya pernah membahas topic ini dalam forum online maupun di kehidupan nyata. budak dalam Islam sudah jelas asbabun nuzulnya, cara penerapannya juga sudah jelas, namun disamping itu perlu sgt digaris bawahi bagi kita orang awam bahwa sesuatu jika memang tidak sanggup dan menentang hukum hukum kebaikan Islam maka tinggalkanlah walaupun itu masalah yang halal ( misal poligami / perbudakan ), kalau bisa berbuat baik kenapa harus masuk ke tepi jurang yang siap mengantarkan kita ke neraka?

            Seluruh umat Islam tidak ada yang berpoligami pun tak akan ada yang berdosa, begitu juga soal perbudakan, jika perbudakan tidak perlu dan tidak dibutuhkan atau malah memancing seorang muslim masuk ke lumbung dosa kenapa harus diterapkan? tidak diterapkan bukan berarti tidak diperbolehkan, dan diperbolehkan bukan berarti kita punya alasan untuk berdiri di tepi jurang neraka. Lalu serta merta memanfaatkan hukum ini untuk melegalkan seks bebas, perbudakan seks kata pak Judhiarto, boro boro nge seks pak, saya lho ambil duit orang 100 perak aja udah takut dosa kok. Apalagi mencoba akal akalan sama hukum Allah?

            Kalau kita yakin, iman kita kuat, bisa poligami atau meperbudak secara adil ( walau itu saya sendiri nggak bakal bisa ) ya mengapa tidak….? Kalau hukum hukum semua sudah dipelajari, pengetahuan kita sudah luas, tinggal kita sendiri bagaimana menjalani kehidupan sesuai rambu rambu yang berkaku secara luas dan saling terhubung satu sama lainnya, saya kira orang muslim yang taat jika suatu saat terpaksa melakukan perbudakan ( setelah kemenangan di medan perang ) tentu dia tidak ada semena menda dengan budaknya, dia akan tahu dosa dan tak akan duduk tertawa dan se enaknya menistakan budaknya.

            Jadilah hidup yang baik.

            Sekian,
            Itu sudah.,
            Barakallah fii umrik

            *Sbg catatan,
            sebelumnya bagi yg baca komentar saya ini, pelajari dulu perbudakan dalam islam itu seperti apa, hukum2nya, cara meperlakukannya, sebabnya apa, dan krn apa, lalu solusi yang paling baik itu seperti apa, yang jelas jika itu terjadi, Islam masih ada pilihan bagi kita yang sempurna bagi perbudakan, yaitu mermerdekakan nya..

          • Judhianto berkata:

            @Okta Aditya: tulisan saya jelas, tentang perbudakan dalam Islam.

            Saya tunjukkan dalilnya, praktek Nabi dan praktek dalam periode khilafah Islam. Saya tunjukkan sikap saya, yaitu menentangnya.

            Apa yang anda sampaikan?

            • Nostalgia Anda saat berdiskusi –> siapa yang mau tahu, hingga Anda bercerita? Apa pentingnya pengalaman anda bagi saya dan pembaca lainnya? Siapa Anda?
            • Anda bercerita tentang Erianto Anas –> Siapa dia? Apa pendapatnya? Apa pentingnya?
            • Anda geleng-geleng kepala –> kalaupun Anda koprol, kenapa yang lain harus perduli?
            • Anda komen ngalor-ngidul tentang Riyadhus Shalihin dan berbagai hal normatif lainnya — Siapa butuh pendapat Anda tentang berbagai hal itu?

            Silakan anda berkomentar lagi.
            Fokus dan jelas tentang perbudakan dalam Islam serta sikap Anda tentangnya. Silakan …

          • masbeta berkata:

            @okta aditya.. komentar ada versi islam.. buka versi mausia

  15. nafiz berkata:

    Assalaamualaikum,

    Saya, sebagai sesama Muslim yang selalu mencari kebenaran jadi tergelitik untuk ikut berpendapat. Tidak membantah..hanya mencoba dengan segala keterbatasan saya untuk memberi pandangan dari sisi lain… 🙂

    Menurut pendapat saya kita harus memisahkan antara Islam sebagai agama dari Allah dengan Muhammad sebagai Rasulnya dengan budaya para pengikut2 nya. Baik pada Zaman nabi dan seterusnya…

    Sehingga tidak relevan untuk membahas tentang tetap adanya perbudakan oleh ummat islam bahkan sampai sekarang(isis) bila kita ingin menilai islam itu sendiri.

