Astaga! gak salah? Jenis kelamin kan hanya dua, yaitu laki-laki dan perempuan?

Benar – tidak salah, saat ini ada kategori jenis kelamin ketiga yang diakui dalam catatan kependudukan di negara Nepal, India, Pakistan, Bangladesh dan Australia. Ini adalah kategori kelamin untuk mereka yang menolak untuk dikatakan sebagai laki-laki dan tidak ingin disebut perempuan.

Di banyak negara lain, secara budaya mereka punya penggolongan, walau tidak diakui dalam dokumen kependudukan. Di Indonesia kita mengenalnya sebagai waria. Di India, bahkan ada komunitas Hijra yang menolak dikategorikan baik sebagai laki-laki ataupun perempuan, jumlahnya diperkirakan berkisar antara 5 hingga 6 juta orang.

Kenapa mereka diakui? bukankah itu menyalahi kodrat?

Kodrat? Apa itu kodrat?

Untuk bisa melihat persoalan ini dengan jernih, ada baiknya kita melihat jenis kelamin ini dari sudut biologi.

Komunitas Hijra di India. Menolak digolongkan Laki-laki atau digolongkan Perempuan

Apa Itu Jenis Kelamin?

Dari kacamata biologi, paling tidak ada 3 klasifikasi yang berbeda yang berkaitan dengan kategori jenis kelamin. Ketiga hal tersebut adalah:

  1. Jenis Kelamin, ini adalah identifikasi fisik. Dapat dibedakan dengan adanya penis pada laki-laki, vagina serta payudara pada perempuan serta perbedaan struktur otot mereka.
  2. Gender, ini adalah identifikasi kepribadian. Dapat dibedakan dengan label feminim versus maskulin. Ini melibatkan proses otak yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Para ahli menemukan bahwa otak laki-laki dan perempuan memproses informasi dengan cara yang berbeda. Ketrampilan berempati, kepekaan pendengaran, orientasi arah dan ruang, tingkat emosi semuanya berkembang secara berbeda antara laki-laki dan perempuan.
  3. Orientasi Seksual, ini adalah arah ketertarikan dalam memilih pasangan. Secara umum laki-laki akan tertarik pada perempuan dan begitu pula sebaliknya.

Secara umum, jenis kelamin laki-laki biasanya mempunyai gender maskulin dan tertarik secara seksual kepada perempuan; yang berjenis kelamin perempuan  mempunyai gender feminim dan tertarik secara seksual kepada laki-laki.

Ketiga kategori kelamin tersebut merupakan hasil proses panjang sejak dalam masa dalam kandungan hingga masa puber. Banyak faktor yang mempengaruhinya, dua faktor terpentingnya adalah faktor gen dan hormon yang diluar kontrol manusia. Dalam proses panjangnya tersebut, ada kemungkinan terjadi variasi diluar hal yang normal sehingga hasil akhirnya tidak lagi sama dengan dua kategori utama yang umum yaitu laki-laki dan perempuan.

Bagaimana Jenis Kelamin Terbentuk?

Dari kacamata biologi, paling tidak ada beberapa tahapan berikut dalam pembentukan jenis kelamin anak manusia. Tahap-tahap itu adalah:

Proses Pembuahan, Penentuan Kromosom Pemenang.

Proses pembuahan mungkin proses yang menyenangkan bagi orang tua calon bayi, akan tetapi sebenarnya ini adalah proses seleksi yang sangat kejam bagi calon bayi. Betapa tidak, dalam proses itu bisa ada 300 juta sel sperma bersaing dalam pertandingan hidup-mati untuk membuahi satu sel telur untuk membentuk sel embrio. Hanya satu sperma yang terkuat dan tercepat sajalah yang bakal diterima sang sel telur, yang lainnya? mati.

Pada proses ini jenis kelamin secara genetik ditentukan. Sel telur selalu membawa kromosom seks X, sedangkan sel sperma bisa membawa kromosom seks X atau Y. Sperma dan sel telur akan memadukan kromosom milik mereka. Bila sperma pemenang membawa kromosom X, maka hasilnya adalah XX – yang berarti perempuan, bila sperma membawa kromosom Y, maka hasilnya adalah XY – yang berarti laki-laki.

Apakah hanya ada kombinasi XX dan XY pada embrio? ternyata tidak.

Selama proses pembentukan sperma atau sel telur, kadang terjadi gangguan yang menyebabkan sel sperma atau sel telur mengalami kelebihan kromosom. Sel telur yang seharusnya hanya punya X menjadi XX, sedangkan sel sperma bisa punya kromosom XX atau YY. Saat mereka bertemu, kromosom embrio bisa menjadi XXXY, XXXXY, XXYY, dan bahkan XXXYY.

Variasi ini menyebabkan kekacauan pada perkembangan ciri-ciri seksual dan fisik pada bayi itu kelak.

Sindrom ini pertama kali diidentifikasikan pada tahun 1950, dan diberi nama sindrom Klinefelter, sesuai dengan nama ilmuwan penelitinya Harry Klinefelter. Pada tahun 1970, ilmuwan menemukan bahwa sindrom ini cukup tinggi angka kejadiannya, yaitu 1 diantara 1000 bayi laki-laki mengalami sindrom ini.

Banjir Hormon Pada Masa Pembentukan Janin, Penentuan Kategori Kelamin

Segera setelah embrio terbentuk, satu sel ini memasuki masa perkembangan yang penting berikutnya. Satu sel tunggal tersebut segera menggandakan dirinya dengan kecepatan mengagumkan. Sel-sel itu segera melakukan pembagian tugas berdasarkan informasi genetik yang mereka miliki.

Sampai usia 8 minggu, informasi kromosom seks belum diproses, sehingga secara struktur belum ada perbedaan antara janin laki-laki dan janin perempuan.

Setelah 8 minggu, informasi kromosom seks mulai diproses. Terjadi proses yang secara drastis mengubah struktur janin tersebut.

Kelenjar hormon mulai beraksi membanjiri janin dengan hormon seksual sesuai dengan informasi kromosom janin.

Pada janin dengan kromosom XX, hormon progesteron membanjiri sirkulasi darah janin, sedangkan pada janin dengan kromosom XY, hormon testoteron membanjiri sirkulasi darah janin.

Banjir hormon ini memicu berbagai rangkaian perubahan yang akan menentukan identitas seksual sang janin, beberapa rangkaian tersebut adalah:

  1. Pembentukan organ seksual primer. Banjir testoteron merangsang pembentukan penis dan organ pendukungnya, sedangkan progesteron merangsang pembentukan vagina dan organ pendukungnya.
  2. Perubahan karakteristik otot dan kulit. Testoteron mengaktifkan gen-gen yang membuat otot kekar dan kulit yang lebih tebal-kasar, sedangkan progesteron mengaktifkan gen yang menumbuhkan otot dan kulit yang lebih lembut dan halus.
  3. Perubahan struktur otak. Testoteron menghentikan lebih lanjut perkembangan wilayah otak yang berkaitan dengan komunikasi, pengenalan dan proses emosi. Sedangkan progesteron menghentikan lebih lanjut perkembangan wilayah otak yang berkaitan dengan pendengaran, pengenalan dan orientasi ruang dan dorongan agresi.

Poin nomor 1 dan 2 lebih membentuk jenis kelamin janin (ciri fisik) sedangkan poin nomor 3 membentuk gender dan orientasi seksual janin (ciri otak).

Jenis kelamin adalah hasil proses panjang pada janin dalam kandungan

Apakah hanya ada dua konfigurasi saja? ternyata tidak.

Banjir hormon ini berlangsung dalam masa yang panjang, yaitu antara minggu ke 8 usia janin hingga masa kelahiran. Agar proses ini berjalan sesuai dengan pola besarnya yaitu “laki-laki>maskulin>tertarik perempuan” atau “perempuan>feminim>tertarik laki-laki”; tingkat kestabilan produksi hormon selama dalam kandungan harus terjaga dengan benar.

Sayangnya tidak semua ibu mampu menjaga kestabilan rendaman hormon yang diperlukan dalam 7 bulan terakhir kehamilannya. Pengaruh stress, menurunnya kesehatan, pengaruh obat-obatan dan makanan kadang bisa mengganggu proses ini. Gangguan pada masa ini dapat menghasilkan variasi dalam konfigurasi “jenis kelamin – gender – orientasi seksual”.

Konfigurasi “jenis kelamin – gender – orientasi seksual” bersifat permanen, tidak akan berubah setelah bayi lahir.

Banjir Hormon Masa Puber, Penguatan Kategori Kelamin

Setelah lahir, perbedaan struktur otak feminim dan maskulin menghasilkan perbedaan perilaku dan respon pada bayi.

Bayi feminim dengan segera menunjukkan keunggulan komunikasi dan pengenalan emosi. Bayi feminim langsung mempunyai kemampuan untuk mengenal wajah, melakukan kontak mata dan merespon sapaan, sesuatu yang tidak ditunjukkan oleh bayi maskulin. Dalam perbandingan, selama 3 bulan pertama, bayi feminim mampu mengenali wajah 4 kali lebih banyak dari bayi maskulin. Bayi feminim akan segera menjadi superstar keluarga karena kemampuannya lebih tinggi dalam menarik perhatian dan merespon manusia lain yang disekelilingnya.

Bayi maskulin dengan cepat segera menunjukkan keunggulan dalam koordinasi otot, mengenali lingkungan fisiknya, dan ketrampilan motoriknya. Bayi maskulin tertarik menjelajah dan asyik dengan mainannya.

Perbedaan bayi maskulin dan feminim semakin melebar pada tahun-tahun awal kehidupan mereka.  Hal ini disebabkan oleh produksi tinggi hormon testoteron pada maskulin dan hormon progesteron pada feminim. Produksi tinggi hormon seksual ini berlangsung selama 9 bulan pada maskulin dan 24 bulan pada feminim, periode ini juga disebut masa pubertas infantil.

Setelah pubertas infantil, bayi mengalami masa tenang hormon. Pada masa tenang kanak-kanak ini, anak manusia memperdalam peran biologisnya dalam aktifitas bermain mereka.

Anak maskulin dengan cepat tertarik bermain melatih kemampuan agresinya dengan bersaing secara fisik, perang-perangan, berkelahi fisik, menguasai alat (mobil, pistol atau pedang mainan). Anak feminim melatih kemampuan dibidang pengasuhan dan komunikasi dengan bermain boneka, bermain peran, ngobrol dan saling bercerita.

Badai hormon berikutnya akan terjadi ketika memasuki masa pubertas. Banjir hormon pubertas ini mengubah manusia anak-anak menjadi manusia dewasa yang siap secara biologis untuk ber-reproduksi. Banjir hormon ini juga menampilkan ke permukaan orientasi ketertarikan seksual mereka yang terbentuk saat dalam kandungan.

Kategori Jenis Kelamin Ketiga, Valid-kah ?

Dengan mempertimbangkan semua faktor dalam proses pembentukan konfigurasi “jenis kelamin – gender – orientasi seksual”; maka kita melihat banyak faktor selama proses pembentukannya yang membuat variasi pada hasil akhirnya. Bahkan banyak ahli biologi menyatakan kategori laki-laki dan perempuan sebenarnya bukanlah kategori hitam-putih, kalau gak laki-laki ya harus perempuan.

Kategori ini seharusnya merupakan sebuah spektrum dengan ujung kirinya laki-laki dan ujung kanannya perempuan, diantaranya terdapat banyak varian biologis yang mungkin didalamnya. Sebagai contoh adalah varian jenis kelamin laki-laki, gender feminim dan tertarik seksual ke laki-laki. Banyak kombinasi lain yang mungkin. Semuanya ini bisa terjadi diluar kehendak manusianya.

Penggolongan “Jenis Kelamin Ketiga”, secara biologis tidak tepat karena variasi itu tidak cuma tiga, akan tetapi secara sosial rasanya itu sudah cukup. Paling tidak itu bisa membuka pengakuan bahwa ada yang lain selain cuma laki-laki dan perempuan.

Perlukah Meluruskan Mereka?

Ragam variasi kelamin bukanlah hasil pilihan, itu tercetak dalam tubuh biologis manusia. Itu variasi biologis alami, itu seperti variasi mata minus atau kelainan fisik yang lain.

Memaksakan mereka berlaku hanya dalam kategori laki-laki dan perempuan hanyalah seperti memaksakan orang dengan kelainan fisik untuk bisa berlaku persis sebagaimana pada umumnya orang lainnya, tentu menyengsarakan mereka.

Parade mendukung hak Muslim Gay

Kalau ada yang bilang: “Itu menyalahi takdir, menyalahi kodrat!”,
tentu ada pertanyaan yang bisa kita tanyakan pada Tuhan: “Kalau takdir dan kodrat cuma mengenal laki-laki dan perempuan, kenapa Tuhan juga menciptakan yang diluar keduanya?”


Sumber Luar: