Beranda » Ketika Cerita Dalam Qur’an Berbeda

Ketika Cerita Dalam Qur’an Berbeda

Beruntunglah kita yang hidup di era komputer dan internet, segala informasi hampir semuanya dapat dicari di internet atau diproses di komputer. Dengan komputer menelusuri dokumen yang dahulu mustahil bisa dilakukan dalam hitungan hari, bisa dilakukan. Bahkan lebih cepat.

Untuk Qur’an, ada Qur’an elektronik yang bagus dan saya suka karena kemudahannya yaitu Zekr dan yang penting adalah software ini gratis. Anda dapat mengunduhnya di http://zekr.org .

Banyak hal baru yang akan bisa anda peroleh dengan menggunakan Qur’an elektronik ini.

Temuan Bermasalah

Salah satu temuan yang menarik yang saya bagikan adalah: coba anda lakukan pencarian terhadap frase “melihat api” di terjemahan Qur’an.

Mencari frasa "melihat api" di Qur'an dengan software Zekr
Mencari frasa “melihat api” di Qur’an dengan software Zekr

Ada tiga hasil yang akan keluar. Ketiganya bercerita tentang kisah Musa yang melihat api dan berdialog langsung dengan Allah. Kisah ini juga diceritakan di Injil dengan detil yang berbeda.

Lukisan Musa melihat api di Saint Isaac's Cathedral, Saint Petersburg
Lukisan Musa melihat api di Saint Isaac’s Cathedral, Saint Petersburg

Yang menarik dari cerita itu di Qur’an adalah, satu cerita yang sama diceritakan dalam tiga lokasi dengan detil yang berbeda.

Untuk lebih jelasnya ketiga cerita itu saya jajarkan dibawah, saya hanya tampilkan dialog yang terjadi antara Allah dan Musa. Detil lengkap penceritaan dapat anda lihat sendiri di Qur’an.

An-Naml ayat 7 dst.Al-Qasas ayat 29 dst.Taa-haa ayat 10 dst.
“Bahwa telah diberkati orang-orang yang berada di dekat api itu, dan orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam”.”Hai Musa, sesungguhnya, Akulah Allah, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana, dan lemparkanlah tongkatmu”“Ya Musa, sesungguhnya aku adalah Allah, Tuhan semesta alam, dan lemparkanlah tongkatmu”“Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu, maka tanggalkanlah kedua terompahmu; sesungguhnya kamu berada dilembah yang suci, Thuwa. Dan Aku telah memilih kamu, maka dengarkanlah apa yang akan diwahyukan (kepadamu). Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.
Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan (waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi binasa”.“Apakah itu yang di tangan kananmu, hai Musa? “”Ini adalah tongkatku, aku bertelekan padanya, dan aku pukul (daun) dengannya untuk kambingku, dan bagiku ada lagi keperluan yang lain padanya”.”Lemparkanlah ia, hai Musa!”
Gereja St. Catherine’s Monastery, Sinai, yang diyakini berdiri di tempat Musa melihat api

Detil Yang Mengundang Tanya

Apa yang dapat dilihat dari tiga penceritaan Qur’an diatas:

  1. Ketiga cerita mengisahkan peristiwa yang sama.
  2. Dialog yang terjadi berbeda di ketiga cerita tersebut walau mengisahkan peristiwa yang sama.
  3. Pada dialog 1 & 2, Allah memerintahkah Musa melemparkan tongkat setelah Allah memperkenalkan diri.
  4. Pada dialog 3, Allah memerintahkan Musa melepas terompahnya sebelum memperkenalkan diri. Setelahnya Allah bertanya tentang apa yang dipegang Musa, sesudah Musa menjelaskan bahwa itu adalah tongkat, Allah baru memerintahkan untuk melemparkannya.

Kesimpulannya apa?

Detil peristiwa dalam Qur’an tidaklah penting kesesuaiannya dengan peristiwa yang nyata, terbukti dengan tiga versi dialog untuk peristiwa yang sama dalam Qur’an. Bila semua detil Qur’an akurat, tentu hanya ada satu versi dialog ini, karena peristiwanya adalah satu

Kesimpulan ini berlawanan dengan anggapan umum yang dipahami oleh kaum Muslim yaitu Semua peristiwa yang diceritakan dalam Qur’an adalah nyata terjadi sampai ke detil-detilnya.

Atau… anda punya kesimpulan lain?