    Dan kitapun harus memisahkan perkara antara boleh tidaknya perbudakan dengan boleh tidaknya hubungan intim dengan budak.

    Seorang budak, tidak peduli zaman dan kultur apapun, memiliki berbagai per definisi fungsi. Salah satunya untuk hubungan intim. Dan hal inilah yang juga dibolehkan Al Quran.

    Dan sayapun yakin problemnya lebih terletak di perbudakan itu sendiri bukan?

    Islam tidak melarang perbudakan? ya.
    Tapi coba anda liat dari sudut pandang lain:

    Apakah Islam menganjurkan atau memerintahkan untuk memiliki/membeli seorang budak? tidak.
    Apakah Islam menyuruh untuk berbuat zalim terhadap budak? tidak.

    Malah sebaliknya: Islam membuka pintu untuk mengurangi atau menghilangkan perbudakan dan Rasulullah mencontohkan untuk berbuat baik terhadap budak.

    Dan memang hilangnya Perbudakan bukan diinisiasi oleh masyarakat muslim (sayang sekali).

    Sebagai manusia yang hidup di era ini sayapun tentunya tidak setuju dengan perbudakan. Tapi bayangkan bila kita semua terlahir 1000 tahun yang lalu. Saya yakin kita, dengan otak dan hati nurani yang sama (agama dan kultur apapun), akan berpendapat beda. Karena perbudakan saat itu sesuatu yang normal.

    HAM sifatnya universal…tapi apa itu sesuatu yang kekal tidak berubah?

    Point nya adalah…apakah kita, karena kita hidup di era dimana perbudakan tidak sesuai HAM, layak mencap manusia yang lahir sebelum kita sebagai biadab karena mereka mepraktekan perbudakan? => Silahkan kembali bayangkan bila kita lahir 1000 tahun yang lalu……atau 1000 tahun yang akan datang…saya yakin nilai2 HAM dan bagaimana manusia menilai baik dan buruk bakal berubah….

    Wassalaam…

    • Judhianto berkata:

      @Nafiz: saya coba dalami komentar anda

      • Menurut pendapat saya kita harus memisahkan antara Islam sebagai agama dari Allah dengan Muhammad sebagai Rasulnya dengan budaya para pengikut2 nya. Baik pada Zaman nabi dan seterusnya…
        Kalau bicara konteks perbudakan, itu ada tuntunannya dalam Qur’an dan ada contohnya dari nabi kok, jadi jangan mengatakan itu budaya para pengikutnya. Itu punya dasar Qur’an dan sunnah Nabi kok.
      • Islam tidak melarang perbudakan? ya.
        Ya itu problemnya. Itu biadab dalam standard manusia modern.
      • Point nya adalah…apakah kita, karena kita hidup di era dimana perbudakan tidak sesuai HAM, layak mencap manusia yang lahir sebelum kita sebagai biadab karena mereka mepraktekan perbudakan? => Silahkan kembali bayangkan bila kita lahir 1000 tahun yang lalu……atau 1000 tahun yang akan datang…saya yakin nilai2 HAM dan bagaimana manusia menilai baik dan buruk bakal berubah….
        Poinnya adalah nilailah seseorang dengan standard dimana seseorang itu hidup, dan bila anda ingin dinilai baik, maka gunakan standard dimana anda sekarang hidup. Kalau anda ingin dianggap beradab, ya berlakulah dengan adab masa ini, bukan berlaku dengan adab 1400 tahun yang lalu.
        Perbudakan itu perilaku yang bisa diterima 1400 tahun yang lalu, Nabi mempraktekkan, dan Nabi dianggap beradab di jamannya, akan tetapi kalau anda meniru Nabi memperbudak seseorang di jaman ini, anda biadab.
      • nafiz berkata:

        Terimakasih responnya. Oke jadi andapun berpendapat bahwa misalnya anda memperbudak saya 1000 tahun yang lalu anda adalah manusia beradab. Dan bila anda melakukannya sekarang ada biadab. Sip…

        Anda sebutkan sebelumnya bahwa perbudakan ada tuntunannya dalam Al Quran dan Sunnah…Tapi setahu saya tidak ada satupun seruan atau perintah untuk memiliki atau membeli budak (seperti halnya perintah shalat, zakat, dll)…itu yang mau saya tekankan sebelumnya.

        Dan islam tidak melarang perbudakan. Betul. Apakah anda yakin 100% bahwa bila pada zaman nabi perbudakan dilarang, itu akan berdampak positif/lebih baik? Bahkan pada budak2 tersebut? Saya tidak yakin.

        Tuntunan menurut islam:
        ”Mereka (para budak) adalah saudara dan pembantu kalian yang Allah jadikan di bawah kekuasaan kalian, maka barang siapa yang memiliki saudara yang ada dibawah kekuasaannya, hendaklah dia memberikan kepada saudaranya makanan seperti yang ia makan, pakaian seperti yang ia pakai. Dan janganlah kamu membebani mereka dengan pekerjaan yang memberatkan mereka. Jika kamu membebani mereka dengan pekerjaan yang berat, hendaklah kamu membantu mereka.” [HR. Bukhari I/16, II/123-124]

        Reailta pada saat itu adalah tidak semua budak siap untuk bebas. Anda tidak bisa menjamin mereka tidak jatuh keorang kafir dan diperlakukan lebih buruk bukan? Apa akibatnya bila dalam satu hari, sekaligus ratusan/ribuan orang yang belum bisa mangurus diri mereka sendiri(wanita dan anak2 contoh konkritnya) tiba tiba tidak ada lagi yang menanggung?

        Dan islam pun adil dalam hal ini. Budak yang siap dan berkeinginan untuk bebas..diberi jalan nya…dibantu dengan zakat, dan berbagai bantuan finansial dari hukum2 islam.

        Andapun tahu bahwa Rasulullah melarang menjadikan orang merdeka sebagai budak.

        Ini sangat klop dengan keadaan sekarang bukan? Saat perbudakan sudah dihapuskan secara hukum semua orang adalah orang merdeka. Dilarang hukumnya dalam islam untuk memperbudak mereka.

        Dengan kata lain: sekarang, saat perbudakan dihapuskan, semua orang merdeka, dan kita memandang perbudakan sebagai hal yang biadab, islam pun secara automatis menentang perbudakan.

        PS: Kita tidak bisa menjadikan ISIS sebagai representasi dari ajaran agama islam dalam hal ini. Karena pada faktanya ratusan ulama muslim telah memperingatkan Baghdadi bahwa dia telah salah dalam menginterpretasi dan memintanya untuk menghentikan proses perbudakan ini.

        • Judhianto berkata:

          @Nafiz: saya soroti beberapa pendapat anda:

          • Tapi setahu saya tidak ada satupun seruan atau perintah untuk memiliki atau membeli budak (seperti halnya perintah shalat, zakat, dll)

            Tidak ada perintahnya, tapi diatur di Qur’an dan diberi contohnya oleh Nabi.

          • Apakah anda yakin 100% bahwa bila pada zaman nabi perbudakan dilarang, itu akan berdampak positif/lebih baik? Bahkan pada budak2 tersebut? Saya tidak yakin.

            Saya tidak mengajak berandai-andai, saya membicarakan fakta sejarah.

          • Realita pada saat itu adalah tidak semua budak siap untuk bebas. Anda tidak bisa menjamin mereka tidak jatuh keorang kafir dan diperlakukan lebih buruk bukan? Apa akibatnya bila dalam satu hari, sekaligus ratusan/ribuan orang yang belum bisa mangurus diri mereka sendiri(wanita dan anak2 contoh konkritnya) tiba tiba tidak ada lagi yang menanggung?

            Realita dari mana? ada sumbernya?

          • Dan islam pun adil dalam hal ini. Budak yang siap dan berkeinginan untuk bebas..diberi jalan nya…dibantu dengan zakat, dan berbagai bantuan finansial dari hukum2 islam.

            Ada kewajibannya? Kan nggak? Cuma bergantung pada belas kasihan tuannya.

          • Andapun tahu bahwa Rasulullah melarang menjadikan orang merdeka sebagai budak.

            Anda ngawur. Setelah pengepungan Banu Qurayzah, atas ijin Nabi Muhammad, seluruh laki-laki dewasa suku itu dipancung dan seluruh wanita dan anak-anak suku itu dibagikan sebagai budak. Nabi sendiri mengambil Rayhanah seorang wanita tercantik suku itu untuk dirinya. Mereka manusia bebas yang diperbudak umat mukmin karena kalah perang. Selain itu selama karir kenabian Muhammad, ada berbagai penaklukan yang berakhir dengan memperbudak pihak yang kalah. Silakan baca berbagai kitab Sirah nabi.

          • PS: Kita tidak bisa menjadikan ISIS sebagai representasi dari ajaran agama islam dalam hal ini. 

            Oke, ISIS mungkin ditolak sebagai representasi ajaran Islam oleh sebagian besar umat Islam.

            Lalu adakah representasi umat Islam yang tidak ditolak umat Islam? Tentu ada, yaitu kehidupan Nabi Muhammad dan era 1200 tahun Khilafah Islam yang dibanggakan oleh banyak umat Islam. Dan bagaimana sikap mereka terhadap perbudakan? Mereka melakukannya, mengaturnya dan tidak melarangnya.

          • nafiz berkata:

            terima kasih balasannya.
            Berandai-andai? Anda tidak bisa membabi buta menyalahkan seorang dokter (Dokter! Anda berandai-andai!!) karena dia mengorbankan seorang bayi agar ibunya selamat bukan?
            Well disini saya tidak yakin bahwa menghapus perbudakan pada saat itu adalah keputusan yang terbaik dan tanpa resiko…bila anda yakin ya itu terserah anda 🙂

            Belas kasihan? bukan..ini aturannya:
            “… Dan budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka …” [QS. An-Nuur (24) : 33]

            Dengan ini budak bisa menebus dirinya sendiri atau menggunakan bantuan dari sistem zakat yang hukumnya juga wajib.

            Status tawanan perang diatur disini:
            “..Sehingga apabila kamu telah mengalahkan mereka maka tawanlah mereka dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir..” [QS Muhammad 47:4:]
            Jadi: 1. Bebaskan 2. Minta tebusan. thats it.

            Oke kita punya contoh dimana Rasulullah menjadikan tawanan sebagai budak. Tapi dalam Islam acuan pertama kita tentunya Al Quran.
            Kita juga tidak bisa menutup mata bahwa dalam banyak perang lainnya Rasulullah membebaskan wanita dan anak2.
            Menurut para ulama, ada kekhususan disini bila wanita dan anak2 ikut membantu di proses peperangan. “Hukuman” untuk mereka adalah dijadikan budak. Tapi bila mereka tidak terlibat perang maka mereka tidak boleh dijadikan budak.

            Larangan menjadikan orang merdeka sebagai budak yang saya maksud adalah ini:
            “Ada tiga orang yang akan aku tuntut kelak pada Hari Kiamat. Seorang laki-laki meminta kepadaku, kemudian ia berkhianat, dan seorang laki-laki yang menjual seorang laki-laki merdeka, kemudian ia memakan hasil penjualannya itu, dan seorang laki-laki yang mempekerjakan seseorang dan tidak pernah diberi upahnya.” (HR Bukhari).

            Jadi menurut saya dijaman sekarang dimana semua orang telah merdeka. Islam pun melarang perbudakan. Anda menyimpulkan yang lain? silahkan itu hak anda…

            Oke sekarang tentang 1200 tahun kekhalifahan yang tetap melegalkan perbudakan. Mari kita kembali ke point kita awal2: Perbudakan di zaman dulu = Beradab. Jaman sekarang = biadab.

            Diluar itu yang dibanggakan ummat muslim dari kekhalifahan adalah adalah kemajuan ilmu pengetahuan dan luasnya penyebaran agama islam.
            Kita harus tetap kritis dan fair disini: Perbudakan bukan hal yang kita bisa dan layak banggakan (bahkan dicontoh dan dihidupkan lagi) dari kekhalifahan.

            sekian

          • Judhianto berkata:

            @Nafiz: untuk pembebasan budak anda mengatakan –>

            Belas kasihan? bukan..ini aturannya:
            “… Dan budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan pada mereka …” [QS. An-Nuur (24) : 33]

            Dengan ini budak bisa menebus dirinya sendiri atau menggunakan bantuan dari sistem zakat yang hukumnya juga wajib.

            Silakan cermati ayat yang anda kutip. Adakah kalimat yang mengharuskan atau mewajibkan? adakah sanksi bila diabaikan? kan tidak.
            Itu himbauan. Untuk menebus dari zakat, yang wajib itu zakatnya, budak tidak bisa mengatur-atur alokasi zakat tuannya untuk menebus dirinya.

            Untuk perlakuan Rasulullah terhadap tawanan perang –>

            Oke kita punya contoh dimana Rasulullah menjadikan tawanan sebagai budak. Tapi dalam Islam acuan pertama kita tentunya Al Quran.
            Kita juga tidak bisa menutup mata bahwa dalam banyak perang lainnya Rasulullah membebaskan wanita dan anak2.
            Menurut para ulama, ada kekhususan disini bila wanita dan anak2 ikut membantu di proses peperangan. “Hukuman” untuk mereka adalah dijadikan budak. Tapi bila mereka tidak terlibat perang maka mereka tidak boleh dijadikan budak.

            Bisa anda beri sumbernya saat Rasulullah membebaskan wanita dan anak2 pihak yang kalah berperang dengan cuma-2?
            Rasul membebaskan pihak yang kalah biasanya dengan tebusan, misalkan mengajar baca tulis pada tawanan perang Badar atau di perang-perang lainnya, bebas bila masuk Islam.

            Sikap Islam terhadap perbudakan –>

            Jadi menurut saya dijaman sekarang dimana semua orang telah merdeka. Islam pun melarang perbudakan. Anda menyimpulkan yang lain? silahkan itu hak anda…

            Anda bisa bedakan nggak antara Islam sebagai hukum dan sikap penganut Islam?
            Yang melarang perbudakan adalah mayoritas pemeluk Islam saat ini, bukan Islam sebagai hukum.
            Karena Islam sebagai hukum referensinya jelas, yaitu Qur’an dan Sunnah Nabi. Teks-2 Qur’an masih berbicara tentang perbudakan, Nabi mencontohkannya dan dua sumber di atas tidak bisa dianulir. Anda tidak bisa mengatakan ayat ini-itu sudah tak berlaku, atau tindakan nabi itu sekarang tidak Islami.

      • Herman berkata:

        Dan masalahnya ada yg memaksakannya sebagai hukum positif di jaman sekarang. Tentu saja tidak lagi relevan.

    • manisemanise berkata:

      @nafiz… kalo quran berbicara tentang perbudakan sudah pasti itu biadab titik…. seluruh duniapun tau kalo sampai saat ini semua umat muslim mengikuti perintah quran dan semua umat islampun tau, yakin dan percaya bahwa kitab suci quran berlaku sepanjang hayat bahkan lebih dari sekedar yakin kalo tiap surat, tiap ayat, tiap huruf dalam quran mengandung makna sakti dan wajib di ikuti tidak peduli apapun bunyi surat dan perintahnya … anda menyarankan kita kembali bayangkan bila kita lahir 1000 tahun yang lalu dan menganggap normal perbudakan pada saat itu.. kalo gitu coba anda bayangkan kalo anda yang jadi budaknya. apakah itu normal buat anda… apakah anda berpikir bahwa para budak itu dengan senang hati, gembira ria, senyum sumringah atau berlomba lomba menawarkan diri menjadi budak…

      • Judhianto berkata:

        @ManiseManise: Anda terlalu menyederhanakan dan menyama-ratakan umat Islam.

        Tahukah anda, bahwa saat ini ada puluhan negara Islam atau mayoritas penduduknya muslim? Berapa banyak yang melegalkan perbudakan? Tidak ada.

        Secara de-facto umat Islam sudah tidak menggunakan 100℅ hukum agama. 

        Yang bersikeras untuk menjalankannya 100℅ (termasuk perbudakan) hanyalah kelompok minoritas yang sayangnya paling lantang bersuara dan beraksi.

        Di Indonesia, mayoritas umat Islam adalah kelompok NU dan Muhammadiyah yang sayangnya suaranya sering tertutup oleh kelompok fundamentalis PKS, FPI, HTI dan sebagainya.

      • nafiz berkata:

        yang memperbudak saya tetep beradab. dan saya mungkin akan mencoba untuk menebus diri saya.

        Saya pribadi menentang perbudakan tanpa ragu.

        Apakah anda tahu agama yang dalam kitab utamanya secara jelas melarang perbudakan?

  16. Aris Koerniaone berkata:

    Assalaamualaikum wrwb, saya coba menanggapi tulisan di atas
    Dari Q.S. Al Mukminuun ayat 5-7 dan Q.S. An Nisaa 24 yg penulis angkat sebagai dasar, saya belum mau menyanggahnya, yg jelas dari ayat2 itu tolong digaris bawahi “BUDAK2 yg KAMU MILIKI” Nahhhhhhh………….., bagi yg gak punya ya…….. jgn coba2 deh dg sengaja nyari-nyari sendiri apa lagi membuat perempuan bebas merdeka LALU dijadikan BUDAK SEX. Selanjutnya, bila dilihat dari “PENGEJAWANTAHAN” ayat2 tersebut oleh Nabi sebagai Uswah kita dalam melaksanakan ayat2 tersebut diatas, JELAS terlihat bahwa Nabi tidak dengan sengaja “MENCARI” BUDAK, apalagi untuk dijadikan budak SEX. Di dalam kasus Maria Al Qabtyya jelas itu datang sendiri sebagai HADIAH, lalu Nabi memuliakannya dg memperlakukannya dg sewajarnya sehingga niat “MELINDUNGI” yg lemah dapat berjalan tanpa harus menentang adat keji yg waktu itu masih kuat mengakar, malah jika ada penerus keturunan dari budak itu bisa jadi manusia merdeka.
    Kesimpulannya, Islam tidak menyuruh “MENCARI” budak sek, namun, JIKA MASIH ADA manusia disekitar ISLAM yg dipelakukan sebagai BUDAK, lindungilah, hormatilah hak-haknya, lalu bila mampu, bebaskanlah. Ingat,dari kasus budak sex ini jelas terlihat, NIlai-nilai ISLAM diberlakukan umat manusia hanya sampai batas masa Khulafaurrasyidin, selanjutnya, BUKAN SEBAGAI PATOKAN perilaku MUSLIM…….. yg jelas, BARANGSIAPA yg masih nyari budak sex dengan sengaja, itu bukan perilaku seorang MUSLIM

    • Judhianto berkata:

      @Aris Koerniaone: saya coba simpulkan komentar Anda.

      • Islam tidak melarang perbudakan serta memberikan aturan mengenai perbudakan. Alasannya macam-macam, dan menurut Anda tujuannya baik.

        Saya setuju bahwa itu baik, dengan catatan, baik di jamannya tapi bila dibawa ke jaman modern, itu biadab.

      • Anda mengatakan Nabi tidak dengan sengaja mencari budak, apalagi untuk budak seks. Dari sejarah, kita tahu bahwa Nabi beberapa kali menaklukan wilayah kafir, menawan penduduknya sebagai budak dan mengambil wanita tercantiknya untuk dirinya. Saat mengalahkan Bani Qurayzah, Nabi mengambil Rayhanah, saat menghancurkan Khaybar Nabi mengambil Safiyah binti Huyay.
      • Anda mengatakan –>

        Ingat,dari kasus budak sex ini jelas terlihat, NIlai-nilai ISLAM diberlakukan umat manusia hanya sampai batas masa Khulafaurrasyidin, selanjutnya, BUKAN SEBAGAI PATOKAN perilaku MUSLIM

        Ini cucitangan atau apa? Memperbudak tawanan perang itu dilakukan nabi kok, menggunakan budak seks juga dilakukan nabi kok. Hal-hal lain misalkan istana Harem itu tak lain adalah improvisasi terhadap apa yang sudah dilakukan nabi.

  17. Noerhadi berkata:

    Bismillahirrohmaanirrohiim..
    Utk pak judhianto, anda beriman kpd Allah, Yg Maha pngasih dan pnyayang.. Tp anda lupa bahwa Allah jg memiliki sifat2 lain..
    Allah adalah Tuhan yg Maha kuasa atas segala sesuatu, yg Maha mengetahui segala sesuatu.. Ilmu anda dan Ilmu Allah mngkin umpama buih dan lautan.. Dan Allah sudah menetapkan sesuatu, lalu dngan angkuhnya anda bilang kalo aturan Allah salah??

    • Judhianto berkata:

      @Noerhadi: saya secara jelas menyatakan tidak setuju dan menentang perbudakan serta perbudakan seks, lalu anda menganggap saya angkuh.

      Jadi pendapat anda sendiri (yang tidak angkuh) bagaimana? anda setuju dengan perbudakan dan perbudakan seks?.

      Jelaskan dong kepada saya dan pembaca semua bagaimana mulianya memperbudak manusia dan menggunakannya sebagai pemuas seks. Siapa tahu kami semua mendapat hidayah sehingga dengan tawadhu memperbudak orang lain dan menggunakan budak wanita sebagai pemuas seks…

  18. abdul Ghani berkata:

    pak Judianto, dari tanggapan anda terhadap komentar Aris Koerniaone diatas anda mau menyimpulkan bahwa penaklukan yg dilakukan Nabi terhadap wilayah kafir termasuk juga perang2 penting dalam sejarah Islam semata2 untuk mendapatkan budak2 wanita yg cantik2 agar bisa jadi pemuasnya/ budak seksnya. bukannya untuk dakwah atau pembebbasan suatu negeri dari kemusyrikan? kalau tindakan Nabi Allah yang mulia saja sudah anda cap seperti itu. yasudah tak usah bernabikan Muhammad kalau tak mau menerima. toh anda bisa jadi muslim juga karena adanya perang2 dan penaklukan nabi di masanya. kemudian masa khilafah 1200 yg terus2an anda cerca itu. ingat ya, nenek moyang orang Indonesia sampai pada kita sekarang ini bisa merasakan nikmatnya iman dan islam berkat kuasa Allah melalui khalifah2 Nya yg mengirim utusan untuk mendakwahkan tauhid ke indonesia. kalau tak mau menghargai usaha dari zaman khilafah dengan hanya mencari celah dalam hukum Islam kemudian mencercanya yasudah tak usah menerima Islam sama sekali sebagai ad-dien (sistem hidup, way of life)

    • Judhianto berkata:

      @Abdul Ghani: saya tertarik mengutip komentar anda berikut:

      … anda mau menyimpulkan bahwa penaklukan yg dilakukan Nabi terhadap wilayah kafir termasuk juga perang2 penting dalam sejarah Islam semata2 untuk mendapatkan budak2 wanita yg cantik2 agar bisa jadi pemuasnya/ budak seksnya

      Silakan baca komentar saya lagi. Yang saya sampaikan adalah beberapa fakta yang sudah terjadi dalam sejarah, saya tidak menyinggung motifnya apalagi mengatakan semata2.

      Jika anda tidak setuju dengan pendapat saya, tinggal tunjukkan saja di bagian mana fakta yang saya sampaikan salah dan tunjukkan koreksinya, bukan berkomentar kesana-kemari sampai menyebut nenek moyang Indonesia dan penghargaan usaha zaman khalifah segala 🙂

      Silakan belajar memperhatikan apa yang dituliskan orang lain, bukan mengarang pikiran orang, lalu marah-marah.

  19. akidner berkata:

    Orang yg setuju pembudakan dan perbudakan seks sepertinya jomblo dan orang orang maniak seks kayanya nihkepengen dan berharap kali ye..pengen beli yah budak sex.?. ingin di legalkan?? haha
    Udah jelas biadab!! klo gua mah ga peduli itu di boleh kan di alquran atau engga
    Yg penting kan ga di wajibkan .. et dah mikir dua kli sih klo di wajibkan juga kebanyang kan jaman modrn kaya skg.. haha emg tu budak cewe nya mau ridho apa udah di suruh suruh kerja keras banting tulang berjam jam terus di suruh memuaskan hasrat tuan nya lagi di kamar…. astagfirullah dan seterusnya seperti itu.. lalu klo udah bosen jual .. cari yg baru haha kan gila emang nya cabe cabean? Eh Ah Udah sudahlah.. Wkwk pasti tuh cewe sakit batin.. klo ada di jaman sekarang bisa aja sih.. paling banyak yg bunuh diri tuh budaknya.. wkwk
    Manusia punya otak punya hati nurani.. klo meski di alquran itu di perbolehkan dan bukan termasuk perbuatan tercela.. ya udah lah jangan di ikutin lahian kan ga di wajib pin. . Dan klo ada org yg keukeh setuju apalagi menerapkan perbudakan seks karena beranggapandi alquran di perbolehkan.. seperti isis dll .. ah da isis dll mah teroriis atuh udah jelas orang jahat semua.. haha tenang aja dinegara manapun saya kira ga akan ada lah yg mau jdi budak sex nya juga.. kecuali suriah dan yg 2 tdi.. ah da ada isis ketang itu juga.. tpi gua yakin isis juga pasti maksa cewe tersebut buat jadiin budak budaknya.. ialah klo gamau pasti di gorok kan.. haduh sama aja merkosa *kayanya..
    Nah klo di negara negara lain saya kira ga akan ada dan klo pun ada kita kan negara hukum .. hukum mati aja sekalian org yg menerapkan perbudakan sex nya.. kan sudah jelas ada di pasal pasal kan.. jdi walaupun dia bilang ini bukan perbuatan tercela karena ada dalam alquran.. ya kita tinggal jawab.. yah betul perbudakan sex bukan lah hal yg tercela karna ada di surat itu lah saya gatau yg ada di alquran.. tpi ini kan kita tinggal di negara ,negara yg punya peraturan..hukum hukum dan mempunyai ham.. yg tak boleh dilanggar .. jadi yah sudah jelas orng yg melanggar hukum tembak mati sekalian*dooorrr

    ✌✌ piece pak jhudi saya di pihak anda.. sorry gabut tapi asli pokonya saya juga sangat tidak setuju pak..
    Tidak setuju bukan berarti menantang kehendak allah.. tpi tidak setuju karena perikemanusiaan.. hehe

  20. akidner berkata:

    Bayangin yg jdi budak kita atau keluarga kita.. haha klo ada yg setuju berarti ga punya otak !! Siapa yg mau sih heh jdi budak biarpun itu di perboleh kan ya jangan pernah untuk mencoba atau mencari atau merasa ingin karena punya alasan halal..
    Pikir aja pake logika memang tidak dosa karna di perbolehkan.. tapi membuat orng menderita tersiksa batin dan raga.. tetep aja dosa !

    Jangan nurutan isis da isis mah orang jahat.. haha
    Berjuang katanya.. Enak enakan sosoan garis keras tpi mana sama aja .. sama nafsu mah kalah siapapun juga.. mentang mentang di perbolehkan jadi seenaknya memperlakukan wanita dijadikan budak sex.. gua yakin dipaksa tuh cewe cewe buat jadi budak! Haha Kalah aja sama nafsu mah siapa pun juga..

Perkaya tulisan ini dengan pendapat Anda

error: Hargai hak cipta penulis !!
%d blogger menyukai ini: