Kisah Nabi Luth pasti dikenal oleh penganut agama rumpun Ibrahim, yaitu Islam, Kristen dan Yahudi. Kisah ini ada dalam Qur’an dan Kitab Perjanjian Lama.
Apa pesan moral kisah tersebut?
Penganut Islam dan Kristen dapat dengan cepat menyebutkannya: hubungan seks sesama jenis adalah dosa yang sangat dibenci Allah. Untuk perbuatan tersebut Allah telah mengirim azab yang memusnahkan kaum Luth.
Tetapi adakah pesan moral lain yang bisa diambil dari cerita di kedua kitab suci tersebut?
Ada. Dan ini sungguh mengejutkan karena pesan tersebut adalah hal yang tidak bisa diterima oleh norma-norma yang wajar dimasa kini.
Pesan Moral Aneh
Untuk Kitab Perjanjian Lama, saya akan mengutip Kitab Genesis sebagai berikut:
Gen 19:1 Sesudah bertamu pada Abraham, kedua malaikat itu pergi ke Sodom dan tiba di sana pada waktu malam. Lot sedang duduk di pintu gerbang kota, dan setelah melihat mereka, ia bangkit untuk menyambut mereka. Lalu sujudlah ia di hadapan mereka,
Gen 19:2 dan berkata, "Tuan-tuan, silakan singgah di rumah saya. Tuan-tuan dapat membasuh kaki dan bermalam di rumah saya. Besok kalau mau, Tuan-tuan dapat bangun pagi-pagi dan meneruskan perjalanan." Tetapi mereka menjawab, "Terima kasih, biar kami bermalam di sini saja, di lapangan kota."
Gen 19:3 Lot memohon dengan sangat, dan akhirnya mereka masuk bersama dia ke dalam rumahnya. Lot menyediakan hidangan lezat dan memanggang roti secukupnya, lalu makanlah mereka.
Gen 19:4 Tetapi sebelum tamu-tamu itu pergi tidur, orang-orang Sodom mengepung rumah itu. Semua orang laki-laki di kota itu, baik yang tua maupun yang muda, ada di situ.
Gen 19:5 Mereka berseru kepada Lot, dan bertanya, "Di mana orang-orang yang datang bermalam di rumahmu? Serahkan mereka, supaya kami dapat bercampur dengan mereka!"
Gen 19:6 Lot keluar dari rumahnya, dan sesudah menutup pintu,
Gen 19:7 ia berkata kepada orang-orang Sodom itu, "Saudara-saudara, saya minta dengan sangat, janganlah melakukan hal yang sejahat itu!
Gen 19:8 Coba dengar, saya punya dua anak perawan. Biar saya serahkan mereka kepada kalian dan kalian boleh melakukan apa saja dengan mereka. Tetapi jangan apa-apakan tamu-tamu saya ini; sebab saya wajib melindungi mereka."
Gen 19:9 Tetapi kata orang-orang Sodom itu kepada Lot, "Pergi! Engkau orang asing mau mengatur kami? Ayo, pergi! Kalau tidak, engkau akan kami hajar lebih berat daripada kedua orang itu." Lalu mereka mendorong Lot dan menyerbu hendak mendobrak pintu.
Gen 19:10 Tetapi kedua tamu itu mengulurkan tangan mereka dan menarik Lot masuk ke dalam rumah, lalu menutup pintu.
Gen 19:11 Mereka membutakan semua orang yang ada di luar rumah itu, sehingga orang-orang itu tidak dapat menemukan pintu itu lagi.
Untuk Qur’an ada di Al-Hijr
Maka tatkala para utusan itu datang kepada kaum Luth, beserta pengikut pengikutnya, (61)
ia berkata: "Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang tidak dikenal". (62)
Para utusan menjawab: "Sebenarnya kami ini datang kepadamu dengan membawa azab yang selalu mereka dustakan. (63)
Dan kami datang kepadamu membawa kebenaran dan sesungguhnya kami betul-betul orang-orang benar. (64)
Maka pergilah kamu di akhir malam dengan membawa keluargamu, dan ikutlah mereka dari belakang dan janganlah seorangpun di antara kamu menoleh kebelakang dan teruskanlah perjalanan ke tempat yang di perintahkan kepadamu". (65)
Dan telah Kami wahyukan kepadanya (Luth) perkara itu, yaitu bahwa mereka akan ditumpas habis di waktu subuh. (66)
Dan datanglah penduduk kota itu (ke rumah Luth) dengan gembira (karena) kedatangan tamu-tamu itu.(67)
Luth berkata: "Sesungguhnya mereka adalah tamuku; maka janganlah kamu memberi malu (kepadaku), (68)
dan bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu membuat aku terhina". (69)
Mereka berkata: "Dan bukankah kami telah melarangmu dari (melindungi) manusia?" (70)
Luth berkata: "Inilah puteri-puteriku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)". (71)
Apa yang aneh?
Dalam kedua versi tersebut, penduduk kota (laki-laki) datang untuk meminta tamu Luth (dua malaikat yang gagah) agar diserahkan untuk melayani nafsu bejat mereka. Dalam pengaruh nafsu, mereka menantang Luth untuk menyerahkannya.
Apa reaksi Luth untuk melindungi tamunya?
Inilah pesan yang sangat tidak bisa dimengerti: Luth menawarkan dua anak gadisnya yang perawan sebagai pengganti dua orang malaikat tamunya.
Astaga! ayah macam apa Luth ini. Ia rela menyerahkan dua orang anak gadisnya kepada gerombolan beringas, demi dua orang tamu yang baru dikenalnya (walaupun itu malaikat).
Dalam kisah ini tercermin bahwa orang tua berhak menentukan nasib anak gadisnya, berhak bahkan untuk mengumpankannya ke mulut gerombolan yang dirasuki nafsu liar.
Apakah pesan kedua ini dapat diterima oleh kaidah moral sekarang? Saya rasa tidak. Tanpa ukuran agama apapun, tindakan Luth untuk menyerahkan anak gadisnya tidak dapat diterima.
Ada lagi yang aneh? Ada bahkan ini jauh lebih absurd.
Keanehan Lebih Lanjut Kisah Luth
Keanehan kisah Luth tidak berhenti disini saja. Kisah berikutnya menimbulkan pertanyaan lebih jauh. Untungnya kisah ini hanya ada di Perjanjian Lama, dalam Qur’an kisah ini tidak dicantumkan. Beruntunglah umat Islam, karena tidak perlu kerepotan untuk menjawabnya.
Dalam Perjanjian Lama, kisah Lot terus berlanjut dengan absurd. Lihat cuplikan Kitab Genesis berikutnya:
Gen 19:17 Sesudah itu seorang dari malaikat itu berkata, "Larilah, selamatkan nyawamu! Jangan menoleh ke belakang dan jangan berhenti di lembah. Larilah ke pegunungan, supaya kalian jangan mati!"
…
Gen 19:23 Matahari sedang terbit ketika Lot sampai di Zoar.
Gen 19:24 Tiba-tiba TUHAN menurunkan hujan belerang yang berapi atas Sodom dan Gomora.
Gen 19:25 Kedua kota itu dihancurkan, juga seluruh lembah dan semua tumbuh-tumbuhan serta semua penduduk di situ.
Gen 19:26 Tetapi istri Lot menoleh ke belakang, lalu dia berubah menjadi tiang garam.
…
Gen 19:30 Karena Lot takut menetap di Zoar, maka pergilah ia ke pegunungan bersama-sama dengan kedua anaknya perempuan, lalu tinggal di dalam sebuah gua.
Gen 19:31 Anak perempuan yang sulung berkata kepada adiknya, "Ayah sudah tua, dan di seluruh negeri ini tak ada orang laki-laki yang dapat mengawini kita supaya kita mendapat anak.
Gen 19:32 Mari, kita buat ayah mabuk, lalu kita tidur dengan dia supaya kita mendapat anak."
Gen 19:33 Pada malam itu mereka memberi ayah mereka minum anggur, lalu anak yang sulung tidur dengan ayahnya; tetapi ayahnya begitu mabuk sehingga tidak tahu apa yang terjadi.
Gen 19:34 Keesokan harinya, anak yang sulung berkata kepada adiknya, "Tadi malam saya sudah tidur dengan ayah! Nanti malam kita buat dia mabuk lagi. Lalu tidurlah kau dengan dia. Nanti kita masing-masing mendapat anak."
Gen 19:35 Demikianlah pada malam itu mereka membuat Lot mabuk, dan anaknya yang kedua tidur dengan dia. Dan Lot terlalu mabuk lagi sehingga tidak tahu apa yang terjadi.
Gen 19:36 Lalu mengandunglah kedua anak Lot itu karena ayah mereka sendiri.
Gen 19:37 Anak yang sulung melahirkan anak laki-laki yang dinamakannya Moab. Dia menjadi leluhur orang Moab yang sekarang.
Gen 19:38 Anak yang kedua melahirkan anak laki-laki juga yang dinamakannya Ben-Ami. Dia menjadi leluhur bangsa Amon yang sekarang.
Perhatikan apa yang terjadi. Kedua anak Lot membuat ayah mereka (Lot) mabuk dan menggauli mereka agar mereka mendapat keturunan. Dan itu berhasil.
Astaga! keluarga macam apakah Lot ini?
Apakah pantas mereka disebut keluarga yang suci, hingga kisahnya diabadikan di kitab suci yang menjadi panutan umat Islam, Kristen dan Yahudi? Selain penolakannya terhadap perilaku seks yang tidak wajar, adakah yang patut dicontoh dari keluarga Luth ini?
Inilah salah satu kisah dalam kitab suci yang mendapat sorotan keras dari kelompok-kelompok kritikus agama.
Kisah ini memang absurd.
Mungkin anda mempunyai jawabannya?
Apakah saya berdosa dan dapat azab dari allah bila memiliki pemikiran semacam diatas, lucu deh.coba ada yang bisa tunjukan dosa saya berapa banyak? Biar saya perbaiki dan saya seimbangkan kalau manusia memang diberi raport sama allah. Manusia yang labil dan ragu tetang kehidupan selalu berdelusi dengan hal2 yang tidak semestinya dipikirkan seperti pahala, surga dan neraka dll. Samapai saat inipun saya sebagai muslim bingung. Kenapa saya harus membagakan dan memuja2 muhammad! Kenal tidak, keluarga tidak, pemimpinku juga tidak dan kenapa harus mengaggab bahwa muhamad merupakan pilihan allah yang sempurna? Kenapa hanya dia yang di ciptakan sempurna, maha lemah allah untuk bisa mencipta muhammad2 lain yang lebih hebat di era yang serba canggih ini. Kita masih diwajibkan membuat karangan2 hebat tentang muhammad seperti yg di dakwahkan ustad dan agamawan.
@TOYOI:Di dunia ini semua bisa anda cari,seperti ilmu,harta,tahta,wanita,bahkan kesalahan orang pun bisa anda cari,karena itu ada diluar diri anda.Yang tidak bisa anda cari adalah:TUHAN,CINTA,KEBAHAGIAAN,KEBENARAN.Karena semua itu ada dalam diri kita sendiri,itu wilayah personal kita.Perhatikan kata kata ini dengan baik:…..aku ada karena AKU….AKU ada karena aku.Jika AKU tiada maka aku tiada.Jika aku tiada maka AKU tidak dikenal.Jika aku menonjolkan diriku maka AKU tiada.Jika aku menghilangkan aku maka AKULAH yang ada.Jika aku menonjolkan aku maka kekuasaanlah yang di inginkan,menjadi akulah pangeran sejagad.Renungkan kalimat tersebut kenapa saya menulis aku dengan huruf kecil,dan AKU dalam huruf besar,jika anda telah memahami maka anda akan memperoleh kebenaran sejati.Jika kebenaran tersebut telah anda peroleh jangan sekali sekali anda katakan pada orang lain,itu wilayah personal anda bukan untuk konsumsi publik.Semoga anda menemukannya.
Alhamdulillah… Saya bisa merasakannya..
Siiip, itulah yang hakiki bagi manusia dengan Tuhannya
Assalamualaikum
saudaraku….
jangan “Menolak kebenaran dan merendahkan manusia”.
apakah kamu dapat melihat “kentut” …saudaraku……????
hanya kamu dan Allah yang mengetahui apa yang ada dibenakmu…
semoga kamu “mengerti”…saudaraku….
Maka orang yang sombong, selalu berambisi untuk meninggikan dirinya di hadapan Allah Ta’ala dengan cara menolak syariat dan ajaran agama.
Perkataan yang benar adalah dari Kitabullah dan Sunnah rasul-Nya Shallallahu’alaihi wasallam
@Rey: selain menunjukkan anda paham “kentut”, apakah ada komentar lain yang relevan dengan isi tulisan saya?
🙂
rey : itu menurut pandangan anda, coba tanya orang lain yang tidak sepaham atau benda keyakinan dengan anda apa syariat yang anda usulkan memberikan manfaat bagi yang lain.(bagi saya tetap demokras pancasila yang tetap top markotop dan bermanfaat bagi bangsa indonesia).apa bedanya anda percaya tuhan dengan mbah saya yang percaya dengan nyi roro kidul sama2 di yakini memberikan berkahi
Meninggalkan jejak:
Saya, dan anda semua tidak hidup dijaman Nabi Luth, dan meskipun kita diberi situasi yg serupa pasti pikiran kita berbeda. Q manusia biasa… kalo aku ada diposisi Nabi Luth saat itu, pasti aku akan membawa pergi semua keluargaku dari sana.
Tapi, Nabi mempunyai tugas, yaitu menyadarkan kaum sodom yg ‘homo sex’, kalau q rasa,, Nabi hendak menyerahkan anak gadisnya,, yaitu dengan secara ‘halal’ kurasa bgt td postingan saudara, yaitu dgn adanya pernikahan. Hal ini dimaksudkan dapat menyadarkan mereka yg sodom bahwa hakekatnya perempuan/anak gadis Nabi Luth lebih pantas dinikahi dan digauli (sbg istri) dibandingkan dua orang tamunya yg tampan. Jika nabi menyerahkan tamunya, berarti dia lalai dr tugasnya dan mendukung praktik sodom. Jika anak gadisnya dinikahkan dgn kaum tersebut, tidak lain adalah dgn tujuan mulia menyadarkan kaum sodom. Dan putrinyapun adalah seorang pejuang, meski tdk dgn pedang dan panah. Bukannya perjuangan seseorang itu berbeda2? Seorang ibu kepada anak,, bagi yg blm punya anak, pasti akan menganggap seorang ibu yg berjuang jiwa dan raga tanpa imbalan, itu bodoh. Apalagi lako dilihat dr segi bisnis. Namun, itulah perjuangan.
sebenarnya saya tdk benar tau apa yg.ada dibenak nabi saat itu. Namun, secara logika saya… itulah alasannya.
untuk kasus inces,, nocomment. Saya g mempercayai kisah itu.
thank.
@Rinna: anda tidak membaca komen-komen sebelumnya sehingga mengulangi komentar yang sama.
Mungkin anda harus belajar untuk membedakan antara membaca catatan peristiwa dan mengarang bebas. Catatan peristiwa adalah apa yang tertulis dan bisa diverifikasi sumbernya, sedangkan mengarang bebas adalah sebagaimana biasa direproduksi para ulama/pendeta untuk memperindah kisah tanpa dasar teks yang bisa dipertanggungjawabkan.
Untuk kisah Luth, catatan peristiwa ada pada sumber-sumber berikut:
Yang anda sampaikan adalah sbb:
Kitabullah sendiri mengajarkan manusia untuk menggunakan akalnya Q 10:100, jadi bikannya Dogma dari Ulama tetapi Ulama sebagai referensi saja.
@Judhianto:Saya akan kutip hadist nabi.Bukan seorang pendusta orang yang berbohong untuk mendamaikan antar sesama manusia.Dia menumbuhkan kebaikan atau mengatakan kebaikan.(hadist riwayat Bukhori dan muslim).Inilah hasil dari kebohongan yang berabad abad itu,satu kebohongan yang disampaikan akan menimbulkan seribu kebohongan berikutnya.Ketika kita akan meluruskan sebuah kebohongan tersebut dengan mengatakan yang sebenarnya justru kita dikataka berbohong,karena kebohongan yang telah lalu,sudah dianggap sebagai kebenaran.Sehingga nilai sebuah kebenaran akan sama dengan nilai sebuah kebohongan di mata orang orang yang telah banyak dibohongi.Seperti mencampurkan serbuk besi dengan serbuk tembaga sulit untuk memisahkannya,dimana hanya sebuah magnet yang akan dapat memisahkannya.Hanya nurani yang bisa membedakan mana kebohongan dan mana kebenaran.
Kalo kisah yg pertama, itu masih masuk nalar, secara tidak langsung Nabi Luth berdakwah mengajak kaumnya yang homoseksual untuk menikahi wanita secara normal,
tapi kalo kisah yang kedua, tentang hubungan inses, ini yang ga masuk nalar. Saya sudah berkali2 bertemu dengan teman2 saya yang nasrani, dan menanyakan ayat2 tentang nabi Luth ini, dan kebanyakan mereka diam seribu bahasa alias malu tidak bisa menjelaskan, tapi ada pula yg mengatakan bahwa nabi juga manusia bisa berbuat salah.
Tapi bagi saya sendiri, Old Testatement masih mengandung banyak misteri yang belum terpecahkan, karena hingga sekarang belum ada arsip bibel yang asli berbahasa hebrew kuno, walaupun telah ditemukan gulungan laut mati, itupun belum bisa menjawab keotentikan bibel, sepengetahuan saya kanonisasi bibel oleh gereja masih berbasis bahasa latin kuno, padahal masa Old Testatement itu pakenya bahasa Hebrew kuno. Parahnya lagi umat kristen di Indonesia baca Old Testatement itu pakenya bahasa Indonesia. Beda kasus dengan Umat Islam dengan Quran-nya yang berbahasa Arab dialek Quraisy persis yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad. Dan hingga kini umat Islam di seluruh dunia tetap baca Quran dengan bahasa arab dengan tajwid dialek Quraisy.