248 thoughts on “Ketika Cerita Dalam Qur’an Berbeda

  1. Assalamualaikum.
    Mas Yudhi, aku mendownload topik ini, mohon dikomentari dong, trimsss

    Konspirasi Arab Terhadap Islam
    Terjemahan
    The Arab Cospiracies Against Islam
    by Aidid Safar
    http://www.aididsafar.com
    Halaman 2 dari 294

    Bangsa Arab itu sangat setia pada kekafiran dan kemunafikannya. Mereka tidak tahu tentang larangan-larangan yang ditetapkan oleh Allah terhadap Rasul-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana (Qur’an Surat 9 Ayat 97)
    Bangsa Arab yang ada di sekelilingmu adalah orang-orang munafik dan
    mereka berasal dari kota berpenghuni. Mereka sangat memuja sifat
    munafiknya (Qur’an Surat 9 Ayat 101)
    Kami telah memberikan kepada setiap nabi musuh-musuh yang berupa
    syaitan dalam bentuk manusia dan jin yang menciptakan dan
    membacakan kata-kata indah untuk menipu manusia. Bila Tuhanmu
    menghendaki, niscaya mereka tidak akan mengerjakannya. Kamu harus menjauhinya dan ciptaan-ciptaan mereka.
    (Qur’an Surat 6 Ayat 112)

    1. @H. Bebey: saya kesulitan mencari buku yang anda maksud di web itu, tapi dengan bantuan Google akhirnya ketemu juga.

      Yang saya tangkap dari tulisan tersebut adalah penulis adalah muslim yang kecewa dengan kondisi pemeluk agama Islam saat ini. Dia merasa tak seharusnya agama yang bersumber pada Tuhan menjadi sumber perpecahan, kebencian pada yang lain serta menggerakkan terror seperti yang ada saat ini. Ia merasa ada yang salah dengan agama ini.

      Penulis menuding kesalahan ada bangsa Arab dalam menafsirkan Al-Qur’an. Agama Islam dalam bentuknya seperti ini adalah buatan (konspirasi) bangsa Arab terhadap firman suci Al-Qur’an, sehingga menjadi alat pengkultusan bangsa Arab dan ritual yang tak memiliki dasar dalam Al-Qur’an. Islam buatan bangsa Arab berubah menjadi penyembahan berhala dalam bentuk baru yaitu pemujaan cara hidup yang disebut Agama Islam.

      Bagaimana seharusnya?
      Penulis menafsirkan Islam yang sesungguhnya adalah komitmen mengabdi kepada Tuhan bukan melalui standar kaku cara hidup dan ritual yang disebut agama Islam, melainkan berbuat baik sesuai dengan tafsir terbaik yang dimiliki tiap orang.

      Penulis mendasarkan pandangannya berdasarkan tafsirnya terhadap Al-Qur’an. Dengan Al-Qur’an penulis menolak untuk mengikuti agama (ritual) Islam. Bagi penulis agama adalah buatan manusia yang tak perlu disakralkan, sedangkan Al-Qur’an diyakininya adalah dari Allah – tak ada satupun yang salah dari Al-Qur’an.

      Bagi saya ini adalah salah satu cermin kekecewaan pemeluk Islam terhadap agamanya. Ia menolak Islam dalam bentuknya yang sekarang dan mendefinisikan ulang Islam dalam bentuk agama yang lain, yaitu percaya kepada kebenaran Al-Qur’an dan ingin menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber inspirasi namun dengan memberi kebebasan tiap individu untuk mewujudkannya dalam kehidupan mereka masing-masing.

      Penulis mengkritisi dan menolak Islam sebagai agama dan menyalahkan bangsa Arab, namun menjaga diri (tak berani?) untuk tak mengkritisi Al-Qur’an sebagai sumber defacto agama Islam itu, apalagi menanyakan tentang konsep Tuhan itu sendiri.

      Bagi saya, walaupun nanggung, tapi bisa memberi wawasan yang baru bagi yang terbiasa memahami agama secara dogmatis.

      Oh ya, akhirnya tulisan yang anda maksud ada di sini: http://www.aididsafar.com/pdf/Terjemahan%20Arab%20Conspiracies%20Against%20Islam.pdf

      1. Mas judi, maksih. Referensinya bagus banget untuk dibaca. Menyejukkan dan mencerahkan menurut oendapat saya.

  2. Mas Yudhi, terimakasih atas jawabannya, pada prinsipnya saya setuju pada yang dia kemukakan, itulah yang selalu saya pikirkan, apalagi akhir thn 2013 aku mendapatkan pengalaman dari medinah, mekah, dan yerusalem berjiarah ke petilasan Daud as, Solomom as, Yacub as, Isa as, Musa as, Ibrahim as, mejidil aqso dll

    1. @Bima: secara umum saya tidak setuju dengan pandangan dan metodologi penulis.

      Penulis memisahkan Islam dalam dua hal yaitu Al-Qur’an dan agama (tuntunan hidup dan ritual) yang dikatakan sebagai hasil konspirasi bangsa Arab. Untuk memperkuat pendapatnya ia melakukan cocokologi yang tidak umum terhadap ayat-ayat Qur’an.

      Salah satunya adalah tafsirannya tentang shalat yang menurutnya Qur’an tidak bicara tentang ritual shalat seperti yang selama ini kita ketahui, melainkan berbicara tentang penegakan komitmen. Pada akhirnya penulis menolak ritual shalat, karena menurutnya Qur’an dan Nabi Muhammad tidak mengajarkannya. Ini aneh karena bertumpuk catatan sejarah menunjukkan Nabi Muhammad melaksanakan shalat, memimpin shalat dan mewajibkannya kepada para pengikutnya. Penulis mengabaikan sama sekali catatan sejarah, peranan Nabi Muhammad, praktek kehidupan muslimin dunia dan hanya berpegang pada tafsirannya sendiri yang bahkan selama ini tidak dikenal oleh pemikir Islam lainnya.

      Dengan metodologi tafsir yang serampangan, saya tidak tertarik untuk membaca keseluruhan buku tersebut.

      Buku tersebut hanya mengukuhkan pandangan bahwa memang ajaran Islam saat ini sedang bermasalah dengan kehidupan modern, dan penulis memberikan solusi dengan meninggalkan ajaran Islam (dan anehnya dengan landasan Qur’an).

  3. Ya udah..
    Jaman rasul dulu dulu kan belum canggih, dan sekarang sudah canggih.
    Kalo menurut anda masih kurang pas atau tidak sesuai pola pikir orang sekarang, ya bikin kitab sendiri aja.
    Beres to…..

        1. @KucingKarung: lha iya tentu pendapat saya.
          Memangnya apa nilai seseorang jika tak berani punya pendapat sendiri? Oh ya, apakah anda punya pendapat? atau hanya sampai level penonton yang sibuk mengomentari yang punya pendapat?

          1. Kalo pendapat,,,, ya seperti yang diatas. kalo ada yang menurut kita gak bener, tinggal benerin sendiri, asal bermanfaat.
            Kalo SIBUK mengomentari yang punya pendapat. gak juga. Karena ini bukan sebuah kesibukan bagi saya. Huehehehe 22x.

          2. @KucingKarung: oke, jadi anda punya pendapat “ya seperti di atas”, saya akan perjelas.

            komentar anda sebelumnya:

            Jaman rasul dulu dulu kan belum canggih, dan sekarang sudah canggih. Kalo menurut anda masih kurang pas atau tidak sesuai pola pikir orang sekarang, ya bikin kitab sendiri aja. Beres to…..

            Jadi yang belum canggih di jaman dulu itu apa atau siapa?
            Qur’an yang isinya belum canggih? Rasul yang gak canggih hingga salah menyampaikan? atau justru Allah yang gak canggih hingga firmannya gak konsisten?
            –> tolong diperjelas mana yang anda anggap belum canggih.

            Solusinya menurut saran anda bikin kitab sendiri, pasti beres. Maksudnya apa bikin Qur’an edisi revisi, atau bikin kitab suci lain? Terus maksudnya beres itu gimana? bukankah saat kitabnya sama hanya ditafsirkan berbeda oleh Syiah, Ahmadiyah atau JIL; PKS, MUI dan FPI sudah histeris hingga sebagian menghalalkan darah orang? apalagi bikin kitab suci baru atau buat revisinya?
            –> tolong diperjelas maksud saran anda untuk bikin kitab sendiri
            –> tolong diperjelas maksud anda dengan “beres to..”

            Gak sibuk mengomentari yang punya pendapat? iya.. iya deh..
            🙂

    1. @Amin: lah kan saya sudah simpulkan di tulisan saya:

      Detil peristiwa dalam Qur’an tidaklah penting kesesuaiannya dengan peristiwa yang nyata, terbukti dengan tiga versi dialog untuk peristiwa yang sama dalam Qur’an. Bila semua detil Qur’an akurat, tentu hanya ada satu versi dialog ini, karena peristiwanya adalah satu

      🙂

  4. Itu ayat d sampaikan jibril kpd nabi di 3 waktu yg berbeda dg sebab sebab yg berbedaa..dialog itu antara Musa dg jibril ( penyampai wahyu Allah ) pastinya panjang…tp yg disampaikn kpd nabi intisarinya tergantung kebutuhan ny…dua surah menekankn kpd mukjizatny.. Satu surah mnjelaskn mukjizat dan tauhid …

    1. @Rully Yawan: jadi menurut anda dialog aslinya lebih panjang, dan yang dituliskan di Qur’an bisa beda2 tergantung kebutuhan. Oke.
      Jadi, benar dong tidak akurat.
      🙂

  5. Lebih bijaksana ketika ada permasalah atau keraguan tidak hanya mempertanyakan di dunia maya saja.
    Tapi akan lebih berwawasan luas ketika di dunia nyata. Mungkin bisa di adakan forum terbuka bersama ahlinya. Bukan bararti saya menuduh yang berkomentar disni tidak ahli, tapi banyak ahli ilmu baik agama Islam atau bukan agama Islam di luar sana yg belum tersentuh oleh pemikiran anda.
    Kalau hanya di dunia maya dan tidak ada sentuhan dari ahli di dunia nyata, saya kira hnya akan / timbul perasangka yg tidak semestinya dan karena tidak semua orang tahu semua permasalahan yg telah anda tuliskan, baik dari kristen atau agama lain.

    1. @Tamia Timie: sekarang ini jaman kebebasan berpendapat, tiap orang boleh suarakan pendapatnya seaneh apapun. Ahli atau tak ahli gak masalah, tinggal ambil yang menurut anda terbaik dan abaikan yang sampah.

      Takut prasangka tak semestinya? tak semestinya menurut siapa? kan tiap orang berhak punya pandangan sendiri?

      Di situs ini, saya menyajikan opini saya, jika anda atau siapapun tidak setuju atau punya opini yang beda, ya silakan ditunjukkan saja, biarkan setiap orang secara dewasa menilai berbagai macam opini dan memilih mana yang perlu diterima dan mana yang tidak.

      Kan tidak ada paksaan harus setuju dengan saya ..
      🙂

      1. Saya juga tidak mempermasalahkan ahli atau tidak ahli yg berkomentar dan sudah saya sebutkan di atas, tapi ketika permasalahan menjadi panjang lebar dan belum ketemu titik yg pas atau pasti, maka akan timbul kegelisahan pada seseorang dan bisa juga merambah di sekitarnya. Benar anda mengatakan ” tiap orang berhak punya pandangan sendiri”. Tapi tidak semua orang bisa menyaring dengan semua apa yg telah anda tulis.
        Dan ketika ada seseorang yg tidak bisa menyaring dengan benar apa yg anda tulis, maka keraguanpun akan muncul di benaknya dalam keyakinan dan ini menjadi masalah besar buat dia meskipun menurut anda bukan masalah besar. Karena kembali lagi setiap orang punya pemikiran masing masing dan juga lingkungan yg tidak sama.
        Akan lebih bijak ketika anda mengajak para ahli dan mungkin kalau bisa di video kan agar semua orang tahu titik temunya dan akan menambah ilmu dan wawasan untuk semua lapisan masyarakat dari semua permasalahan yg ada, baik sains ataupun dalam permasalahan semua agama.

        1. @Tamia Timie: anda takut timbul kegelisahan pada pembacanya? bagi saya bagus.

          Langkah awal untuk membuat seseorang untuk berpikir adalah kegelisahan. Dengan gelisah saya berharap pembaca tulisan saya akan berusaha mencari lebih banyak informasi dan fakta, merenungkan kembali agamanya.

          Bagi saya seharusnya agama menjadi pilihan sadar – bukan lagi hanya faktor kebetulan (kebetulan lahir dalam agama tertentu, kebetulan gak tahu apa-apa tentang agama lain)

          Tahukah anda bahwa banyak kekerasan, teror dengan alasan agama sebabnya cuma satu: wawasan mereka sempit dan otak mereka gak dipakai!

          Oh ya, anda sarankan mengajak para ahli, kalau boleh tahu siapa yang cocok dan anda sarankan?

          1. Saya sudah merenungkan Agama saya dan saya akan membawanya selamanya.
            Saya setuju dengan perkataan anda ” Bagi saya…..dst”. Dan juga bagi saya pribadi.
            “Tahukah anda…dst” Dan saya juga sudah tahu.
            Saya memang menyarankan mengajak para ahli, tapi saya tidak bisa menyarankan / tidak bisa memberikan nama para ahli, karena saya hanya orang pedesaan yang bergelut dengan sawah. Dan saya kira anda lebih tahu siapa yg mungkin cocok buat anda. Paling tidak pemikirannya seimbang dengan anda.
            Atau mungkin semuanya tidak cocok dengan anda ? Entahlah..mungkin hanya anda yg tahu siapa saja mereka.

          2. sangat setuju mas Judhianto, bahkan saya malah meminta anak-anak saya yang beranjak remaja untuk menggelisahkan dirinya, mencari dan menguji apapun yang membuatnya gelisah. sampai mereka mendapatkan konklusi.

        2. 🙂
          Agama pun lahir dari kegelisahan manusia

          Gelisah Mempertanyakan segala sesuatu yg berada di luar nalarnya

          “Siapa yg menciptakan alam semesta beserta isinya?”

          Kalau mau simpelnya
          Agama punya jawaban nya “TUHAN” beserta detail penciptaan di dalam kitab

          Agama punya “bius” tersendiri bagi para fanatiknya

          Kita sudah pintar2 dan dewasa mbak, tau mana yg baik dan buruk
          Bila menurut pembaca hal tulisan2 disini buruk
          Yah tinggalkan saja
          “Gitu aja kok repot”

          Samina wa ato’na
          sudah tidak berlaku lagi di zaman edan ini

          Para ahli?
          Ahli yg mana?

          Ahli yg selalu teriak Atas nama Tuhan tapi kelakuan barbar?
          beda di bilang kafir
          Kafir yg halal darahnya 🙂

          1. Agama lahir bukan dari kegelisahan manusia, agama lahir karena kerusakan manusia itu sendiri.
            Agama bukan alat pembius, tapi manusialah yg kadang menjadikan agama sebagai alat pembius agar mereka tidak sadar atas apa yg benar benar di ajarkan Agama tersebut.
            Bukan masalah mana yg baik dan mana yg buruk dalam sebuah tulisan, tapi apa yg dimaksud dari tulisan tersebut.
            Sami’na wa ato’na ( mendengar dan patuh) tidak berlaku di zaman ini ??? Apa gak salah tuh. Mendengar dan patuh pada siapa dulu…..pada orang tua, guru, saudara, pemerintah atau penjahat ?
            Tidak semua para ahli seperti apa yg anda sebutkan, karena semua punya pemikiran yg tidak sama.

          2. lalu apa gunanya agama kalau anda bilang agama lahir dari kerusakan manusia itu sendiri? apakah artinya agama muncul dari pemikiran manusia yang rusak?

          3. @aninomoud13, tidak hanya agama yang bisa jadi bius. Semua yang dicintai akan membuat pencintanta terbiud. Lihat para lover yang begitu terbius dengan idolanya.

  6. Tamia timie : berbicara dengan yang ahli! Saya kira gak ada deh yang ahli dalam hal agama, agama gak butuh keahlian deh. Hanya Butuh penghayatan dari masing2 pribadi tuk menjalankannya entah dengan cara apa saja. Kalau diskusi atau debat kusir masalah agama gak bakalan ketemu deh. Lawong semua hanya prasangka semata. Yang hafal hadist hanya jago omdong lawong gak ada bukti. Para ustad membuat karangan yang indah2 biar tetap laris walaupun banyak ndobose. Palah2 kalau beda palah di kafir2kan dan ngetrendnya masyarakat indonesia langsung teriak PKI.walah repot buanget. Mudah banget mengkaliam penistaan agama wkwkww

    1. Nonong batuke@ Tidak ada yg ahli dalam agama ???? Agama gak butuh ke ahlian ????
      Bayi mungil saja yg keluar dari rahim seorang ibu butuh ahli untuk mendidiknya sebelum dia benar2 melihat melalui mata, pikiran dan hati. Siapa dia ? yg pasti si ibu sendiri yg sangat mengetahui karakter anaknya. Dan anak butuh keahlian seorang ibu untuk merawatnya.
      Anda hanya melihat dari mata tapi belum sepenuhnya melihat dari hati.

      1. Tamia : seorang ibu membesarkan anak dengan seorang agamawan disamakan! sangat berbeda banget. Ibu besarkan anak itu sudah sebuah tuntunan naluri, gak usah diajarkanpun dia akan membesakan dan melindungi anak2nya. Sedangkan agama kalau gak dicekoki dengan ancaman dan iming2 surga gak ada yang mau. Ahli agama itumseperti apa sih. Yang hafal al’quran! Yang rajin solat! Atau bahkan bakustad yang suka bagi2 gula kepada ibu2 pengajian. Membuat cerita2 tambahan yg indah2 tapi ndobos.

  7. Nek diskusi karo sing disebut ahline malah batuk kita tambah nonong yo mas…
    Wis apik nang dunia maya wae diskusine…di dunia nyata nanti malah begitu beda pendapat dgn mereka terus ada yg lempar meja kursi….

    Silahkan ahlinya nimbrung didunia maya ini ya mas, adu referensi…malah lebih produktif…
    Pring reketep gunung gamping ambrol…atiku mantep mas Judhi jempol…terus nulis mas…!

      1. Saya tidak berlebihan tentang lempar kursi, saya kira banyak contoh acara diskusi di dunia nyata di obrak abrik oleh mereka yang tidak sepaham …. gak susah kok cari contohnya…terutama diskusi tentang agama….sangat sensitif.Hanya saja didunia maya di situs situs yg saya baca sering orang kebablasan menggunakan kata kata yg tidak senonoh.

        Irshad Manji si Lesbi yg menulis buku : Beriman Tanpa Rasa Takut, pernah batal bicara disuatu tempat justru karena ” Takut”.

        Kalau semua orang mematuhi “Adab Orang Berbeda Pendapat” seperti yang dikatakan Voltaire (1694 – 1778 ) sbb : “Saya tidak menyetujui pandapat anda, tapi saya akan membela hak anda untuk mengatakannya.”

        Namun ditambahkan lagi ,prinsip kebebasan seseorang dibatasi oleh kebebasan orang lain…..hak asasi seseorang dibatasi oleh hak asasi orang lain.

        Yang perlu didefinisikan dengan baik adalah yg dimaksudkan dgn “kebebasan ” dan ” hak asasi ” itu sendiri.

        Kalau adab diatas dipatuhi, mau diskusi di dunia maya atau didunia nyata…tidak jadi masalah…hanya sebuah pilihan saja , enakan yang mana.Di dunia nyata ada pengaruh emosi, cara dan kemampuan artikulasi, body language, bicara gagap, dan lain lain.Kalau didunia maya bisa sambil tiduran, sambil baca referensi ditemani kopi atau teh hangat….saya gak paham dengan apa yg dimaksud dengan seperti mengunjungi kerabat di penjara ?

        Saya pribadi berharap forum di “nontondunia” ini bisa menjadi ajang yang bermanfaat bagi kita semua baik mereka yang tidak sepaham maupun buat yang sepaham dgn pendapat orang satu dengan yg lain.

        Mari kita ber lomba lomba dalam kebaikan….Memayu Ayuning Bawana…how to make this world fit to live in….Perbedaan Pendapat Adalah Rahmat….Beda Pendapatan Adalah Beda Rezeki…he…he..he..Bravo Mas Judhi…Bravo semuanya.

        1. Anda berkata “melempar meja kursi” itulah yg berlebihan. Apakah benar mereka yg silang pendapat benar2 “melempar meja kursi” ? Atau itu hanya kiasan semata ?
          Tidak banyak contoh di dunia nyata ketika berdiskusi masalah agama “melempar meja kursi” ketika berbeda pendapat..apalagi di indonesia. Saya pingin satu contoh saja ketika berdiskusinya para pakar agama di indonesia “melempar meja kursi”.
          Saya setuju dengan anda yg mengatakan ” Kalau adab di patuhi…..di temani kopi atau teh hangat”. Itulah pilihan dan tidak semua orang nyaman / puas ketika berdiskusi di dunia maya saja dan begitu pula sebaliknya.
          Maksud mengunjungi kerabat / keluarga di penjara : Ketika kita berdiskusi hanya di dunia maya dan “masalah” diskusi tersebut tidak pernah di diskusikan di dunia nyata maka hanya orang2 yg bisa mengakses internet sajalah atau situs tersebut yg tahu.
          Bagi yg yg tidak bisa mengakses maka tidak akan tahu atau mereka tahu tapi tipical orang yg malas membaca dan tidak akan perduli meskipun hanya melihat sekilas judulnya ataupun tahu mengakses internet cuma hanya untuk FB, Twiter dll.
          Apalagi para orangtua yg selalu sibuk dengan pekerjaannya.
          Maksud saya adalah banyak yg tidak tahu daripada yg tahu.

          1. @Tamia Timie: sepertinya anda melupakan realitas nyata di Indonesia.

            Banyak yang naik pitam pada orang yang mengkritik keyakinannya, lebih dari kepada para orang yang melakukan hal jahat (misalkan malak atau korupsi)

            Untuk contoh nyata, anda bisa melihat forum debat yang dulu ada di beberapa TV, manakala topiknya menyangkut agama dan dihadiri oleh ormas seperti FPI, FUI, MUI; anda melihat bahwa masa pendukungnya dengan beringasnya mencaci lawan diskusinya dan tak berusaha untuk memahami opini lawannya.

            Anda juga bisa cari di google dengan keyword “FPI bubarkan diskusi” maka ada belasan acara diskusi, bedah buku atau forum agama yang dibubarkan paksa oleh FPI atau gerombolan preman agama lainnya. Salah satu contohnya sudah ditunjukkan oleh Mandra Wage, yaitu diskusi yang mengundang Irshad Manji di Yogya yang dibubarkan paksa oleh FPI. Tokoh lokal seperti Ulil Abshar Abdala dan Jalaludin Rahmat, misalnya sudah akrab dengan pembubaran acara yang hendak mereka ikuti, hanya karena desakan para preman agama.

            Disisi lain, otoritas di Indonesia juga mudah ketakutan dan tunduk pada kelompok preman-2 agama ini. Anda bisa baca berbagai acara diskusi keagamaan yang sudah diberi ijin jauh hari sebelumnya, tiba-tiba dibatalkan oleh polisi atau kampus gegara para preman berjubah mengancamnya.

            Dengan perilaku agresiv dan membahayakan ini, tidak salah banyak orang yang emoh berdiskusi tatap muka tentang masalah agama, manakala mereka memiliki pandangan yang tidak sesuai dengan pandangan mainstream. Jika apes dan ketemu dengan orang fanatik, ada resiko yang tak bisa diramalkan. Lebih banyak ruginya.

            Saya sendiri hanya menyalurkan hobi berbagi berbagai pikiran saya, dan memperkaya diri dengan masukan dari berbagai komentar.
            Jika ada yang tertarik, ya syukur. Jika ada yang marah-marah ya syukur juga, karena secara fisik saya ada di jarak yang aman.
            🙂

          2. Pak judhianto@ Saya tidak melupakan realitas nyata itulah kenapa akal dan pemikiran saya bertambah. Masalahnya adalah yang saya tanyakan di atas cukup jelas mengenai”melempar meja kursi”.Makanya saya tanyakan kepada pak mandra@ apakah yg di maksud perkataannya di atas “melempar meja kursi” itu benar2 “melempar meja kursi” atau hanya kiasan ?

            Dan anda yg mewakili jawaban dari pak mandra@ memberi contoh, realitasnya memang tidak ”melempar meja kursi”. Berarti….itu hanya kiasan yg di katakan pak mandra@ Dan contoh yg anda sebutkan tadi memang benar adanya oleh ormas ormas yg agresif.

            Sebenarnya saya mengatakan diskusi di “Forum” tidak harus forum terbuka ,bisa juga dengan forum tertutup antara anda, teman2 anda mungkin dan para ahlinya.
            Untuk langkah awal penyebaran bisa dengan lampiran lampiran dari jawaban dan pertanyaan oleh anda dan para ahli. Dan kalau anda masih kawatir akan hal itu, anda bisa mnge postnya di website anda sendiri dengan sumber yg nyata dan terpercaya dari diskusi tersebut.
            Kecuali anda tetap masih kawatir atau mungkin ada rasa ketakutan seperti irshad manji, saya tidak bisa berkata apa2 lagi dan saya menyadari akan hal itu dan itu wajar.

            Dan kalau boleh saya ngasih saran pak judhianto@. Ketika kita misalnya ingin memperbaiki motor atau mobil yg menurut kita rusak berat, kita harus tahu dulu alat alat apa saja untuk kebutuhan memperbaikinya dan tahu cara menggunakannya. Tidak akan bisa atau akan ngawur ketika kita memperbaiki motor atau mobil tanpa alat alat yg tidak lengkap atau kita tidak tahu cara menggunakannya. Mobil atau motor tidak akan sempurna perbaikannya, malah tenaga kita yg akan terkuras percuma.

          3. Pak judhianto@ Saya tidak melupakan realitas nyata itulah kenapa akal saya bertambah. Masalahnya adalah yang saya tanyakan di atas cukup jelas mengenai”melempar meja kursi”.Makanya saya tanyakan kepada pak mandra@ apakah yg di maksud perkataannya di atas “melempar meja kursi” itu benar2 “melempar meja kursi” atau hanya kiasan ?

            Dan anda yg mewakili jawaban dari pak mandra@ memberi contoh, realitasnya memang tidak ”melempar meja kursi”. Berarti….itu hanya kiasan yg di katakan pak mandra@ Dan contoh yg anda sebutkan tadi memang benar adanya oleh ormas ormas yg agresif.

            Sebenarnya saya mengatakan diskusi di “Forum” tidak harus forum terbuka ,bisa juga dengan forum tertutup antara anda, teman2 anda mungkin dan para ahlinya.
            Untuk langkah awal penyebaran bisa dengan lampiran lampiran dari jawaban dan pertanyaan oleh anda dan para ahli. Dan kalau anda masih kawatir akan hal itu, anda bisa mnge postnya di website anda sendiri dengan sumber yg nyata dan terpercaya dari diskusi tersebut.
            Kecuali anda tetap masih kawatir atau mungkin ada rasa ketakutan seperti irshad manji, saya tidak bisa berkata apa2 lagi dan saya menyadari akan hal itu dan itu wajar.

            Dan kalau boleh saya ngasih saran pak judhianto@. Ketika kita misalnya ingin memperbaiki motor atau mobil yg menurut kita rusak berat, kita harus tahu dulu alat alat apa saja untuk kebutuhan memperbaikinya dan tahu cara menggunakannya. Tidak akan bisa atau akan ngawur ketika kita memperbaiki motor atau mobil tanpa alat alat yg tidak lengkap atau kita tidak tahu cara menggunakannya. Mobil atau motor tidak akan sempurna perbaikannya, malah tenaga kita yg akan terkuras percuma.

        2. Kok gitu mas. Anak2 eks PKI yang jadi korban kekejaman Soeharto aja lagi mau ketemuan aja dah diobrak barik sama yang namanya sok memiliki bahkan ahli agama. Walah loyo iki. Bukan kekepentingannya aja mereka memerah kok

          1. Pak nonong@ Maaf anda kayaknya kurang cermat membaca tulisan saya di atas. Saya ulangi untuk forum tertutup “Dan kalau anda masih kawatir akan hal itu, anda bisa mnge postnya di website anda sendiri dengan sumber yg nyata dan terpercaya dari diskusi tersebut”.

            “Kecuali anda tetap masih kawatir atau mungkin ada rasa ketakutan seperti irshad manji, saya tidak bisa berkata apa2 lagi dan saya menyadari akan hal itu dan itu wajar”.

            Untuk balasan dari perkataan anda yg mengatakan ” seorang ibu membesarkan anak dengan seorang agamawan di samakan” ada di bawah. Silahkan di tanggapi kalau anda berkenan. Saya salah menaruh reply kayaknya dan di atas juga ada dua tulisan saya..Hmmm.

          2. Pak nonong@ Maaf anda kurang cermat membaca tulisan saya di atas. Saya ulangi untuk forum tertutup :
            “ Dan kalau anda masih kawatir akan hal itu, anda bisa menge postnya di website anda sendiri dengan sumber yg nyata dan terpercaya dari diskusi tersebut”.
            “Kecuali anda tetap masih kawatir atau mungkin ada rasa ketakutan seperti irshad manji, saya tidak bisa berkata apa2 lagi dan saya menyadari akan hal itu dan itu wajar”.

            Pak nonong@ balasan tentang perkataan anda yg mengatakan “seorang ibu membesarkan anak dengan seorang agamawan disamakan!” ada di bawah. Saya salah menaruh reply, silahkan di tanggapi kalau anda berkenan.

  8. Pak nonong@ Maaf anda tidak mencerna perkataan anda sendiri yg mengatakan “Tidak ada yg ahli dalam agama” dan “Agama tidak butuh keahlian”. Coba garis bawahi perkataan anda sendiri dengan saya yg mencontohkan seorang ibu dan anaknya.

    Dan coba anda renungkan,,,,Katakanlah misalnya orangtua mempunyai seorang anak kecil yg beragama islam dan yg pasti si anak belum mengetahui cara mengaji, tata cara sholat dan lain2nya apakah dia tidak membutuhkan seorang ahli dalam agama ? Dan apakah dia tidak butuh keahlian untuk mengajarinya atau mendidiknya dalam agama ? Tolong di jawab, butuh apa tidak ?

    Dan yg pasti tidak usah di ajarkan juga naluri seorang ibu atau orangtua yg ber agama ingin anaknya mengetahui atau mengenal tentang agama yg di anutnya dan itu harus butuh seorang ahli dalam bidangnya. Betul apa tidak pak nonong@ ?
    Atau jangan2 menurut anda si anak tidak usah di ajari oleh seorang ahlipun dia akan bisa dan mengerti dan hanya butuh penghayatan dari masing2 pribadi ? Apa mungkin begitu maksud anda ? Atau mungkin yg di maksud perkataan anda di atas adalah andalah yg tidak butuh seorangpun ahli agama ?

    Ancaman dan iming iming dalam Kitab (Agama) adalah lumrah dan wajib adanya.
    Di dunia ini baik agama atau bukan,negara, perusahaan, kantor , dan lain2nya bahkan di dalam keluarga sendiripun ada peraturan dengan ancaman atau iming2. Dan anda mestinya tahu akan hal itu. Dan juga semua mempunyai tujuan yg tidak sama dan tergantung dari niat indvidu itu sendiri.

    Dan pak nonong@ Tidak ada seorangpun di dunia ini ketika dia ingin naik ke atas sebuah bangunan tidak melalui tangga ( alat bantu naik ). Dan tangga itu bermacam macam bentuknya. Apakah anda setuju pak nonong@ ?

  9. busyett jadi pengen belajar ini sama kang judhi…biar di gempur namun tembok pertahanannya tetap kokoh. sallut…dengan kesabaran dan ketelatenan kang judhi dimana menerangkan secara terperinci.

  10. numpang koment. dari artikel yang saya baca di sini saya pikir mas judhi ini sangat berharap/mendambakan segala hal/pertanyaan akan dapat di jawab/buktikan sejelas-jelasnya, dan bisa ada jawaban yang mantab/selesai. untuk saat ini barangkali sains bisa menolong. mudah-mudahan sebelum tutup usia mas judhi sudah menemukannya. amin (untuk saat ini saya belum bisa beri koment untuk tulisannya) mohon maaf sebelumnya.

    1. @,aix. Saya kok gak salut dengan penulis seumpama dia itu muslim, bahkan. Cara dia mengkritisi doktrin sangat kasar tidak punys etika. Tapi kalau dia muslim. Kalau dia non muslim, I see the way he thinks.

      1. Dia tidak memaksi bshasa apapun karena bahasa Alloh tidak berwujud huruf dan suara.

  11. Agama adalah produksi manusia yg menginkan kekuasaan nya tetap kokoh… dengan menakuti manusia dg sangsi disertai ilusi surga….Sang Pencipta sdh selesai tugasnya…

    1. @zakaria, itu mah tuduhan oranh atheis. Kenyataannys banysk orsng yang sudah nyaman kemudian menyelami agams dan meninggalksn kenyamanannya. Dan tidak tertarik lagi dengan nyamsn cara terdahulu. Hebatkan agama? Contoh Budha dulunya pangeran setelah jadi Budha malah gak suka kehidupan istana. Hidup yang penting NYAMAN.

Perkaya tulisan ini dengan pendapat Anda

error: Hargai hak cipta penulis !!
%d blogger menyukai ini: