Siapakah anda? Budak, Jongos atau Bos?

Eits… ini pertanyaan tricky neh….

Kalau dikantor gua jadi bos, suruh sana suruh sini. Kalau di rumah sih istri gua yang jadi bos, suruh sana suruh sini, capek deh…

Kok jadi curhat?… gak usah diterusin.

Maksud saya dalam mengambil orientasi hidup, menilai apa yang baik, apa yang buruk, apa yang salah dan apa yang benar. Siapakah anda?

Apakah ada bedanya? Jelas berbeda. Paling tidak Budak, Jongos dan Bos bisa dijadikan klasifikasi yang membantu.

Budak

Manusia Budak adalah orang yang sama sekali melepaskan haknya untuk mengendalikan dirinya, hidupnya.

Apa yang kau perjuangkan, apa yang kau bela? Manusia Budak menyerahkan urusan ini pada sesuatu diluar dirinya. Ia tidak berani memutuskan, ia tidak merasa berhak memutuskan.

Budak yang diarahkan (dan dikorbankan) oleh orang lain
Budak yang diarahkan (dan dikorbankan) oleh orang lain

Baginya nilai-nilai moral adalah ditentukan oleh sesuatu diluar dirinya. Bisa jadi sesuatu itu berupa agama, kepentingan kelompok, atau adat-istiadat.

Bahkan bila terbersit di nalarnya sebuah hal yang patut ia perjuangkan, ia akan mengabaikannya. Baginya nalar pribadinya tidak patut diperjuangkan, tidak cukup mulia untuk dituruti. Jangankan nalar, bahkan hidupnya sendiri baginya bukan sesuatu yang patut diperjuangkan.

Baginya tanggung jawab pribadinya adalah bagaimana agar patuh. Ia siap melaksanakan perintah. Benar atau salah, ia merasa tidak berhak memutuskan. Mereka menjadi orang-orang yang sama sekali tidak bertanggung jawab atas perbuatan dirinya sendiri.

Contoh tipe manusia budak ini dapat anda temukan pada para pembom bunuh diri kelompok-kelompok garis keras agama.

Pada orang-orang ini, jika ada perintah dari sesuatu yang dianggap memegang otoritas, maka berlaku “sami’na wa ato’na”, saya dengar dan saya taat. Ia tidak perduli bila perintah itu berlawanan dengan nalarnya atau bertentangan dengan nilai kemanusiaan. Itu bukan urusannya, urusannya adalah bagaimana agar taat dan patuh.

Jongos

Manusia Jongos masih mempertahankan sedikit kepentingan dirinya sebagai landasan pengendalian dirinya.

Ia masih sebagai pengikut, pelaksana perintah. Ia tidak berani menampilkan pendapatnya sendiri, ia tidak merasa nalarnya cukup berharga. Akan tetapi bila kepentingan pribadinya terancam, ia akan menolak.

Ikut saja, toh yang lainnya juga ikut-ikutan...
Ikut saja, toh yang lainnya juga ikut-ikutan…

Orang-orang ini menolak mengambil tanggung jawab penuh atas kehidupan mereka sendiri. Bila mengalami nasib malang, dengan mudah mereka biasanya menyalahkan segala sesuatu diluar dirinya, misalnya takdir atau nasib.

Kebanyakan orang bisa dengan mudah dimasukkan ke dalam golongan ini.

Bos

Manusia Bos mengambil alih penuh pengendalian dirinya.

Ia merasa bahwa hidupnya berharga, dan oleh karena itu ia tidak akan menyerahkan kendali dirinya kepada sesuatu diluar dirinya. Seorang Bos adalah manusia yang tercerahkan sesuai dengan definisi Immanuel Kant.

Pencerahan adalah: keluarnya manusia dari ketidakmatangan yang diciptakannya sendiri.

Sedangkan ketidakmatangan adalah ketidakmampuan seseorang menggunakan akal-pikirannya tanpa bantuan orang lain.

Ketidakmatangan semacam ini terjadi bukan karena kurangnya daya pikir, tetapi karena kurangnya determinasi dan keberanian menggunakan pemahaman sendiri.

Moto pencerahan, dengan demikian, adalah Sapere aude! Beranilah menggunakan pemahaman sendiri! (Kant, What is Enlightenment?, 1990).

Yang menjalani hidup ini adalah kita, mengapa bukan kita sendiri yang mengaturnya?
Yang menjalani hidup ini adalah kita, mengapa bukan kita sendiri yang mengaturnya?

Orang-orang ini mengambil alih kehidupannya sendiri. Keberhasilan dan kegagalan dalam hidup ini adalah buah dari apa yang mereka usahakan. Mereka menghadapi hidup ini apa adanya, mereka tidak akan menyalahkan sesuatu diluar dirinya bila menghadapi kegagalan.

Bagi mereka agama, adat, kepentingan kelompok, hanyalah sebagai sumber inspirasi. Mereka memutuskan sendiri yang baik atau yang buruk yang benar atau yang salah dan mereka siap bertanggung jawab penuh atas keputusannya. Mereka bos, bukan jongos, apalagi budak.

Siapa Anda?

Siapa anda dalam hidup? anda sendiri yang memilihnya.

Ini hidup anda sendiri, ini adalah pilihan anda sendiri.

Cerita Di Akhirat

Ini adalah imajinasi …

Tiga orang sahabat bergegas menuju gerbang surga. Ada seorang malaikat penjaga di depan.

Bujel: Pak Dhe malaikat, saya mau daftar masuk ke surga. Ini hasil audit malaikat di sana tadi, hasilnya kami lolos ke surga.

Ketiga orang itu menyerahkan berkas-berkas mereka ke sang penjaga.

Malaikat: Jono, kamu pakai baju dewa Yunani, ambil di ruang peralatan sana.
Jono: Kok pake baju dewa Yunani?

Malaikat: Kamu jadi patung dewa Yunani di taman surga. Disana butuh patung yang realistik. Kamu pasang pose nunjuk langit. Jangan bergerak sama sekali.
Gak usah khawatir, di surga kamu gak akan capek, gak akan lapar, gak akan mati

Jono: Pak Dhe! saya ini diganjar surga karena patuhnya saya di dunia. Mestinya saya dilayani dan bisa menikmati surga.
Malaikat: Bener kamu patuh sekali, sampai-sampai nalar dan nurani kamu gak kamu gunakan sama sekali. Kamu milih jadi budak di dunia, ya disini jadi budak juga. Kamu di sini properti taman. Jangan protes, sudah untung bisa nunut ke surga.

Malaikat: Bujel, kamu ambil di ruang peralatan sana. Kamu jadi janitor di istana nomor 234.
Bujel: Waduh Pak Dhe, apa salah saya?

Malaikat: Kamu patuh menjalankan ini-itu berdasarkan fatwa-fatwa ulama, Kamu hanya sesekali pake nalar saat fatwa-fatwa itu keterlaluan konyolnya. Emangnya nalar itu buat apa? ngapain kamu milih jadi jongos?
Sudah cepetan ke sana, jam kerja mulai dari subuh.

Malaikat: Bagyo, kamu ke kantor developer surga disana!
Bagyo: Waduh saya disuruh apa?

Malaikat: Disuruh apa? Kebalik!
Suruh developer surga disana buat istana menurut seleramu sendiri.

Bagyo: Alhamdulillah….
Malaikat: Kamu sudah jadi bos dirimu sendiri di dunia. Kamu gak selalu benar, tetapi kamu bertanggung jawab penuh atas hidupmu. Kamu khalifah. Itu yang dimau Allah.