Perlu kita garis bawahi proses penyalinan kitab suci itu adalah sesuatu yang vital dalam keimanan suatu agama. Karena itu kodifikasi wahyu Tuhan kepada umatnya, salah sedikit saja menyalinnya, maka berubalah makna wahyu Tuhan itu. Dalam kasus bibel, ada beberapa hal yang bisa dijadikan bahan diskusi (i) mengapa tidak ada bibel yg berbahasa asli hebrew kuno hingga kini (ii) apakah ada jaminan dalam proses penyalinannya selama berabad2 (iii) apakah ada jaminan kesamaan tafsiran wahyu apabila bibel itu dialih bahasakan ke banyak bahasa
Dari analogi di atas, saya berpendapat kitab suci haruslah mengajarkan ajaran moral yang baik kepada umat, mengenai kisah hubungan inses nabi Luth dengan anaknya, saya punya firasat ini bukan kisah asli bibel, tapi hanya kisah tambahan, bisa saja ada beberapa suku Yahudi di Israel kuno yang tidak suka atau berperang dengan suku Moab di wilayah tenggara. Lalu membuat kisah tambahan dalam Old Testatement bahwa keturunan Moab adalah hasil hubungan inses Nabi Luth dengan anaknya. Ini hanya feeling saya saja loh… mohon maaf buat umat Kristen tentang komentar saya… mohon sanggahannya
@Rio: ada dua hal yang anda komentari: kisah Luth dan otentitas Perjanjian Lama (Taurat)
Untuk kisah Luth menyodorkan anak gadisnya, anda mengatakan
silakan baca ulang terjemahan asli Qur’an, isinya cuma Luth sodorkan anaknya agar tak ganggu tamunya, itu saja. Untuk ajakan dakwah, menikahi secara normal, itu tak ada. Itu hanya tafsir tambahan yang diberikan pada teks aslinya.
Untuk otentitas kisah ini ada hal yang perlu kita perhatikan
Bang,,, request Artikel tentang Taqdir dong,,,
Sebenarnya takdir itu ada atau tidak
Thanks
@Atheis Jihaderz: secara umum takdir berarti bahwa sesuatu (peristiwa) sudah ditetapkan Tuhan sebelum sesuatu itu terjadi.
Ada atau tidak? kalau kriteria ada itu adalah bisa dibuktikan dan di verifikasi, maka gak akan pernah ada buktinya. Percaya takdir itu sepaket dengan percaya Tuhan, gak ada buktinya, tinggal milih percaya atau tidak.
menurut saya,ada sedikit kekeliruan disini mungkin maksud dari nabi luth sendiri menawarkan anak perempuannya adalah untuk dinikahi dan tentunya dg halal dan nabi luth sendiri pun tau jika laki laki dan perempuan pada zamannya adalah tidak normal (gay dan lesbian) bahkan istrinya sendiri adalah seorang penghianat….terima kasih
@Ddaiden: anda bicara teks atau tafsir?
Kalau teks bisa dilihat, Luth mengumpankan anaknya agar gerombolan di luar tak mengganggu tamunya. Lihat teks berikut:
Bible:
Coba dengar, saya punya dua anak perawan. Biar saya serahkan mereka kepada kalian dan kalian boleh melakukan apa saja dengan mereka. Tetapi jangan apa-apakan tamu-tamu saya ini; sebab saya wajib melindungi mereka [Gen 19:8]
Qur’an (terjemahan langsung):
قَالَ – Berkata (Luth)
هَٰؤُلَاءِ بَنَاتِي – ini putri saya
إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ – bila kalian mau
[Al-Hijr: 71]
Tentang nikah dan halal, itu tak ada. Itu hanya sisipan dan tafsir penerjemah yang ingin menampilkan Luth agar sesuai dengan imajinasi tentang sosok nabi yang berperilaku mulia saja.
mgkinkah pesan yg yg ingin di sampaikan adalah bahwa berbuat tuhan (yg di maksudkan ) adalah sbagai sgala sgalanya? bahkan bila perlu mengabaikan nalar,bahkan kemanusiaan? jk mmg iya,waah betapa dasyat efek yg di timbulkan? fanatisme
Dear Judhianto
Sebagai seorang muslim, saya senang membaca cerita tentang Nabi dan Rasul-Nya. Memang pada saat membaca cerita tentang Nabi Luth versi Bible saya sadar bahwa standar moral pada zaman itu seharusnya tidak di samakan dengan zaman sekarang. Hanya saja inti yang bisa saya ambil adalah, Menjadi pemerkosa, zinah dengan banyak wanita, itu masih lebih baik daripada menjadi seorang Homoseksual, berbeda dengan lingkungan sosial pada saat ini, yang dimana menjadi Homoseksual itu lebih baik di banding menjadi pemerkosa karena tidak merugikan orang lain.
Mohon berikan pendapat tentang opini saya.
Terima Kasih
@Rhino86: opini anda terlalu ekstrim, menjadi pemerkosa dan zina dengan banyak wanita tidak pernah diterima juga di masa lalu, itu selalu dianggap kejahatan.
Yang membedakan hanyalah di masa lalu, itu tidak dianggap kejahatan bila dilakukan pada manusia yang kelasnya lebih rendah, misalkan budak (bangsa atau agama lain yang ditaklukkan). Di masa kini, persamaan di depan hukum adalah prinsip dasar. Menerima perbudakan atau memberikan hak secara berbeda atas nama agama atau ras sudah dianggap kejahatan sendiri.
Untuk homoseksual, ini mungkin sekedar meletakkan prioritas hak pribadi.
Di masa lalu, menegakkan agama dan norma masyarakat jauh lebih penting dari hak pribadi, walau itu berarti penindasan atas hak pribadi.
Di masa kini, hak pribadi jauh lebih penting dari agama atau norma. Selama tidak mengancam secara nyata pribadi lainnya, setiap orang berhak mengklaim haknya (termasuk menjadi homoseks).
diskusinya menarik yah… saya suka dengan logika berpikir pak judhiaanto tentang sejarah agama, tapi saya kurang sependapat agama itu sebagai akselerasi/penghambat suatu peradaban, sebenarnya perkembangan budaya manusialah sebagai aksekrasi/penghambat suatu peradaban
menurut karen armstrong, seorang ahli sejarah agama, sebenarnya beratus2 ribu tahun yg lalu, sebenaranya manusia sudah berkepercayaan monoteis, mereka percaya bahwa di langit sana ada yg menciptakan semua ini, semua ini pasti ada sebab akibat.. sementara agama adalah perwujudan eksistensi dari kepercayaan tersebut, tentunya berkembang dengan kebudayaan di daerah masing2
Khusus untuk agama samawi, Yahudi, Kristen dan Islam, saya rasa ada yang menarik dalam agama2 ini, massif, bertahan lama dan sangat mengakar. Mungkin pak Judhianto bisa menjelaskannya kenapa
saya memiliki alasan sederhana, kenapa kita harus percaya Tuhan dan tidak boleh menjadi atheis
(1) di Bumi ini, satu2nya makhluk yg bisa berbicara dan berbahasa vokal komplit itu hanya manusia saja, ini pertanyaan besar yg ga bisa dijelaskan secara science, padahal secara logika, simpanse bisa seperti manusia
(2) di bumi ini, hanya manusialah yg bisa membuat peradaban besar, bisa membuat jalan aspal, bisa memasak, dan bisa pergi ke luar angkasa, ini pasti ada campur tangan yg di atas
(3) di bumi ini, hanya manusia yg bisa berekspresi secara jelas, bisa marah, tertawa, sayang, membenci dan lain2nya
(4) di bumi ini, hanya manusialah yg melakukan ritual pemakaman (dikubur, dibakar, dll) dan ini sudah dilakukan beratus2 ribuan tahun yg lalu, siapa yg mengajarkan semua ini…??
Saya percaya hidup ini ga sekedar hidup doang… pasti ada makna misteri yg besar dalam hidup ini… Tuhan itu tidak bisa dijelaskan secara science… maka dari itu manusia harus percaya akan Tuhan tanpa harus pake logika, syukur2 bisa beragama agar hidupnya lebih berarti…. saya pribadi memilih Islam sbg way of life saya… mari kita senantiasa selalu bersyukur kepada Tuhan menurut kepercayaan dan agamanya masing2…
@Satria: memang budaya bisa menghambat atau memacu peradaban, dan agama merupakan salah satu bentuk ekspresi budaya.
Islam ekspresi budaya Arab dan Kejawen ekspresi budaya Jawa, semuanya punya elemen yang bisa memacu peradaban atau menghambat kemajuan. Kacaunya Timur Tengah dan hampir tak adanya sumbangan wilayah tersebut untuk budaya modern menunjukkan mandeknya peradaban arab (yang digerakkan oleh Islam).
