Evolusi.
Sebuah teori biologi yang paling kontroversial. Belum pernah ada teori yang memicu perselisihan yang meluas antara ilmuwan melawan agamawan seperti teori ini.
Evolusi Biologi, Sebuah Gempa
Teori ini mengguncangkan salah satu pilar penting keyakinan agama yang ada, yaitu doktrin penciptaan manusia.
Agama mengatakan Tuhan menciptakan manusia langsung dari ketiadaan. Islam mengatakan Allah menciptakan manusia dari tanah liat. DIbentuk dan diberikan ruh langsung oleh Allah. Yahudi dan Kristen mengatakan manusia diciptakan Allah pada hari ke lima dari enam hari penciptaan alam dan manusia.
Menurut semua agama Ibrahim itu, manusia diciptakan sempurna sejak dari pertama dan tak akan berubah hingga akhir jaman kelak.
Teori Evolusi mengajarkan hal yang berbeda. Semua mahluk hidup termasuk manusia adalah hasil perkembangan jutaan tahun dari spesies yang lebih sederhana. Tak ada penciptaan instan, yang ada adalah akumulasi perubahan kecil dalam waktu yang sangat lama.
Teori dilawan teori. Salah satu teori yang diajukan agamawan adalah teori Intelligent Design.
Intelligent Design menjelaskan bahwa beberapa fitur tertentu dari alam semesta dan makhluk hidup, adalah hasil suatu rancangan cerdas, bukan hasil proses perubahan bertahap dari seleksi alam.
Contoh sederhananya adalah manusia dengan kecerdasannya serta kesempurnaan tubuhnya, terlalu kompleks untuk dihasilkan oleh proses uji coba seleksi alam. Pasti ada sesuatu lebih tinggi (Tuhan) yang merancangnya langsung.
Sudahlah… anda bisa melihat ratusan situs yang membahas debat ini.
Saya akan bahas evolusi yang bisa kita amati dalam periode lebih pendek sejarah manusia.
Evolusi Teknologi, Evolusi Di Sekeliling Kita
Lihat disekeliling anda, ada ratusan barang yang tidak pernah ada pada masa nenek moyang kita dahulu. Mulai dari yang sederhana seperti tissue untuk menghapus ingus kita sampai komputer yang bisa diisi program apa saja.
Apa hubungannya dengan evolusi?
Mereka adalah jejak evolusi teknologi yang hampir setiap perkembangannya dapat kita amati.
Para spesies teknologi itu (saya menyebut spesies teknologi untuk barang-barang itu), lahir dan berkembang dari spesies yang sudah ada sebelumnya.
Sebuah komputer ada karena kita pernah menciptakan kalkulator, kalkulator ada setelah transistor ditemukan, sebelumnya ada silikon, ada listrik dan berbagai macam spesies pendahulunya.
Semua spesies teknologi itu berawal dari satu spesies teknologi purba yang mungkin sama. Pemantik api, milik manusia purba moyang kita. Tanpa menemukan api semua spesies teknologi di atas mustahil ada.
Seperti dalam kerajaan binatang, kita menyaksikan spesies-spesies generasi awal yang bertahan sampai kini, dengan hanya sedikit berubah, seperti cobek untuk menyambal yang mungkin sudah ada sejak periode berburu manusia. Mungkin sama dengan ikan purba yang ditemukan di Manado, Coelacanth yang seangkatan dengan Dinosaurus.
Kita juga melihat spesies teknologi yang punah, yang pada masa jayanya memonopoli dunia. Contohnya catapult yang merupakan puncak teknologi perang pada era medieval, mendadak punah dan dilupakan orang manakala ditemukan meriam. Persis Dinosaurus yang mendadak punah. Contoh lain adalah kamera menggunakan film yang memasuki ajalnya karena digusur oleh kamera digital.
Seleksi alam (maaf seleksi oleh manusia) berlaku juga untuk spesies-spesies teknologi ini.
Untuk Spesies Teknologi: Evolusi atau Intelligent Design?
Jelas evolusi.
Pada saat menemukan sekrup para penemu tidak pernah membayangkan bahwa teknologi sekrup mereka suatu saat adalah bagian dari sebuah Boeing 747 raksasa dengan segala macam kecanggihannya. Tidak pernah ada rancangan jet angkut raksasa, rancangan komputer atau rancangan kulkas saat sekrup dibuat pertama kali.
Sang pencipta (manusia) bisa membuat ciptaan rumit , hanya setelah spesies pendahulunya sudah ada. Proses penciptaan ini tidak pernah berhenti, kita bahkan bisa berharap ribuan spesies teknologi baru akan muncul, bahkan untuk hal-hal yang tidak terbayangkan rumitnya.
Salah satu yang didepan mata adalah kecerdasan buatan (Artificial Intelligent). Contoh yang akrab di kita adalah fuzzy teknologi di mesin cuci yang bisa menentukan proses mencuci lebih efisien, atau di kecerdasan buatan lawan kita di PlayStation yang bahkan bisa mengungguli kita dalam game.
Kecerdasan buatan ini bahkan digambarkan suatu saat bisa menjadi musuh sang penciptanya dan bahkan mengalahkannya. Sequel film Terminator dan Matrix menggambarkannya dengan sangat baik.
Jadi, 200 tahun lagi ketika para mesin ini sudah benar-benar otonom, mungkin kita akan bisa mendengar perdebatan berikut:
- Robot 1: Evolusi Teknologi? itu mustahil. Kita ini sedemikian canggihnya mana mungkin bermula dari spesies rendahan seperti sekrup.
- Robot 2: Tetapi saya tak percaya “Kun Fayakun” dalam penciptaan robot. Pasti ada proses bertahap.
- Robot 1: Bertahap apanya? kalau robot itu hasil evolusi dari sekrup, tentunya sekarang ini semua sekrup sudah berubah menjadi robot dan tak ada lagi sekrup didunia ini.
- Robot 2: Mereka bertahan karena mereka berguna untuk keperluan khusus.
- Robot 1: Omong kosong… Kamu kurang beriman…Baca tulisan Harun Yahya (maksudnya robot bernama Harun Yahya)….
Salam kenal pak.
Tulisan yg bagus dengan analogi yg bagus pula untuk teori evolusi.
Namun tetap ada yg ingin saya tanyakan.
Jika dalam evolusi teknologi manusia adalah faktor pendorong terjadinya evolusi,
Saya jadi berpikir, apakah mutasi dan seleksi alam juga punya kesadaran atau setidaknya dikendalikan oleh suatu kesadaran tertentu? Meskipun kita tidak bisa mengatakan bahwa “kesadaran” tsb menghasilkan sesuatu yg bisa kita sebut “intelligent design”.
@Ali Irwanto: dalam level sains, mutasi mahluk hidup merupakan proses random, akan tetapi proses seleksi yang terjadi tidak random.
Alam, persaingan antar mahluk hidup dan seleksi oleh manusia hanya memilih yang paling unggul. Klasifikasi unggul bisa berarti yang paling kuat, lincah, cerdik, atau rasanya enak (misalnya buah konsumsi manusia).
Intelligence design?
Untuk tanaman pertanian, tanaman hias, binatang ternak atau binatang peliharaan; yang berperan dalam intelligence design adalah manusia.
Untuk manusia, saat ini belum terbukti adanya aktor intelligence design yang membentuk manusia, mungkin para pendukung intelligence design harus lebih banyak menunjukkan fakta yang bisa diverifikasi untuk bisa meyakinkan komunitas sains.
manusia tercipta dengan segala kesempurnaan yang ada. Salah satu makhluk yang paling istimewa dengan makhluk-makhluk lainnya. Seperti binatang, tumbuhan atau yang lainnya. Mereka (hewan,tumbuhan dan yang lainnya) tidak akan seperti manusia. Bagaimanapun manusia adalah pemimpin di alam dunia ini. Dengan akal dan nalurinya(keseimbangan fungsi otak kiri dan fungsi otak kanan) manusia mempunya perasaan yang kompleks. Ada perasaan marah, benci, rindu, lapar, haus, sakit, senang, penasaran(analisitis),bahkan dengan kesempuraan manusia bisa sampai ke tahap menjadi pencipta.Seperti menciptakan lampu,telepon,televisi, radio,kapal terbang, komputer,robot yang memakai mikrochip super komputer sebagai otaknya (konon merupakan ciptaan manusia yang menyerupai aslinya yang paling pinter). Bahkan ada yang bilang,suatu saat nanti kehidupan manusia akan musnah diganti oleh ciptaan manusia itu sendiri. Di masa itu robot dengan kemampuan otak super mega giga tera komputernya lah yang menjadi pemimpin kehidupan.
Suatu imajinasi tingkat tinggi jika orang mempunyai analisa seperti tadi (robot menjadi pemimpin hidup karena evolusi hasil ciptaan manusia)
Sesempurna sempurna nya ciptaan manusia, tidak akan sesempurna manusia itu sendiri. Karena sudah menjadi ketentuan hidup, bahwa ciptaan ciptaan (makhluk lain)nya adalah berperan sebagai pelengkap kebutuhan hidup manusia itu sendiri. Manusia dengan akal/ dan nuraninya boleh menciptakan sesuatu. Tapi itu hanyalah sebagai salah satu kebutuhan untuk manusia itu sendiri. Manusia mencipta karena kebutuhan. Analogi sederhana nya : sebelum ada baut mungkin ada paku,sebelum ada paku boleh jadi ada kayu/bambu. Suatu evolusi ciptaan manusia, yang fungsi tujuan di ciptakan kayu,paku,dan baut adalah untuk mempatri suatu sambungan agar tidak mudah copot. Jadi jelas sekali bahwa evolusi yg diciptakan manusia semata-mata untuk terpenuhinya salah satu kebutuhan manusia itu sendiri.
Tiada pemimpin hidup selain manusia yang dibekali otak/akal dan nurani. Manusia adalah makhluk istimewa. Semua yang ada di alam semesta raya adalah untuk kebutuhan hidupnya.
Masing-masing makhluk ada yang menciptakan. Ada yang diciptakan manusia(misal:tempe tercipta dari bahan2 yg sderhana-kacang dan ragi) bisa dipahami secara logika bahwa ada tempe karena ada ragi dan kacang, Tempe ini salah satu contoh yang biasa disebut evolusi. Karena nanti kalo jd tempe bisa jadi produk lain.
Ada pula ciptaan yang tercipta oleh suatu dzat maha ghaib. dan itu akan menjadi ketetapan. Dimana makhluk tersebut diciptakan dengan peran masing2. Yang pertama yaitu berperan untuk mengabdi kepada yang mencipta. Dan peran yang lainya sebagai pelengkap kebutuhan hidupnya.
Yakni manusia dan seluruh alam semesta beserta isinya.
Manusia> tunduk mengabdi pada yang mencipta( Dzat yang maha ghaib)
Alam semesta raya beserta isinya > alat untuk kebutuhan hidup manusia
@Supriadi: komentar anda sangat bagus menggunakan akal sehat untuk menilai tentang apa yang terjadi dengan evolusi.
Akan tetapi akal sehat memiliki keterbatasan. Akal sehat adalah hasil dari kumpulan pengalaman manusia menghadapi kenyataan didunia. Karena berdasarkan pengalaman hidup, maka peristiwa yang diluar pengalaman hidup manusia tidak tercakup di dalamnya, seperti apa yang terjadi ribuan tahun yang lalu atau menganalisa sesuatu yang belum terjadi di masa depan.
Salah satu pernyataan akal sehat yang sering dikatakan adalah: Manusia adalah mahluk paling sempurna di bumi, dan tak akan ada mahluk lain yang akan mengungguli manusia. Pernyataan ini sangat masuk akal jika kita melihatnya dalam skala hidup manusia.
Akan tetapi dengan melihat data geologis dan fosil yang berusia jutaan tahun, kita melihat bahwa dulu pernah ada Dinosaurus yang merupakan penguasa di bumi selama 160 juta tahun. Setelah dinosaurus punah, berbagai macam spesies bergiliran merajai bumi. Sebelum manusia modern lahir, ada manusia Neanderthal yang merupakan mahluk paling pandai di bumi. Ia tidak bertahan lama ketika homo sapiens muncul dan menjungkalkan tahtanya. Apakah mungkin kelak ada spesies baru yang menggeser homo sapiens sebagaimana kita menggeser manusia neanderthal? mungkin saja..
Fakta-fakta masa jutaan tahun lalu itu tidak bisa kita tangkap dengan akal sehat, sebelum ada film dinosaurus, kita tidak bisa membayangkan bagaimana bumi tanpa ada manusia yang dipenuhi oleh binatang-binatang raksasa aneh.
Jika kita tak bisa mengandalkan akal sehat untuk menilai peristiwa masa lalu yang jauh diluar jangkauan kehidupan kita, maka kita juga tak bisa mengandalkan akal sehat untuk meramalkan masa depan yang jauh. Yang diluar jangkauan kehidupan kita hanya bisa diramalkan melalui analisa sains.
Untuk mesin (komputer adalah salah satu mesin), dalam area yang terbatas, semua kemampuan manusia telah dapat dilampauinya.
Kemampuan manusia bergerak sudah kalah jauh dibandingkan dengan mobil dan pesawat terbang.
Kemampuan manusia berhitung sudah kalah jauh dibandingkan komputer.
Kemampuan manusia menarik kesimpulan dalam arena terbatas juga sudah kalah jauh dibanding komputer.
Tinggal satu hal belum terjadi dengan komputer, yaitu mengintegrasikan semua keunggulan tersebut dalam satu mesin.
Itu belum terjadi, dan akal sehat kita mengatakan: “itu tidak mungkin”, tetapi mungkin reaksi yang sama bisa kita peroleh dari penduduk Majapahit dulu bila kita menceritakan tentang komputer, internet, facebook, mobil, pesawat terbang atau perjalanan ke bulan.
Analogi teknologi anda justru menjungkalkan teori evolusi itu sendiri. Itu justru membuktikan bahwa evolusi memerlukan “kehendak” dan “intelegensi” yg tidak lain dari manusia (penciptanya). Sangat konyol bila membayangkan TV layar cembung berubah sendiri (dgn kehendak TV itu sendiri) selama bertahun-tahun menjadi TV kualitas HD. Mengapa anda mengambil analogi tersebut? Jawabannya adalah karena tidak ada satupun analogi evolusi yang bisa ditemui dlm kehidupan sehari-hari.
Dalam suatu grup FB atheis saya pernah menganalogikan sbb: Bayangkan anda mempunyai helikopter, lalu anda terbang dgn helikopter tsb ke suatu pulau terpencil. Ketika hampir tiba di pulau tsb, anda melihat istana pasir dan huruf SOS di pantai pulau itu. Setelah anda selidiki di pulau itu tidak ada seorangpun (atau tengkorak manusiapun), bahkan monyet sekalipun. Pertanyaannya bagaimana istana pasir dan huruf itu terbentuk? Apakah terjadi dgn sendirinya karena campuran angin, ombak laut dll. Atau dibuat oleh manusia?
Analogi lain yg saya tulis adalah; bayangkan anda menjadi seorang arkeolg atau penjelajah. Anda menjelajah suatu hutan belantara yg belum pernah dijamah manusia, Jauh didalam hutan tsb anda menemukan gua, didalam gua itu anda melihat ratusan gambar atau simbol-simbol unik didindingnya, Simbol-simbol ini blm pernah anda lihat sebelumnya. Setelah diselidiki, tdk ada org yg tinggal disitu bahkan tdk ada tengkorak makhluk hidup disitu. Pertanyaanya adalah siapa yg membuat simbol-simbol itu? Apakah terjadi dgn sendirinya secara acak krn angin ,gempa bumi dll selama jutaan tahun? Atau ada suatu makhluk yg punya “kehendak” dan “intelegensi” yg membuatnya?
Analogi lainya adalah : bayangkan anda berjalan disuatu tempat yg sepi, ditengah jalan anda menemukan flasdisk kapasitas 4 GB. Setelah dicek dlm flashdisk berisi data pribadi anda, lengkap dari ujung rambut hingga ujung kaki, bahkan tersimpan data-data organ tubuh anda dan penyakit anda. Kira-kira siapa yg membuat data dlm flashdisk itu? Apakah terjadi dgn sendirinya selama jutaan tahun, dan kebetulan anda menemukannya? Atau ada “makhluk” yg mempunyai “kehendak dan “intelegensi” yg membuatnya.
Tiga analogi saya diatas adalah analogi sederhana yg bisa ditemui dlm kehidupan kita sehari-hari. Namun analogi diatas bukan pertanyaan saya yg sesungguhnya, pertanyaan yg vital adalah bagaimana DNA terbentuk? Seperti diketahui DNA berisi milyaran kode-kode informasi setiap makhluk hidup, DNA terbentuk krn ada protein, namun protein terbentuk krn ada DNA. Dan kode DNA itu tdk ada artinya bila tidak ada enzim-enzim yg membacanya, namun sayangnya Enzim itu pun ada krn DNA. Pertanyaan ini jauh lebih sulit dari pada “Mana yg lebih dulu ayam atau telur?”
Bila anda bisa menjawabnya silahkan dijawab… 🙂
Agama tidak pernah membatasi ilmu pengetahuan, pada abad pertengahan islam merajai ilmu pengetahuan dunia dgn tokoh-tokoh terkenal seperti avicena, aljebra, dll. Bila ada org beragama membatasi iptek itu tidak lebih krn malas.
Salam
Teis… 🙂
@Diki: terima kasih untuk ikut menyumbangkan pemikiran.
Saya tertarik untuk mengomentari metodologi analogi yang anda gunakan. Analogi adalah mengambil kesimpulan dari suatu hal dan menerapkan kesimpulan tersebut ke hal lain yang diasumsikan sama.
Problem dari analogi terletak pada “asumsi kesamaan” yang sering menjebak.
Sebagai contoh: seorang yang dipukul keras-keras di dadanya pasti akan kesakitan dan akan marah besar pada pemukulnya, anda bisa yakin pada sebagian besar orang, akan tetapi anda tidak boleh memastikannya berlaku untuk semua orang. Jika anda mengalami serangan jantung hingga jantung anda berhenti, maka tindakan medis pertama yang disarankan adalah mengejutkan jantung anda agar kembali berdetak. Di situasi lapangan, itu berarti memukul keras-keras dada anda. Saat jantung anda berdetak kembali dan anda tersadar, anda mungkin merasakan nyeri bekas pukulan, tapi saya yakin anda sama sekali tidak akan marah pada pemukul dada anda.
Analogi pada obyek yang sama (manusia) dan tindakan yang sama (memukul dada) bisa salah pada kasus di atas, apalagi untuk obyek yang sama sekali berbeda.
Karena sifatnya yang manipulatif ini, analogi sering digunakan untuk menerangkan hal-hal yang tak bisa diuji (atau dilindungi dari pengujian). Salah satu kelompok yang sering sekali menggunakan analogi adalah para agamawan. Anda akan sering sekali melihat bagaimana para agamawan menggunakan analogi bukan untuk mengungkapkan kebenaran, melainkan untuk melindungi dogma mereka.
Sebagai contoh jika manusia berkehendak dan bisa marah, maka secara analogi pasti Tuhan berkehendak dan marah pula, mereka menganalogikan manusia dengan Tuhan.
Akan tetapi pada contoh lain, jika tiap manusia pasti mati, mereka menolak bahwa Tuhan pasti mati juga, mereka menolak analogi manusia dengan Tuhan sebagaimana mereka menganalogikan sebelumnya.
Jadi analogi mungkin berguna pada era para filosof, pada era dimana pembuktian seringkali tak mungkin, era pra sains atau era para pengkhotbah.
Sekarang adalah era pembuktian sains. Mekanika quantum, bom nuklir, waktu yang bisa molor dan menyusut, materi yang bisa tercipta spontan di ruang dan waktu, cahaya yang dibekukan, lubang hitam, semuanya hasil kerja pembuktian sains dan sama sekali diluar jangkauan analogi, filsafat atau akal sehat. Realitas lebih luas dari jangkauan analogi akal sehat.
Jadi balik ke tulisan saya.
Yang saya tunjukkan adalah banyak hal yang kompleks di dunia ini yang muncul tidak dengan tiba-tiba, melainkan melalui proses bertahap penyempurnaan.
Jika untuk teknologi, penyempurnaan itu melalui seleksi manusia, maka untuk mahluk biologi penyempurnaan itu melalui seleksi alam.
Apakah berarti ada ‘kehendak’ atau ‘intelegensia’ dibalik selekasi alam, itu lompatan analogi yang menyamakan dua obyek yang berbeda yaitu evolusi teknologi dengan evolusi biologi.
Bisa jadi itu analogi yang benar, atau bisa jadi itu analogi yang salah.
Tapi sejauh ini, sudah ribuan tahun aktor intelegensia (Tuhan) itu selalu disebut tanpa sama sekali ada bukti aktual yang bisa diverifikasi setiap orang. Aktor intelegensia itu hanya muncul dibalik analogi dan perumpamaan yang sayangnya hanya bisa diterima oleh sebagian kelompok (agama) dan ditolak kelompok (agama) lainnya.
Yang memang hak tiap orang untuk gigih untuk menganalogikan dan mengumpamakan segala sesuatu.
Saya pilih menggunakan Occam’s Razor, buang segala asumsi rumit metafisis yang tak bisa dibuktikan dan pakai penjelasan sederhana yang berdasarkan bukti nyata – yaitu sains. Masa depan manusia ditentukan oleh penguasaan fakta dan sains, bukan oleh asumsi supranatural.
Luar biasa penjelasan nya mas judianto