Karen Armstrong menunjukkan bahwa beragama merupakan kecenderungan alami sebagiam besar manusia. Namun kita bisa juga melihat bahwa tidak beragama juga alami bagi sebagiam manusia walaupun sedikit. Kita bisa melihat suku Piraha di Amazon yang tidak mengenal konsep Tuhan https://agamajinasi.wordpress.com/2012/08/23/piraha-yang-bahagia-tanpa-tuhan/
Mengapa agama samawi lebih tersebar dari yang lain?
Mungkin ini berakar pada pandangan monoteis yang menganggap hanya ada satu Tuhan sehingga juga hanya ada satu kebenaran.
Dengan melihat yang lain sebagai yang salah, yang perlu disadarkan, atau ditaklukkan agar menerima kebenaran yang tunggal; maka agama samawi mempunyai ambisi kuat untuk berdakwah, menyelamatkan dunia dan bahkan menaklukkan yang lain agar menerima kebenaran agamanya.
Hal ini beda dengan agama dharma atau politeis yang bisa menerima bila ada yang menyembah Tuhan yang lain dan bila orang lain mempunyai konsep kebenaran yang berbeda dengan mereka. Jika mereka melakukan ekspansi mereka tidak menggunakan faktor religius sebagai pendorongnya.
Untuk alasan sederhana anda percaya Tuhan, bahwa karena hanya di Bumi ada manusia dan segala macam kerumitan budayanya, mungkin memang masih bisa digunakan saat ini.
Namun sepertinya alasan itu mempunyai tantangan yang besar di masa depan.
Kita percaya kita di Bumi adalah satu-satunya mahluk cerdas di semesta yang luas ini bukan karena kita tahu pasti bahwa tidak ada mahluk cerdas diluar sana, melainkan hanya karena kita tidak tahu apa yang di luar sana.
Dari hasil explorasi semesta terakhir, setiap bintang sepertinya punya planet, dan itu berarti ada trilyunan planet di luar sana.
Teknologi kita baru bisa melihat planet yang mengorbit matahari, belum yang mengorbit bintang.
Akan tetapi saya yakin di masa depan, kita mampu meneliti isi planet yang mengorbit bintang lain. Dan saya yakin kita akan mendapatkan banyak kejutan dari trilyunan planet di atas sana. Entah planet yang bisa dihuni, planet yang memiliki kehidupan dan bahkan peradaban lain di luar sana. Dan jika itu terjadi, maka alasan anda menjadi tidak relevan lagi.
Untuk siapa yang mengajarkan ritual pemakaman? mungkin kita juga bisa menanyakan siapa yang mengajarkan membuat komputer? Atau menjelajah bulan?
Jika kita tahu manusia bisa belajar sendiri membuat komputer dan menjelajah ke bulan, tentu lebih mudah untuk percaya bahwa untuk hal yang jauh lebih sederhana seperti ritual pemakaman, manusia juga belajar sendiri.
Semua akan tidak aneh ketika di lihat dari kacamata iman pada setiap pemeluk agamanya
Mohon maaf sebelumnya atas kedangkalan pengetahuan dan pemahaman saya. Tetapi hendaklah kisah Lut ini tidak diaplikasikan begitu saja dalam konteks pemahaman masa kini, harus dilihat segi sejarah dan adat istiadat pada masa hal itu terjadi. Kisah ini terjadi pada masa dimana genosida, pembunuhan dan kebrutalan bukan sesuatu yang aneh. Kisah ini ada dlm kitab suci kami (bagi saya Alkitab) bukan untuk disoroti brutalismenya, tetapi esensi kisah ini dipandang dari segi keimanan. Jadi…sungguh konyol bagi saya jika Anda memahaminya dalam konteks masa kini dan seenaknya menyebut kisah ini brutal dan aneh. seperti pendapat Abdul, kita harus melihat setiap kisah dalam kitab suci dari kaca mata iman pada setiap pemeluk agamanya. Terima kasih ya 🙂
@Bunda Rara:
Oke, jadi saya mengulang hal penting dalam tulisan saya berikut:
Menurut anda, apa esensi kisah ini dipandang dari segi keimanan yang bisa kita teladani sehingga perlu dilestarikan dalam kitab yang dianggap suci selama ribuan tahun?
Pertama. Problem mendasar manusia yang telah beragama, selalu mengganggap yang tertulis dan telah dikodifikasi sebagai Kitab, dianggap tak terbantahkan tentang akurasi dan kebenarannya. Maka ketika dimunculkan detail-detail yang sebenarnya telah ada, tapi cenderung tertutup oleh kabut logika sempurna dan tak terbantahkan itu, cenderung ketakrelaan muncul sangat membabi-buta dan picik.
Berikut. Tuhan tidak pernah menulis kitab suci apapun! Kisah Luth adalah gambaran kebiadaban dan kebrutalan ras manusia zaman itu yang memang senyata-nyatanya ada. Jika ditelusuri, tanpa melihat kitab sucipun, insest adalah gambaran hubungan badan hampir setua peradaban manusia itu sendiri. Peradaban tertua apapun “menceritakan” ini.
Saya tidak yakin jika kisah kebiadaban manusia zaman itu, dalam hal ini Luth menyerahkan anaknya, adalah cerita atau kisah yang dituturkan Tuhan sendiri. Ini hanya bukti bahwa manusia rela melakukan apa saja untuk menyelamatk dirinya sendiri termasuk menyenangkan dirinya sendiri; sekalipunpun itu darah dagingnya. Dewasa inipun kisah sejenis kita sering melihat, mendengar dan membacanya.
Para penulis atau penyusun kisah Luth, sekiranya saya, hanya mau melaporkan (reportase) fakta-fakta sosial saat itu, kemudian disusupi dengan kaidah-kaidah moral dengan tujuan agar para pembaca (zaman itu) dan generasi berikut yang akan membacanya, menyadari bahwa perbuatan yang dilakukan tersebut sangat patut dijauhkan dan dihindari.
Sementara ini saja yang saya bisa bagi.
Maksud saya pada paragraf ketiga di atas: “…., dalam hal ini keinginan Luth menyerahkan anaknya, …”
Ayat2 dalam Al – Qur’an sering diakhiri dg… “supaya manusia dapat berpikir”. Ayat2 Al-Qur’an selalu membuat kita penasaran dan terus mencari rahasia di balik turunnya ayat tersebut. Untuk pertanyaan anda, sesungguhnya Nabi Luth menyarankan kepada mereka untuk menikahi putrinya saja, itu lebih baik daripada menjadi homoseksual. Saya mengerti kalau anda bingung. Bergurulah kepada ahli tafsir misalnya KH. Quraisy Syihab. Saya rasa anda berbakat menjadi ahli tafsir. Saya doakan semoga anda mendapat hidayah dan menjadi ahli tafsir Al-Qur’an yg mumpuni, aamiin..
@Iin: sudah ada 356 komentar untuk tulisan ini, anda orang yang kesekian kali yang mengulangi komentar yang sama, silakan baca komentar-2 sebelumnya untuk tanggapan saya. Salah satunya >> https://www.nontondunia.net/2011/05/19/pesan-moral-aneh-kisah-nabi-luth/comment-page-2/#comment-1724
sebagian benar….kebanyakan salah besar…. seperti orang yng dmembahas masalah gunung dari jauh. kalao gunung tidak ada pohon..yg ada hanya gunung..titk
@Ali: oke, jadi anda tahu ada yang salah dan ada yang benar, tapi gak berani (gak pede?) untuk menunjukkan yang mana itu.
Ya sudah, memang butuh nyali untuk berpendapat 🙂
mohon pencerahan om Ali, biar saya tidak salah terima dari bacaan pak yudi, yang salah besar yang mana dan yang betul bagaimana? Setidaknya om ali kalau bisa menyalahkan bisa memberikan jawaban tentsng kebenarannya biar saya tidak salah bila ada yang bertanya, tks
Jika menggunakan akal manusia maka ibaratnya kita menilai kebenaran sesuatu itu dengan alat ukur yang TIDAK STANDAR dan pada manusia yang sama saja bisa berubah-ubah akibat hawa nafsunya sendiri.
Maka dari itu gunakan dalil naqli di atas aqli (jika ada pertentangan). Selain itu agar tetap LURUS dan tidak dibelok-belokkan oleh hawa nafsu sendiri gunakan FRAMEWORK yang benar yaitu TAUHID dan AKIDAH (untuk muslim adalah Al Qur’an dan Al Hadits).
Tanpa framework maka kita akan menjadi golongan LIBERAL, yaitu menolak adanya batasan sama sekali. Akibatnya maka praktek yang dilakukan adalah bid’ah dan sinkretisme sesuai selera sendiri.
@Harnanto Wahju Nugroho: ya sudah, beri contoh dong pendapat yang LURUS menggunakan FRAMEWORK TAUHID dan AKIDAH. Silakan …
sederhana mas, mas judhi melihatnya dari sudut kekinian.. sedangkan luth (mungkin?) melihatnya dari sudut lain yaitu kebanyakan kaum luth pd saat itu, sehingga dikhawatirkan kelestarian manusia tidak akan langgeng; artinya hanya keluarga luth lah yang normal(?) saat itu dibanding dengan kaumnya yang mengerikan (?)
pada intinya, apa yang terkandung didalam surat (ayat) dalam kedua kitab suci tsb, menunjukkan bahwa kelestarian manusia lebih penting daripada kemusnahannya. Dan, kaum seperti ini akan selalu ada sepanjang jaman.
mohon maaf bila salah,..
@Kolong Langit: keluarga Luth normal? Bapak yang menyodorkan putrinya sendiri ke gerombolan biadab asal gak mengganggu tamunya? Anak yang bersiasat agar disetubuhi Luth (bapaknya sendiri)?
Bagi saya, keluarga Luth adalah sakit, dibela Tuhan maha kuasa yang kalau mau bisa menormalkan masyarakat yang sakit dan keluarga nabi yang sakit itu dalam sekejap mata. Tuhan yang memilih menggunakan kekuasaannya untuk mengubah istri Luth menjadi tiang garam akibat kesalahan sepele (hanya menoleh, ya! hanya menoleh). Tuhan yang memilih menggunakan kekuasaannya untuk menghancurkan sebuah bangsa yang dianggap sakit daripada menyembuhkannya.
Potret yang lengkap tentang masyarakat yang sakit, Nabi (dan keluarganya) yang sakit dan pertunjukan kekuasaan Tuhan yang entahlah…
‘Normal’ dalam arti lebih baik DIBANDINGKAN dgn mayoritas masyarakatnya pada saat itu,..
memang agak sulit mendefinisikan kata ‘normal’ 🙂 saya lebih suka mengambil padanan kata ini dengan istilah ‘sunatullah’, artinya laki-laki membuahi perempuan.
kita harus melihat konteksnya ‘pada saat itu’, dan BUKAN norma atau moral ‘masa kini’.. (meski masih tetap saja ada dan terjadi di era sekarang), dan kita harus melihat Luth sebagai nabi (pemimpin ummat) yang berkepentingan dan bertanggung jawab (dihadapan Tuhan) atas masyarakatnya tsb.
incest? anak-anak Adam menerapkan incest, Habil (Abel), Qabil (Cain) dengan kembarannya Labuda dan Ikrima, apa maknanya(?)… kelestarian ummat manusia (sebelum turun ayat dan hukum perkawinan yang tercantum dalam kitab)
dan, kita tidak harus menafsirkannya (kisah Luth) secara kontekstual
Beruntung, Alquran menceritakan peristiwa ini dengan lebih sopan, tidak ‘sekasar’ dan sevulgar (maaf) yang diceritakan alkitab dalam genesis (kitab kejadian, manusia?)
Jika mas judhi bertanya ihwal kekuasaan Tuhan, menurut hemat saya sama dengan bertanya: “mengapa Tuhan menciptakan Iblis?”
kita perlu sedikit mengingat kalimat Tuhan dalam surat Ar-Ra’d ayat 11. ….إِنَّ اللَّهَ لا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ …. artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka ”.
ini menunjukkan kemerdekaan, kebebasan manusia sebagai khalifah (wali?, wakil?) di muka bumi, dan jika manusia tidak mau, Tuhan akan mencabutnya kembali amanah tersebut (dengan cara yang tidak kita ketahui).
Luth sudah mengingatkan, malaikat (kedua tamu Luth) sudah diturunkan dan ditugaskan, tetapi mereka (masyarakat Luth) tetap pada kejahilannya.
Kehancuran dan kemusnahan sodom gomorah adalah isyarat kekuasaan Tuhan, boleh dikatakan hukuman Tuhan yang berlaku ‘segera’.. sebelum mereka menghancurkan dirinya sendiri dengan kepunahan karena mereka tidak mampu ber’-regenerasi’ bila tetap pada kebiasaan buruknya. (terkandung makna mubazir ?)
PESAN MORAL (positif), yg saya pribadi dapat lihat dan ambil adalah:
* kelestarian ummat manusia (kelanggengan generasi)
* menghormati, melindungi, dan memuliakan tamu
* kepatuhan istri terhadap suami
* mungkin ada hal lain yang tidak (belum) saya ketahui.. hehe
tambahan: jika tidak salah ada kisah Luth ini dalam versi Islam yang lebih detil (lupa sumbernya, entah hadits atau kitab ulama)
salam, dari penghuni Kolong Langit
@Kolong Langit: alhamdulillah kalau masih ada pesan moral positif yang bisa anda ambil dari kisah nabi Luth ini.
Ini apdetan tahun kapan ya.. Anda salah mngartikan smua surah al hijr… Mksd Anda tu salah,, Hmmm… Bnyk beristighfar mas..
@Oliv: jadi sudah ada update terbaru? wah menarik…
Mohon ditunjukkan secara jelas, di bagian mana pendapat saya yang salah, dan bagaimana menurut update terbaru anda. Tentu itu akan sangat membantu kita semua.
Saya tunggu lho .. 🙂
~Luth berkata: “Inilah puteri-puteriku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)”. (71)~
≧Inilah pesan yang sangat tidak bisa dimengerti: Luth menawarkan dua anak gadisnya yang perawan sebagai pengganti dua orang malaikat tamunya.
Astaga! ayah macam apa Luth ini. Ia rela menyerahkan dua orang anak gadisnya kepada gerombolan beringas, demi dua orang tamu yang baru dikenalnya (walaupun itu malaikat).≦
Sepertinya agan salah menafsirkan / menangkap maksud dari terjemahan surat Al-Hijr ayat 71.
Maksud dari ayat tersebut adalah Nabi Luth menyuruh mereka untuk menikahi anaknya, agar hasrat seksual mereka tersalurkan dengan cara yang halal. Kenapa Nabi Luth sampai menyuruh mereka untuk menikahi anaknya? Supaya umat Nabi Luth bisa terlepas dari perbuatan dosa (dalam hal ini adalah homoseks atau bahasa gaul saat ini LGBT), yaitu agar pria menikahi perempuan, dan perempuan menikah dengan pria.
Ada baiknya sebelum mengutip sesuatu dari Al-Qur’an, agan membaca2 tafsirannya terlebih dahulu, atau mengikuti pengajian, atau bertanya kepada Ustadz / Kyai yang jelas memiliki pemahaman agama yang lebih tinggi dari kita.
@Lucid Dream: anda tidak membaca komentar-komentar sebelumnya, sehingga menjadi yang kesekian kalinya mengulang komentar yang sama.
Silakan baca di sini –> https://www.nontondunia.net/2011/05/19/pesan-moral-aneh-kisah-nabi-luth/comment-page-1/#comment-421
Mas Judhi , lagi marak maraknya pro dan kontra LGBT , pesan moral apa yang sedang disampaikan oleh mereka yang pro dan kontra tersebut …cukup riuh…??
Tulisan mas Judhi menelaah tentang ini kita tunggu…mari kita tonton dunia yang riuh ini.
KH. A HASYIM MUZADI di REPUBLIKA Ahad tgl 28 Feb 2016 hari ini juga menulis di Refleksi halaman 1 : Tuhan tidak Suka Kaum ‘Luthy’….shg mereka dihancur leburkan oleh TUHAN yg marah, tmsk istri Nabi Luth……konon mrk tmsk kaum penyembah berhala, penyamun, homoseks.
Ayo mas Judhi nulis ! Mumpung lagi ngetrend….ada Bang IPUL juga sang idola yg sangat religious saat ini lagi kesrempet musibah….semoga tuduhan polisi salah……
@Mandra Wage: waduh belum ada ide yg orisinil tentang LGBT. Tulisan lama yang nyinggung LGBT cuma ini –> Jenis Kelamin Ketiga
Zaman semoderen gini masih percaya sama ustad, kyai, pemahaman yang tinggi tentang agama tentang lut itu yang seperti apa Lucid Dream.
Baru liat. mohon ijin nimbrung
Mungkin ini maksud surah al Hijr ayat 71.
Untuk menahan seseorang melakukan dosa harus dilakukan dengan memperkenalkan masyarakat akan cara-cara yang benar dan halal. Dengan mengetahui itu mereka akan menahan dirinya dari berbuat dosa. Karena Islam tidak memerintahkan untuk melenyapkan naluri manusia tapi mengajarkan manusia agar memanfaatkannya dengan benar.
Jadi Nabi Luth (AS) tidak benar benar ingin menyerahkan putrinya… tapi sedang memberikan pemahaman yang benar tentang hal tersebut.
Surah Huud 78
Dan datanglah kepadanya kaumnya dengan bergegas-gegas. Dan sejak dahulu mereka selalu melakukan perbuatan-perbuatan yang keji. Luth berkata: “Hai kaumku, inilah puteri-puteriku, mereka lebih suci bagimu, maka bertakwalah kepada Allah dan janganlah kamu mencemarkan (nama)ku terhadap tamuku ini. Tidak adakah di antaramu seorang yang berakal?”
Wallahu A’lam Bishawab
Kita adalah saudara…isi kepala kita tidak pernah ada yang sama. Tidak ada pilihan dalam hidup, pemahaman yang diungkapkan dalam tulisan ini hanya akan melebarkan jurang pemisah antara kita yang berbeda paham. Untuk apa kita hidup? Ini juga akan menghadirkan pemahaman yang bervariasi. Tapi coba kita bayangkan dengan anak2 kita sendiri, dengan bermacam2 sifatnya, kepandaianya dan berbagai macam kelebihan dan kekurangannya, tapi ada satu orang yang berbeda, dia selalu dekat dgn kita sebagai orang tua, setiap ada masalah yg dia hadapi selalu dia konsultasikan dan diputuskan berdasarkan kemufakatan. Ketika jauhpun selalu dia berkomunikasi. Halo pa ..ma…gmn kabarnya? Pp mm….sedang dmn skrg….aku dirumah sepi……sementara saudara2 yg lainnya sibuk dengan tugasnya masing2. Ada juga yang ingat tapi yang dia tanya, buat makan siang sekarang gmn ma..mama kok lama pulangnya….dan bermacam2 lah yang isinya hanya urusan perut. Yah maklum anak2…….nah sebagai orang tua bgmna penilaian kita terhadap anak2 kita ini? Tentu ada yang bedakan? Dengan yang selalu ingat, yang ingat tapi hanya waktu butuh duitnya aja, ada yang gak ingat sama sekali….dia bukan anak yang bodoh, pintar, genius, bahkan sudah kaya, tapi dia biasa2 aja. Papa mama mau pake suster apa tinggal di panti jompo? Bukankah ini juga suatu perbuatan baik kpd kedua orang tua kita? Dengan segala kebaikan kita kpd orang tua , bagaimana perasaan kita sebagai orang tua…juga akan berbeda2 sesuai sifat dankarakter kita mading2. Tapi coba bayangkan dgn anak kita yang selalu ingat terus akan kita….halo pa..ma…pp..mm lgi apa….pp..mm kpn pulang….pp..mm hati2 ya…dirumh sepi…….padahal dirmh banyak2 saudara2nya yg asik dg kesibukannya masing2. Yang mana bekal dan ilmu sudah orang tua kita berikan dg bersekolah dg berbagai fasilitas2 sesusai kemampuan kita. Seperti itulah perumpamaan hidup, dgn rezqi dan ilmu yang ada pada diri kita, carilah dgn hatimu, lihat dgn mata hatimu, dengar dgn telinga hati mu…..bukan dg apa yang nampak….waAllahu a’lam bishawab.
@Iwan: jadi yang anda sarankan melalui komentar anda ini apa? berhenti berdebat agar tidak tercipta jurang akibat perbedaan pendapat?
Sepertinya kita sudah berpengalaman sekali dengan menghindari perdebatan demi menjaga harmoni. Hasilnya? selama bertahun-tahun kita jadi menganggap wajar ditindas para pemegang kuasa karena segan menegurnya dan ditipu dan diperalat pemuka agama demi harmoni.
Bagi saya apapun yang tak bias dikritik itu hanya cocok untuk yang sudah mati saja, atau paling tidak buat yang hidup tapi bermental sapi, yang rela digiring kesana-kemari.
Mas Yudhi..bagaimana seandainya pemahaman anda dilaksanakan oleh nabi Luth dan semua umat manusia turut pada nabi Luth dengan pemahaman anda… mungkin kita tak akan terlahir. Selesai sudah….
Bagaimana jika hal ini terjadi dengan anak2 kita yang lebih menyukai sesama jenisnya? Siapa yang akan meneruskan keturunan Kita?. Selesai sudah….
Kekuatiran beliau amat beralasan, pengorbanan beliau lebih mulia dari pada mempertahankan gengsi dan harga diri. Baik dan benar bukanlah ukuran menurut apa yang kita pahami dan menyalahkan yang lain. Tapi kerjakan dan amalkan apa yang baik dan benar menurut kita dengan Ikhlas sekalipun dengan pengorbanan. Janganlah menghakimi apalagi memvonis orang lain dari kacamata kita, apalagi kitab suci, nabi, malaikat, syetan dan yahhhh..Tuhan. Kebaikan dan kebenaran yang anda pahami bukan untuk orang lain, tapi untuk dikerjakan/diamalkan oleh diri kita sendiri. Jadilah sapi2 yang baik, jangan memakan tanaman orang lain apalagi merusak kebunnya. Turuti apa kata gembala. Pancarkan sinar kebaikan dan kebenaran itu dengan mengamalkanya, berilah contoh bukan cemooh…apalagi ini ayat2 dari kitab suci. Kritik dari keragu-raguan anda hanya akan memperkeruh bahkan menjerumuskan orang lain dari sisi keimanannya.
Wassalam..
@Herawaniwan: ah anda berlebihan… kalau nakut-nakuti saya juga bisa.
Bagaimana kalau kita semua ngikuti Nabi Luth, mungkin kalau suatu saat kita dirampok, orang tua dengan santai bilang: ini ambil saja anakku asal jangan rampok saya, atau bagaimana kalau kamu menikah dengan anakku, asal jangan ngrampok lagi. Atau niru Nabi Luth ngawini anaknya sendiri agar punya keturunan.
Bisa kan, saya nakut-nakuti? tapi kenyataannya bagaimana? kan kita semua gak sudi niru nabi Luth yang nyerahkan anaknya untuk orang jahat? kita kan gak mau incest dengan anak kandung kita? (tentunya ada perkecualian yang melakukannya meniru Nabi Luth — dan kita sebut mereka psikopat)
Saya setuju dengan pendapat anda ini:
Jadi saya tak ingin mendikte orang lain tentang apa yang harus mereka kerjakan, tapi tentu saya juga tak mau didikte orang lain tentang apa yang harus saya kerjakan. Untuk itu saya gak sudi menjadi sapi atau domba yang diarahkan penggembala 🙂
Ok Mas @Yudhi…inilah kekuatiran malaikat ketika Tuhan menciptakan manusia, dan apa jawab Tuhan? Apa yang malaikat lihat akan terjadi pertumpahan darah? Ketidak sudian anda adalah dasar dari itu. Akankah tercipta kedamaian? dan ini tertuang pada rukun Islam yang ke 6. Bagaimana Nabi Muhamad meresponnya? Tertuang pada rukun Islam yang ke 4 (zakat). Bagaimana kita menjalankan rukun Islam yang ke 4 ( zakat )? Kita melakukan layaknya kita membayar pajak atau membayar tagihan. Biarlah Tuhan yang membalas. Terciptakah rasa kasih sayang antara sesama disana ? Nabi Luth yang anda sebut psikopat telah menjalankan keYakinannya yang kuat dengan benar pada saat itu. KeYakinan itu juga terjadi pada nabi Ibrahim ketika harus menyembelih anak yang disayanginya. Lantas kita sebut apa nabi Ibrahim di zaman kita sekarang ? Kita sebut apa nabi Musa yang harus melawan orang yang telah merawatnya sejak bayi ? Kita sebut apa nabi Isa yang rela disalib? Kita sebut apa nabi Muhammad saw. yang harus berperang ? KEYAKINAN kuatlah yang mereka amalkan dengan segala PENGORBANANNYA.
Saat ini sudah tidak ada lagi penggembala. Kalaupun ada orang yang anda anggap penggembala, mereka sedang menjalankan keYAKINANnya dengan mengamalkan apa yang mereka anggap baik dan benar. Mendikte hanya melihat dari sisi buruknya saja menurut ukuran/pemahaman kita. ( Mengapa aku yang diciptakan dari api harus bersujud pada yang diciptakan dari tanah ? ) Ya dia hanya melihat dari sisi buruknya saja.
Hayati Tuhan pada diri kita sebagai bapak pada anak2 kita, dan Tuhan pada ciptaannya pada diri kita sebagai manusia. Pengasih dan Penyayang.
Awas kalo kamu nakal nanti papa kurung dikamar mandi? atau apalah bentuk2 dari pada hukuman. Adilkah jika hukuman itu diberikan pada anak kita yang baik dan selalu taat pada perintah orang tuanya ? Apa yang akan kita berikan lebih pada anak kita yang ini ?
Seperti itulah surga dan neraka…….Akankah kita tega menghukum anak kita berlama2 di kamar mandi ???? Apakah anak kita yang baik ini juga tega melihat saudaranya dihukum berlama2 dikamar mandi ???? Berjalanlah seperti anak kita yang satu ini….umati..umati…umati…..itulah kata2 terakhir Nabi Muhammad ketika ajal menjemput.
Wasallam.
Mas@yudhi….ayat2 tentang nabi Luth inilah yang saya kira digunakan oleh LGBT, anda setuju ??? Kekuatiran nabi Luth amat mendasar jika kita membaca ayat al-Hijr (66-71), bahwa penduduk dinegri itu sudah amat LGBT. Dan dijelaskan juga pada kitab yang lain Gen 19:31. Nabi Luth lebih memikirkan kelangsungan hidup kaumnya pada waktu itu, masih peduli kepada orang2 disekitarnya supaya jangan melakukan hal itu juga pada tamu2nya yang mengabarkan bahwa mereka akan dimusnahkan malam nanti , umati…umati..umati…….( papa maafin si mas yaa.. jangan dikurung terus dikamar mandi yaa…). Dia masih memikirkan saudaranya, saudaranya dan saudaranya…..pahamilah dari sisi yang tersirat bukan dari apa yang tersurat. YAKINlah dengan rukun Iman yang ke 6 dengan menjalankan rukun Islam yang ke 4 (berzakat) dengan penuh rasa kasih dan sayang seperti Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang. Orang lain memperingatinya dengan VALENTINE, kita merayakannya dengan berZakat. Pancarkan sinar Kasih dan Sayang kita pada sesama. Umati…Umati…Umati…wasallam.
@Herawaniwan: kisah Luth ini bukan kisah hitam-putih. Ada masyarakat Luth yang homoseksual dan memaksakan kekerasan di sisi lainnya ada keluarga disfungsional Luth yang menghalalkan segala cara untuk melindungi tamunya (dengan mengorbankan anaknya sendiri) dan menghalalkan cara untuk memperoleh keturunan (dengan memperdaya ayahnya sendiri agar menghamili anaknya).
Kalau anda menganggap secara hitam-putih, ya menyedihkan. Anda takut LGBT tapi gak takut (atau memuja) kesewenang-wenangan dalam keluarga yang dicontohkan Luth pada anaknya.
Kisah Luth adalah contoh kisah pilihan Tuhan untuk mengajari umatnya, sayangnya itu kisah absurd yang tak layak ditiru. Rasanya lebih banyak sutradara film yang punya selera bercerita lebih baik dari Tuhan.
Melihat selera bercerita Tuhan dan kekacauan yang disebabkan agama di Timur Tengah, mungkin cocok juga saya ikut berujar: umati … umati …
@Herawaniwan: malaikat kuatir kalau terjadi pertumpahan darah? gak salah dia, memang itu yang terjadi sepanjang peradaban manusia. Tapi yang salah adalah penyumbang terbesar pertumpahan darah itu justru karena agama, karena perdulinya manusia pada perintah-perintah suci langit.
Anda bisa buka sejarah. Ada ratusan tahun permusuhan dan perang antar agama Islam dan Kristen, dan juga antara agama-agama lain. Di antara pemeluk Kristen sendiri juga ada perang 30 tahun Eropa antara Katolik dan Protestan yang mendorong sekularisme di Eropa. Di antara umat Islam sendiri ada Syiah versus Sunni yang gak henti-hentinya bertikai ratusan tahun. Di masa sekarang ini kita juga melihat kegilaan ISIS, Al-Qaeda, Boko Haram, abu sayaf. Di Indonesia kita juga bisa melihat FPI, FUI dan preman-preman agama menebar kekerasan. Belum lagi gelombang hoax dan fitnah era pemilu dari kelompok-2 yang mengaku menegakkan agama.
Di sisi lain kita juga melihat justru banyak negara-negara sekuler, agnostik dan bahkan ateis menjadi makmur dan rakyatnya damai sejahtera.
Jika yang dikuatirkan malaikat salah arah dan tingkah yang disebut nabi ternyata bukan teladan bagi orang modern, apa fungsinya nurut sesuatu yang tak bermanfaat dicontoh?
Takut neraka ingin surga? ah itu mainan anak kecil atau cocok hidung buat para bomber bunuh diri gengnya ISIS. Bukan untuk manusia yang menggunakan nalarnya 🙂
ketika Nabi Luth berkata “ini putriku, untuk kalian” kepada kaumnya, menurut saya barangkali itu adalah ungkapan seorang yang sudah sangat putus asa, tidak tau lagi bagaimana harus meyakinkan dan memberi tahu, pada detik2, menit2, jam2 dimana beliau tau umatnya akan dibinasakan (di samping beliau sudah paham betul umatnya tidak akan tertarik dengan tawarannya). Btw mas, kenapa kita tidak boleh menafsirkan, kenapa harus terpaku pada yang tekstual, anda bersikukuh untuk melihat makna tekstual, padahal tekstual itu juga hasil penerjemahan manusia terhadap bahasa, dimana dari proses penerjemahan itu, hasil terjemahannya bisa juga memiliki makna yang bias dengan makna dari bahasa aslinya, artinya ia tidak terbebas dari yang namanya tafsir.
@Mayyaluv: semua peristiwa akan sampai ke otak kita sebagai tafsir.
Kisah Luth ada di Alkitab dan Qur’an, ada tafsir standard dari para ulama maupun pendeta. Saya menafsirkan sendiri sedekat mungkin dengan teks yang ada, bagi saya setiap orang berhak menafsirkan teks itu.
Jika saya bersikukuh mempertahankan tafsir saya, itu karena tiap orang berhak punya tafsir sendiri. Anda bersikukuh dengan tafsir anda sendiri? ya tak apa. Tiap orang merdeka kok 🙂
orang awam hanya melihat sebuah pohon
orang alim melihat keseluruhan hutan
orang bebal hanya melihat teks
orang arif melihat konteks
Jika Anda melihat konteks, sudah jelas bahwa Nabi Luth mengajak kaumnya untuk bertakwa kepada Allah dan nasehat agar tidak membuat dirinya terhina (Q.S. Al Hijr: 69). Tentu saja selama akal Anda masih sehat, ayat berikutnya (Q.S. Al-Hijr: 71) harus konsisten dengan ayat sebelumnya. Oleh karena itu, menurut konteksnya, Nabi Luth menawarkan putri-putrinya (Q.S. Al-Hijr: 71) dalam kerangka takwa kepada Allah (Q.S. Al Hijr: 69). Beliau bahkan menasehati kaumnya agar tidak membuat dirinya terhina. Oleh karena itu, tafsiran Anda bahwa Nabi Luth “menyodorkan” anak gadisnya ke “gerombolan jahat” begitu saja menjadi tertolak karena tidak konsisten dengan ayat sebelumnya. Bagaimana mungkin seorang nabi yang menasehati kaumnya untuk tidak membuat dirinya terhina malah menghinakan dirinya sendiri dengan “menyodorkan” anak gadisnya ke “gerombolan jahat” begitu saja?! Jelas tafsiran Anda tidak bisa dijadikan sandaran karena tidak logis, tidak konsisten dan bertolak-belakang. Permasalahan ini sebenarnya sudah jelas jawabannya jika Anda mau melihat konteks keseluruhan ayat yang Anda kutip (Q.S. Al-Hijr: 61-71). Kecuali Anda orang yang bebal sehingga membuat pikiran Anda terpenjara oleh teks, atau akal Anda sudah tidak sehat sehingga membuat Anda tidak mampu berpikir logis, atau ada penyakit di hati Anda sehingga membuat Anda menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an sesuai dengan hawa nafsu Anda? Sayang sekali, satu ayat saja (Q.S. Al Hijr: 69) sudah cukup untuk memecahkan permasalahan Anda dan meruntuhkan segala pendapat Anda yang sesat pikir dan tidak mau menerima kebenaran. Anda memilih menjadi orang bebal, kami umat muslim memilih menjadi orang arif dan waras.
Semoga Anda menemukan hidayah. Amin.
“Carilah kebenaran maka kebenaran akan membebaskan Anda”
@Putra Dirgantara: yang anda maksud konteks itu apa? imajinasi kaum beriman bahwa seorang nabi itu (Luth) itu harus baik berbudi luhur? sehingga seperti kebiasaan cocokologi terkenal kaum bigot, anda memelintir fakta (teks) agar cocok dengan imajinasi anda?
Text asli >>
[Al-Hijr: 71]
قَالَ – Berkata (Luth)
هَٰؤُلَاءِ بَنَاتِي – ini putri saya
إِن كُنتُمْ فَاعِلِينَ – bila kalian mau
Terjemahan (imajinasi) >>
[Al-Hijr: 71]
Luth berkata: “Inilah puteri-puteriku (kawinlah dengan mereka), jika kamu hendak berbuat (secara yang halal)”
Dan seperti kebiasaan kaum yang tidak bisa berargumen dengan nalar dingin, anda tidak lupa menyebut saya dengan “akal Anda sudah tidak sehat”, “ada penyakit di hati Anda”, “Anda memilih menjadi orang bebal”. Sepertinya akhlak orang yang over religius itu adalah dengan ringannya merendahkan dan mencaci orang lain.
Apa agama itu merusak nalar dan akhlak? 🙂
Dongeng usang… moral dari dongeng ini : amoral…
Itu versi Al kitab (Bible) boss… di islam tidak begitu. Hati-hati, azab Allah gak main-main.
@SandiSeeyouandi: ini kisah Luth/Lot, saya tampilkan rujukannya dari Bible dan Qur’an. Kalau anda anggap ada yang salah, silakan tunjukkan koreksi dan rujukan anda.
sandiseeyiuandi@… haah.. azab allah.. ngeri sekali allah itu… di mana sifat pengasih dan penyayangnya…
bisa ga anda tunjukan salah satu azab allah saat ini kapan dan dimana siapa aja korbannya?? hiiiiii saya ko ga jadi merinding…
Hobinya kok ngancam mengancam . Ini zaman dah modern, bukan abad ke 7. Takdir azab dan ancaman2 neraka dah gak laku, itu hanya diperuntukan bagi orang2 yang taat dan khusuk tanpa mau berfikir dengan cerdas.
astaghfirullah,, gak bener ini artikel …
maen tafsirin al-qur’an seenak jidat …
@Dherry Ardhiiyansyach: saya sudah menulis dan berdiskusi panjang lebar menyampaikan argumen, sedangkan anda tanpa argumen apapun (kecerdasan gak sampai?) langsung menilai orang lain.
Terima kasih untuk memberi contoh tentang tafsir seenak jidat itu. 🙂
Shrsnya yg mo komen d filter, kudu sarjana yg skripsinya ori bikinan sndiri, misalnya. Shg pnulis ngak kalang kabut dlm mnjawab n ngak emosional dlm bragumentasi yg ujung2nya hny bakal mlahirkan jagoan2 spt jaka sembung (bw golok …ngak nyambung goblok…xi..xi..xi).
Saya sukua tulisan anda. Lugas disertai fakta. Bos yang bos tanyakan adalah pesan moral kan ?. Pesan moral akan sampai dengan baik hanya bila kedua sisi (positif dan negatif) disampaikan secara berimbang. Terkait Kisah Lot (vrsi Kristen bukan nabi tapi tokoh Alkitab), pesannya adalah ikutlah apa kata Tuhan kalau tidak you akan binasa. Harus ditarik pula kebelakang tentang siapa Lot ini, Lot adalah ponakan Abraham yang serakah. Tokoh tidak mesti selalu diperankan oleh “orang baik-baik kan” ?. Saya tau kecerdasan anda diatas rata-rata dan saya yakin anda paham apa yang saya maksud. Satu lagi dalam Alkitab banyak kejadian atau ayat yang sifatnya metafora (penggambaran) dan juga puisi. Apa yang tertulis tidak boleh bisa dimaknai langsung seperti itu. Makanya ada hermeneutika bos, kritik textual sebagai patokannya. Apakah paralel dengan sejarah misalnya.
@Reynold: saya kutip komentar anda:
Dalam konteks cerita Lot ini, mohon dijelaskan “Ikut Kata Tuhan” tersebut relevan untuk bagian mana kisah tersebut?
Yang menyerahkan anaknya pada gerombolan liar? atau meniru sikap malaikat (yang persepsi saya, pasti sakti mandraguna) yang diam saja dan tidak membela anak Lot yang akan dikorbankan ke gerombolan itu? atau Tuhan yang membiarkan incest Lot?
atau yang mana kata Tuhan yang harus dituruti?
Kalau bos ikuti kisahnya secara lengkap, Abraham dan Loth diberi pilihan oleh Tuhan, tanah mana yang mau didiami. Ternyata Loth dengan ketamakannya memilih tanah yang “kelihatan subur” meski dia sudah tahu perilaku pendduduk disitu tidak beres. Setelah Loth memilih maka pilihan untuk Abraham otomatis tinggal tanah yang “kelihatan tidak subur”. Disini ada pesan moralnya bos. 1) Jangan TAMAK, belum tentu yang kelihatan indah dari luar itu akan baik bagimu; 2) Percaya secara total pada Tuhan (seperti Abraham) “apa yang kelihatan tidak baik” bisa dirubah Tuhan menjadi baik.
Cara berfikir Tuhan tentu tidak sama dengan cara berfikir kita bos. Lagi-lagi Alkitab menampilkan diri apa adanya, termasuk segala dosa manusia sepanjang sejarah, tetapi itu tidak menghapus rencana indah Tuhan untuk menyelamatkan manusia. Posisi Tuhan disini adalah Sutradara, sedangkan manusia diberikan kebebasan. Contoh yang paling jelas : Mengapa Tuhan tidak menyelamatkan Yesus pada saat mau disalib ?
Kembali ke masalah Loth sebenarnya Loth tidak diproyeksikan untuk mati mengenaskan tetapi pilihannyalah yang membuat dia mati mengenaskan. Artinya dia mencoba membuat skenario sendiri diluar skenario Tuhan
Jadi pesan moralnya jelas bos. Abraham setia dan taat mengikuti alur cerita dari Sang Sutradara sedangkan Loth berikut “kejadian-kejadian aneh yang menyertainya” karena dia mau membuat alur cerita sendiri atas hidupnya. Mengapa aneh ? Karena dia sudah berda diluar kontrol Tuhan….gitu kira2 bos. Yang terpenting lagi tidak ada sensor supaya dari dalamnya manusia bisa belajar….bukan gitu bos ?
@Ahmad: anda kok lari kesana-kemari? tapi baiklah.. jadi karena Loth tidak nurut dengan Tuhan, maka dia diberi kejadian yang aneh-aneh?
Jadi dikepung gerombolan buas haus sex, malaikat pengecut, istrinya dijadikan tiang garam untuk perkara sepele, hujan belerang untuk kampung Lot, lalu dua anaknya yang membujuk incest — adalah semua kejadian aneh yang diganjarkan Tuhan?
Kok pilihan Tuhan aneh ya? Apa waras Tuhan semacam itu?
Bukan lari kesana kemari bos tapi anda tidak mencantumkan kisahnya dengan lengkap. Tentang Luth (Loth) pun pasti kita tidak sepakat apakah dia nabi atau bukan ? Kriteria nabi itu apa ?
Oke kembali ke topik :
Bukan diberi kejadian aneh tapi dia out of control. Ingat bos janji Tujan adalah membawa Abraham dan oang-orangnya ke tanah Kanaan. Loth memilih jalannya sendiri, jadi dia tidak dihukum tapi dia memilih berdasarkan skenarionya sendiri (mungkin mau kaya raya)
Gerombolan buas sex ? Iyaa betul penduduk Sodom dan Gomora saat itu memang sudah jatuh dalam dosa
Malaikat pengecut ? kembali ke pertanyataan diatas, bagaimana mau dibela sedang dia sudah memilih jalannya sendiri
Anda salah lagi, bukan kampung Lot tapi Kota Sodom dan Gomora, Loth adalah pendatang disitu. Sodom dan Gomora memang mau dihukum Tuhan bahkan seandainya pun Loth dan keluarganya tidak ada disitu.
Salah lagi bos, anaknya yang membujuk Loth, ini memang salah, itulah kenyataan yang ditampilkan apa adanya (no sensor)
Ternyata anda tidak secerdas yang saya bayangkan terlalu banyak kesalahan untuk hal-hal kecil.
Tuhan punya rancangan yang indah tetapi kalau mau mau buat skenario sendiri Tuhan juga persilahkan dan tanggung jawab sendiri resikonya.
Tambahan istri Loth sudah diperingatkan ‘jangan menoleh kebelakang’ tapi dia tetap menoleh, jadilah dia tiang garam. Seperti yang sudah saya katakan diatas bahwa ayat-ayat Kitab Suci itu tidak selamnya harus dimaknai seperti yang tertulis karena ada metafora, personofikasi juga puisi. Belum tentu istri Loth pada saat itu memang langsung menjadi tiang garam. Tetapi pesan moralnya teramat sangat jelas bos. Ikutlah Tuhan maka engkau akan selamat.
@Ahmad: iyadeh, sepertinya Tuhan memang kemampuan berkomunikasinya payah dan anda sangat bisa memahami Tuhan. Buktinya Lot yang dekat dengan Abraham sampai tidak paham dengan maksud Tuhan sebagaimana anda. 🙂
Kalau anda sudah menjudge Tuhan maka saya juga cuma bisa bilang iyadeh…heheh
@Ahmad: sama kok, anda menjudge Tuhan itu begini-begitu (yang baik-baik versi agama), kebetulan saya tidak percaya dengan judge anda 🙂
Silahkan…adanya dosa, surga dan neraka serta KARMA (perlahan-lahan terbukti secara ilmiah) menunjukkan adanya Tuhan Yang mengatur). Pertanyaan lagi kalau tidak ada “rule” yang mengatur serta “hadiah” dan “hukuman” lalu apa kira-kira gunanya tatakrama, sopan-santun, aturan, pamali, larangan ini itu dsb. Kalau memang efek berupa “hadiah” dan “hukuman” memang tak ada berarti bagi yang tidak mempercayai Tuhan akan lebih menguntungkan bila melawan semua aturan-aturan itu dan menjadi bar-bar (maap hanya pengandaian dalam diskusi) 🙂
@Ahmad:
Ilmiah itu bukan asal klaim lho!
Sesuatu yang dikatakan ilmiah itu bila sudah melalui pengujian dengan metodologi ilmiah, sudah diverifikasi ulang secara ilmiah oleh ilmuwan yang lain dan dipertahankan dalam forum ilmiah.
Setahu saya, surga, neraka, dosa dan karma itu hanya dongeng kok.
Tapi tentu saya akan mengubah pendirian saya bila anda bisa menunjukkan mana publikasi ilmiah yang membuktikan keberadaannya, siapa ilmuwan pengujinya dan sudah diverifikasi oleh ilmuwan mana.
🙂